• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan budaya baca Al-Qur’an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan budaya baca Al-Qur’an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA BACA AL-QUR’AN SISWA DI SMA ISLAM KEPANJEN MALANG. SKRIPSI. Oleh : Alif Rohmah Nur Mufidah NIM 12110049. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016. i.

(2) STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA BACA AL-QUR’AN SISWA DI SMA ISLAM KEPANJEN MALANG. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Oleh : Alif Rohmah Nur Mufidah NIM 12110049. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juni, 2016. ii.

(3) iii.

(4) iv.

(5) PERSEMBAHAN Goresan tinta telah terukir bersama dengan rasa syukur yang kian terpancar kepada sang Ilahi Robbi, segala sesuatu yang diberikannya memberikan suatu makna tersendiri. Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan kepada orangorang yang telah memberikan makna hidup serta langkah bijak dalam lika-liku kehidupan Bapak dan Ibu tercinta (Bpk. Ngatudji dan Ibu Surti Utami ) My Twin (Alif Rohmah Nur Habibah) adekku ( Salis Qodri Mufti Muhammad) serta keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan jutaan kasih sayangnya, serta selalu mendo‟akan dengan penuh ikhlas tanpa meminta balasan apapun Bapak Dr. H. Farid Hasyim, M. Ag, Kyai Suyuthi Asyraf serta keluarga ndalem dan guru serta dosenku yang telah memberikan ilmu tiada henti semoga untaian do‟a tiada henti terlinang hingga yaumul akhir Teruntuk Calon Imamku yang akan memberikan cerita indah dalam kehidupan, untuk sahabatku serta teman-teman seperjuangank yang telah memberikan semangat dan memacu nyali untuk mewujudkan cita-cita, semoga tali kasih di antara kita selalu abadi selamanya, Amin.. v.

(6) MOTTO. َّ ْ ُ ُ َ ْ َ َّ ُ ْ َ ‫خيرالناس أهفعهم ِللناس‬ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. (HR. Bukhari Muslim)1. 1. Ahmad Sadri, 100 Hadits Populer untuk Hafalan, (Surabaya: Pustaka eLBA, 2014), hlm. 78. vi.

(7) vii.

(8) viii.

(9) KATA PENGANTAR. Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur kami sampaikan keharibaan Ilahi Robbi, karena atas segala kenikmatan dan hidayah serta inayahnya kita bisa menikmati indahnya kehidupan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman Jahiliyah menuju jalan kebenaran yakni Addinul Islam wal Iman. Syukur Alhamdulah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat serta keridhoan-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Untuk itu dalam lembar pengantar ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis. Kepada beliau: 1. Prof. Dr. Mudjia Rahardjo M.Si, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Dr. H. Nur Ali, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Malulana Malik Ibrahim Malang. 3. Dr. Marno, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 1. Dr. H. Farid Hasyim, M.Ag, selaku dosen wali dan dosen pembimbing skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan kesabaran memberi arahan, masukan serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi mulai awal hingga akhir sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, yang telah banyak berperan aktif dalam menyumbangkan ilmu, wawasan dan pengetahuan kepada penulis. 5. Staf serta karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, penulis mengucapkan terimakasih atas partisipasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.. ix.

(10) 6. Drs. H. Musoli Haris, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Islam Kepanjen, yang telah memeberikan izin untuk penelitian sekripsi penulis. 7. Ustadz Toriqul Huda, al-Hafidz. selaku penanggung jawab pembelajaran. membaca al-Qur‟an yang telah memberikan informasinya serta memberikan sumber untuk melengkapi data skripsi yang dibutuhkan. 8. Kepada orang tuaku tercinta, Bapak Ngatudji dan Ibu Surti Utami yang senantiasa memberikan support dan doanya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. 2. Alif Rohmah Nur Habibah My twin dan adek Salis Qodri Mufti Muhammad yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta canda tawa yang mampu menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi ini. 3. Dan Muhammad Lubbabul Azhar yang tiada henti memberikan semangat dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Terakhir kalinya terima kasih penulis sampaikan kepada Lila, Tia, Joko, Qomarin, Nia dan teman-teman seperjuangan di PAI D 2012 atas semangat dan motivasinya, serta semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Karena bantuan berbagai pihak di ataslah laporan penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga apa yang telah beliau-beliau lakukan oleh Allah dicatat sebagai amalan yang manfaat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstrutuf dari para pembaca. Akhirul kalam, tiada sesuatupun di dunia ini yang sempurna, hanya kepadaNya kita berserah diri dan mohon ampunan. Dengan segala keendahan hati, penulis berharap semoga dengan skripsi yang sederhana ini dapat memberikan informasi dan kontribusi bagi penelitian selanjutnya, Amin. Syukran ‘Ala Kulli Ikhtimam, Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwami Tariq. Malang, 07 Juni 2016. Alif Rohmah Nur Mufidah 12110049. x.

(11) PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : A. Huruf ‫ا‬. =. a. ‫ز‬. =. z. ‫ق‬. =. q. ‫ب‬. =. b. ‫س‬. =. s. ‫ك‬. =. k. ‫ت‬. =. t. ‫ش‬. =. sy. ‫ل‬. =. l. ‫ث‬. =. ts. ‫ص‬. =. sh. ‫م‬. =. m. ‫ج‬. =. j. ‫ض‬. =. dl. ‫ن‬. =. n. ‫ح‬. =. h. ‫ط‬. =. th. ‫و‬. =. w. ‫خ‬. =. kh. ‫ظ‬. =. zh. ‫ه‬. =. h. ‫د‬. =. d. ‫ع‬. =. ‘. ‫ء‬. =. ,. ‫ذ‬. =. dz. ‫غ‬. =. gh. ‫ي‬. =. y. ‫ر‬. B. Vokal Panjang. =. ‫ف‬. r. =. f. C. Vokal Dipotong. Vokal (a) Panjang = â. ْ‫أو‬. =. aw. Vokal (i) Panjang = î. ْ‫أي‬. =. ay. Vokal (u) Panjang = û. ْ‫أو‬. =. ứ. ْ‫إي‬. =. ỉ. xi.

(12) DAFTAR TABEL. 1. TABEL I. : PENELITIAN TERDAHULU ......................................... 10. 2. TABEL II. : FUNGSI GURU ................................................................. 27. 3. TABEL III. : INFORMAN DAN TEMA WAWANCARA .................. 63. 4. TABEL IV. : DOKUMENTASI PENELITIAN .................................... 64. 5. TABEL V. : DATA SISWA SMA ISLAM KEPANJEN ..................... 78. 6. TABEL VI. : DATA GURU SMA ISLAM KEPANJEN ...................... 79. 7. TABEL VII. : SARANA SMA ISLAM KEPANJEN ............................. 81. 8. TABEL VIII : PRASARANA SMA ISLAM KEPANJEN ..................... 81 9. TABLE IX. : SAMPLE NILAI ............................................................... 94. xii.

(13) DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : SURAT IZIN PENELITIAN LAMPIRAN 2 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN LAMPIRAN 3 : DENAH SMA ISLAM KEPANJEN LAMPIRAN 4 : STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH LAMPIRAN 5 : DAFTAR GURU DAN STAF LAMPIRAN 6 : DAFTAR SARANA PRASARANA LAMPIRAN 7 : SAMPLE ABSENSI BACA QUR’AN SISWA LAMPIRAN 8 : SAMPLE DAFTAR NILAI SISWA LAMPIRAN 9 : BUKTI KONSULTASI LAMPIRAN 10 : PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 11 : HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 12 : FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN. xiii.

