Disentri Amebiasis
Disentri Amebiasis
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 569 No. Telp (021) 5694-20614-2061 Fax: (021) 563-1731 Fax: (021) 563-1731 ___________ ___________________________________________________________________________________________________________________________________________ Pendahuluan Pendahuluan
Apa itu disentri ? Apa itu disentri ?
Disentri berasal dari bahasi yunani yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus) yang Disentri berasal dari bahasi yunani yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus) yang berarti radang usus
berarti radang usus yang menimbulkan gejala yang meluas disertai dengan tinja yang menimbulkan gejala yang meluas disertai dengan tinja berlendir danberlendir dan bercampur darah.
bercampur darah.11
Disentri sendiri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan Disentri sendiri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut lainnya. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kematian dibandingkan dengan tipe diare akut lainnya. Penyakit ini dapat disebabkan oleh dua bakteri yaitu disentri amoeba dan disentri basiler.
dua bakteri yaitu disentri amoeba dan disentri basiler.
Disentri amebiasis adalah suatu penyakit yang mempunyai parasit Entamoeba Disentri amebiasis adalah suatu penyakit yang mempunyai parasit Entamoeba histolytica yang pertama kali ditemukan oleh Losch pada tahun 1875 dari tinja disentri histolytica yang pertama kali ditemukan oleh Losch pada tahun 1875 dari tinja disentri seorang penderita di Rusia.
seorang penderita di Rusia.11
Disentri amebiasis adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh Entamoeba Disentri amebiasis adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal. Penyakit ini tersebar diseluruh histolytica suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di negara sub tropis dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan dunia dan banyak terdapat di negara sub tropis dengan tingkat sosial ekonomi rendah dan hygiene yang kurang. Penyebarannya dapat terjadi melalui makanan yang terinfeksi serta hygiene yang kurang. Penyebarannya dapat terjadi melalui makanan yang terinfeksi serta kontak seksual. Bila tidak diobati dengan tepat menjadi sistemis dan menjalar ke organ-organ kontak seksual. Bila tidak diobati dengan tepat menjadi sistemis dan menjalar ke organ-organ lain khususnya hati.
lain khususnya hati.
Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai disentri amoeba. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai disentri amoeba.
Pembahasan Skenario E
Seorang perempuan usia 22 tahun datang dengan keluhan mencret sejak 3 hari yang lalu. Mencret sebanyak 8 kali perhari kurang lebih seperempat sampai setengah gelas aqua, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kehijauan, berbuih, terdapat darah dan lendir serta berbau busuk. Pasien juga mengeluh demam sejak 3 hari lalu. Demam juga disertai muntah-muntah dan kembung.
Pada pemeriksaan : KU = tampak sakit sedang, kesadaran = compos mentis, S=36°C, RR=28 x/menit, HR = 100x/menit, TD = 90/60mmHg. Abdomen: BU (+) meningkat, timpani, NT(-), tidak teraba pembesaran hepar dan lien.
Anamnesa
Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai.
Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:
1. Nama, usia, tinggi, berat badan.
2. Masalah atau komplain utama pasien dan riwayatnya.
3. Riwayat kesehatan pada masa lalu (seperti penyakit berat, operasi/pembedahan, atau penyakit yang tengah diderita seperti diabetes).
4. Kelainan pada organ.
5. Riwayat keluarga.
6. Riwayat penyakit pada masa kanak-kanak.
7. Status sosial, pekerjaan, penggunaan obat, tembakau, alokohol. 8. Penggunaan obat rutin.
9. Alergi.
Pada kasus yang kita peroleh, kita dapat menentukan anamnesis untuk diare adalah sebagai berikut.
Keluhan Utama (KU) :
Mencret sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Mencret sebanyak 8 kali perhari kurang lebih seperempat sampai setengah gelas aqua, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kehijauan, berbuih, terdapat darah dan lendir serta bau busuk. Pasien mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu, demam juga disertai muntah-muntah dan kembung.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Apakah dulunya pernah mengalami sakit yang sama atau berbeda dan pernah dirawat di Rumah sakit.
Riwayat pribadi :
Kebiasaan makan, kebiasaan merokok, alkohol, penggunaan narkoba, dan riwayat vaksinasi.
