• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Infeksi Kelenjar Ludah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Infeksi Kelenjar Ludah"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang Kelenjar saliva adalah

Kelenjar saliva adalah suatu kelenjar yang suatu kelenjar yang mensekresi saliva ke dalam mensekresi saliva ke dalam ronggarongga

mulut. Menurut

mulut. Menurut struktur anatomis struktur anatomis dan dan letaknya kelenjar letaknya kelenjar saliva dibagi menjadi saliva dibagi menjadi 2,2,

yait

yaitu u kelkelenjenjar sar salialiva mava mayor dayor dan keln kelenjenjar sar salialiva miva minor.nor.BeBesasarnrnyya a sesekrkresesi i sasaliliva va nonormrmalal

yang

yang dihasilkan oleh semua dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter liter per hari. per hari. Infeksi yang Infeksi yang terjadi padaterjadi pada

kelenjar ini bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Virus maupun bakteri mampu kelenjar ini bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Virus maupun bakteri mampu

menyerang

menyerang kelenjar kelenjar saliva saliva mayor mayor dan dan minor minor dengan dengan fackor fackor penyebab penyebab yang yang beraneka ragam,beraneka ragam,

misalnya bakteri. misalnya bakteri.

Walaupun saliva memiliki fungsi fisiologi

Walaupun saliva memiliki fungsi fisiologi se self clf cleleaannsisinnggyang baik, tetapi jika kebersihanyang baik, tetapi jika kebersihan

mulut itu buruk bisa memdukung adanya infeksi pada kelenjar ludah ini. Untuk itu, penting bagi mulut itu buruk bisa memdukung adanya infeksi pada kelenjar ludah ini. Untuk itu, penting bagi

setiap individu menjaga hiegenitas rongg

setiap individu menjaga hiegenitas rongga mulut. a mulut. Selain terjadi gangguan pada Selain terjadi gangguan pada kelenjar, duktuskelenjar, duktus

dari kelenjar ini juga mampu

dari kelenjar ini juga mampu terinfeksi oleh bakteri maupun virus.terinfeksi oleh bakteri maupun virus.

B.

B. SkenarioSkenario

Seorang laiki-laki berusia 16 tahun datang ke RSGM Universitas Jember dengan Seorang laiki-laki berusia 16 tahun datang ke RSGM Universitas Jember dengan keluhan adanya pembengkakan pada daerah dasar sakit. Pembengkakan timbul keluhan adanya pembengkakan pada daerah dasar sakit. Pembengkakan timbul sejak 2 minggu yang lalu tidak disertai rasa sakit. Pernah dibawa ke puskesmas 5 sejak 2 minggu yang lalu tidak disertai rasa sakit. Pernah dibawa ke puskesmas 5 hari yang lalu dan mendapat perawatan antiniotika terapi, pembengkakan tidak hari yang lalu dan mendapat perawatan antiniotika terapi, pembengkakan tidak hilang/sembuh. Dari anamnesis riwayat penyakit terdahulu, sekitar usia 12 tahun hilang/sembuh. Dari anamnesis riwayat penyakit terdahulu, sekitar usia 12 tahun  pasien

 pasien mengatakan mengatakan pernah pernah mengalami mengalami pembengkakan pembengkakan pada pada pipi pipi kanan kanan di di depandepan telinga yang meluas sampai sudut rahang yang disertai rasa sakit dan demam. telinga yang meluas sampai sudut rahang yang disertai rasa sakit dan demam. Penyakit tersebut sembuh sendiri setelah 2 minggu kemudian. Pada saat itu Penyakit tersebut sembuh sendiri setelah 2 minggu kemudian. Pada saat itu  banyak

(2)
(3)

 pemeriksaan

 pemeriksaan klinis klinis ekstraoral ekstraoral kondisi kondisi sekarang, sekarang, terdapat terdapat pembengkakan pembengkakan padapada daerah submandibular kanan, palpasi lunak dan tidak sakit.Pada pemeriksaan daerah submandibular kanan, palpasi lunak dan tidak sakit.Pada pemeriksaan intraoral terdapat pembengkakan pada bawah lidah di daerah frenulum lingualis intraoral terdapat pembengkakan pada bawah lidah di daerah frenulum lingualis dan berwarna kemerahan, jika ditekan terasa sakit dan tidak ada fistula dan tidak dan berwarna kemerahan, jika ditekan terasa sakit dan tidak ada fistula dan tidak ada

ada pus discharge pus discharge.Pemeriksaan gigi geligi terdapat karies profunda perforasi pada.Pemeriksaan gigi geligi terdapat karies profunda perforasi pada gigi 16 dan 46.Pemeriksaan vitalitas gigi negative (tidak bereaksi), lidah tidak ada gigi 16 dan 46.Pemeriksaan vitalitas gigi negative (tidak bereaksi), lidah tidak ada kelainan.Dokter menduga kelainan tersebut berasal dari kelainan pada duktus kelainan.Dokter menduga kelainan tersebut berasal dari kelainan pada duktus kelenjar ludah submandibular yang tidak berhubungan dengan penyakit yang kelenjar ludah submandibular yang tidak berhubungan dengan penyakit yang  pernah

 pernah diderita diderita pada pada usia usia 12 12 tahun tahun yang yang lalu lalu dan dan bersifat bersifat non non neoplastic. neoplastic. UntukUntuk memastikan diagnose dokter merencanakan pemeriksaan Sialografi. memastikan diagnose dokter merencanakan pemeriksaan Sialografi. Diskusikanlah penyakit terdahulu dan sekarang

Diskusikanlah penyakit terdahulu dan sekarang yang mungkin diderita pasien.yang mungkin diderita pasien.

C.

C. Rumusan masalahRumusan masalah 1.

1. Apa saja struktur pembentuk anatomi kelenjar ludah ?Apa saja struktur pembentuk anatomi kelenjar ludah ? 2.

2. Bagaimana etiologi, gejala klinis, pathogenesis infeksi kelenjar ludah ?Bagaimana etiologi, gejala klinis, pathogenesis infeksi kelenjar ludah ? 3.

3. Apa saja pemeriksaan untuk diagnose lain selain sialografi padaApa saja pemeriksaan untuk diagnose lain selain sialografi pada infeksi kelenjar ludah ?

infeksi kelenjar ludah ? 4.