(14) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................i SAMPUL DALAM ...........................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................v HALAMAN MOTTO .......................................................................................vi HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................vii HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................viii KATA PENGANTAR ......................................................................................ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ............................................xi DAFTAR TABEL ............................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xv DAFTAR ISI .....................................................................................................xvi ABSTRAK ........................................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang ..........................................................................................1 B. Fokus Penelitian .......................................................................................5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................6 E. Originalitas Penelitian ..............................................................................8 F. Definisi Istilah ..........................................................................................11 G. Sistematika Pembahasan ................................................................................. 11. BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 13 A. Landasan Teori .........................................................................................13 1. Strategi .................................................................................................13 a. Pengertian Strategi ..........................................................................13 b. Komponen-Komponen Strategi .......................................................14 c. Pengendalian Strategi ......................................................................16 d. Strategi Sebagai Dasar Usaha .........................................................17 e. Macam-Macam Strategi Pembelajaran ...........................................18 2. Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................21 xiv.

(15) a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam .....................................21 b. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam ............................................23 c. Sifat Guru Pendidikan Agama Islam ...............................................25 d. Fungsi dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ..........................27 e. Standart Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .....................31 f. Kedudukan Guru Pendidikan Agama Islam ....................................34 3. Budaya Madrasah .................................................................................35 a. Pengertian Budaya Islam .................................................................35 b. Ciri Budaya Madrasah .....................................................................38 4. Baca Al-Qur‟an ....................................................................................40 a. Pengertian Baca Al-Qur‟an .............................................................40 b. Tujuan Baca Al-Qur‟an ...................................................................41 c. Adab atau Etika Membaca Al-Qur‟an .............................................43 d. Sikap Membaca Al-Qur‟an .............................................................46 e. Tingkatan dalam Membaca Al-Qur‟an ...........................................48 f. Metode dalam Membaca Al-Qur‟an ...............................................49 g. Kesulitan-Kesulitan dalam Membaca Al-Qur‟an ............................52 h. Upaya-Upaya dalam Membaca Al-Qur‟an .....................................53 i. Hikmah dan Keutamaan Membaca Al-Qur‟an ................................54 5. Strategi Guru PAI dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur‟an ........54 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................56 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...............................................................56 B. Kehadiran Peneliti ....................................................................................58 C. Lokasi Penelitian ......................................................................................59 D. Data dan Sumber Data ..............................................................................59 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................62 F. Analisis Data .............................................................................................65 G. Prosedur Penelitian ...................................................................................66 BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .............................70 A. Paparan Data .............................................................................................70 1. Identitas Sekolah ..................................................................................70 2. Sejarah Berdirinya SMA Islam Kepanjen Malang ..............................71 3. Visi dan Misi SMA Islam Kepanjen Malang .......................................74 4. Tujuan SMA Islam Kepanjen Malang .................................................77 5. Data Siswa SMA Islam Kepanjen Malang ..........................................78 6. Data Guru dan Karyawan SMA Islam Kepanjen Malang ...................78 7. Sarana dan Prasarana SMA Islam Kepanjen Malang ..........................79 8. Hasil Wawancara .................................................................................82 B. Hasil Penelitian ........................................................................................95 1. Pelaksanaan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam. xv.

(16) Menciptakan Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa di SMA Islam Kepanjen Malang .................................................................................95 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa di SMA Islam Kepanjen Malang ........96 3. Dampak dan Solusi yang Dilaksanakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa di SMA Islam Kepanjen Malang ..................................................................................98 BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................100 A. Strategi Guru PAI dalam Budaya Baca Al-Qur‟an .....................................100 B. Faktor Pendukung dan Faktor penghambat Budaya Baca Al-Qur‟an Siswa di SMA Islam ...................................................................................103 C. Dampak dan Solusi yang Dilaksanakan Guru PAI dalam Budaya Baca AlQur‟an Siswa di SMA Islam Kepanjen Malang ..........................................105 BAB VI PENUTUP ...........................................................................................106 A. Kesimpulan .................................................................................................106 B. Saran ...........................................................................................................108 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................110 LAMPIRAN-LAMPIRAN. xvi.

(17) ABSTRAK Nur Mufidah, Alif Rohmah, 2016. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur’an Siswa Di SMA Islam Kepanjen Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembimbing: Dr. Farid Hasyim,M.Ag Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kesempurnaan sistem pendidikan dan pengajaran yang ditawarkan. Dalam suatu lembaga pendidikan Guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas peserta didik terutama dalam baca al-Qur‟an karena baca al-Qur‟an merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipelajari oleh setiap umat Islam untuk menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman hidup seluruh umat manusia. Maka dari itu Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Kepanjen Malang menciptakan program budaya baca al-Qur‟an sebagai tradisi yang akan diikuti oleh semua komponen sekolah. Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang (2) faktor penghambat dan pendukung strategi budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen Malang serta (3) Dampak yang dihasilkannya dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟ansiswa di SMA Islam Kepanjen Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa datanya adalah deskriptif kualitatif. Menetapkan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trigulasi data sebagai bahan pebanding dan analisis data dimulai dari reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Strategi Budaya Baca AlQur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang dilaksanakan oleh semua warga sekolah dengan begitu SMA Islam Kepanjen Malang dijadikan sebagai madrasah yang berbasis Qur‟ani. (2) faktor yang menghambat guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an adalah: a. Sifat malas yang sering terjadi pada siswa, b. Latar belakang siswa yang berbeda, dan c. Pengaruh negative teknologi. Sedangkan faktor pendukung adalah: a. Fasilitas yang memadai, dan b. Program sekolah yang mendukung.(3) Dampak dari program budaya baca al-Qur‟an adalah muncullah nilai-nilai baik yang berdampak positif pada siswa yang sebelumnya kurang mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai tajwid maka, siswa tersebut mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj dan tajwid. Kata Kunci: Strategi Guru PAI, Budaya, Baca al-Qur’an. xvii.

(18) ABSTRACT Nur Mufidah, Alif Rohmah, 2016. The strategy of Islamic Education (PAI) in creating a culture of Read Al-Quran in Islamic Senior High School, Kepanjen Malang. Thesis, Islamic Education Departement, Tarbiyah Science and Teaching Faculty, State Islamic University (UIN) of Maulana Malik Ibrahim Malang. Supervising Lecturer: Dr. H. Farid Hasyim, M. Ag The progress of a nation depends greatly on the perfection of education system and teaching is offered. In a education teacher institutions have an important role in improving the quality of learners especially in reading the Qur'an because it read the Qur'an is one of the obligations that must be implemented and studied by every Muslim to make it as instructions and guidelines for the life of all mankind. Therefore the education teacher of Islamic Senior High School in Kepanjen creates activity or cofltural programmes read al-Quran in schools as a tradition to be followed by all components of the school. As for the purpose of this research was to describe (1) a strategy of Islamic religious education teachers in creating a culture of read al-Quran of students in Islamic Senior High School, Kepanjen Malang (2) restricting factor and supporter cultural strategy of reading al-Quran in Islamic Senior High School students are Poor and(3) the result of impact in creating culture reading al-Qur'an of students in Islamic Senior High School in Kepanjen Malang. This study used a qualitative approach. Whereas technics are the collection of data is done through observation, interview and documentation. The technique analysis of the data is qualitative descriptive. Set the validity of the data in this study using trigulasi data as a comparasion and analysis of its data starts from the reduction of the data, present of the data and an give conclusions. The results of this study suggest (1) the Cultural Strategy of Reading AlQuran in Islamic Senior High School ,Kepanjen Malang was implemented by all components of schools nitizen and become program of school. With that strategy, Islamic Senior High School will make the Unfortunate Kepanjen with Quranic Principle(2) two factors that inhibit the Islamic education teachers in creating a culture of reading Quran are. a. the nature of lazy that often occurs in students, b.. different background of students, and c. influence the negative of technology. Whereas factor are : a. adequate facilities, and b. supporting school Programs. (3) the result of then came the good values that member had a positive impact on students who previously less able to read the Qur'an properly and correct recitation of these students, then being able to read the Qur'an properly and correctly in accordance with each sound and tajwid. Key words: strategy of Islamic Education Teacher, culture, read the Qur'an. xviii.

