Abrupsio Plasenta
1. Definisi
Abrupsio atau solusio plasenta adalah pemisahan yang terlalu dini atau premature dari pleasenta yang tertanam secara normal pada dinding uterus dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.
Abrupsio plasenta atau persalinan yang terlalu dini dari plasenta merpakan lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. (Mosby, 1995)
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat bmenimbulkan gangguan-penyulit terhadap ibu maupun bayi.
Penyulit terhadap ibunya dapat dalam bentuk:
Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum
Terjadi penurunan TD, peningkatan nadi dan pernapasan Penderita tampak anemis
Dapat menimbulakan gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskular yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan
Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah
Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder
Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras, padat, dan kaku
Penyulit terhadap janin dalam rahim, tergantung luas plasenta yang lepas dapat meenimbulkan afiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.
2. Etiologi dan factor resiko
Penyebab solusio plasenta adalah:
1) Trauma langsung terhadap uterus hamil Terjatuh terutama tertelungkup
Tendangan anak yang sedang digendong Atau trauma langsung lainnya
2) Trauma kebidanan artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang dilakukan:
Setelah versi luar
Setelah memecahkan ketuban Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi dengan kehamilan dengan tali pusat yang pendek Factor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
Hamil pada usia tua
Mempunyai tekanan darah tinggi
Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia Tekanan vena cava inferior yang tinggi
Kekurangan asam folik
Mekanisme terjadinya abrupsio plasenta tidak diketahui, beberapa factor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya abrupsio plasenta telah teridentifikasi, di antaranya adalah wanita hamil yang mengonsumsi pada ateri endometrium, ini merupakan penyebab utama dari abrupsio plasenta. Factor resiko lain adalah pada wanita hamil yang merokok, kehamilan kedua atau lebih, tali pusat yang pendek, serta trauma abdominal.
3. Patofisiologi Syok hipovolemik anxietas Penurunan CO Kardio-reno-vaskular
Proses degenerasi akut pada salah atau bbrp cabang arterio spiralis
Mempersempit lumen arteriola Proliferase fibroblastic terbentuk Pertumpukan fibrinoid Arterioloitis Fagosit berkumpul di bawah intima dr pembuluh darah Robekan pada sinus-sinus vena Non kardio-reno-vaskuler Supply darah ke endometrium dan plasenta
terhambat Proses degenerai penuaan perdarahan Desidua neksrosi Hipoksia berat Kekurangan cairan
4. Manifestasi klinik
Tanda gejala dari abrupsio plasenta ada empat, yaitu:
Perdarahan per vaginam atau perdarahan yang tersembunyi di belakang plasenta. Uterus menjadi lunak dan lembek.
Aktivitas uterus berlebihan tanpa relaksasi di antara keduanya. Nyeri abdomen
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian yang terlepas. 1. Solusio plasenta ringan
a) Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya.
b) Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan. c) Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan.
d) Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam. 2. Solusio plasenta sedang
a) Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ , tetapi belum mencapai 2/3 bagian b) Dapat menimbulkan gejala klinik:
Perdarahan dengan rasa sakit Perut terasa tegang
Gerak janin berkurang
Palpasi bagian janin sulit diraba
Auskultasi denyut jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol Dapat terjadi gangguan pembekuan darah 3. Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri Penyulit pada ibu:
Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
Pada pemeriksaan ditemukan turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba; dinding perut terasa sakit; dan janin telah meninggal dalam rahim
Pemeriksaan dalam ketuban menonjol dan tegang
Solusio plasenta berat dengan Couvelarie uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri
Dua tipe utama dari kasus abrupsio plasenta adalah sebagai berikut:
a. Abrupsio plasenta dengan perdarahanyang tertutup, yang berarti perdarahan terjadi di belakang plasenta, tetapi memilki batas tegas karena posisi hematoma. b. Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka, yaitu perdarahan yang terlihat
keitaka pemisahan atau pemotongan membran juga lapisan endometrium dan darah mengalir keluar melalui vagina. Perdarahan yang terlihat tak selalu sama jumlahnya dengan darah yang hilang. Tanda-tanda shock (takikardi, hipertensi, pucat, demam, dan berkeringat) mungkin akan timbul ketika sedikit atau tidak ada perdarahan yang muncul.