Riwayat sosial :
Lingkungan tempat tinggal, hygiene, sosial ekonomi, pekerjaan.
Riwayat kesehatan keluarga dan riwayat penyakit menahun keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
- Derajat kesadaran : Compos mentis.
Tanda Vital - Tekanan darah : 90/60 mmHg. - Nadi : 100x/menit. - Respirasi : 28x/menit - Suhu : 36 °C. Nyeri Abdomen - Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat.
- Nyeri Tekan : (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang untuk disentri amebiasis dan disentri basiler dapat dilakukan berbagai macam cara. Yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan penunjang disentri amebiasis antara lain :
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan. Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara.
Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap. Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat
dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di
dalamnya. Bentuk inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.1
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak
normal. Foto rontgen kolon Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak tampak. Kadang pada kasus amebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip karsinoma.2
Pemeriksaan uji serologi
Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila negatif pasti bukan amebiasis.1,2
Sedangkan pada pemeriksaan penunjang untuk disentri basiler adalah :
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab serta biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti karena basil shigela mudah mati. Untuk itu diperlukan tinja yang baru. Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum
dipakai secara luas. Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan E.coli. Sigmoidoskopi. Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah sigmoid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium lanjut aglutinasi.
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai. Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang terlepas dan
ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.1,2
Diagnosis Pembanding
Dalam kasus yang kita dapatkan bisa ditentukan bahwa diagnosis pembandingnya terbagi menjadi dua. Yaitu disentri amoba dan disentri basiler. yang pertama akan dibahas adalah disentri amoeba. Disentri amoeba (amebiasis) adalah infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh amoeba Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan diare bercampur dengan darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba, tapi yang paling berbahaya salah satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab penyakit disentri amoeba) yang hidup terutama di daerah tropis.1,2
Pada diagnosisnya disentri amoeba sukar dibedakan dengan disentri basiler. Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan tinja untuk hasil yang lebih akurat. Sedangkan pada disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut pada kolon yang disebabkan kuman genus
shigella.
Shigella adalah basil nonmotil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies shigela yaitu s.dysentriae, s.flexner, s.bondii dan s.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari shigella S. S.sonnei satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.3
Angka kematian yang terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah 5 tahun sekurangnya 650.000. Kuman penyakit ini bisa didapatkan hampir diseluruh dunia tetapi kebanyakan ditemukan di negara-negara berkembang yang masih kurang dalam lingkungan kesehatannya.3
Cara infeksi dari shigella memasuki host melalui mulut. Karena secara genetik dapat bertahan terhadap PH yang rendah, mereka dapat melewati barier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, lalat yang tercemar. Pada daerah tropis penyebarannya melalui air yang tercemar oleh tinja pasien, makanan yang tercemar oleh lalat dan pembawa
hama. Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja dengan teliti karena basil shigella mudah mati, untuk itu diperlukan tinja yang baru.
Masa tunas penyakit ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari, jarang lebih dari 3 hari. Mulai terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat, sering secara mendadak tetapi dapat juga timbul perlahan-lahan. Gejala yang timbul bervariasi: defekasi sedikit demi sedikit dan dapat terus menerus, sakit perut dengan rasa
kolik dan menjan, muntah-muntah dan sakit kepala.3
Sifat kotoran mula-mula sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya pada keadaan ringan masih dapat mengeluarkan cairan, sedangkan bila keadaan berat tinja berlendir dengan warna kemerah-merahan atau lendir yang bening atau berdarah dan bersifat basa. Pada bentuk yang berat berjangkitnya cepat, berak seperti air, muntah-muntah, suhu badan subabnormal, cepat terjadi dehidrasi dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Pada kasus yang berat gejala yang timbul dapat terjadi secara mendadak dan berat dengan pengeluaran tinja yang berlendir dan berdarah serta ingin buang air besar secara terus menerus. Akibatnya timbul rasa haus, kulit yang kering dan dingin. Muka menjadi kebiruan, ekstremitas dingin.1-3
Pada bentuk yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk mungkin dapat mengandung sedikit darah atau lendir. Pada bentuk yang ringan keluhannya masih lebih ringan sedangkan bentuk yang menahun terdapat serangan seperti bentuk akut secara menahun. Bentuk ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.