(19) ‫مستخلص البحث‬ ‫هىز مفيد ‪ ,‬ألف زخمة ‪ ،6102 ،‬ئستراثيجية معلم التربية ؤلاسالمية في ثكىيً ثلافة كساءة اللسآن لطلبة‬ ‫اإلادزسة الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج‪ ،‬البدث الجامعي‪ ،‬كسم التربية ؤلاسالمية‪ ،‬كلية‬ ‫علىم التربية والحعليم‪ ،‬حامعة مىالها ملك ئبساهيم ؤلاسالمية الحكىمية ماالهج‪.‬‬ ‫اإلاشسف‪ :‬دكحىز فسيد هاشم اإلااحسحير‬ ‫ئن في ثلدم بالد جعللا كىيا بكمال هظام التربية والحعليم اإلاستهدف‪ .‬في مإسسة‪ ،‬كاهد ثسبية‬ ‫اإلاعلم لديها دوز مهم في ثسكية حىدة الطلبة ال سيما في كساءة اللسآن ألنها ئخدي ملحضيات ال بد أن‬ ‫ًإدي ويدزسها كل مسلم باثخاذها دليال و كاهىن خياة حميع الىاس‪ .‬فلرلك معلم التربية ؤلاسالمية في‬ ‫اإلادزسة الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج صىع وشاطا وبسهامج ثلافة كساءة اللسآن عىد الطلبة كعادة‬ ‫سيخبعها كل مكىن اإلادزسة‪.‬‬ ‫وأما أهداف هرا البدث هي لىصف عً ‪ )0( :‬ئستراثيجية معلم التربية ؤلاسالمية في ثكىيً‬ ‫ثلافة كساءة اللسآن لطلبة اإلادزسة الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج‪ )6( ،‬العىامل اإلاعىكات والدوافع‬ ‫على ئستراثيجية ثلافة كساءة اللسآن لطلبة اإلادزسة الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج‪ ،‬و (‪ )3‬آلاثاز‬ ‫اإلادصىلة في ثكىيً ثلافة كساءة اللسآن لطلبة اإلادزسة الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج‪.‬‬ ‫هرا البدث مسحخدم باإلادخل الكمي‪ ،‬أما طسيلة حمع البياهات مىفرة مً خالل اإلاالخظة‬ ‫واإلالابلة والحىثيم وطسيلة ثدليل البياهات هي الىصفي الكمي‪ .‬كان ئثبات صالح البياهات في هرا البدث‬ ‫مسحخدما بطسيلة ثثليث البياهات وهي وبياهات الحدليل بحلليلها وعسضها ثم ؤلاسحيباط‪.‬‬ ‫وهخيجة هرا البدث ثدل بأن ‪ )0( :‬ئستراثيجية ثلافة كساءة اللسآن لطلبة اإلادزسة الثاهىية‬ ‫ؤلاسالمية كباهجين ماالهج كد هفرها كل ّ‬ ‫ملىم اإلادزسة وأصبدد بسهامج اإلادزسة‪ ،‬فلرا اإلادزسة‬ ‫الثاهىية ؤلاسالمية كباهجين ماالهج أصبدد مدزسة كسآهية‪ )6( ،‬كاهد العىامل التي جعىق معلم التربية‬ ‫ؤلاسالمية في ثكىيً ثلافة كساءة اللسآن هي أ‪ -‬كثرة الكسل في هفس الطلبة‪ ،‬ب‪ -‬ئخحالف خلفيتهم‪ ،‬و ج‪-‬‬ ‫ألاثس السلبي في الحكىىلىحيا‪ .‬وأما العىامل التي هي أ‪ -‬كفاءة اإلاسافم‪ ،‬و ب‪ -‬بسامج اإلادزسة الدافعة‪)3( ،‬‬ ‫آلاثاز والحلىل التي اسحخدمها معلم التربية ؤلاسالمية في ثكىيً ثلافة كساءة اللسآن هي بىحىد ثلافة‬ ‫كساءثه ختى وشأت الليم ؤلاًجابية التي ثإثس الطلبة ثأثيرا ئًجابيا‪ ،‬كان الطلبة الرًً لم ًلسؤوا اللسآن‬ ‫حيدا ومىافلا بعلم الحجىيد فأصبدىا كادزا على كساءة اللسآن حيدا ومىافلا بمخازج الحسوف وعلم‬ ‫الحجىيد‪.‬‬ ‫الكلمات املفتاحية‪ :‬إستراثيجية معلم التربية إلاسالمية‪ ،‬ثقافة‪ ،‬قراءة القرآن‬. ‫‪xix‬‬.

(20) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Istilah pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar seseorang untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri setiap individu, sebagaimana telah dirumuskan dalam UU Sikdiknas No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Berdasarkan paparan Undang-undang di atas bahwa salah satu cara membangun generasi anak bangsa adalah dengan menggali potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu dan mengembangkannya. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai wahana penting untuk membangun generasi anak bangsa. Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu bangsa Indonesia adalah dengan mewajibkan anak bangsa menuntut ilmu sembilan tahun dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, selain itu memberantas adanya buta huruf digenerasi sekarang maupun yang akan datang. Dengan demikian pengembangannya merupakan proses yang tidak akan pernah berakhir dan melibatkan seluruh bangsa, tetapi lebih dari itu, karena sangat. 2. UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional.(Jakarta: Sinar Grafika, 2005). 1.

(21) 2. disadari bahwa pengembangan SDM merupakan titik sentral pengembangan Nasional. Proses pengembangan tersebut menyentuh beberapa bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi seorang pendidik. Menurut Hamka,“Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kesempurnaan sistem pendidikan dan pengajaran yang ditawarkannya”.3 Melihat sedemikian strategisnya pendidikan bagi manusia, maka tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa pembaharuan dunia Islam selalu dimulai dari pendidikan. Melalui pembaharuan dibidang pendidikan tersebut umat Muslim mampu menghasilkan solusi jangka panjang yang tepat bagi masalahmasalah yang sedang dihadapi umat Islam. Terutama masalah-masalah yang ada dalam suatu lembaga pendidikan yang mana mengarah pada pendidikan agama Islam sendiri. Disamping itu, semakin pesatnya kemajuan teknologi, seni dan budaya sehingga menuntut penguasaan secara profesional, menghadapi hal tersebut para pendidik dihadapkan pada tantangan pelaksanaan pendidikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Yang mana pendidik mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dalam sistem pembelajaran yang dilakukan secara efektif dan efisien. Perkembangan suatu sistem pendidikan dan lembaga yang mewadahinya memiliki keterkaitan dengan perkembangan masyarakat secara keseluruhan, baik cita-cita, tata nilai yang dianut, kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis, perubahan orientasi sosial, serta prioritas-prioritas perjuangannya. Pendidikan 3. Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2008), hlm. 13.

