• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Satyam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Satyam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Tata Kelola Perusahaan

Kasus Satyam

Arindha Purwandari - 1106075143

Firda Amalia - 1106011594

Nayaka Cyantika - 1106001896

Siti Nabila Yusianti - 1106060942

(2)

2    

Statement of Authorship

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata ajaran : Tata Kelola Perusahaan Judul Makalah : Kasus Satyam

Dosen : Cut Saskia Rachman, M.Ak.

Nama : Arindha Purwandari

NPM : 1106075143

Tanda Tangan :

Nama : Firda Amalia

NPM : 1106011594

Tanda Tangan :

Nama : Nayaka Cyantika

NPM : 1106001896

Tanda Tangan :

Nama : Siti Nabila Yusianti

NPM : 1106060942

(3)

Daftar Isi

Statementof Authorship 2

Daftar Isi 3

Bab 1 : Penjelasan mengenai Transaksi Pihak Berelasi 4

Bab 2 : Ringkasan Kasus 6

Bab 3 : Related Party Transaction dan Satyam 7

Bab 4 : Pelaporan Keuangan yang salah dan Satyam 8

Bab 5 :Pembahasan dengan kaitan terhadap OECD 11

(4)

Penjelasan mengenai transaksi pihak berelasi yang merugikan

Transaksi pihak berelasi merupakan kesepakatan bisnis yang dibuat oleh dua pihak yang memiliki hubungan istimewa dari sebelum terbentuknya kesepakatan tersebut. Adapun, menurut IAS, sebuah pihak berelasi dengan entitas, jika:

a. Secara langsung maupun tidak langsung, pihak tersebut :

i. Mengendalikan, dikendalikan, atau dibawah pengendalian bersama, entitas (termasuk orang tua dan anak perusahaan)

ii. Memiliki kepentingan dalam entitas sehingga dapat mempengaruhi entitas secara signifikan

iii. Memiliki joint venture atas entitas b. Pihak merupakan asosiasi dari entitas

c. Pihak merupakan joint venture dimana entitas adalah venturer

d. Pihak merupakan salah satu anggota dari manajemen entitas atau induk perusahaannya

e. Pihak merupakan keluarga dekat dari (a) atau (d)

f. Pihak merupakan sebuah entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama, atau dipengaruhi secara signifikan oleh atau untuk dengan hak suara yang signifikan dalam entitas yang didalamnya, secara langsung maupun tidak langsung, terdapat (d) atau (e)

g. Pihak merupakan suatu program imbalan pasca bekerja untuk imbalan kerja entitas, atau entitas apapun yang merupakan pihak berelasi dengan entitas.

Dari penjelasan diatas, jelas terlihat tidak ada yang salah dengan adanya transaksi pihak yang berelasi. Namun transaksi pihak berelasi ini adalah salah satu hal yang menjadi topik hangat Corporate Governance di dunia bisnis Asia. Asia menjadi fokus kekhawatiran atas terjadinya transaski pihak berelasi dikarenakan adanya

kecenderungan perusahaan-perusahaan di Asia dimiliki oleh sekelompok atau keluarga yang menjadi pemegang saham mayoritas sehingga sangat memungkinkan adanya transaksi yang dilakukan demi kepentingan pribadi. Hal ini membuat transaksi pihak berelasi merugikan para pihak yang berkepentingan selain dari pihak yang melakukan transaksi tersebut. Oleh karena itu, OECD mengeluarkan Guide on

(5)

Fighting Abusive Related Party Transaction in Asia pada September 2009 untuk mengatur hal ini.

Mengenai transaksi pihak berelasi yang merugikan ini telah disinggung juga

sebelumnya pada prinsip ketiga Corporate Governance OECD. Pada prinsip ketiga, poin terakhir, menyatakan bahwa adanya kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan. Pengungkapan kepentingan para pihak di atas kepada dewan komisaris juga harus diikuti dengan ketidak-ikut sertaan para pihak didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan transaksi yang memuat kepentingan mereka tersebut.