Diagnosis Kerja
Dalam kasus ini dapat diketahui dan ditentukan bahwa penyakit yang diderita pasien disebabkan oleh parasit usus entamoeba histolytica yang disebut dengan disentri amebiasis. E. Histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal diusus besar manusia.
Penggolongan penyakit disentri dibedakan menjadi empat fase yaitu disentri ameba ringan, disentri ameba sedang, disentri ameba berat dan disentri ameba kronik. Yang pertama akan dibahas adalah disentri ameba ringan. Timbulnya penyakit ini perlahan-lahan, penderita
biasanya mengeluh perut ringan yang bersifat kejang. Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja yang berbau busuk. Kadang-kadang tinja bercampur darah dan lendir. Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid. Jarang nyeri di daerah epigastrium yang mirip ulkus peptik. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik tanpa atau disertai demam ringan. Kadang-kadang terdapat hematomegali yang tidak
atau sedikit nyeri tekan.
Amebiasis intestinal sedang dapat diketahui dengan keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tetapi pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai hepatomegali yang nyeri ringan sedangkan disentri ameba berat didapatkan keluhan dan gejala klinis yang lebih berat lagi. Penderita biasanya mengalami diare disertai darah yang banyak lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi sekitar 40-450 C disertai mual dan anemia. Pada saat ini tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan sigmoidoskopi karena dapat menyebabkan perforasi usus.1-3
Dan yang terakhir adalah disentri ameba kronik. Gejalanya menyerupai disentri ameba ringan, serangan diare yang diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Serangan diare biasanya terjadi karena kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.
Dalam diagnosis disentri ameba pemeriksaan tinja merupakan hal yang sangat penting. Tinja penderita amebiasis tidak banyak mengandung leukosit, tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan apabila ditemukan ameba (trofozoit). Akan tetapi dengan ditemukan ambeba tersebut tidak berarti menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain, karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain pada seorang pasien. Sering amebiasis terdapat bersamaan dengan karsinoma usus besar.
Oleh karena itu bila pasien amebiasis yang telah mendapat pengobatan spesifik masih tetap mengeluh perutnya sakit, perlu dilakukan pemeriksaan lain misalnya endoskopi, foto kolon dengan barium enema atau biakan tinja.
Etiologi
Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus. Siklus hidup ada dua macam bentuk
yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Trofozoit komensal dapat dijumpai dilumen usus tanpa menimbulkan penyakit.
Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Pada pemeriksaan tinja di bawah mikroskop tampak trofozoit bergerak aktif dengan pseudopodinya dan di batasi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca. Didalamnya ada endoplasma yang berbentuk butir-butir kecil dan sebuah inti didalamnya. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus maupun diluar usus mengakibatkan
gejala disentri.
Disentri amebiasis mempunyai dua macam bentuk kista yaitu kista muda dan kista dewasa. Kista muda berarti satu mengandung satu gelembung glikogen dan badan kromatid yang berujung tumpul. Kista dewasa berinti empat. Kista hanya terbentuk dan dijumpai didalam lumen usus dan tidak dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dapat di jumpai di dalam dinding usus atau dijaringan tubuh.