(22) 3. bagi. suatu. masyarakat. berfungsi. sebagai. social. machine. yang. bertanggungjawab untuk manusia, sekaligus melestarikan nilai-nilai dan warisan-warisan sosial kultural di mana pendidikan itu dilaksanakan.4 Setiap pendidik pasti menghadapi berbagai macam persoalan terutama guru Pendidikan Agama Islam, karena sebagai guru Pendidikan Agama Islam memegang peran dan tanggung jawab yang cukup tinggi dalam mendidik, membentuk akhlak siswa, dan memberikan contoh pada peserta didik. Sebagai contoh di SMA Islam Kepanjen Malang masing-masing guru diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah serta memberikan solusi ketika ada permasalahan pada siswa yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Salah satu contoh masalah yang dihadapi oleh SMA Islam Kepanjen Malang adalah masih banyak siswa yang bacaan al-Qur‟annya belum lancar bahkan belum bisa. Hal tersebut sangat memprihatinkan karena jika dilihat dari latar belakang sekolah yang bernafaskan Islami, siswa SMA/MA seharusnya sudah bisa untuk membaca al-Qur‟an dengan lancar dan benar sesuai dengan bacaan tajwidnya. Oleh karena itu, peran guru sangatlah diperlukan terutama guru PAI untuk mengatasi masalah siswa SMA Islam Kepanjen Malang yang belum bisa dan belum lancar dalam membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat diatasi dengan diadakannya kegiatan-kegiatan atau program sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an siswa dan meningkatkan proses pembelajaran al-Qur‟an.. 4. Ibid., hlm. 135.

(23) 4. Usaha untuk meningkatkan proses pembelajaran al-Qur‟an sangat diperlukan karena al-Qur‟an merupakan sumber hukum dan aturan yang utama bagi umat Islam. Karena di dalam al-Qur‟an terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mengimaninya. Seperti yang diungkapkan oleh filosof Muslim Muhammad Ibn Sahnun, bahwa umat Islam mengarahkan anak-anak mereka belajar membaca dan menulis al Qur‟an sejak usia dini. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kitab suci, membacanya menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kehidupan dunia, menguatkan. keimanan,. mendorong. berbuat. kebaikan. dan. mencegah. kemungkaran, mengharap ridha Allah SWT, menambahkan akhlak yang mulia melalui riwayat yang terdapat dalam al-Qur‟an, menambah perasaan keagamaan sehinga keimanan bertambah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.5 Oleh karena itu, bagi orang yang beriman, kecintaan kepada alQur‟an akan bertambah dan sebagai bukti cintanya, dia akan semakin bersemangat dalam membacanya setiap waktu, mempelajari isi kandungannya dan memahaminya. Selanjutnya akan mengamalkan al-Qur‟an dalam kehidupannya seharihari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan lingkungan sekitar.6 Dapat diketahui bahwa setiap Muslim mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mengajarkan dan mengamalkan al-Qur‟an sebagai. 5. 6. Maidir Harun, Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an Siswa SMA, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hlm. 15 Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhilah Membaca Al Qur’an, (Jakarta: Kaffah Media, 2005), hlm. 11.

(24) 5. petunjuk dan pedoman hidup seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Apalagi menghadapi tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sekarang ini. Sebagai umat Muslim perlu khawatir dan prihatin terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa karena pesatnya kemajuan IPTEK yang berdampak pada terjadinya pergeseran budaya, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an. Anak-anak sekaranng lebih suka bermain game dan internet dari pada membaca al-Qur‟an. Ketidakpedulian manusia dalam belajar al-Qur‟an akan mengakibatkan terjadinya peningkatan buta huruf yang ada pada akhirnya al-Qur‟an tidak lagi dibaca dan dipahami apalagi diamalkan.7 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an siswa di SMA Islam Kepanjen. Oleh karena itu, peneliti ingin mengajukan judul skripsi Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan Budaya Baca Al-Qur’an Siswa di SMA Islam Kepanjen Malang”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan strategi guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang?. 7. Ibid., hlm. 14.

(25) 6. 2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang? 3. Apa dampak pelaksanaan strategi guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang? C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dari strategi guru PAI dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang. 3. Untuk. mengetahui dampak dari pelaksanaan strategi guru PAI dalam. menciptakan budaya baca al-Qur‟an di SMA Islam Kepanjen Malang. D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan hasil yang diperoleh berguna bagi : 1. Bagi Sekolah a. Sebagai wacana dan pengembangan keilmuan tentang pembelajaran alQur‟an. b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan budaya baca al-Qur‟an di Madrasah..

(26) 7. c. Sebagai bahan evaluasi terhadap proses pembelajaran al-Qur‟an yang telah berlangsung. 2. Bagi Guru Bidang Studi Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam strategi pembelajaran sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dalam menjalankan tugasnya dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta mampu mengatasi semua permasalahan dalam pengajaran. 3. Bagi Siswa/Siswi Sebagai motivasi siswa agar lebih sungguh-sungguh dalam belajar membaca al-Qur‟an sesuai dengan makhraj dan tajwid serta tidak mengabaikan pembelajaran al-Qur‟an karena bagaimanapun belajar alQur‟an tidak hanya untuk kehidupan sehari-hari tapi juga untuk bekal nanti di akhirat. 4. Bagi Masyarakat Sebagai khazanah keilmuan dan wawasan pembelajaran serta tambahan referensi tentang strategi guru dalam menciptakan budaya baca alQur‟an yang sesuai dengan makhraj dan tajwid. 5. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini penulis memperoleh tambahan pengalaman mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan budaya baca al-Qur‟an siswa. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..

(27) 8. E. Originalitas Penelitian Originalitas penelitian ini menyajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian yang diteliti antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya pengulangan kajian terhadap hal-hal yang sama. Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa saja yang membedakan antara penelitian peneliti dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam hal ini akan lebih mudah dipahami, jika peneliti menyajikannya dalam bentuk tabel atau matrik dibandingkan dengan menyajikan dalam bentuk paparan yang bersifat uraian. Dalam penelitian ini bercermin dari beberapa penelitian terdahulu akan tetapi tetap menjaga keoriginalitasan dalam penelitian. Pertama, Skripsi Yunia Risma Intani (2013) Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Budaya Religius Di SMAN 1 Tumpang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang disajikan dalam bab pertama dan kedua. Disini penulis mengemukakan bahwa membangun budaya religius di sekolah, peran guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri benar-benar dibutuhkan khususnya dari guru bidang keagamaan, dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut sudah cukup baik karena terbukti sudah melangsungkan beberapa budaya religius. Dari skripsi yang pertama, ada kesamaan dalam penelitian yaitu tentang budaya baca al-Qur‟an serta metode yang digunakan juga sama yaitu pendekatan kualitatif, namun peneliti lebih memfokuskan pada keseluruhan.