Nyeri abdomen juga dihubungkan dengan jenis pemisahan plasenta. Sifat nyerinya bisa jadi tiba-tiba dan hebat ketika perdarah muncul ke miometrium atau intermitten serta sulit untuk membedakan dengan rasa sakit karena kontraksi. Uterus mungkin menjadi sangat keras sehingga janinulit untuk dipalpasi. Tes ultrasound akan membantu untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa sebagai penyebab perdarahan, tetapi ini tidak dapat digunakan sebagai diagnosis abrupsio plasenta, karena pemisahan plasenta serta perdarahan mungkin tidak jelas di USG.
5. Pemeriksaan diagnostic
Ultrasonografi: dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen. 6. Penatalaksanaan
Beberapa wanita hamil yang menunjukkan tanda-tanda abrupsio palsenta harus dirawat di rumah sakit dan dievaluasi pada waktu tertentu. Evaluasi wajib dilakukan untuk mengetahui keadaan kardiovaskular ibu hamil dan kondisi janin. Jika kondisi
sudah sedikit membaik, janin belum matur, dan tidak menunjukkan tanda distress, maka dianjurkan untuk melakukan tindakan konservatif. Hal ini termasuk bed rest, dan mungkin termasuk pemberian mukolitik untuk menurunkan aktivitas uterus. Kelahiran janin dengan segera penting dilakukan bila tanda kehidupan janin atau ibu hamil menunjukkan adanya tanda perdarahan terlalu banyak, bai perdarahan yang terlihat atau yang tersembunyi. Penanganan yang intensif terhadap ibu dan janin merupakan hal penting, karena penurunan kondisi yang cepat adri iu dan janin dapat terjadi. Jumlah darah yang digunakan untuk penggantian harus sesuai dengan kebutuhan.
Wanita dengan pengalaman trauma abdomen akan meningkatkan resiko abrupsio plasenta, maka harus dipantau 24 jam setelah trauma.
Penanganan solusio plasenta berdasarkan tingkatannya: 1. Solusio plasenta ringan
Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat, dengan
janin yang masih baik dilakukan seksio sesarea.
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan rawat inap.
2. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganan dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah:
Pemasangan infus dan transfusi darah. Memecahkan ketuban.
Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea.
Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta ringan dan berat harus dilkakukan dirumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
7. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta dikemukakan sebagai berikut: 1. Komplikasi ibu
a. Perdarahan dapat menimbulkan:
Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
Keasadaran bervariasi dari baik sampai koma b. Gangguan pembekuan darah
Masuksnya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskular dan disertai hemolisis
Terjadi penurunan finrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria
Terjadi nya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang ataupun gagal ginjal.
d. Perdarahan postpartum
Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri.
Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan. e. Ruptur uterus
2. Komplikasi pada bayi
Perdarahan yang tertimbun pada plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan afiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasi di fundis uteri.
8. Asuhan keperawatan Pengkajian
Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit
Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). Palpasi
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
Pemeriksaan dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada
pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
Pemeriksaan plasenta.
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : Terlihat daerah terlepasnya plasenta
Janin dan kandung kemih ibu Darah
Tepian plasenta
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah berlebih.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebih. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berlebih.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan.
Intervensi keperawatan:
a. Diagnosis 1 : penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan berlebih.
Tujuan : penurunan cardiac otput tidak terjadi.
Kriteria hasil : volume darah intravascular dna cardiac output dapat diperbaiki sampai nadi, TD, nilai hemodinamik, serta hasil laboraturium menunjukkan tanda normal.
Internesi & rasional:
1) Pantau dan catat TTV, CVP, serta jumlah perdarahan.
pengkajian yang akurat meneganai status hemodinamik merupakan dasar untuk merencanakan intervensi.
2) Kolaborasi pemberian cairan IV dan transfuse darah sesuai kebutuhan. memperbaiki volume darah harus segera dilakukan untuk menghindari komplikasi.
3)
b. Diagnosis 2 : ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai efek perdarahan dan manajemennya.
Tujuan : ansietas dapat berkurang. Kriteria hasil :
Intervensi & rasional
1) Lakukan pendekatan kepada pasien serta ajak pasien untuk menceritakan masalahnya.
kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan pasien guna menanggulangi situasi yang tidak diharapakan.
2) Minta keluarga untuk mendukung pasien.