Gambar 1. Siklus hidup entamoeba histolytica
Sumber:(http://www.google.co.id/imgres?q=siklus+hidup+entamoeba+histolytica&um=1&hl=id&noj=1&tbm=i sch&tbnid=EVEnYJfB_K9cXM:&imgrefurl= /2011/12/siklus-hidup-protozoa)
Bentuk kista bertanggung jawab terhadap penularan penyakit yang dapat hidup lama diluar tubuh manusia dan tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga faktor kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar, menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista. E.histolytica oleh beberapa penulis dibagi menjadi dua ras yaitu ras besar dan ras kecil, bergantung pada apakah dapat membentuk kista berdiameter lebih besar atau lebih kecil dari 10 mm.4
Berdasarkan penyelidikan pada binatang dan manusia dapat dibuktikan bahwa E.histolytica dapat merangsang terbentuknya imunitas humoral dan selular. In vivo imunitas humoral mampu membinasakan ameba, tetapi in vitro tidak. Belum diketahui apa sebabnya keadaan tersebut dapat terjadi. Tampaknya imunitas yang terbentuk tidak sempurna dan hanya dapat mengurangi beratnya penyakit tidak dapat mencegah terjadinya penyakit. Diduga imunitas selular lebih besar perannya daripada imunitas humoral. Antibodi didalam serum terutama berperan dalam uji serologik.4
Epidemiologi
Amebiasis terdapat hampir diseluruh dunia. Angka tertinggi dapat ditemukan di daerah tropik dan subtropik, terutama di negara yang keadaan kebersihan lingkungan dan sosial ekonominya yang kurang baik. Di beberapa negara tropis tingkatan anti body terhadap E.histolytica mencapai hampir 50%. Sedangkan di Indonesia sendiri, amebiasis kolon banyak ditemukan dalam keadaan endemi.
Peningkatan E.histolyca di berbagai daerah di Indonesia sekitar 10-18%. Di RRC, Mesir, India, dan Belanda berkisar 10,1-11,5% di Eropa Utara 5-20% di Eropa Selatan 20-51% dan di Amerika Serikat 4-21%. Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa rendahnya status sosial ekonomi dan kurangnya sanitasi merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi. Pada kelompok ini, infeksi terjadi dan menyerang pada umur yang lebih muda. Di Meksiko kenaikan ditemukan 11% pada kelompok umur 5-9 tahun.4,5
Frekuensi infeksi E.histolytica diukur dengan jumlah pengandung kista. Perbandingan berbagai macam amebiasis di Indonesia adalah sebagai berikut: amebiasis kolon banyak
ditemukan, sedangkan amebiasis paru, kulit dan vagina jarang dan amebiasis otak lebih jarang lagi dijumpai. Amebiasis ditularkan oleh pengandung kista. Pengandung kista
biasanya sehat tetapi ia memegang peranan penting untuk penyebaran penyakit karena tinjanya merupakan sumber infeksi. Jadi, amebiasis tidak ditularkan oleh penderita amebiasis akut.
Entamoeba histolytica banyak berkembang dinegara tropis. Hal ini disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higene individu dan sanitasi lingkungan hidup. Spesies ini mampu melalui dinding usus dan menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati, paru-paru dan otak.
Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta kontak seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati. Disentri amoeba ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung melalui tangan, maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amoeba. Kemungkinan faktor diet rendah protein juga memegang peranan dalam penyebab disentri Amoeba.
Di Indonesia diperkirakan insiden disentri amoeba ini cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Patofisiologi
Trofozoit yang mula-mula sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.
Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi
dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.1-4
Terapi
Pada terapi obat yang dapat dilakukan untuk penyakit disentri amebiasis adalah pemberian asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari. Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.1-3
Sedangkan pada terapi edukasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberitahukan bahwa makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup harus memenuhi syarat kesehatan yang merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 21 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.1-3
Komplikasi
Pada penyakit ini bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi. Karena beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba, baik berat maupun ringan. Sering sumber penyakit di usus sudah tidak menunjukkan gejala lagi atau hanya menunjukan gejala ringan sehingga yang muncul adalah gejala penyulitnya atau yang biasa dikenal dengan komplikasi. Keadaan ini sering terjadi pada penyulit ekstra intestinal yang disebut amebiasis ekstra intestinal. Berdasarkan lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi intestinal yaitu perdarahan usus yang terjadi apabila ameba mengadakan invasi ke dinding usus besar dan merusak pembuluh darah. Bila perdarahan ini terjadi secara hebat dapat berakibat fatal.6
Dan akan terjadi pula perforasi usus terjadi apabila abses menembus lapisan muskular dinding usus besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi. Peritonitis juga dapat terjadi akibat pecahnya abses hati ameba. Ameboma terjadi akibat infeksi kronik
yang mengakibatkan reaksi terbentuknya masa jaringan granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid sukar dibedakan dengan karsinoma usus besar. Sering mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus.