(28) 9. budaya religius disekolah tidak seperti penelitian ini yaitu mencakup salah satu aspek dari budaya religius yaitu budaya baca al-Qur‟an di sekolah. Lokasi penelitiannya pun juga berbeda, untuk skripsi yang pertama di SMAN 1 Tumpang, sedangkan penelitian kali ini dilakukan di SMA Islam Kepanjen. Skripsi kedua, skripsi Diatun (2014) Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berjudul Peran Kepala Madrasah Dalam Membiasakan Budaya Tahfidzul Qur‟an Di MTs. Al-Fathimiyah Banjarwati Paciran Lamongan. Memiliki kesamaan dalam metode penelitiannya yakni menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Namun untuk penelitian peneliti fokus pada peran kepala sekolah dalam budaya tahfidzul al-Qur‟an siswa sedangkan peneliti ini lebih pada strategi guru PAI dalam budaya baca al-Qur‟an. siswa.. Lokasi. penelitiannya. juga. berbeda. peneliti. kedua. melaksanakan penelitian di tingkat SMP/MTs. yaitu MTs. Al-Fathimiyah Banjarwati Paciran Lamongan sedangkan penelitian ini dilaksanakan di tingkat SMA/MA yaitu SMA Islam Kepanjen. Pada skripsi ketiga milik Riadlotush Sholehah Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berjudul Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur‟an Pada Siswa MTs. Negeri Kepanjen. Kesamaan dalam penelitian ini pada strategi guru dalam membaca al-Qur‟an siswa yaitu dengan pembiasaan menghafal ayat-ayatnya. Namun pembedanya yaitu peneliti fokus pada kemampuan dalam membaca alQur‟an siswa terutama pada siswa kelas tahfidz sedangkan peneliti ini lebih pada terciptanya budaya membaca al-Qur‟an seluruh siswa di sekolah dan.

(29) 10. peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. jenis penelitian studi kasus.. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Lokasi penelitian juga berbeda peneliti melakukan penelitian di MTs. Negeri Kepanjen sedangkan peneliti ini di SMA Islam Kepanjen. Untuk menjabarkan posisi penelitian ini, peneliti akan menjabarkan tabel persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk dapat mengungkapkan titik-titik celah persamaan dan perbedaan dari penelitian tersebut. Tabel 1.1 Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) 1. Yunia Risma Intani (2013). NO. 2. Diatun (2014). 3. Riyadlot ush Sholeha (2015). Judul Penelitian Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Budaya Religius Di SMAN 1 Tumpang Peran Kepala Madrasah dalam Membiasakan Budaya Tahfidzul Qur‟an di MTs Al Fathimiyah Banjarwati Paciran Lamongan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kemampuan. Motede Persamaan Penelitian Penelitian Kualitatif Pada skripsi ini samasama meneliti budaya baca al-Qur‟an. Kualitatif. Sama-sama mengkaji tentang pengemban gan tentang budaya di sekolah. Kualitatif. Strategi guru dalam membaca al-Qur‟an siswa yaitu dengan. Perbedaan Penelitian Peneliti fokus mengkaji tentang keseluruhan pengembanga n budaya religius di sekolah oleh guru PAI Peneliti mengkaji peran kepala madrasah dalam membiasakan budaya tahfidzul Qur‟an. Peneliti lebih fokus pada kemampuan dalam membaca alQur‟an siswa.

(30) 11. Baca AlQur‟an Pada Siswa MTs. Negeri Kepanjen. pembiasaan. terutama pada siswa kelas tahfidz. F. Definisi Istilah 1. Strategi guru Pendidikan Agama Islam adalah suatu pola yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan dan kegiatan tersebut harus dikerjakan guru dan siswa secara efektif dan efisien. 2. Budaya Baca Al-Qur‟an adalah konfigurasi dari tingkah laku yang unsurunsur pembentuknya berupa ucapan atau perbuatan terhadap Kalamullah sehingga terbentuknya pembiasaan baca al-Qur‟an dengan didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. G. Sistematika Pembahasan Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk penulisan yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, berisi pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orginalitas peneltian, definisi istilah, dan sistematika penulisan. Bab Kedua, merupakan kajian pustaka mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI), budaya, membaca al-Qur‟an. Bab Ketiga, berisi metode penelitian, terdiri atas: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, analisia data dan prosedur penelitian..

(31) 12. Bab Keempat, berisi paparan data dan hasil penelitian. Bab Kelima, berisi pembahasan dari penelitian, terdiri dari menjawab masalah penelitian dan menafsirkan temuan penelitian. Bab Enam, berisi penutup, terdiri atas kesimpulan dari hasil penelitian dan saran..

(32) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Pengertian Strategi Makna strategi awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan peperangan. Sekarang istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan. Semakin meluasnya penerapan strategi maka, Mintzberg dan Water dalam buku Strategi Pembelajaran mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are realized as patterns in stream of dicisions or actions).8 Sedangkan dalam dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed a particular educational goal. Artinya strategi adalah sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.9 Berdasarkan pengertian strategi tersebut dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan 8 9. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2013), hlm. 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006). hlm, 125. 13.

(33) 14. diterapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencangkup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang. b. Komponen-Komponen Strategi Strategi. memiliki. beberapa. komponen. didalannya.. Adapun. komponen-komponen yang dimiliki oleh strategi yaitu:10 1) Tujuan, khususnya dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk instrusional effect (hasil yang segera tecapai) namun nurturat effect (hasil jangka panjang). 2) Siswa atau peserta melakukan kegiatan beajar, terdiri dari peserta latihan yang sedang dipersiapkan untuk menjadi tenaga profesional. 3) Materi pelajaran yang bersumber dari ilmu bidang studi yang telah dirancang dalam GBPP dan sumber masyarakat. 4) Logistik, sesuai dengan kebutuhan bidang pengajaran, yang meliputi waktu, biaya, alat, kemampuan guru atau pelatih dan sebagian yang relevan dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu : 1) Kegiatan pembelajaran Kegiatan lanjutan sebagi bagian dari suatu system pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat didik dan materi pelajaran yang akan 10. Oemar Hamlik, Pembangunan dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Trigenda Karya, 1993). Hlm79-80..

(34) 15. disampaikan. Guru berperan sebagai fasilitator yang akan memberi arahan pada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. 2) Penyampiana informasi Penyampaian informasi sering kali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan dengan mulus karena menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. 3) Partisipan peserta didik Berdasrkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Sisiwa Aktif) yang diterjemahkan dari SAI (Student Active Training), yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. 4) Tes Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui a) apakah pengetahuan pembelajaran khusus telah tercapai.

(35) 16. atau belum, b) apakah pemahaman pembelajaran khusus telah dipahami atau belum, dan c) apakah pengetahuan sikap keterampilan telah benarbenar dimiliki oleh peserta didik atau belum. 5) Kegiatan Lanjutan Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau diatas ratarata, a) hanya menguasai sebagian atau cenderung di atas rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan akan tercapai, b) peserta didik seharusnya menerima pelajaran dengan baik. c. Pengendalian Strategi Sampai seberapa efektif implementasi strategi, maka perlu adanya tahap berikutnya yaitu untuk mengevaluasi strategi yang telah dijalankan: 1) Mereview faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi yang telah ada; 2) Menilai reformance strategi; 3) Melakukan koreksi. Untuk melakukan tingkat keefisienan dan keefektifan suatu kinerja dalam lembaga pendidikan, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap hasilhasil organisasi yang merupakan akibat keputusan masa lalu.11. 11. Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik, (Bandung: Bina Rupa Aksara, 1996), hlm. 139.