4. Bagaimana perbedaan penyakit neo plastic dan non neoplastik diBagaimana perbedaan penyakit neo plastic dan non neoplastik di rongga mulut ?

rongga mulut ? 5.

5. Apa yang menyebabkan pembengkakan di dasar mulut ?Apa yang menyebabkan pembengkakan di dasar mulut ? 6.

6. Bagaimana proses penyembuhan infeksi kelenjar ludah ?Bagaimana proses penyembuhan infeksi kelenjar ludah ? 7.

7. Apa kaitan karies dengan infeksi kelenjar ludah ?Apa kaitan karies dengan infeksi kelenjar ludah ? 8.

8. Bagaimana respon imun tubuh terhadap infeksi kelenjar ludah ?Bagaimana respon imun tubuh terhadap infeksi kelenjar ludah ? 9.

9. Apa penyebab rasa sakit sampai ke sudut rahang ?Apa penyebab rasa sakit sampai ke sudut rahang ? 10.

10. Mengapa teman-temannya menderita penyakit infeksi kelenjar ludah ?Mengapa teman-temannya menderita penyakit infeksi kelenjar ludah ? 11.

(4)

D.

D. Learning ObjectLearning Object 1.

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, danMahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikananatomi, histologi, fisiologi, dan klasifikasi dari mengkomunikasikananatomi, histologi, fisiologi, dan klasifikasi dari kelenjar ludah

kelenjar ludah 2.

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, danMahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan etiologi, gejala klinis, patogenesis infeksi mengkomunikasikan etiologi, gejala klinis, patogenesis infeksi kelenjar ludah

kelenjar ludah 3.

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, danMahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan pemeriksaan infeksi kelenjar ludah secara mengkomunikasikan pemeriksaan infeksi kelenjar ludah secara radiografi, HPA, dan mikrobiologi

radiografi, HPA, dan mikrobiologi 4.

4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, danMahasiswa mampu mengetahui, memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan perbedaan antara neoplasma dan non neoplasma mengkomunikasikan perbedaan antara neoplasma dan non neoplasma  pada rongga mulut

 pada rongga mulut 5.

5. Mahasiswa Mahasiswa mampu mampu mengetahui,memahami, mengetahui,memahami, menjelaskan, menjelaskan, dandan mengkomunikasikan sistem kekebalan tubuh dari infeksi kelenjar mengkomunikasikan sistem kekebalan tubuh dari infeksi kelenjar ludah

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi, Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kelenjar Ludah a. Histologi Kelenjar Saliva

Struktur kelenjar saliva mirip dengan kelenjar eksokrin (Lavelle, 1988). Tiap kelenjar saliva dibangun dari lobus yang terdiri atas kompartemen  berikut: asinus,duktus interkalata dan duktus striata. Asinus glandula submandibular dan sublingualmanusia di sekitar sel asinar mukus masih memiliki sel sekresi serus yang disebut selbulan sabit. Asinus dan sel duktus pada bagian basal dapat dikelilingi oleh sel mioepitel (Amerongen,1991). Sel asinus pada kelenjar parotis berupa serosa,  padakelenjar sublingual berupa mukosa dan pada kelenjar submandibular  berupaseromukosa (Ganong, 1999).9Dari berbagai lobus kelenjar, saluran saluran pembuangan berkumpul didalam muara pembuangan interlobular dan berakhir pada muara pembuangan besar. Muara pembuangan besar  pada kelenjar parotis disebut duktus Stensen dan masukpada mukosa bukal setinggi gigi molar kedua rahang atas. Pada kelenjar submandibular disebut duktus Wharton yang berjalan sepanjang dasar mulut hinggake frenulum lingualis. Duktus utama pada kelenjar sublingual berhubungan denganduktus Wharton dan sekresinya tidak dapat dipisahkan (Amerongen, 1991).

(6)

b. Anatomi Kelenjar Saliva

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Parotis (Putz dan Pabst, 2006)

(7)

Gambar 2.3 Anatomi Kelenjar Sublingual (Putz dan Pabst, 2006)

Fisiologi Kelenjar Saliva

Komposisi: 98% terdiri dari air. Dan mengandung berbagai ion seperti natrium, klorida, bikarbonat, kalium, kalsium, fosfor, dan mengandung enzim amilase. Sekresi tersebut berasal dari sel-sel serous. Sedangkan dari sel-sel mucous, menghasilkan lebih sedikit glikoprotein, ion, dan air.

Fungsi :

 melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa

 melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Serta memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari kekeringan

 amylase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltose(disakarida)

 zat buangan seperti asam urat dan urea serta bebragai zat lain seperti obat, virus, dan logam diekskresikan ke dalam saliva

 zat anti bakteri dna anti bodi dalam saliva berfungsi memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi

(8)

B. Etiologi, Gejala Klinis, dan Patogenesis Pada Infeksi Kelenjar Ludah Infeksi Kelenjar Ludah yang Disebabkan Virus

a. Mumps ETIOLOGI

Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang juga mencakup  parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle.Hanya diketahui ada satu

serotip.Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan  jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal dan anggota

dari family Paramyxoviridae, genus Paramyxovirus. Virus mumps sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet

a) Klasifikasi

Group : V (-) ssRNA Ordo : Mononegavirales Famili : Paramyxoviridae Genus : Rubulavirus Spesies : Mumps Virus  b) Morfologi

Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/kapsid. Kapsid ditutupi oleh amplop.Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000 nm. Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai  paku-paku yang besar.Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm

dan lebar 18 nm. c) Masa inkubasi

Masa inkubasi terjadi selama 15-18 hari (rata-rata sekitar 14-25 hari). Masa tunas 14-24 hari. Gejala prodromal 1-2 hari berupa demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot.Kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis

(9)

yang mula-mula unilateral dan kemudian menjadi bilateral, disertai rasa nyeri spontan ataupun pada perabaan terlebih-lebih saat pasien makan atau minum sesuatu yang asam.Dapat terjadi trismus dan disfagia.Kadang-kadang kelenjar submandibularis dan sublingualis dapat terkena.

d) Masa penularan

Virus dapat diisolasi dari urine 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah onset dan dari ludah 6-7 hari sebelum terjadi parotitishingga 9 hari sakit. Penularan tertinggi dapat terjadi antara 2 hari sebelum hingga 4 hari setelah sakit. Infeksi yang laten dapat menular.

e) Kerentanan dan kekebalan

Kekebalan yang timbul umumnya seumur hidup.Kekebalan dapat terbentuk setelah mengalami infeksi yang tidak kelihatan atau infeksi dengan gejala klinis.Sebagian besar orang dewasa, umumnya yang lahir sebelum tahun 1957, kemungkinan sudah terinfeksi secara alamiah dan kemungkinan sekali sudah kebal, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala klinis.Ditemukannya antibodi IgG terhadap mumps melalui pemeriksaan serologis sebagai bukti adanya imunitas terhadap mumps.