Selain itu komplikasi ini dapat mengakibatkan intususepsi yang sering terjadi di daerah sekum yang memerlukan tindakan operasi segera. Serta penyempitan usus yang dapat terjadi pada disentri kronik akibat terbentuknya jaringan ikat atau akibat ameboma.
Komplikasi ekstra intestinal dapat terjadi pula dalam disentri ameba yaitu amebiasis hati. Abses hati ameba merupakan penyulit ekstra intestinal yang paling sering terjadi. Didaerah tropis terutama di asia tenggara yang insidensnya berkisar 5-40%. Lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita tersering pada usia 30-40 tahun. Abses dapat timbul beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi ameba kadang-kadang terjadi tanpa
diketahui menderita disentri ameba sebelumnya. Infeksi dihati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar lewat vena porta jarang lewat pembuluh getah bening. Mula-mula akan terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati, kemudian timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses) yang akan bergabung menjadi satu, membentuk abses tunggal yang besar. Dapat pula terjadi abses majemuk. Sesuai dengan arah aliran vena porta maka abses hati ameba terutama banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril tidak berbau, berwarna kecoklatan yang terdiri atas jaringan sel hati yang rusak bercampur darah. Kadang-kadang berwarna kuning kehijauan karena bercampur dengan
cairan empedu.4-6
Pasien akan sering mengeluh nyeri spontan diperut kanan atas, kalau berjalan posisinya membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakan diatasnya. Hati teraba di bawah lengkung iga, nyeri tekan disertai demam tinggi yang bersifat intermiten atu remiten. Kadang-kadang nyeri tekan loka didaerah iga 8 dan 9 atau 10, jarang terjadi ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukosit moderat yang terdiri atas 70% leukosit polimorfonuklear. Faal hati jarang terganggu jarang ditemukan ameba didalam tinja.4-6
Ameba dapat ditemukan didalam bahan cairan aspirasi abses bagian yang terakhir atau bahan biopsis dinding abses. Pada pemeriksaan penerawangan tampak peninggian
hemidiafragma kanan, gerakannya menurun atau kadang-kadang terjadi gerakan paradoksal. Amebiasis pleuropulmonal dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Kira-kira 10-20% abses hati ameba dapat menyebabkan penyulit ini. Dapat timbul cairan pleura, atelektasis, pneumonia atau abses paru. Abses paru dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat terjadi hiliran hepatobronkial, penderita batuk-batuk dengan sputum berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati.6
Komplikasinya pun dapat menyebabkan abses otak, limpa, dan organ lain. Abses ini dapat terjadi akibat embolisasi ameba langsung dan dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi. Serta amebiasis kulit yang terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar dengan membentuk hiliran. Sering terjadi di daerah perianal atau didinding perut. Dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
Prognosis ditentukan oleh berat-ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama yang tanpa komplikasi. Pada abses hati ameba kadang-kadang diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan nanah. Demikian pula dengan amebiasis yang disertai penyulit efusi pleura. Prognosis yang kurang baik adalah abses otak ameba.5,6
Kesimpulan
Hipotesis diterima, bahwa keluhan pada pasien disebabkan oleh infeksi pada saluran pencernaan. Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus menerus (diare) yang bercampur dengan lendir, dan darah.
Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua yaitu disentri amebiasis dan disentri basiler. Disentri amebiasis disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri shigella.
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang di bawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup ditempat yang kotor dan bau sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, membiasakan hidup dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan perorangan dengan selalu mencuci tangan
memakai sabun setelah memegang sesuatu dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Daftar Pustaka
1. Sya’roni A, Hoesadha Y. Buku ajar penyakit dalam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2006.h.755-65.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2850-9.
3. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku FKUI; 2011.h.116-7.
4. Berhman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. 15th. Jakarta: EGC; 2000.h. 974-6. 5. Warhurst DC. Protozoal diseases. Amebiasis. Editor Gilles HM. New York: Oxford
University Press Inc; 2002: 548-59.
6. Tanyuksel M, Petri WA Jr. Laboratory diagnosis of amebiasis. Clin Microbiol Rev; 2003.p.16: 713-24.