(36) 17. Strategi untuk membudayakan nilai-nilai religius di sekolah menurut Muhaimin dapat dilakukan melalui antara lain:12 1) Power Strategy, yakni strategi budaya religius di sekolah dengan menggunakan kekuasaan atau melalui people’s power, dalam hal ini peran kepala sekolah dengan segala kekuasaannya sangat dominan dalam melakukan perubahan. 2) Persuasive Power, yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat atau warga sekolah. 3) Normative Re-Educative, norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat lewat education. Normative digandengkan dengan reeducative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan menggantikan paradigma berfikir masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru. Dari keterangan di atas maka bisa dijelaskan bahwa pada strategi yang pertama dilaksanakan dengan perintah dan larangan, sedangkan strategi yang kedua dan ketiga dilaksanakan melalui pembiasaan, keteladanan, internalisasi, kemitraan dan pendekatan persuasif atau mengajak warga sekolah dengan cara yang halus dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. d. Strategi Sebagai Dasar Usaha Menurut Newman dan logan dalam buku Strategi Belajar Mengajar, strategi dasar dari setiap usaha meliputi 4 hal sebagai berikut:13. 12. Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 328 H. Mansyur, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1995/1996), hlm. 1 13.

(37) 18. 1) Mengidentifikasi dan penetapan spesifikasi dan kualitas tujuan yang harus dicapai dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya. 2) Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap ampuh untuk mencapai sasaran. 3) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal pelaksanaan sampai titik akhir dimana sasaran tercapai. 4) Pertimbangan dan penetapan tolak ukuran baku untuk digunakan dalam mengukur taraf keberhasilan. Dalam perkembangannya, konsep strategi telah banyak digunakan dalam berbagai situasi, dan instansi yang salah satunya termasuk untuk situasi pendidikan. d. Macam-macam Strategi Pembelajaran Ada beberapa strategi pembelajaran yang digunakan seorang guru untuk tercapainya suatu tujuan dari pembelajaran tersebut, yaitu : 1) Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi ekspositori adalah strategi yang menekankan strategi proses penyampaian materi secara verbal dari guru terhadap siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi ini juga sering disebut dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), sebab materi pelajaran langsung diberikan oleh guru, dan guru mengelolah secara tuntas pesan tersebut selanjutnya siswa dituntut untuk menguasai materi tersebut.14 Maka, dapat disimpulkan bahwa strategi ekspositori ini. lebih menekankan pada. proses tertutur yang berorientasi pada guru (teacher centered approach), dikatakan demikian karena guru memegang peran sangat dominan. 14. Nunuk Suryani, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 106.

(38) 19. Strategi pembelajaran Ekspositori memiliki beberapa karakteristik di dalamnya yaitu:15 a) Menyampaikan materi pelajaran secara verbal. Artinya, bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini oleh karena itu orang sering mengidentikannya dengan ceramah. b) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. c) Tujuan utama pembelajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. 2) Strategi Pembelajaran Inquiri Strategi inquiri adalah rangkaian kegiatan pemeblajaran yang menekannkan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu biasanya dilakukan dengan Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi ini biasanya disebut dengan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya saya menemukan.16 Jadi, inti dari strategi ini adalah menekankan hasil pemeblajaran yang diperoleh dari hasil temuan dari apa yang diketahui. Ciri utama dari strategi inquiri yaitu : a) Strategi ini menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, strategi ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Siswa tidak hanya berperan menerima namun untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran. b) Seluruh aktivitas siswa diarahkan mencari dan menemukan jawaban sendiri suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 15. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179 16 Ibid., 196.

(39) 20. c) Tujuan dan penggunaan strategi ini adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis sebagai proses mental. 3) Strategi Pembelajaran Konseptual Strategi. ini. menekankan. pada. keterkaitan. antara. materi. pemebelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.17 Maka, dapat disimpulkan bahwa strategi ini mengajak peserta didik untuk menemukan materi yang dipelajari dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa elemen yang harus diperhatikan dalam strategi konseptual, yaitu: a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. b. Pemeblajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian secara khusus (dari umum ke khusus). c. Upaya mempraktikan secara langsung apa-apa yang dipelajari. d. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengethuan yang dipelajari. 4) Strategi Pembelajaran Afektif Strategi ini bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, melainkan juga sikap dan keterampilan berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Kemapuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berupa tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri.18 Maka, dapat disimpulkan bahwa strategi ini sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri seseorang. 17. Op. cit., hlm. 116 Op. cit., hlm. 122. 18.

(40) 21. Proses pemebntukan sikap dalam strategi afekti adalah dengan pola pembiasaan dan pemodelan. Berikut uraiannya:19 a) Pola Pembiasaan, dalam proses pembelajaran disekolah baik disadari atau tidak, guru akan menanamkan sikap tertentu kepada siswa yang setiap kali menerima proses pembiasaan. b) Pemodelan, dilakukan melalui proses pembentukan sikap yang dilakukan melalui proses asimilasi atau proses percontohan yang dilakukan. 2. Guru Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru (pendidik) adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik yang tidak meminta balasan apapun atau tanpa tanda jasa dalam memberikan ilmu yang dimiliki. Jika dari segi bahasa guru/pendidik dikatakan sebagai orang yang mendidik, maka dalam arti luas dapat dikatakan bahwa pendidik adalah semua orang atau siapa saja yang berusaha memberikan pengaruh terhadap pembinaan orang lain (peserta didik) agar tumbuh dan berkembang potensinya menuju kesempurnaan.20 Dalam masyarakat Jawa, guru dilacak melalui akronim gu dan ru. “Gu” diartikan dapat digugu (dianut) dan “ru” bisa diartikan ditiru (dijadikan teladan). Hal senada juga diungkapkan oleh al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Zainuddin dkk Bahwa guru adalah “pendidik dalam artian umum yang bertugas serta bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran”.21 Jadi, guru adalah semua orang yang berusaha mempengaruhi, membiasakan, melatih, mengajar serta memberi suri 19. Ibid., hlm 126 Fatah Yasin, Dimensi- Dimensi Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN PRESS, 2008), hlm. 68 21 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 50 20.

(41) 22. tauladan dalam membentuk pribadi anak didik dalam bidang ibadah, jasmani,. rohani,. intelektual. dan. keterampilan. yang. akan. dipertanggungjawabkan pada orang tua murid, masyarakat serta kepada Allah SWT. Dalam Permenag No.16 Tahun 2010 yang dimaksud guru Pendidikan Agama adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan, menilai dan mengevaluasi peserta didik.”22 Sedangkan pengertian guru Pendidikan Agama Islam dalam Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam adalah yang menggunakan rujukan hasil Konferensi Internasional tentang pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai murabbi, muallim dan muaddib. Pengertian murabbi adalah guru agama harus orang yang memiliki sifat rabbani, yaitu bijaksana, terpelajar dalam bidang pengetahuan tentang Rabb. Pengertian muallim adalah seorang guru agama harus alimun (ilmuwan), yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki kreativitas, komitmen yang sangat tinggi dalam mengembangkan ilmu serta sikap hidup yang selalu menjunjung tinggi nilai di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengertian ta’dib adalah integrasi antara ilmu dan amal.23 Jadi, pengertian guru PAI adalah guru yang mengajar bidang studi PAI yang mempunyai kemampuan sebagai pendidik serta bertanggungjawab terhadap peserta didik.. 22. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010, Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah, hlm. 3 23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 1112.