Mumps adalah penyakit yang jarang ditemukan jika dibandingkan dengan  penyakit-penyakit lain yang umum menyerang anak seperti campak, cacar air,

walaupun jarang terjadi namun pada masyarakat yang yang tidak diimunisasi, dalam suatu penelitian ditemukan 85% diantara mereka sampai dewasa sudah mengalami inveksi virus mumps.

Kira-kira sepertiga mereka yang rentan dengan infeksi virus mumps merupakan infeksi tanpa gejala. Kebanyakan infeksi yang terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun subklinis. Penyakit ini paling sering muncul pada musim dingin dan musim semi.Dan penularan dapat terjadi melalui udara, melalui  percikan ludah, atau karena kontak langsung dengan ludah orang yang terinfeksi.

(10)

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin.Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita  parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.Bayi sampai umur 6

 – 

  8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya. Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.

PATOFISIOLOGI

Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan kelenjar submaksilaris.Dapat terjadi orchitis unilateral dan menyerang 20-30% dari laki-laki setelah pubertas. Sedangkan pada wanita dapat terjadi mastitis yang mengenai sekitar 31% dari wanita berusia 15 tahun keatas walaupun dapat terjadi sterilitas namun kasusnya sangat jarang. Kira-kira 40-50% infeksi oleh virus mumps ini dapat menimbulkan gejala pada saluran pernafasan terutama pada anak usia 5 tahun5. Gejala sisa yang permanen berupa paralysis, kejang, seperti halnya pada kematian pada penderita mumps juga sangat jarang terjadi.Mumps yang terjadi pada trisemester pertama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya aborsi, namun belum terbukti infeksi mumps dapat menyebabkan kecacatan pada  janin.

Infeksi akut oleh virus mumps dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Pemeriksaan serologis yang umum digunakan untuk mendiagnosa adanya infeksi mumps akut atau atau yang baru saja terjadi adalah ELISA,tes HI dan CF. virus dapat juga diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari sesudah terjadi  pembesaran kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari air seni 6 hari sebelum

(11)

dan 15 hari sesudah terjadi parotitis. Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang  paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase akut, virus

mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus.Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

GEJALA KLINIS

Gejala timbul dalam waktu 12-24 hari setelah terinfeksi, yaitu : - menggigil

- sakit kepala

- nafsu makan berkurang - merasa tidak enak badan

- demam ringan sampai sedang (terjadi 12-24 jam sebelum 1 at au beberapa kelanjar liur membengkak).

- muntah

Tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut.Gejala  pertama dari infeksi kelenjar ludah adalah nyeri ketika mengunyah atau menelan, terutama jika menelan cairan asam (misalnya jus jeruk). Jika kelenjar liur disentuh, akan timbul nyeri. Pada saat ini suhu biasanya naik sampai 38,9-40o Celsius. Pembengkakan terjadi pada hari kedua. Gejala lain yang mungkin ditemukan.

- nyeri testis

- benjolan di testis

- pembengkakan skrotum (kantung zakar).

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1 sampai 2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul  pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat

(12)

menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun  perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang masam,

ini merupakan gejala khas untuk parotitis epidemika2. Infeksi Kelenjar Ludah. Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan malaise. Dalam 24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan gerakan mengunyah, esok harinya tampak glandula parotis membesar yang cepat  bertambah besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1 sampai 3 hari. Biasanya

demam menghilang 1 sampai 6 hari dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya  pembengkakan kelenjar.Bagian bawah daun telinga terangkat ke atas dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis.Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat; nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal berlangsung kira-kira selama 6

 – 

 10 hari.Biasanya satu glandula parotis membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari.Adakalanya kanan dan kiri membesar  bersamaan.Parotis unilateral ditemukan kira-kira 25 %. Pembengkakan glandula submaksilaris dapat dilihat dan diraba di depan angulus mandibulae. Mumps glandula submaksilaris tanpa parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan adenitis cervical.

b. Epididymo-orchitis

Menduduki tempat kedua pada lelaki dewasa menurut frekuensi manifestasi klinis, biasanya timbul sporadik parotitis dapat mendahului parotitis atau sebagai manifestasi sendiri daripada mumps.Epididimitis selalu disertai orchitis.Ditemukan 20-30%, unilateral pada lelaki yang menderita mumps sesudah  pubertas, insiden orchitis bilateral rendah, kira-kira 2 %.2 Orchitis kebanyakan terjadi dalam 2 minggu pertama.Adakalanya di minggu ketiga. Diagnosis mumps orchitis tanpa parotitis ditegakkan dengan titer complement fixing antibodies yang meningkat selama masa rekonvalesensi.2

Orchitis dimulai dengan tiba-tiba demam, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan nyeri abdomen bagian bawah.Keluhan-keluhan tersebut biasanya  paralel dengan beratanya orchitis.Lamanya demam jarang lebih dari 1 mingggu,

(13)

membengkak cepat disertai nyeri yang hebat. Tidak ada kekhawatiran akan impotensi atau sterilitas sebab :

- Orchitis kebanyakan unilateral

- Bila ada orchitis bilateral, sangat jarang terjadi atrofi total pada kedua testis.

C. Pemeriksaan Infeksi Kelenjar Klinis

Palpasi bimanual di dasar mulut arah posterior ke anterior sering mendapatkan calculi pada duktus submandibula, juga dapat meraba pembesaran duktus dan kelenjar. Perabaan ini juga berguna untuk mengevaluasi fungsi kelenjar saliva (hypofunctional atau non-functional gland). Studi imaging sangat berguna untuk diagnosis sialolithiasis, radiografi oklusal berguna dalam menunjukkan batu radiopaque.

D. Perbedaan antara penyakit neoplasma dan non neoplasma pada rongga mulut

Perbedaan Non Neoplastik Neoplastik

Sifat Pertumbuhan Lambat Cepat

Kemampuan Metastasis Tidak ada Tinggi

Proses Penyembuhan Eksisi Eksisi Luas, kemoterapi

E. Sistem Kekebalan Tubuh dari Infeksi Kelenjar ludah

Imunitas merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh terhadap pengaruh  biologis luar dengan cara mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem ini melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, serta menghancurkan zat asing lain agar tetep dapat berfungsi seperti biasa. Sistem imun digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan dari bahaya yang ditimbulkan dalam lingkungan, rangsangan terhadap sel imun terjadi apabila dalam tubuh masuk zat asing yaitu yang disebut antigen. Sistem imun dapat

(14)

membedakan zat asing baik spesifik maupun nonspesifik, sehingga sel

 – 

  sel dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut autoantibodi.

Menghadapi zat asing yang datang sistem imun harus membentuk sel khusus melalui sel darah putih, untuk mengeliminasi zat asing tersebut. Sistem imun yang terdiri dari spesifik dan nonspesifik keduanya berperan dalam proses fagositosis. Dalam rongga mulut manusia terdapat dua jenis kelenjar saliva, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Ada tiga kelenjar saliva besar (mayor) di rongga mulut yaitu kelenjar parotis, submandibula dan sublingualis. Sedangkan kelenjar saliva kecil (minor) terdiri dari kelenjar saliva palatina, labial, bukal, glossopalatina, lingual.Fungsi utama dari kelenjar ini adalah menghasilkan sekret saliva.Komponen dari saliva ini diproduksi oleh serus dan mukus asinar sel yang terdapat didalam kelenjar.

Dalam kelenjar saliva juga terdapat sistem imun yang digunakan untuk melindungi dirinya sendiri dari zat asing dan trauma, yang dapat mengganggu fungsi dari kelenjar saliva dalam memproduksi sekret saliva.Jika produksi sekret saliva tersebut terganggu maka dapat mengakibatkan gangguan bahkan penyakit didalam rongga mulut salah satunya dalaha infeksi kelenjar saliva.Menghadapi zat asing yang datang sistem imun harus membentuk sel khusus melalui sel darah  putih, untuk mengeliminasi zat asing tersebut. Sistem imun yang terdiri dari spesifik dan nonspesifik keduanya berperan dalam proses fagositosis. Dalam rongga mulut manusia terdapat dua jenis kelenjar saliva, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Ada tiga kelenjar saliva besar (mayor) di rongga mulut yaitu kelenjar parotis, submandibula dan sublingualis. Sedangkan kelenjar saliva kecil (minor) terdiri dari kelenjar saliva palatina, labial, bukal, glossopalatina, lingual. Fungsi utama dari kelenjar ini adalah menghasilkan sekret saliva. Komponen dari saliva ini diproduksi oleh serus dan mukus asinar sel yang terdapat didalam kelenjar.

(15)

Dalam kelenjar saliva juga terdapat sistem imun yang digunakan untuk melindungi dirinya sendiri dari zat asing dan trauma, yang dapat mengganggu fungsi dari kelenjar saliva dalam memproduksi sekret saliva. Jika produksi sekret saliva tersebut terganggu maka dapat mengakibatkan gangguan bahkan penyakit didalam rongga mulut salah satunya dalaha infeksi kelenjar saliva.

(16)

BAB III PEMBAHASAN Mapping

Kelenjar Ludah

Klasifikasi Anatomi Histologi Fisiologi

Neo plastik Etiologi

Infeksi Kelenjar Ludah Respon Imun

Non Neoplastik Patogenesis

Gejala Klinis

(17)

A. Klasifikasi, Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kelenjar Ludah

Kelenjar saliva berfungsi untuk menghasilkan saliv.Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, bersifat encer dan pekat yang terdiri dari kelenjar saliva mayor dan mior yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut.

a. Klasifikasi Kelenjar Ludah

Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi 2, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.

 Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis (kelenjar terbesar), kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (kelenjar terkecil).Kelenjar saliva mayor berkembang pada minggu ke-6 dan ke-8 iu yang berasal dari jaringan ektoderm

 Kelenjar Saliva Minor

Berbeda dengan kelenjar saliva mayor, jumlah kelenjar saliva minor dalam rongga mulut adalah ratusan.Kelenjar saliva minor berasal dari jaringan ectoderm oral dan endoderm nasofaring yang kemudian membentuk system tubuloasinar sederhana. Kelenjar yang termasuk dalam kelenjar saliva minor, antara lain kelenjar labial, bukal, palatal, dan lingual

b. Anatomi Kelenjar Saliva 1. Mayor Salivary Gland: a) Parotis

Berbatasan lateral   dengan M.masseter,  posterior   dengan Proc.Mastoideus, inferior  dengan M.Sternocleidomastoideus.Persyarafan oleh N.Fasialis(VII) dan di perbatasan superficial dan profunda terdapat bentukan saraf jarring dinamakan Plexus Intraparotideus (VII).Vaskularisasi oleh Arteri dan Vena Jugularis externa.Ditutupi oleh fasia parotidea  dan bersama-sama dengan fasia masseter membentuk fasia parotideomasseterica.Terdiri dari 2 bagian: Pars superfisialis=>terletak tepat di depan telinga luar dan Pars profunda=>ukuran lebih besar drpd pars superfisialis. Dibatasi oleh struktur anatomi cartilage

(18)

auriculae.Juga terdapat kelenjar parotis accesoris  yakni di tengah2 jalur duktus Stensen.Duktus Stensen: berjalan mulai dari anterior Glandula Parotis-> M.maseter di bid horizontal postero-anterior->berbelok tegak lurus menembus M.Buccinator->bermuara di papilla duktus parotidei  (berhadapan dengan M2 RA)

b) Submandibula

Berbatasan lateral dengan M.mylohyoid, anterior dengan M.digastricus  venter

anterior, posterior dengan M.Styloideus  dan M.digastricus  venter posterior, inferior dengan lamina superficial dari fasia servikalis.Terletak sejajar corpus mandibula tepatnya bag.interna dari angulus mandibula.

Persyarafan oleh N. Lingualis (V3)  dan didalam glandula ini terdapat ganglion submandibula (V3).Vaskularisasi oleh arteri fasialis, submentalis, dan lingualis sedangkan vena oleh vena sublingualis dan vena submentalis.

Duktus Wharton: berjalan mulai bagian dalam glandula submandibula keluar melalui anteriornya menyatu dengan duktus Bartholin bermuara di Caruncula sublingualis tepatnya di kedua sisi bawah lateral frenulum linguae.

c) Sublingualis

Terletak di sepanjang interior corpus mandibula. Berbatasan inferior dengan

M.mylohyoid, superior dengan plica sublingualis, lateral dengan

M.genioglossus,M.styloglossus,  posterior dengan M.mylohyoid, anterior

dengan M.geniohyoid.Persyarafan oleh N.sublingualis (cabang dari N.Lingualis)(V3). Vaskularisasi oleh Arteri dan Vena Sublingualis.Duktus Bartholin: dibagi menjadi 2 jalur: mayor berjalan dari bagian superior glandula sublingualis dan bergabung bersama duktus Wharton bermuara di Caruncula sublingualis. Sedangkan yang minor  langsung keluar dari sepanjang glandula sublingualis dan bermuara di rongga-rongga pada plica sublingualis.

(19)

2) Minor Salivary Gland:

Palatina: Terletak langsung dibawah 1/3 posterior palatum durum hingga palatum mole. Bagian central   yang menjadi pembatas antara lateral glandula ini dibatasi oleh raphepalatine. Sedangkan bagian lateral nya dibatasi oleh Hamulus Pterygoideus  dan bagian  posterior nya dibatasi Arcus palatines. Vaskularisasi oleh Arteri dan Vena Palatina major  dan diinervasi oleh N. Palatinus Majus (V2).

Lingualis: Terbagi menjadi 3 yakni glandula lingualis anterior  yang terletak didalam apex linguae dan diinervasi oleh N. Lingualis(V3), glandula lingualis Von Ebner yang ditemukan di papilla sirkumvalata, dan glandula lingualis posterior yang terdapat pada dorsum linguae dekat tonsil linguae dan diinervasi olehganglion sublinguale cabang N.Glossopharyngeus(IX).

Glossopalatina: Berada dekat isthimus lipatan glossopalatina pada posterior glandula sublingual.

Labial: Berada di mukosa bibir dan paling sering dijumpai pada mid line labial dan memiliki banyak duktus.

(20)

c. Histologi Kelenjar Saliva  Kelenjar Parotis

Gambar 1.1 Kelenjar parotis, terdiri dari asini-asini serous. Duktus intralobular ditunjukkan tanda panah

A. Duktus interlobular

Sifat sekret yang dihasilkan oleh kelenjar mayor terbesar ini adalah serous murni.Ciri-ciri dari asini serous adalah sel-sel epitel piramida dengan inti sel  bulat di pusat sel dan mengelilingi lumen yang sempit, sitoplasma berisi sedikit granula zimogen, dan batas antar sel biasanya tidak jelas. Secara histologi, didalam kelenjar ini terdapat duktus inter lobular dan duktus intra lobular. Duktus inter lobular dilapisi oleh epitel selapis kubis rendah butir- butir zimogen kurang serta berfungsi untuk menghubungkan acini dengan striated duct yang kemudian akan bermuara ke duktus interlobular (terdapat di  jaringan ikat yang memisahkan lobules dan dilapisi epitel selapis silindris /  berlapis kubis).

(21)

 Kelenjar Submandibularis

Gambar 1.2 asini campur kelenjar submandibuaris (asini seros lebih dominan)

Kelenjar ini mempunyai secret yang bersifat campur (seromukus), tetapi lebih dominan asini serous. Pada kelenjar subman dibularis ini, terdapat duktus striated yang lebih panjang dari kelenjar mayor lainnya sementara duktus intercalated lebih pendek dan sempit.

 Kelenjar Sublingualis asini campur

duktus striated

(22)

Gambar 1.3 asini campur kelenjar submandibularis (asini mucous lebih dominan) yang ditunjuk oleh panah adalah serous demilunes

gianuzzi

Kelenjar mayor terkecil ini mempunyai sekret yang bersifat campur, tetapi lebih dominan asini mucus.Secara histologi, terdapat gambaran demilunes of gianuzzi (gambaran berbentuk seperti bulan sabit).Duktus interkalaris dan duktus striata sukar ditemukan pada gambaran histologis pada kelenjar ini.

 Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor seperti kelenjar palatal, bukal, dan labial mempunyai secret yang bersifat mucous sedangkan kelenjar lingual bersifat seromukous.Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang bermuara di dalam rongga mulut.Kelenjar ini tersebar di daerah bukal, labium, palatum, serta lingual.Kelenjar ini juga bisa didapatkan pada kutub superior tonsil palatine (kelenjarWeber ), pilar tonsilaris serta di pangkal lidah.

d. Fisiologi Kelenjar Saliva

Saliva manusia terdiri dari 25 % sekresi kelenjar parotis, 70 % sekresi kelenjar submandibularis, dan 5 % sekresi kelenjar sublingualis. Adapun fungsi dari kelenjar saliva adalah :

 Kelenjar parotis menghasilkan ludah berbentuk cair dan mengandung enzim amylase sementara glandula submandibularis dan glandula  berfungsi menghasilkan ludah yang mengandung air dan 21mylas. Enzim 21mylase atau enzim ptealin yang dihasilkan kelenjar ludah berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula (glukosa). Dengan demikian, ludah membantu proses pencernaan makanan secara kimiawi.  Saliva memiliki ion tiosianat dan enzim lisozim, yang dapat menyerang

 bakteri. Selain itu enzim ini membantu ion tiosianat memasuki bakteri yang kemudian menjadi bakterisidal, dan dapat pula mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan pendukung metabolisme dari  bakteri.

 Saliva dapat membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah

(23)

kekeringan dalam rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan mudah luka dan terkena infeksi.

 Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan  juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika  jumlah saliva di dalam mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan terjadi modifikasi flora plak. Selain itu, difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin mempunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora tersebut, sehingga derajat asidogeniknya  berkurang

B. Etiologi, Gejala Klinis, dan Patogenesis Pada Infeksi Kelenjar Ludah Infeksi Kelenjar Ludah yang Disebabkan Oleh Virus

a. Parotitis a) Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok  paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90

 – 

  300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan  jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus  Rubulavirus  subfamily  Paramyxovirinae  dan family  Paramyxoviridae.Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan  perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat  bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti

(24)

viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium,  pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.Virus masuk ke system saraf pusat

melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah  pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008)

 b) Gejala Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berkisar mulai dari 12-25 hari,1,6 disertai dengan  puncak insidens pada hari ke 17-18. Pada anak-anak, mainfestasi prodromal  jarang tetapi mungkin. Nampak bersama dengan demam, nyeri otot (terutama  pada leher), nyeri kepala, dan malaise. nafsu makan menurun diikuti pembesaran cepat satu/dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah lain seperti submandibularis dan sublingual. Pembesaran kelenjar unilateral terjadi pada 25% kasus sedangkan  pembengkakan kelenjar bilateral terjadi pada 70-80% kasus.Pembengkakan kelenjar parotis khas; mula-mula mengisi rongga antara tepi posterior mandibula dan mastoid dan kemudian meluas dalam deretan yang melengkung ke bawah dan ke depan, diatas dibatasi oleh tulang zigomatikum.

Edema kulit dan jaringan lunak biasanya meluas lebih lanjut dan mengaburkan  batas pembengkakan kelenjar, sehingga pembesaran tersebut lebih mudah disadari dengan pandangan daripada dengan palpasi. Pembengkakan dapat berkembang dengan sangat cepat, mencapai besar maksimal dalam waktu beberapa jam, meskipun biasanya untuk mencapai puncak pembengkakan dibutuhkan 2-3 hari.1,6,7 Jaringan yang membengkak akan mendorong cuping telinga ke atas dan keluar, dan sudut mandibula tidak dapat terlihat lagi. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 3-7 hari tapi kadang-kadang dapat berlakhir lebih lama. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak 1-2 hari sebelum yang lain, tetapi  biasanya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar. Daerah pembengkakan lunak dan nyeri; nyeri diperoleh terutama oleh cairan rasa asam seperti jus lemon atau

(25)

cuka.1,7 Gejala klasik yang timbul dalam 24 jam adalah anak akan mengeluh sakit telinga dan diperberat jika mengunyah makanan.3 Kemerahan dan  pembengkakan sering terjadi di sekitar muara duktus Stensen.

Edema faring dan palatum molle homolateral menyertai pembengkakan  parotis dan memindah tonsil ke medial; edema laring akut juga disebutkan. Edema diatas manubrium dan dinding dada sebelah atas mungkin dapat terjadi karena  penyumbatan limfatik. Pembengkakan parotis biasanya disertai oleh demam sedang tetapi sering ditemukan pula suhu badan normal (sebanyak 20%) dan yang mencapai 40°C (104°F) atau lebih jarang didapatkan.1 Demam akan turun dalam 1-6 hari, dimana suhu tubuh kembali normal sebelum pembengkakan kelenjar hilang. Pembengkakan kelenjar menghilang dalam 3-7 hari.

Walaupun hanya kelenjar parotis yang terkena pada sebagian besar penderita,  pembengkakan kelenjar submandibular sering terjadi dan biasanya menyertai atau dekat pasca pembengkakan kelenjar parotis.Pada 10-15% penderita hanya kelenjar-kelenjar submandibular yang mungkinmengalami pembengkakan.1 Sedikit nyer disertai dengan infeksi submandibula, tetapi pembengkakan mengurang lebih lambat daripada pembengkakan parotis.Kemerahan dan  pembengkakan pada duktus Wharton sering menyertai pembengkakan kelenjar submandibula.Kelenjar sublingual paling jarang terinfeksi, bila terjadi biasanya secara bilateral; pembengkakan tersebut dapat terlihat dengan nyata pada daerah submental dan dasar mulut.

c) Patogenesis dan Patologi

Virus mumps memiliki sel target yaitu kelenjar saliva, sistem saraf pusat,  pancreas, testis, kelenjar tiroid, ovarium, jantung, ginjal, hati, dan membrane synovial. Setelah terjadi infeksi, virus bereplikasi pada epithelium pada saluran napas atas.Infeksi menyebar ke limfonodus yang berdekatan melalui saluran limfe, dan viremia terjadi, menyebarkan virus ke jaringan target.Virus mumps menyebabkan nekrosis dari sel yang terinfeksi dan menyebabkan inflamasi dari limfosit.Saluran kelenjar ludah mengalami nekrosis epithelium dan cairan interstitial terisi cairan limfosit.Pembengkakan jaringan di dalam testis

(26)

menyebabkan terjadinya iskemia local.Cairan serebrospinal mengandung  pleositosis mononuclear, bahkan pada penderita meningitis tanpa gejala klinik.

Penyakit Infeksi Kelenjar Ludah yang Disebabkan Bakteri a. Sialadenitis

Penyakit ini merupakan infeksi yang berulang di glandula submandibularis disertai adanya batu atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus yang menderita kerusakan sehingga serangan tunggal penyakit ini jarang terjadi. Biasanya terasa  panas, nyeri saat palpasi , membengkak dan nyeri hebat sewaktu makan. Pembentukan abses bisa terjadi di kelenjar maupun duktus. Sering terjadi batu tunggal atau multipel.

Sialadenitis lebih sering daripada pembengkakan parotis rekuren kemudian  berhubungan erat dengan penyumbatan batu duktus submandibularis. Biasanya infeksi sekunder menyebabkan sialadenitis kronis tetapi hal ini jarang terjadi. Kadang pembengkakakn rekuren disebabkan neoplasma yang tersumbat atau terletak di dalam kelenjar sehingga menyebabkan penyumbatan duktus.

Etiologi

Terjadi setelah obstruksi pada submandibula dan dapat berkembang tanpa  penyebab yang jelas. Pada penyakit Sialadenitis organisme yang merupakan  penyebab paling umum adalah staphylococcus aureus. Peradangan kronis dapat terjadi pada parenkim kelenjar atau duktus seperti batu yang disebabkan infeksi dari staphylococcus aureus, steptococcus viridians, atau pneumococcu. Selain itu, obstruksi sekunder bisa disebabkan dari kalkulus air liur dan trauma pada kelenjar. Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan sialadenitis adalah dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi, dan oral hiegine yang buruk.

Klasifikasi

1. Sialadenitis akut

Penyakit ini dapat dilihat secara klinis sebagai pembengkakan atau  pembesaran glandula dan salurannya yang disertai nyeri tekan, rasa tidak

(27)

nyaman, dan demam dan lesu. Pada daerah yang terkena sialadenitis akut terjadi pembengkakan yang besar dan sangat nyeri jika dipalpasi, sedikit rasa lebih hangat dibandingkan dengan didekatnya yang tidak terkena. Pemeriksaan monoduktus menunjukkan adanya peradangan dan aliran saliva  biasanya keruh dan purulen.

2. Sialadenitis kronis

sialadenitis kronis membutuhkan membutuhkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh meliputi probing pemijatan glandula dan pemeriksaan radiografi. Infeksi sialadenitis akut bisa berlanjut menjadi sialadenitis kronis. Infeksi sialadenitis akut yang mampu menyebabkan sialadenitis kronis jika telah menyebabkan kerusakan atau pembentukan jaringan parut ( perubahan fibrotik pada glandula ).

3. Sialadenitis supuratif

Sialadenitis jenis ini jarang terjadi pada glandula submandibula dan jika ada disebabkan karena sumbatan duktus dari batu saliva atau oleh trauma pada duktus. Jika batu terletak pada bagian distal maka batu harus dikeluarkan dan  jika terletak pada duktus proksimal terkadang glandula harus dipotong untuk

mengontrol infeksi akut. Patofisiologi

Terjadi penyumbatan atau trauma yang menyebabkan aliran s aliva akan berkurang atau bahkan terhenti. Batu ludah sering ditemukan di kelenjar submandibula. Pada glandula utama gangguan sekresi saliva menyebabkan stasis dengan  pengentalan dan penumpukan yang menimbulkan infeksi atau keradangan. Glandula saliva utama yang mengalami gangguan aliran saliva akan mudah mengalami serangan organisme melalui duktus atau pengumpulan organisme yang terbawa aliran darah.

(28)

Penyakit Kelenjar Ludah Non Infeksi a. Mukokel

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak. Mukokel juga disebut sebagai pseudocyst atau kista yang tidak sesungguhnya. Lokasinya bervariasi. Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.Umumnya terletak di  bagian lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal

dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas. Etiologi

\Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak. Mukokel juga disebut sebagai pseudocyst atau kista yang tidak sesungguhnya. Mukokel umumnya disebabkan karena adanya trauma lokal atau mekanik. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada  permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya (1) trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, (2) trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun (3) trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi  sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma  pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.

Patogenesis

(29)

Mukokel terbentuk diawali dengan terjadinya trauma baik lokal maupun mekanis pada duktus kelenjar saliva minor. Adanya trauma tersebut duktus kelenjar minor menjadi rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi ) yang mengakibatkan  penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi,

translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut mukokel ekstravasasi.

b. Mukokel retensi

Mukokel retensi diakibatkan karena adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar. Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut. Selain itu, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur. kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan  pada mukosa mulut yang disebut mukokel retensi.

Klasifikasi

Berdasarkan etiologi dan patogenesisnya mukokel dibedakan menjadi dua yaitu : a). Mukokel ekstravasasi

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik.

(30)

 b) Mukokel retensi

mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung.

Berdasarkan kedalamannya mukokel dibedakan menjadi tiga yaitu :

a.  superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm

 b. classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm

c. deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya

b. Ranula

Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin “RANA” yang

(31)

 berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian  bawah dari katak. Ranula merupakan pembengkakan dasar mulut yang  berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor. Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.

Etiologi

Etiologi dari ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka.

Patogenesis

Terdapat dua konsep patogenesis ranula superfisial. Pertama pembentukan kista akibat obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan pseudokista yang diakibatkan oleh injuri duktus dan ekstravasasi mukus. Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh sialolith, malformasi kongenital, stenosis, pembentukan  parut pada periduktus akibat trauma, agenesis duktus atau tumor. Ekstravasasi mukus pada glandula sublingual menjadi penyebab ranula servikal. Kista ini  berpenetrasi ke otot milohioideus. Sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui

otot milohioideus dan menetap di dalam jaringan fasial sehingga terjadi  pembengkakan yang difus pada bagian lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang berlangsung lama pada glandula sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa servikal secara konstan.

Trauma dari tindakan bedah yang dilakukan untuk mengeksisi ranula menimbulkan jaringan parut atau disebut juga jaringan fibrosa pada permukaan superior ranula, sehingga apabila kambuh kembali ranula akan tumbuh dan  berpenetrasi ke otot milohioideus dan membentuk ranula servikal.

(32)

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel dan ranula plunging. Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus. Sedangkan ranula  plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang kemudian menimbulkan plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke otot milohioideus.Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi mukus. Ekstravasasi mukus merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus terjadi akibat obstruksi duktus glandula saliva. Selain tipe ranula di atas, dikenal  pula ranula kongenital, yaitu ranula yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus saliva atau kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus seperti ini sangat jarang ditemui.

C. Pemeriksaan Infeksi kelenjar ludah secara Radiografi, HPA, dan Mikrobiologi

Pemeriksaan penunjang: a. Radiologis Imaging

Teknik imaging yang ada untuk menilai kelenjar dan duktus kelenjar saliva antara lain Plain-film Radiography, Computed Tomography Scan (CTScan), Sialography, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Diagnostic Ultrasound, dan  Nuclear Scintigraphy. Masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan

tertentu dalam mengevaluasi pasien dengan nyeri, bengkak dan keluhan lainnya yang berkaitan dengan gangguan kelenjar saliva, seperti pada Sialolithiasis Submandibula.

1. Plain - Film Radiography

Sebelum teknologi imaging berkembang pesat seperti sekarang, plain foto masih dapat digunakan untuk menentukan kelainan pada kelenjar saliva. Teknik

(33)

ini banyak memberikan informasi selain data dari pemeriksaan klinis. Pada evaluasi sialolithiasis submandibula, masih efektif untuk melihat batu pada duktus, tapi sulit untuk mengevaluasi batu di glandula atau batu yang kecil. Hanya 20% sialolith yang radiotransparent sehingga metode ini hanya digunakan untuk skreening bila metode lainnya tidak tersedia. Untuk memaksimalkan hasil, dianjurkan pengambilan film dari berbagai sudut yang berbeda, termasuk dari sudut dasar mulut. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran yang jelas, dimana batu kadang-kadang tertutup oleh tulang mandibula. Sehingga perlu diambil gambaran dari rongga mulut dan regio submandibula, termasuk gambaran oklusi duktus dengan dental-film atau anteroposterior view tulang mandibula.

Pemeriksaan HPA

Gambaran histopatologimukokel yang  bagianduktusnya mengalami

dilatasi Gambaran histopatologi mukokel

tipe ekstravasasi mukus yang terletak di bibir bawah

(34)

D. Perbedaan antara neoplasma dan non neoplasma pada rongga mulut  Neoplasma adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus meskipun rangsang yang menimbulkannya telah hilang. Jaringan abnormal ini ti dak mempunyai tujuan dan merugikan penderitanya.

Ada proliferasi non-neoplastik. Bedanya pada proliferasi non-neoplastik terjadi  pertumbuhan tapi terkendali, ketika kebutuhan telah terpenuhi maka proses akan  berhenti. Hiperplasia, terjadi proses proliferasi sel berlebih sehingga alat tubuh

menjadi lebih besar dari normal.).

Proliferasi neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan

 pembengkakkan atau benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor ganas yang dikenal kanker.

Perbedaan Non Neoplastik Neoplastik

Sifat Pertumbuhan Lambat Cepat

Kemampuan Metastasis Tidak ada Tinggi

Proses Penyembuhan Eksisi Eksisi Luas, kemoterapi

E. Kekebalan Tubuh dari Infeksi Kelenjar ludah Sistem

Disamping memproduksi saliva kelenjar saliva juga memproteksi dirinya dari  beberapa mikroba yang masuk kedalam rongga mulut.Plasma sel B berada di kelenjar saliva dan menghasilkan antibodi IgA yang kemudian disekresikan dalam saliva. IgA mengikat lapisan lendir yang menutup lapisan epitel rongga mulut dan memberi penghalang terhadap patogen yang akan masuk.

Salah satu mekanisme sistem imun kelenjar saliva adalah melalui produksi molekul kekebalan penekan (sitokin) yang disebut transforming growth factor-b (TGF-b). TGF-b membatasi perluasan sel T dan sel B dan menghambat kemampuan mereka untuk menginduksi peradangan, sehingga mencegah

(35)

kerusakan jaringan akibat kerusakan yang mungkin dipicu oleh zat asing dan trauma.

Mekanismeyang digunakan olehsistem kekebalan tubuh kitauntuk menghentikan reaktivitas terhadap antigen berbahaya juga dapat dimanfaatkan oleh pathogen yang tidak diinginkan. Virus termasuk cytomegalo virus manusia (HCMV) dan Epstein-Barr virus(EBV) dapat menyebar melalui air liur yang terinfeksi. Dalam kasuscytomegalovirus,infeksivirusdarikelenjar ludah,memicu  produksisitokinimunosupresiflain yang disebutinterleukin-10 (IL-10). SepertiTGF-b, IL-10 dapatmenghambatakumulasidan fungsi selTpada kelenjar ludah.IL-10 dimediasi penghambatan dalam menghasilkanreplikasi virusgigih dalam, dan penyebarandari, kelenjar ludah.

Imunitas merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh terhadap pengaruh  biologis luar dengan cara mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem ini melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, serta menghancurkan zat asing lain agar tetep dapat berfungsi seperti biasa. Sistem imun digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan dari bahaya yang ditimbulkan dalam lingkungan, rangsangan terhadap sel imun terjadi apabila dalam tubuh masuk zat asing yaitu yang disebut antigen. Sistem imun dapat membedakan zat asing baik spesifik maupun nonspesifik, sehingga sel

 – 

  sel dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut autoantibodi.

(36)

BAB IV KESIMPULAN

Kelenjar saliva adalah suatu kelenjar yang mensekresi saliva ke dalam rongga mulut.Menurut struktur anatomis dan letaknya kelenjar saliva dibagi menjadi 2, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari. Penyakit kelenjar ludah diberdakan menjadi 2, yaitu infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh virus (parotitis) maupun bakteri (sialadenitis) sedangkan penyakit non infeksi bisa disebabkan oleh trauma local dan trauma mekanis, seperti  penyakit mukokel, ranula, dan sialolithiasis.

(37)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa permainan zuper abase yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran pada

Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yaitu: 1) Fungsi afektif adalah berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari keluarga,

Parameter penilaian dari aspek fisik terdiri dari: a. Pengelolaan tutupan vegetasi. 1) Penilaian pengelolaan tutupan vegetasi dilakukan terhadap kondisi fisik dalam

Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah parameter fisikokimia dan organoleptik es krim susu Beras Hitam, meliputi: persen overrun, hardness, laju

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering kita menonton program acara Hafidz Indonesia di RCTI, maka semakin banyak pula pembelajaran dan motivasi

Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian pada daerah lain di pulau Jawa untuk mengetahui frekuensi risiko yang paling dominan,

hasil rekomendasi rumah didasarkan pada nilai derajat keanggotaan dan fire strength (nilai kebenaran) dari proses perhitungan di dalam aplikasi tersebut berupa lima

Dilihat dari segi penyajian materi, buku utama sudah cukup lengkap, sehingga sudah cocok untuk di gunakan sebagai buku referensi mahasiswa untuk belajar tentang