Tidak hanya OECD, Indonesia pun telah mengadopsi prinsip tersebut untuk

melindungi pemegang saham minoritas atas transaksi-transaksi dengan pihak berelasi yang mungkin merugikan dengan dikeluarkannya berbagai peraturan. Contohnya adalah peraturan Bapepam No. IX.E.1 yang mengatur mengenai benturan kepentingan transaksi tertentu. Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan

ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama perusahaan atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama. Selain itu, peraturan Bapepam No. VIII.G.7 tentang

pedoman penyajian laporan keuangan juga menjelaskan bahwa transaksi hubungan istimewa harus dirinci pada bagian Catatan Laporan Keuangan.

Dari penuturan diatas, dapat terlihat betapa pentingnya menjaga hak pemegang saham dengan tidak melakukan transaksi pihak berelasi yang merugikan agar dapat

mencerminkan good corporate governance. Tidak hanya itu, pengungkapan mengenai transaksi dengan pihak berelasi merupakan juga harus dilakukan agar bisa terhindar dari transaksi merugikan tersebut.

     

(6)

Ringkasan  kasus    

Satyam   merupakan   salah   satu   perusahaan   yang   bergerak   di   bidang   informasi   teknologi.   Perusahaan   ini   didirikan   oleh   B.   Ramalinga   Raju   atau   disebut   Raju   pada  tahun  1987  di  India.  Spesialisasi  jasa  Satyam  meliputi  teknologi  informasi,   business   service,   peranti   lunak   komputer,   dan   menjadikan   Satyam   perusahaan   outsourcing  yang  terdepan  di  India.  Satyam  melakukan  penawaran  pertamanya   (IPO)   di   Bombay   Stock   Exchange   pada   tahun   1991   dan   sejak   itu   perusahaan   berkembang   pesat   selama   tahun   1990   hingga   2000an.   Perusahaan-­‐perusahaan   di   seluruh   dunia-­‐pun   mulai   melirik   India   untuk   mencari   solusi   teknologi   informasi.   Hal   tersebut   menjadikan   Satyam   perusahaan   outsourcing   ke-­‐4   terbesar  di  India.  Satyam  memperkerjakan  50,000  karyawan  dan  beroperasi  di   67  negara.    

 

Satyam   mungkin   dikenal   karena   kasusnya   pada   tahun   2009   mengenai   pengakuan   Raju   atas   tindakan   manipulasi   laporan   keuangan   yang   ia   lakukan   yaitu   dengan   menggelembungkan   laporan   posisi   keuangan   dan   laba   rugi.   Pada   keseempatan   kali   ini,   kami   mengangkat   kasus   lain   dari   Satyam   yaitu   indikasi   adanya  transaksi  hubungan  istimewa  yang  dianggap  merugikan  beberapa  pihak   tertentu  dan  mengarah  ke  pengakuan  Raju  yang  terjadi  pada  awal  2009.  

 

Pada   16   Desember   2008,   Satyam   mengumumkan   rencananya   untuk  

mengakuisisi  controlling  interest  di  Maytas  Infrastucture  dan  Maytas  Properties  

senilai  $1,6juta.  Keluarga  dari  Ramalinga  Raju,  yaitu  pemilik  Satyam,  menguasai   saham  yang  besar  di  dua  perusahaan  Maytas  tersebut..  Kekhawatiran  terhadap  

valuasi  dari  dua  entitas  tersebut,  timing,  metode  pembayaran  dari  para  direktur  

independen   menimbulkan   penyelidikan   yang   lebih   mendalam   oleh   investor   Satyam   dan   akhirnya   terjadi   pembatalan   rencana   akuisisi   tersebut.   Kejadian   tersebut   kemudian   diikuti   dengan   empat   direktur   independen   mengundurkan   diri   dan   Raju   mengakui   atas   tindakan   manipulasi   laporan   keuangan   sebesar   $1juta  selama  beberapa  tahun  terakhir.  

(7)

Rencana awalnya adalah mentransfer uang kas sebesar 60 juta rupee dari pemegang saham Satyam ke keluarga Raju (yang merupakan pemegang saham defacto dengan kepemilikan sebeasr 8%) dan kedua perusahaan Maytas. Hal tersebut mengagetkan reksa dana dan investor institusi di India dan mereka mengancam adanya tindakan hukum. Rencana akuisisi tersebut diumumkan oleh Satyam setelah pasar India telah ditutup pada 16 Desember, tetapi harga saham Satyam di Amerika turun 50% pada pembukaan. Kesepakatan tersebut-pun dibatalkan keesokan harinya. Meskipun telah dibatalkan, harga sahamnya tetap turun 30% dan terus turun. Kejadian tersebut diikuti dengan pengakuan dari Raju.

Dalam suratnya, Raju mengaku telah menggelembungkan dana yang sebenarnya tidak terjadi di akun kas sebesar 3juta rupee, piutang bunga 3,7juta rupee, dan menurunkan hutang sebesar 12juta upee.  

 

 Related  Party  Transaction  dan  Satyam  

Akuisisi  yang  dilakukan  Satyam  adalah  transaksi  berelasi  yang  salah.  Transaksi   berelasi  ini  memiliki  dugaan  adanya  scenario  di  baliknya.    

Keputusan   untuk   mengakuisisi   dua   perusahaan   yang   jelas   berbeda   core  

bisnisnya   dengan   Satyam   adalah   keanehan   pertama.   Maytas   Infra   bergerak   di   bidang   konstruksi,   sedangkan   Maytas   Properties   bergerak   di   bidang   property.   Dengan  nilai  akuisisi  senilai  1,6  billion  rupee,  di  mana  Satyam  akan  mengakuisi   MAytas  Infra  sebanyak  100%  dan  Maytas  Properties  sebanyak  51%,  transaksi  ini   terlihat   seperti   transaksi   yang   merugikan,   karena   banyaknya   uang   yang  

diinvestasikan   kepada   core   bisnis   yang   tidak   berhubungan,   atau   keputusan  

melakukan  unrelated  diversification  yang  cukup  aneh.    

Maytas  Infra  dan  Maytas  Properties  diketahui  adalah  milik  keluarga  Ramalangga   Raju,   selaku   CEO   dari   Satyam.   Dengan   begitu,   controlling   shareholders   Satyam   dan   Maytas   adalah   orang   yang   sama.   Dengan   transaksi   ini,   keluarga   Raju   akan   mendapatkan   uang   sebanyak   570   juta   dollar.   Karena   mereka   memiliki   35%   saham  mereka  di  Maytas  Infra,  dan  36%  saham  mereka  di  Maytas  Properties.      

Keputusan  pengakuisisian  ini  dengan  anehnya  dapat  melewati  persetujuan  dari   board  Satyam.    Keputusan  ini  juga  diambil  tanpa  mengambil  suara  dari  pemilik  

(8)

saham  minoritas,  dengan  alasan  karena  hal  ini  tidak  terdapat  dalam  peraturan.   Hal  ini  dapat  mengindikasi  adanya  transaksi  berelasi  yang  disalah  gunakan.  Hal   ini  dapat  disimpulkan  dari  sifat-­‐sifat  transaksi  berikut  ini  :  

a. Tidak  memberikan  pemberitahuan  kepada  pemilik  saham  minoritas    

b. Transaksi  berjumlah  material  

c. Transaksi  beresiko  tinggi  karena  mengakuisisi  perusahaan  yang  berbeda  

core  bisnsisnya  dengan  Satyam  

Pemberitahuan   kepada   pemilik   saham   minoritas   merupakan   suatu   kewajiban,   agar  pemilik  saham  dapat  mengetahui  apakah  transaksi  berelasi  ini  sudah  benar   atau  belum.  Transaksi  berelasi  ini  pada  kenyataanya  memiliki  nilai  yang  sangat   tinggi,  valuasi  terhadap  saham  Maytas  jauh  lebih  tinggi  dibandingkan  nilai  saham   Maytas  yang  sebenarnya.  

 

Pengumuman   akan   pengakusisian   saham   oleh   Satyam   ini   mengakibatkan   nilai   saham   Satyam   turun   55%   dari   nilai   yang   sebelumnya.   Hal   ini   yang   mengakibatkan  pembatalan  pengakusisian  sehari  berikutnya.    

 

Pengakuisisian   ini   ternyata   adalah   satu   kejadian   di   balik   kecurangan   yang   dilakukan   Satyam.   Dugaan   ini   dapat   dibilang   benar,   mengingat   bahwa   setelah   pengakuan,   ternyata   Satyam   memiliki   gap   besar   yaitu   1,6   billion   rupee,   antara   laporan   keuangan   dan   kondisi   keuangan   Satyam   yang   sebenarnya.     Penyalahgunaan   transaksi   berelasi   ini   ternyata   untuk   menutupi   dan   mengalihkan   kas   sebanyak   1,6   billion   rupee   dari   buku   Satyam   ke   Maytas,   sehingga  perbedaan  nilai  buku  yang  telah  ditutupi  selama  bertahun-­‐tahun  dapat   ditutupi  sekali  lagi.    

Satyam   mengakui   bahwa   aksi   pengakuisisian   ini   adalah   aksinya   yang   terakhir  

untuk  menutupi  fraud  yang  sudah  ia  lakukan  selama  hampir  6  tahun.    

           

(9)

Skema  pengakuisisian  Maytas  Infra  dan  Maytas  Properties                                  

Total  hasil  akuisisi  untuk  keluarga  Raju  :  USD  570  juta    

Skema  kepemilikan  saham  Maytas  Infra  dan  Maytas  Properties  oleh  Ramalingga   Raju                     Pelaporan   Keuangan   yang  Salah  dan  Satyam  

Maytas  Infra   Maytas  

Properties       SATYAM   Ramalingga  Raju   100%   1,3  billion   rupe   51%   300  million     Controlling   stakeholder    

Maytas  Infra   Maytas  

Properties       Ramalingga  Raju   35%   36%    

(10)

Satyam   selama   enam   tahun   terakhir   melakukan   pelaporan   yang   salah.   Hal   ini   bermula   dari   keinginan   Ramalingga   Raju   untuk   mendapatkan   ijin   perolehan   dana   dari   bank   untuk   melakukan   ekspansi   Satyam.   Sehingga   Raju   melakukan   beberapa  manipulasi,  seperti  dijelaskan  di  bawah  ini  :  

a. Saldo   kas   dan   bank   sebesar   50,40   miliar   adalah   fiktif   jika   dibandingkan  

dengan  RS  53,61  milyar  dalam  pembukuan  

b. Piutang  bunga  fiktif  sebesar  RS  3,67  miliar  

c. Utang  yang  understated  senilai  RS  12,3  miliar  

d. Piutang  yang  terlalu  tinggi(overstated)  senilai  RS  4,90  miliar.    

e. Untuk   Q2   September,   pendapatan   lebih   besar   RS   5,88   milyar   dan  

operating   margin   yang   dilaporkan   senilai   Rs   6,49   miliar   seharusnya   bernilai  Rs  610  juta.  Hal  ini  mengakibatkan  adanya  saldo  kas  fiktif  senilai   Rs  5,88  miliar  

Sumber  Reuters    

  gap  antaralaporan  public  dan  laporan  perusahaan  

(11)

Pelaporan   keuangan   yang   salah   ini   sudah   terjadi   beberapa   tahun,   dan   seharusnya   ketika   prosespengauditan   dijalankan   dengan   benar,   hal   ini   tidak   seharusnya  bisa  terjadi.    

Kejadian   ini   bisa   terjadi   sampai   beberapa   tahun   karena   auditor   dan   direktur   independen  tidak  menjalankan  tugas  sesuai  fungsinya.    

• Auditor  tidak  melakukan  pengujian,  meneliti  atas  setiap  verifikasi  

• Tidak  pernah  memverifikasi  dengan  benar  cash  and  balance  

• Sengaja  membiarkan  faktur-­‐faktur  palsu  

• TIdak  pernah  melaporkan  hasil  pekerjaan  audit  kepada  komite  audit  

• Perencanaan  audit  didasarkan  pada  permintaan  chairman  

• Bukti  temuan  serius  sengaja  dibiarkan  oleh  ketua  audit  

 

Proses   ‘kerjasama’   antara   auditor   dan   Satyam   bukan   tanpa   disengaja.   Satyam   dan   PWC   sebagai   auditor   memiliki   hubungan   bisnis,   di   mana   Satyam   adalah   partner   dari   PWC   dan   hal   ini   tidak   dapat   dibenarkan   dalam   hubungan   auditor   dank   klien.   DIketahui   pula   bahwa   perbandingan   pembayaran   biaya   audit   dari   Satyam   ke   PWC,   relative   jauh   lebih   besar   dibandingkan   usaha   sejenis   Satyam   dalam  pembayaran  kepada  auditornya  ,  

           

Pembahasan  dengan  kaitan  terhadap  OECD  

Dengan   terjadinya   transaksi   pihak   berelasi   yang   merugikan   Antara   Satyam   dengan   Matyas,  maka,  merujuk  kepada  peraturan  OECD  yang  mengatur  mengenai  transaksi   berelasi  yang  berjudul  “Guide  To  Fighting  Abusive  Related  Transaction  in  Asia”  ada   beberapa  hal  yang  dapat  dilakukan  dalam  meminimalisir  terjadinya  transaksi  pihak   berelasi  yang  merugikan.  

   

(12)

Pendekatan  Legislatif  dan  Peraturan  

Dalam   pelaksanaan   transaksi   dengan   pihak   berelasi,   ada   dua   hal   yang   menjadi   perhatian   para   investor,   yaitu   bagaimana   investor   dapat   mengawasi   transaksi   tersebut,   dan   pilihan   apa   yang   dimiliki   oleh   investor   apabila   diasumsikan   transaksi   tersebut  merugikan.    

•   Disclosure  (Pengungkapan)  

Dengan   dilakukannya   disclosure,   investor   dengan   lebih   leluasa   akan   dapat   mengawasi   transaksi   terkait   pihak   berelasi,   namun   transaksi   yang   akan   di   disclose   adalah   hanya   transaksi-­‐transaksi   yang   melebihi   suatu   ambang   batas   tertentu,   dengan  tujuan  meminimalisir  pengeluaran  perusahaan  dan  mengurangi  beban  yang   berkenaan  dengan  peraturan  

•   Shareholder  Approval  

Untuk   transaksi   terkait   pihak   berelasi   yang   melebihi   suatu   ambang   batas   tertentu,   harus  dilakukan  persetujuan  oleh  para  shareholder,  dengan  tujuan  agar  shareholder   dapat   mengawasi   transaksi   tersebut.   Transaksi   yang   memerlukan   shareholder   approval  biasanya  adalah  transaksi  yang  jumlahnya  lebih  banyak  daripada  ambang   batas   jumlah   yang   harus   diungkapkan.   Hal   ini   juga   membantu   shareholder   untuk   meminta   direktur   independen   untuk   berpendapat   mengenai   transaksi   tersebut.   Direktur  yang  memiliki  benturan  kepentingan  atas  transaksi  tersebut  akan  memilih   untuk  abstain  dalam  membuat  rekomendasi  untuk  shareholder  

 

Board  Oversight  and  Approval  

Dalam  pengambilan  keputusan  perusahaan,  board  merupakan  pihak  yang  memiliki   wewenang.   Atas   pengambilan   keputusan   oleh   board   ini,   direktur   independen,   komite   audit,   auditor   internal   dan   eksternal   memiliki   peran   yang   signifikan   dalam   mengawasi  transaksi  pihak  berelasi.    

Direktur  Independen  

Direktur   independen   merupakan   pihak   yang   memainkan   peran   penting   dalam   mengawasi   transaksi   relasi   yang   merugikan.   Pendapat   dari   direktur   independen   sangat   penting   untuk   mengawasi   transaksi   pihak   berelasi   dan   memastikan   bahwa   transaksi   tersebut   merupakan   kepentingan   perusahaan   dan   semua   shareholder.  

(13)

Dalam   Guide   dikatakan   bahwa   hanya   direktur   independen   berhak   untuk   mendiskusikan  dan  memutuskan  suatu  transaksi  pihak  berelasi.  

Auditor  

Auditor     adalah   badan   independen   yang   kompeten   dan   terkualifikasi   yang   berfungsi   untuk   menyediakan   jaminan   yang   bersifat   eksternal   dan   objektif   kepada   board   dan   shareholder   bahwa   laporan   keuangan   telah   merepresentasikan   dengan   baik   gambaran   posisi   keuangan   dan   kinerja   perusahaan.   Dengan   adanya   auditor,   diharapkan   bahwa   kemunculan   transaksi  

pihak   berelasi   yang   merugikan   dapat   dideteksi   dan   dihindari.  Tanggung   jawab  

utama   auditor   eksternal   adalah   memberikan  opini   atas   kewajaran   pelaporan  keuangan  organisasi,  terutama  dalam  penyajian  posisi  keuangan  dan   hasil   operasi   dalam   suatu   periode.   Mereka   juga   menilai   apakah   laporan  

keuangan  organisasi   disajikan   sesuai   dengan   prinsip-­‐prinsip   akuntansi   yang  

diterima  secara  umum,  diterapkan  secara  konsisten  dari  periode  ke  periode,  dan   seterusnya.  Opini  ini  akan  digunakan  para  pengguna  laporan  keuangan,  baik  di   dalam  organisasi  terlebih  di  luar  organisasi,  antara  lain  untuk  melihat  seberapa   besar   tingkat   reliabilitas   laporan   keuangan   yang   disajikan   oleh   organisasi   tersebut.  Sedangkan,  peran  auditor  internal  bagi  manajemen  adalah  membantu   organisasi  dalam  mencapai  tujuannya  melalui  pendekatan  disiplin  dan  sistematis   untuk   mengevaluasi   dan   meningkatkan   efektivitas   pengelolaan   risiko,   pengendalian,   dan   tata   kelola   organisasi.   Auditor   internal   dapat   membantu   manajemen   dalam   mengidentifikasi,   menilai,   dan   memitigasi   risiko   dengan   menguji   kecukupan   dan   keandalan   yang   dibuat   manajemen.   Apabila   dari   hasil   pengujian  ternyata  pengendalian  tidak  cukup  dan  tidak  memadai,  maka  auditor   internal   dapat   memberikan   rekomendasi   perbaikan.   Dengan   rekomendasi   dari   auditor  internal,  selanjutnya  manajemen  memperbaiki  pengendalian  yang  telah   dibuat   sehingga   cukup   dan   memadai.   Dengan   pengendalian   yang   andal,   maka   risiko  yang  akan  mengganggu  pencapaian  tujuan  organisasi  berkurang,  sehingga   tujuan  organisasi  dapat  dicapai  secara  lebih  efektif.  

     

(14)

Daftar  Pustaka     http://www.nytimes.com/2009/01/27/business/worldbusiness/27accounting.html?page wanted=all&_r=0 http://www.asialaw.com/Article/2097602/Channel/16709/The-great-deception.html http://articles.economictimes.indiatimes.com/2009-01-17/news/27647068_1_maytas-properties-maytas-deal-board-meeting http://www.rediff.com/money/2008/dec/22maytas-deal-impact-on-the-companies.htm http://www.ingovern.com/2014/02/business-world-article-on-contentious-related-party-transactions/ http://articles.economictimes.indiatimes.com/2008-12-20/news/27735298_1_upaid-systems-simon-joyce-maytas-deal

Peraturan Bapepam IX.E.1 Peraturan Bapepam VIII.G.7

Guide on Fighting Abusive Related Party Transaction in Asia (September 2009) OECD Principles of Corporate Governance

Studi penerapan OECD (Bapepam)

Related Party Transactions and Minority Shareholder Rights, OECD

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, Direksi bertanggung jawab terhadap kreditor secara tanggung renteng bersama setiap anggota Direksi lain dan Dewan Komisaris Perseroan atas kewajiban Perseroan

Lampiran 4: Statisitka Deskriptif dewan komisaris, dewan direksi, komite audit dan manajemen laba setelah penggurangan sampel..

Direksi, Dewan Komisaris dan 4 orang Pejabat 1 level dibawah Direksi telah memiliki sertifikasi kompetensi Manajemen Risiko dari Lembaga Sertifikasi Profesi Manajemen Risiko

Penelitian ini berguna untuk menganalisis dewan komisaris independen, dewan direksi, komite audit, kepemilikan manajerial, kebijakan dividen terhadap manajemen

fotocopy dari Anggaran Dasarnya yang terakhir akta pengangkatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris atau pengurus terakhir. Dalam hal Pemegang Saham tidak dapat

Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut, diperoleh sebanyak 18 poin item yang terdiri dari pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, komite nominasi dan

Berdasarkan pengujian, dapat disimpulkan bahwa, dari keempat prinsip penerapan good corporate governance yaitu dewan komisaris, dewan direksi, dewan pengawas

7.12 Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani hasil rapat sebagaimana dimaksud pada poin 7.10 (Tujuh titik sepuluh) dan