(42) 23. b. Syarat Guru Pendidikan Islam Seorang guru, bukan hanya dituntut memiliki ilmu yang luas akan tetapi banyak hal-hal yang dipersiapkan untuk mendidik peserta didik secara profesional, maka dalam sistem pendidikan nasional seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan Nasional yang bertujuan memanusiakan manusia dan menjadikan seseorang yang Insanul Kamil. Soejono dalam buku Ilmu Pendidikan Islam menyatakan bahwa syarat guru adalah sebagai berikut:24 1) Tentang Umur, harus sudah dewasa Tugas pendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas itu harus dilakukan secara bertanggungjawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa, anak-anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Di negara kita, seseorang dianggap dewasa sejak ia berumur 18 tahun atau sudah kawin. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi lelaki dan 18 tahun bagi perempuan. Bagi pendidik asli, yaitu orang tua anak, tidak dibatasi umur minimal, bila mereka telah mempunyai anak, maka mereka boleh mendidik anaknya. Dilihat dari segi ini, sebaiknya umur kawin adalah 21 bagi lelaki dan 18 bagi perempuan. 2) Tentang Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani. 24. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2013), hlm, 127.

(43) 24. Jasmani. yang tidak. sehat. akan menghambat. pelaksanaan. pendidikan, bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik. Orang idiot tidak mungkin juga mendidik karena ia tidak akan mampu bertanggung jawab. 3) Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru (orang tua di rumah perlu. sekali. mengetahuinya. mempelajari diharapkan. teori-teori ia. ilmu. akan. pendidikan. lebih. Dengan. berkemampuan. menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Seringkali terjadi kelainan pada anak didik disebabkan oleh kesalahan pendidik di dalam rumah tangga. 4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi Syarat ini sangat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas mendidik selain mengajar. Bagaimana guru akan memberikan contohcontoh kebaikan bila ia sendiri tidak baik perangainya, dedikasi tinggi diperlukan juga dalam meningkatkan mutu mengajar. Maka, syarat-syarat itulah yang digunakan sebagai syarat-syarat guru pada umumnya. Syarat-syarat itu dapat diterima dalam Islam. Akan tetapi, mengenai syarat pada butir kedua, yaitu tentang kesehatan jasmani, Islam menerima guru yang cacat jasmani tetapi sehat. Untuk guru di perguruan tinggi. misalnya, orang buta atau cacat jasmani lainnya dapat diterima.

(44) 25. sebagai tenaga pengajar asal cacat itu tidak merintangi tugasnya dalam mengajar. Munir Mursi dalam buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tatkala membicarakan syarat guru kuttab (semacam sekolah dasar di Indonesia), menyatakan syarat terpenting bagi guru dalam Islam adalah syarat keagamaan. Dengan demikian, syarat seorang guru dalam Islam adalah sebagai berikut:25 1) Umur, harus sudah dewasa; 2) Kesehatan, harus sehat jasmani rohani; 3) Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar); 4) Harus berkepribadian Muslim. c. Sifat-sifat Guru PAI Menurut al-Ghazali dalam bukunya Samsul Nizar, sifat-sifat guru adalah sebagai berikut:26 1) Sabar dalam menanggapi pertanyaan murid. Maksudnya, guru harus. sabar dalam menanggapi pertanyaan murid, sehingga murid merasa diperhatikan oleh guru. 2) Senantiasa bersifat kasih tanpa pilih kasih (objektif). Maksudnya, guru. hendaknya menyayangi murid tanpa membedakan antara murid yang satu dengan lain.. 25 26. Ibid., hlm. 129 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 88.

(45) 26. 3) Duduk dengan sopan, tidak riya‟ atau pamer. Maksudnya guru harus. senantiasa menjadi contoh bagi muridnya dalam berbagai hal termasuk duduk dengan sopan, tidak riya‟ dan pamer. 4) Tidak takabur, kecuali terhadap orang yang zalim dengan maksud. mencegah. tindakannya.. Maksudnya,. guru. hendaknya. jangan. menyombongkan diri, karena pada hakekatnya ilmu itu dari Allah. 5) Bersikap. tawadhu‟. dalam. pertemuan. ilmiah.. Maksudnya,. guru. hendaknya memiliki sikap rendah diri dan tidak sombong dalam pertemuan. 6) Sikap dan pembicaraan hendaknya tertuju pada topik persoalan.. Maksudnya, guru dalam mengajar hendaknya tertuju pada topik persoalan dan tidak nglantur atau membicarakan hal-hal yang semestinya tidak disampaikan agar keseluruhan yang menjadi tujuan pembahasan dapat tersampaikan.. 7) Memiliki sifat bersahabat dengan murid-muridnya. Maksudnya, guru. harus mengetahui sifat murid. Oleh karena itu, guru harus bersahabat dengan murid. 8) Menyantuni dan tidak membentuk orang-orang bodoh. Maksudnya, guru. hendaknya dapat menyantuni anak didik dan menjadikan anak didik untuk belajar dengan baik. 9) Membimbing dan mendidik murid yang bodoh dengan cara yang sebaik-. baiknya. Maksudnya, guru hendaknya dapat membimbing murid dan menjadikan murid yang bodoh dapat bersemangat untuk belajar..

(46) 27. 10) Berani untuk berkata tidak tahu terhadap masalah yang Anda persoalkan.. Maksudnya, seorang guru harus jujur apabila muridnya bertanya tentang apa yang tidak diketahui guru dan memberikan jawaban ketika guru tersebut sudah mendapatkan jawabannya. 11) Menyampaikan hujjah yang benar. Maksudnya, seorang guru harus. menyampaikan materi dengan jelas dan benar sesuai dengan fakta agar tidak menyesatkan murid. d. Fungsi dan Tugas Guru Pendidikan Islam Muhaimin, mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik serta tugas-tugas sebagai berikut:27. Tabel 2.1 Fungsi Guru/Pendidik Serta Karakteristik dan Tugasnya Dalam Prespektif Pendidikan Islam Fungsi Guru/Pendidik 1. Ustadz. No.. 2. Mu‟allim. 27. Karakteristik dan Tugas Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap deduktif, komitmen, terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap improvement Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan prakteknya atau sekaligus melakukan transfer ilmu atau pengetahuan, internalisasi, serta amaliah (implementasinya).. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, 2005)., hlm. 49-50.

(47) 28. 3. Murabby. Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan konsultan bagi peserta didik. 4. Mursyid Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi panutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik. 5. Mudarris Orang yang mampu memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. 6. Mu‟addib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Dilihat dari keenam karakteristik tersebut, maka karakteristik pertama mendasari karakteristik-karakteristik lainnya dalam konteks pendidikan nasional, tugas pokok guru yang profesional adalah mendidik, mengajar, dan melatih, yang mana ketiganya diwujudkan dalam kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam konteks pendidikan Islam, karakteristik ustadz (guru yang profesional) selalu tercermin salam dalam segala aktivitas sebagai murabby, mu‟allim, mursyid, mudarris, dan mu‟addib. Dengan demikian, guru/pendidik Pendidikan Agama Islam yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan agama Islam sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau pengetahuan agama Islam, internalisasi, serta amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakat, mampu menjadi model atau sentral.

(48) 29. identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik, memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan moral-spiritual serta mampu menyiarkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh Allah SWT. Menurut Djamarah, seorang guru memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:28 1) Korektor, yaitu pendidik atau guru bisa membedakan mana nilai yang baik dan yang buruk. Koreksi disini bersifat menyeluruh dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 2) Inspirator, yaitu pendidik atau guru menjadi inspirator kemajuan belajar peserta didik, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi permasalahan lainnya. 3) Informatory, yaitu pendidik harus dapat memberikan permasalahan lain untuk digunakan sebagai contoh dalam pembahasan pembelajaran. 3) Organisator, yaitu guru atau pendidik harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasi dengan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri peserta didik, seperti silabus, rencana pelaksanaan pempelajaran (RPP), jadwal pelajaran, dll.29 4) Motivator, yaitu pendidik atau guru harus mendorong peserta didik agar aktif dalam belajar. Tugas guru sebagai motivator sangat penting, 28 29. Ibid., hlm 82-83 Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 142.

(49) 30. maksudnya dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Guru harus dapat memberikan dorongan serta reinforcement mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan aktivitas (swadaya) dan daya cipta (kreativitas).30 5) Inisiator, yaitu pendidik atau guru menjadi pencetus ide-ide kemajuan dan inovasi-inovasi baik di dalam pembelajaran atau dunia pendidikan ataupun luar sekolah. 6) Fasilitator, yaitu pendidik atau guru mampu memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan dalam pembelajaran baik dalam segi pemahaman maupun pengalaman. 7) Pembimbing, yaitu pendidik atau guru harus mampu membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. 8) Demonstrasi, yaitu jika diperlukan guru bisa mendemonstrasikan bahan pelajaran yang sulit dipahami oleh peserta didik tanpa harus selalu menggunakan bantuan teknologi.. 9) Pengelolaan kelas, yaitu pendidik atau guru harus mampu mengelola kelas untuk menjunjung interaksi edukatif dan melibatkan siswa agar aktif ketika pelajaran berlangsung. 10) Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefesiensikan proses interaksi edukatif. Guru bertugas sebagai mediator dapat juga diartikan bahwa guru berfungsi sebagai penengah dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya menengahi. 30. Ibid...

(50) 31. atau memberikan jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi peserta didik.31 11) Supervisor, yaitu pendidik atau guru hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran agar setiap kali materi disampaikan siswa akan termonitoring sesuai dengan target pencapaian materi. 12) Evaluator, yaitu pendidik atau guru dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Oleh karena itu, seorang pendidik dalam prespektif pendidikan yang selama ini berkembang di masyarakat mempunyai makna, tugas dan tanggungjawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensi yang dimilikinya menuju ke arah yang lebih baik dan smepurna. Dengan kata lain kegiatan mendidik adalah kegiatan yang di. dalamnya. terdapat. proses. mengajar,. membimbing,. melatih,. memberikan contoh atau mengatur serta menfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar dapat belajar dengan baik sehingga tercapainya tujuan pendidikan. e. Standar Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Standar kompetensi guru Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Permenag No 16 Tahun 2010 tentang pengelolaan pendidikan Agama pasal 16, menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. 31. Ibid., hlm. 143.

(51) 32. atau pendidikan dalam mengemban tugasnya demi terciptanya tujuan pendidikan Nasional. Adapun kompetensi tersebut, sebagai berikut:32 1) Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) Pemahaman karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultur, emosional, dan intelektual; b) Penguasaan teori dan prinsip belajar pendidikan agama; c) Pengembangan kurikulum pendidikan agama; d) Penyelenggaraan kegiatan penegembangan pendidikan agama; e) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan agama; f) Pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang memiliki dalam bidang pendidikan agama; g) Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; h) Penyelenggaraan penelitian dan evaluasi proses dan hasil belajar pendidikan agama; i) Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran pendidikan agama; dan j) Tindakan. reflektif. untuk. peningkatan. kualitas. pembelajaran. pendidikan agama. 2) Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) Tindakan yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia;. 32. Permenag No 16 Tahun 2010, Tentang Pengelolaan Pendidikan Agama dalam pasal 16, hlm.9.

(52) 33. b) Penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; c) Penampilan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; d) Kepemilikan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Serta penghormatan terhadap kode etik profesi guru. 3) Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) Sikap. inklusif,. bertindak. obyektif,. serta. tidak. diskriminatif. berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; b) Sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas; dan c) Sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga masyarakat 4) Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran pendidikan agama; b) Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama; c) Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran agama secara kreatif;.

(53) 34. d) Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindak reflektif; dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 5) Kompetensi kepemimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) Kemampuan pembuatan perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari proses pembelajaran agama; b) Kemampuan. mengorganisasikan. potensi. unsur. sekolah. secara. sistematis untuk mendukung pembudayaan pengamatan ajara agama pada komunitas sekolah; c) Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor, dalam pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah; d) Serta kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antara pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. f. Kedudukan Guru Agama dalam Pandangan Islam Salah satu hal yang sangat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah Nabi dan Rasul karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan),.

(54) 35. sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam kitab suci umat Islam disebutkan dalam Firman Allah QS. An Nahl ayat 125 sebagai berikut :.                           Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.33 Demikianlah penghargaan yang besar terhadap kedudukan guru dalam pandangan Islam, sehingga Islam memerintahkan untuk menyeru kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang mendapat petunjuk Allah SWT. 3. Budaya Madrasah a. Pengertian Budaya Islam Menurut Koentjoroningrat, kebudayan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayyah”, yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi dan akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai halhal yang berhubungan dengan akal. Menurut R. Linton, kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.34 Berdasarkan sudut pandang kebahasaan (etimologi) Bahasa Indonesia pada umumnya “Agama” dianggap sebagai kata yang berasal dari dua akar 33 34. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm. 281 M. Fahim Tharaba, Sosiologi Pendidikan Islam (Realitas Sosial Umat Islam), (Malang : CV. Dream Litera, 2015), hlm. 249.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hasil dari pemisahan menggunakan memban keramik menunjukkan penurna kadar logam yang signifikan dibandingkan dengan kolom filtrasi, membran yang paling

TAPM yang berjudul "Pengaruh Tunjangan Profesi Guru Dan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri I Muara Bungo" adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber

Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

Profil kemampuan komunikasi siswa dalam pemecahan masalah verbal, subjek PBT: (a) Tahap memahami masalah terdiri dari mencermati/menerjemahkan masalah dari

Perbedaan yang ada antara penelitian Abdul Rozak (2012) dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian ini populasi yang digunakan yaitu perusahaan yang tergolong ke

Pada penelitian ini digunakan 2 jenis perlakuan awal dalam pembuatan tepung kacang hijau ( steaming dan ekstrusi) dan 4 konsentrasi tepung konjak (1,2%, 1,3%, 1,4%, 1,5%) sebagai

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika