PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG
PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2005 - 2025
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2005 - 2025
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR 3 TAHUN 2010
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
TENTANG
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN DELI SERDANG
NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2005 – 2025
- i -
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2005 – 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI DELI SERDANG
Menimbang : a. bahwa perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu dengan tidak diterbitkannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional;
b. bahwa Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf “a dan b” diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005 – 2025.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten didalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);
- ii -
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
- iii -
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48);
15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 12).
- iv -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG dan
BUPATI DELI SERDANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2005 – 2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: (1) Kepala Daerah adalah Bupati Deli Serdang.
(2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Deli.
(3) Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
(4) DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang.
(5) SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang.
(6) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
(7) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah.
- v -
(8) Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
(1) Program Pembangunan Daerah periode 2005 – 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Daerah.
(2) Program pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
SKPD Kabupaten Deli Serdang melaksanakan program dalam RPJPD Kabupaten Deli Serdang yang dituangkan dalam Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah.
BAB III SISTEMATIKA
Pasal 4
Sistematika RPJP Daerah terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN
BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DELI SERDANG BAB IV PENUTUP
Pasal 5
(1) RPJP Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- vi -
(2) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang melakukan pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah.
(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
pengendalian terhadap :
a. kebijakanperencanaan pembangunan daerah; dan
b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi evaluasi
terhadap :
a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah; b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan c. hasil rencana pembangunan daerah.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk
menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah pada masa transisi, seperti peralihan periode kepemimpinan maka RPJMD lama diacu oleh pemerintahan kepala daerah baru terpilih selama belum ada RPJMD baru.
(2) RPJMD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
- vii -
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Deli Serdang.
Ditetapkan di Lubuk Pakam Pada tanggal 24 Mei 2010
BUPATI DELI SERDANG,
dto,
Drs. H. AMRI TAMBUNAN
Diundangkan di Lubuk Pakam Pada tanggal 24 Mei 2010
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
Drs. H. AZWAR S.M.Si PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19530112 197601 1 002
- viii -
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 3 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2005-2025
I. PENJELASAN UMUM
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Deli Serdang disusun berpedoman pada RPJPD Provinsi Sumatera Utara dan RPJP Nasional, dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan daerah Kabupaten Deli Serdang. Dokumen ini bersifat visioner yang memuat hal-hal mendasar, dan arahan secara garis besar sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan oleh penyelenggara pembangunan di daerah.
Pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya. Dalam duapuluh tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi masyarakat Kabupaten Deli Serdang untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga mempunyai posisi yang sejajar dan daya saing yang kuat di tingkat nasional, regional dan global.
RPJPD Kabupaten Deli Serdang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RPJMD. Dalam penyusunan RPJMD sesuai dengan visi, misi dan program kepala daerah terpilih secara langsung oleh rakyat. RPJMD memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD, serta kebijakan keuangan daerah.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah RPJPD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2025 adalah untuk : a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian kebijakan umum daerah, b) menjamin
- ix -
terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efekif, berkelanjutan dan e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6
Yang dimaksud dengan :
Pengendalian oleh Bupati dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
- x -
Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.
Evaluasi oleh Bappeda meliputi :
penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah; dan menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
- xi -
KATA PENGANTAR
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Deli Serdang ini disusun dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Propinsi Sumatera Utara dan Nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Deli Serdang ini adalah merupakan laporan yang berisikan Visi, Misi, Tantangan, Ancaman, Peluang dan Kegiatan Ekonomi, Potensi Pengembangan, persoalan pengembangan dan tahapan pembangunan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Yang mana dalam buku ini masih banyak ditemui .kekurangan, kami minta masukan untuk melengkapinya.
Diharapkan dokumen ini selain berguna untuk penyusunan RPJMD, juga bermanfaat bagi pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan buku ini kami ucapkan terima kasih. Semoga dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Lubuk Pakam, Desember 2006
Tim Penyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Deli Serdang
- xii - DAFTAR ISI
Halaman Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2025 .... i
Penjelasan atas Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2025 ... viii
Kata Pengantar ... xi
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 2
1.3. Landasan Hukum ... 3
1.4. Hubungan RPJPD Kabupaten Deli Serdang Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... 5
1.5. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II : KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN DELI SERDANG ... 10
2.1. Kondisi dan Analisis ... 10
2.1.1. Kondisi Umum ... 10
2.1.2. Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup ... 10
2.1.2.1. Kondisi Geomorfologi Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 10
2.1.2.2. Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 14
2.1.2.3. Permasalahan Geomorfologi ... 16
2.1.2.4. Permasalahan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam ... 18
2.1.2.5. Capaian / Keberhasilan ... 23
- xiii -
2.1.2.7. Prediksi Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan
Hidup ... 35
2.1.3. Demografi ... 36
2.1.3.1. Kondisi Kependudukan ... 36
2.1.3.2. Permasalahan Kependudukan ... 41
2.1.3.3. Proyeksi Peluang dan Ancaman ... 42
2.1.3.4. Proyeksi Permasalahan ... 43
2.1.3.5. Proyeksi Keberhasilan ... 44
2.1.3.6. Prediksi Kondisi Demografi Deli Serdang ... 44
2.1.4. Ekonomi dan Sumber Daya Alam ... 47
2.1.4.1. Ekonomi ... 47
2.1.4.2. Sumber Daya Alam ... 54
2.1.4.3. Permasalahan ... 58
2.1.4.4. Capaian/Keberhasilan ... 58
2.1.4.5. Analisis ... 59
2.1.4.6. Prediksi Kondisi Ekonomi dan Sumber Daya Alam .. 65
2.1.5. Sosial Budaya dan Politik ... 65
2.1.5.1. Permasalahan ... 66
2.1.5.2. Capaian / Keberhasilan ... 68
2.1.5.3. Analisis ... 68
2.1.5.4. Prediksi Kondisi Sosial Budaya dan Politik ... 70
2.1.6. Kondisi Pendidikan ... 70
2.1.6.1. Permasalahan ... 73
2.1.6.2. Capaian / Keberhasilan ... 73
2.1.6.3. Analisis ... 74
2.1.6.4. Prediksi Kondisi Pendidikan ... 76
2.1.7. Kondisi Pembangunan Kesehatan di Deli Serdang ... 77
2.1.7.1. Permasalahan ... 77
2.1.7.2. Keberhasilan / Capaian ... 77
2.1.7.3. Proyeksi Ancaman dan Permasalahan ... 78
2.1.7.4. Prediksi Kondisi Kesehatan ... 79
2.1.8. Prasarana dan Sarana ... 79
- xiv -
2.1.8.1.1. Permasalahan Jaringan Jalan ... 80
2.1.8.1.2. Pencapaian / Keberhasilan ... 80
2.1.8.1.3. Proyeksi Peluang ... 81
2.1.8.1.4. Prediksi Sarana Jalan ... 81
2.1.8.2. Sarana Irigasi ... 81
2.1.8.2.1. Permasalahan ... 82
2.1.8.2.2. Pencapaian / Keberhasilan ... 82
2.1.8.2.3. Proyeksi Peluang ... 83
2.1.8.2.4. Prediksi Sarana Irigasi ... 83
2.1.8.3. Pengadaan Air Bersih ... 83
2.1.8.3.1. Permasalahan ... 84
2.1.8.3.2. Pencapaian / Keberhasilan ... 85
2.1.8.3.3. Proyeksi Peluang ... 85
2.1.8.3.4. Prediksi Pengadaan Air Bersih ... 86
2.1.8.4. Pengelolaan Sanitasi ... 86
2.1.8.4.1. Permasalahan ... 86
2.1.8.4.2. Pencapaian / Keberhasilan ... 87
2.1.8.4.3. Proyeksi Peluang ... 87
2.1.8.4.4. Prediksi Pengolahan Sanitasi ... 87
2.1.8.5. Pos dan Telekomunikasi ... 88
2.1.8.5.1. Permasalahan ... 88
2.1.8.5.2. Pencapaian / Keberhasilan ... 88
2.1.8.5.3. Proyeksi Peluang ... 88
2.1.8.5.4. Prediksi Pos dan Telekomunikasi ... 89
2.1.9. Pemerintahan ... 89
2.1.9.1. Permasalahan di Bidang Pemerintahan ... 90
2.1.9.2. Capaian / Keberhasilan ... 91
2.1.9.3. Proyeksi Peluang ... 91
2.1.9.4. Proyeksi Ancaman dan Permasalahan ... 91
2.1.9.5. Prediksi Bidang Pemerintahan ... 91
2.2. Prediksi Kondisi Umum Kabupaten Deli Serdang ... 92
2.2.1. Prediksi Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup ... 92
- xv -
2.2.3. Prediksi Kondisi Ekonomi dan Sumber Daya Alam ... 97
2.2.3.1. Prediksi Kondisi Ekonomi ... 97
2.2.3.2. Prediksi Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ... 98
2.2.4. Prediksi Kondisi Prasarana dan Sarana ... 99
2.2.5. Prediksi Kondisi Pemerintahan ... 101
BAB III : VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DELI SERDANG ... 106
3.1. Visi ... 106
3.2. Misi Pembangunan Kabupaten Deli Serdang ... 107
3.3. Arah Pembangunan Kabupaten Deli Serdang ... 108
3.3.1. Mewujudnya masyarakat Deli Serdang yang Berdaya Saing .. 109
3.3.2. Meningkatkan Kemandirian Pangan melalui Optimalisasi dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kelautan ... 111
3.3.3. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance), bersih (clean governance), berwibawa dan bertanggung jawab ... 112
3.3.4. Memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan wilayah menuju keunggulan kompetitif ... 113
3.3.5. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan Beradab ... 116
3.3.6. Meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung pertumbuhan perekonomian sesuai dengan kebijakan pengelolaan Tata Ruang ... 116
3.3.7. Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan sosial masyarakat melalui penyediaan kebutuhan dasar masyarakat ... 118
3.4. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang ... 118
3.4.1. RPJMD Ke-1 (2005-2009) ... 119
3.4.2. RPJMD Ke-2 (2009-2014) ... 120
3.4.3. RPJMD Ke-3 (2015-2020) ... 121
- xvi -
3.5. Peranan Sub-Wilayah Pembangunan ... 124
3.5.1. Rencana Sistem Perkotaan ... 124
3.5.2. Sistem Pusat Pelayanan Perdesaan ... 128
- xvii - DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.2. : Perkembangan dan Distribusi Penduduk Deli Serdang 1995 – 2004 ... 32 2.3. : Jumlah Penduduk Deli Serdang Menurut Kelompok Umur, 2000 – 2004 ... 34 2.4. : Perkembangan Tingkat Pengangguran di Deli Serdang, 2000 – 2005 ... 35 2.5. : Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Dirinci Per Kecamatan
2004 – 2015, 2015 – 2025 ... 40 2.6. : Perkembangan Produk Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang
Harga Berlaku Periode 2000 – 2005 (Rp. x 1.000.000) ... 43 2.7. : Perkembangan Produk Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang
Dalam Harga Konstan 2000 Tahun 2000 – 2005 (Rp. x 1.000.000) ... 44 2.8. : Perkembangan Deflektor Produk Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli
Serdang Periode 2000 – 2005 (Rp x 1000.1000) ... 45 2.9. : Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten Deli
Serdang ... 47 2.10. : Realisasi Penerimaan Daerah Otonom Kabupaten Deli Serdang,
2001 – 2004 ... 50 2.11. : Realisasi Belanja Daerah Otonom Kabupaten Deli Serdang, 2001-2004
(Rp.x 1.000) ... 51 2.12. : Prakiraan Kondisi Morfologi dan Lingkungan Deli Serdang 2025 ... 90 2.13. : Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Dirinci Per Kecamatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang adalah merupakan Daerah Kesultanan Deli dan Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di Perbaungan. Kedua wilayah kesultanan tersebut adalah masuk dalam Keresidenan Sumatera Timur. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kekuasaan Sultan berakhir dan sistem pemerintahan kesultanan pun berakhir dan Kesultanan Deli dan Serdang dijadikan menjadi Kabupaten Deli Serdang dengan ibukotanya Medan. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang pada saat itu adalah sekitar 6.589,65 km2.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom di dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara ditetapkan bahwa Medan menjadi daerah Kotamadya dengan daerah administrasi 15.130 ha, sehingga luas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang berkurang menjadi 6.438,35 km2. Walaupun Medan berubah menjadi daerah otonom yakni Kotamadya namun ibukota Kabupaten Deli Serdang ditetapkan masih di Medan. Pada tahun 1974 Kotamadya Medan mengalami perluasan dari 15.130 ha menjadi 26.150 ha sehingga wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang berkurang lagi dan menjadi 6.328,15 km2, namun ibukota Kabupaten Deli Serdang masih tetap di Medan. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1984 ditetapkan bahwa ibukota Kabupaten Deli Serdang adalah Lubuk Pakam, dan sejak tanggal 1 Maret 1984 ibukota Kabupaten Deli Serdang adalah Lubuk Pakam. Pada Tahun 1979 wilayah administrasi Kotamadya Tebing Tinggi diperluas dan pada tahun 1987 wilayah administrasi Kotamadya Binjai diperluas. Perluasan kedua wilayah administrasi tersebut mengambil sebagian daripada wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang sehingga luas wilayah Deli Serdang menjadi berkurang dan menjadi 4.397,94 km2. Selanjutnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Sumatera Utara maka Kabupaten Deli Serdang resmi dimekarkan menjadi 2 wilayah Kabupaten yakni “Kabupaten Deli Serdang” dengan 22 kecamatan dan “Kabupaten Serdang Bedagai” dengan 11 kecamatan. Dengan dilakukannya pemekaran tersebut maka luas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang kini menjadi 2.497,72 km2 atau 249.772 ha.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah disingkat dengan RPJP Daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP Nasional dan RPJPD Propinsi Sumatera Utara. RPJPD Kabupaten Deli Serdang disusun dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut :
2
a. Tahap pertama : Penyiapan Rancangan RPJP Daerah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan
gambaran awal dari visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten Deli Serdang dan selanjutnya menjadi bahasan dalam Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten/Kota. Rancangan RPJP Daerah Kabupaten/Kota dimaksud dilampiri dengan hasil analisis yang menggambarkan kondisi umum daerah dalam periode perencanaan 20 tahun kedepan, sebagai bahan masukan bagi para pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan merumuskan dan menyepakati visi, misi, dan arah pembangunan daerah.
b. Tahap kedua : Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten/Kota yakni
merupakan forum konsultasi dengan para pemangku kepentingan pembangunan untuk membahas visi, misi dan arah pembangunan yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda dan untuk mendapatkan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan Rancangan RPJP Daerah Kabupaten/Kota. c. Tahap ketiga : Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah Kabupaten/Kota yakni merupakan
tanggung jawab Kepala Bappeda dengan bahan masukan utama hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah. Rancangan akhir ini disampaikan kepada Kepala Daerah dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
d. Tahap keempat : Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJP Daerah. Untuk memenuhi
perundang-undangan yang berlaku, maka RPJP Daerah Kabupaten/Kota dilakukan, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP Daerah Provinsi. Dengan demikian RPJP Daerah Kabupaten/Kota merupakan dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan.
1.2.Maksud dan Tujuan
Sejak berakhirnya era orde baru, Republik Indonesia tidak mempunyai dokumen rencana jangka panjang dan atau jangka menengah seperti Repelita ketika itu. Pembangunan Jangka Panjang Nasional Pertama berakhir pada tahun 1993. Untuk melanjutkan keberhasilan pembangunan jangka panjang pertama dan sekaligus mempertahankan momentum pembangunan yang ada, dirumuskan rencana pembangunan jangka panjang kedua. Upaya perwujudan sasaran pembangunan jangka panjang kedua tersebut terhenti akibat krisis ekonomi yang melumpuhkan perekonomian nasional pada tahun 1997. Pembangunan yang dilaksanakan tanpa rancangan yang terarah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini telah memberikan pelajaran yang berharga bagi bangsa dan negara ini, dimana hampir disetiap daerah mulai terasa adanya penurunan tingkat kehandalan pelayanan infrastruktur publik dan arah kebijakan pembangunan tidak jelas dan cenderung berubah-ubah. Kondisi politik di Negara Republik Indonesia sejak dimulainya krisis multi-dimensi pada pertengahan tahun 1997 yang
3
lalu memang tidak memungkinkan penyelenggara negara ini untuk membuat perencanaan pembangunan jangka panjang maupun jangka menengah, karena konsep pembangunan yang harus dijalankan adalah konsep pembangunan jangka pendek yakni penanggulangan krisis yang bersifat darurat.
Secara perlahan-lahan, kondisi sosial-politik dan keamanan negara telah mulai berangsur membaik. Walaupun kondisi krisis ekonomi belum sepenuhnya teratasi, namun kondisi lingkungan sudah mulai kondusif sehingga untuk mengisi kekosongan rencana pembangunan nasional selama ini maka diundangkanlah Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang mengamanatkan agar pemerintahan di setiap tingkatan wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang atau RPJP yang semuanya bermuara pada perwujudan RPJP Nasional.
Penyusunan RPJP dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan di setiap tingkatan pemerintahan terarah dan mempunyai target pencapaian (visi dan misi) yang jelas dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Selanjutnya, tujuan penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah untuk dijadikan sebagai arah kebijakan pembangunan Kabupaten Deli Serdang untuk periode 20 tahun ke depan dan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD Kabupaten Deli Serdang.
1.3.Landasan Hukum
Dalam rangka pengintegrasian perencanaan pembangunan Daerah dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, seluruh Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota wajib menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.
Adapun dasar hukum dalam penyusunan RPJPD adalah :
1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten didalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
4
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
5
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48);
15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nomor 12);
16. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 050/2020/Sj Tanggal 11 Agustus 2005 Perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah;
.
1.4.Hubungan RPJPD Kabupaten Deli Serdang Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari pada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan oleh karena itu maka RPJPD Kabupaten Deli Serdang harus disusun sedemikian rupa sehingga sejalan dengan RPJP Nasional, RPJPD Propinsi Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Nasional serta arahan-arahan pokok Rencana Tata Ruang Mebidangro dan Rencana Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara. Dalam 20 tahun mendatang, Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika masyarakat yang makin beraneka ragam, Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, permasalahan yang sedang dihadapi dan tantangannya ke depan ke dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan yang hendak dicapai.
Dari sisi eksternal secara pasti persaingan global akan semakin kuat berpengaruh pada pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Perekonomian nasional akan menjadi lebih terbuka yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan daerah-daerah di Indonesia, termasuk daerah Kabupaten Deli Serdang. Sejak tahun 2003, AFTA telah diberlakukan secara bertahap di lingkup negara-negara ASEAN, dan perdagangan bebas akan berlangsung sepenuhnya mulai tahun 2008. Selanjutnya mulai tahun 2010 perdagangan bebas di seluruh wilayah Asia Pasifik akan dilaksanakan. Dalam kaitan itu, tantangan bagi daerah-daerah adalah menyiapkan diri menghadapi globalisasi perekonomian untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal sekaligus mengurangi kerugian dari persaingan global melalui pengelolaan sumber daya yang efisien dan efektif. Oleh karena itu identifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki oleh daerah Kabupaten Deli Serdang sangat penting dilakukan berdasarkan potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan agar dapat memanfaatkan keunggulan yang terdapat di Kabupaten
6
Deli Serdang; dan keunggulan tersebut dimanfaatkan untuk membawa masyarakat Deli Serdang secara keseluruhan menjadi masyarakat yang maju, adil, dan makmur.
Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Secara nasional, peranan sumber daya alam dapat dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB yang pada tahun 2002 mencapai 24,8 persen dan penyerapan tenaga kerja mencapai 48 persen. Namun, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan sehingga daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam menipis. Dalam 20 tahun mendatang diperkirakan Indonesia akan mengalami krisis air, krisis pangan, dan krisis energi. Ketiga ancaman krisis ini menjadi tantangan nasional jangka panjang yang harus diantisipasi secara dini agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat dan bangsa. Ancaman krisis air disebabkan oleh memburuknya kondisi hutan akibat deforestasi yang meningkat pesat, yaitu dari 1,6 juta hektar pada periode 1985-1997 menjadi 2,1 juta hektar pada periode 1997-2001. Deforestasi ini disebabkan oleh peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perkebunan, perindustrian, dan pertambangan; terjadinya kebakaran hutan; serta makin meningkatnya illegal logging. Berkurangnya kawasan hutan selanjutnya menyebabkan terganggunya kondisi tata air. Gejala ini terlihat dari berkurangnya ketersediaan air tanah terutama di daerah perkotaan, turunnya debit air waduk dan sungai pada musim kemarau yang mengancam pasokan air untuk pertanian dan pengoperasian pembangkit listrik tenaga air (PLTA), membesarnya aliran permukaan yang mengakibatkan meningkatnya ancaman bencana banjir pada musim penghujan. Sementara itu, laju kebutuhan air terus bertambah diperkirakan rata-rata sebesar 10 persen pertahun. Berkurangnya luas hutan juga berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, yang mempunyai potensi untuk pengembangan jasa-jasa lingkungan dan diversifikasi pangan.
Dalam konteksnya dengan Kabupaten Deli Serdang, ketiga ancaman krisis tersebut perlu diwaspadai karena Kabupaten Deli Serdang berbatasan langsung dengan Kota Medan yang sekarang menyandang predikat kota terbesar ketiga di Indonesia dan secara geografis adalah merupakan daerah yang paling potensi berkembang menjadi kota megapolitan di Indonesia. Sumber air untuk Kota Medan ada di wilayah Kabupaten Deli Serdang, kawasan hutan pada watershed Sungai Belawan, Deli, Percut, Serdang dan Sungai Ular mengalami penurunan akibat perubahan peruntukan lahan menjadi pertanian, perkebunan, permukiman dan industri cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir. Sejalan dengan konsep RPJP Nasional diatas maka RPJP Kabupaten Deli Serdang harus mengantisipasi tantangan tersebut secara dini agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya.
Berbagai perencanaan pembangunan baik di tingkat Propinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten Deli Serdang perlu dikaitkan dengan RPJPD Kabupaten Deli Serdang dengan
7
mensinkronkannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Deli Serdang, Rancangan Pengembangan Basin Sungai Belawan-Padang, Rancangan Pengendalian Banjir Medan dan sekitarnya, Rancangan Pengembangan Transportasi Laut di Sumatera Utara dan Rancangan Pengembangan Pariwisata Propinsi Sumatera Utara.
1.5.Sistimatika Penulisan
Sistematika penulisan RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang akan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Isinya : menguraikan latar belakang pembentukan kabupaten Deli Serdang,
Pengertian RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang, dan proses penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Maksud dan Tujuan
Isinya : Menjabarkan maksud dan tujuan dari penyusunan RPJP Daerah Kabupaten
Deli Serdang.
1.3. Landasan Hukum
Isinya : menguraikan landasan hukum penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Deli
Serdang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan perundangan lainnya.
1.4. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten deli Serdang dengan Dokumen Perencanaan lainnya
Isinya : menguraikan hubungan antara RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan
dokumen perencanaan lainnya seperti mengacu kepada RPJP nasional dan provinsi, dan dokumen-dokumen perencanaan lainnya.
1.5. Sistematika Penulisan
Isinya : menguraikan pokok bahasan dalam penulisan RPJP Daerah Kabupaten Deli
Serdang.
BAB II KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN DELI SERDANG 2.1. KONDISI DAN ANALISIS
2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
8
proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup.
2.1.2. Demografi
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assesment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi demografi.
2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assesment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi predksi kondisi ekonomi dan sumber daya alam.
2.1.4. Sosial Budaya dan Politik
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assestment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi sosial budaya dan politik.
2.1.5. Prasarana dan Sarana
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assestment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup.
2.1.6. Pemerintahan
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assesment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi pemerintahan.
2.1.7. Data/Informasi Lainnya yang Mendukung dan Dianggap Penting
Isinya : menjelaskan tentang bahasan kondisi masa lampau minimal 10 tahun
kebelakang dan assestment permasalahan serta pencapaian/keberhasilan; analisis proyeksi peluang, ancaman dan keberhasilan; dan prediksi kondisi informasi lainnya.
2.2. PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
Isinya : Merupakan prediksi kondisi daerah pada periode 20 tahun kedepan dengan
9
BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DELI SERDANG
3.1. Visi
Isinya : adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan untuk mewujudkan satu sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Visi bukan merupakan jargon dan atau motto
3.2. Misi
Isinya : adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi
3.3. Arah Pembangunan Kabupaten Deli Serdang
Isinya : Arah pembangunan adalah strategi untuk mencapai tujuan Pembangunan
Jangka Panjang Deli Serdang, yang meliputi:
- Arahan umum pembangunan jangka panjang, utamanya memuat kaidah dan strategi pelayanan umum pemerintahan dan pelayanan dasar yang menjadi tanggung jawab Deli Serdang)
- Peran sub-wilayah pembangunan di daerahnya yang mengacu pada rencana tata ruang wilayah)
3.4. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang
Isinya : Menjelaskan tahapan dan prioritas pembangunan jangka panjang yang di
jabarkan dalam lima tahun masa perencanaan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Masing-masing RPJMD memiliki skala prioritas yang sifatnya berkelanjutan secara utuh dan konsisten menuju tercapainya tujuan Pembangunan Jangka Panjang di Kabupaten Deli Serdang.
3.5. Peranan Sub-Wilayah Pembangunan
Isinya : Menjelaskan arahan-arahan pembangunan menyangkut sistem pelayanan
yang telah disinkronkan dengan arahan yang tercantum dalam RTRWN, Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Mebidangro dan Rancangan RTRW Provinsi Sumatera Utara.
BAB IV PENUTUP
Isinya : menyimpulkan bahwa RPJP Kabupaten Deli Serdang menjadi pedoman bagi
seluruh pemangku-kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai koridor dalam penyusunan visi, misi dan program calon kepala Daerah, dan pedoman dalam penyusunan RPJM Kabupaten Deli Serdang.
10
BAB II
KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM KABUPATEN DELI SERDANG
2.1. KONDISI DAN ANALISIS 2.1.1. Kondisi Umum
Secara geografis Kabupaten Deli Serdang (setelah dimekarkan, tahun 2003) terletak pada posisi 02057’ s/d 3016’ Lintang Utara dan 98027’ s/d 98033’ Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Deli Serdang terletak
di wilayah pantai timur Propinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut: Di bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka; Di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun; Di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai; dan Di bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo.
Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang pada saat awal terbentuknya yakni pada awal kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 adalah sekitar 6.589,65 km2. Selanjutnya pada 1956 terjadi pembentukan
Daerah Otonom di dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara yakni dengan ditetapkannya Medan menjadi daerah Kotamadya dengan daerah administrasi 15.130 ha. Dengan ketetapan ini maka luas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang berkurang menjadi 6.438,35 km2. Kemudian, pada tahun 1974
Kotamadya Medan mengalami perluasan dari 15.130 ha menjadi 26.150 ha sehingga wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang berkurang lagi dan menjadi 6.328,15 km2. Pada tahun 1979 wilayah administrasi
Kotamadya Tebing Tinggi diperluas dan pada tahun 1987 wilayah administrasi Kotamadya Binjai juga diperluas; dalam hal ini, perluasan kedua wilayah administrasi tersebut mengambil sebagian dari pada wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang sehingga luas wilayah Deli Serdang menjadi berkurang lagi dan menjadi 4.397,94 km2. Selanjutnya, pada tahun 2003 Kabupaten Deli Serdang mengalami pemekaran
menjadi 2(dua) wilayah kabupaten sehingga luasnya saat ini tinggal 2.497,72 km2 atau 249.772 ha. 2.1.2. Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.2.1.Kondisi Geomorfologi Wilayah Kabupaten Deli Serdang
Kondisi geomorfologi dimaksudkan disini adalah evolusi tanah pada wilayah Kabupaten Deli Serdang, yakni meliputi perubahan penggunaan lahan (land use), kondisi topografi wilayah, distribusi struktur dan jenis tanah. Komposisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang memperlihatkan bahwa luas perkebunan (perkebunan besar dan perkebunan rakyat) dan luas permukiman terus berkembang dari
11
waktu-kewaktu sedangkan luas sawah (tadah hujan dan irigasi) dan tegalan/kebun campuran hampir tidak bertambah dan ada indikasi/kecenderungan menurun. Untuk lebih jelasnya tentang komposisi dan perkembangan penggunaan lahan pada wilayah Kabupaten Deli Serdang dari tahun 1995-2004 dimaksud, lihat Tabel 2.1. Data pada tabel 2.1 memperlihatkan bahwa informasi pengurangan luas hutan (hutan negara dan hutan rakyat) dari tahun 1995 hingga 2005 cukup besar yakni menurun dari 29.262 ha menjadi 16.549 ha. Sementara itu, luas lahan perkebunan juga mengalami penurunan yakni dari 83.785 ha pada tahun 1995 menjadi 62.486 ha pada tahun 2005.
Kalau dilihat dari SK.Menhut No.44/Menhut-11/2005 tanggal 16 Februari 2005, maka luas kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam adalah 22.184,87 ha; hutan lindung seluas 7.465,18 ha; hutan produksi terbatas seluas 7.654,28 ha; hutan produksi tetap seluas 41.843,27 ha; dan hutan konversi seluas 936,08 ha. Dengan demikian maka total luas hutan di Kabupaten Deli Serdang adalah 80.083,68 ha. Penggunaan lahan untuk permukiman meningkat dari waktu kewaktu dimana pada tahun 1995 tercatat seluas 12.135 ha dan pada tahun 2005 menjadi 26.252 ha atau meningkat sebesar 4.186 ha dalam 9 tahun atau bertambah rata-rata 465 ha per tahun. Kondisi fisik topografi tanah di wilayah Kabupaten Deli Serdang tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kurun waktu 10 tahun terakhr ini, dan secara umum adalah bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit hingga bergunung yang terjal. Berdasarkan kondisi geomorfologi, lahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang dapat diklasifikasikan menjadi 9 kelompok yakni: (1). Daerah rawa (swamp area); (2) Daerah dataran alluvial (alluvial plain); (3) Hamparan gravel (gravelly terrace); (4) Daerah perbukitan/bergelombang II (hills II with relief energy 100 m); (5) Daerah perbukitan/bergelombang I ( hills I with relief energy 100 s/d 200 m); (6) Daerah peralihan kaki pegunungan ( piedmont with relief energy 100 m); (7) Daerah kaki pegunungan ( low relief mountain with relief energy 200 m); (8) Daerah pinggang pegunungan (middle relief mountain with relief energy 200-400 m); (9) Daerah puncak pegunungan (high relief mountain with relief energy 400 m and more).
12
Daerah rawa (swamp area) terdapat di sepanjang garis pantai yang membentang dari muara Sungai Ular di bagian Timur hingga muara Sungai Belawan di bagian barat. Daerah rawa tersebut berupa lajur (strip)
yang menyempit dari arah barat Sungai Belawan ke arah timur Sungai Ular. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi alam yang memperlihatkan bahwa garis pantai disekitar muara Sungai Ular hingga muara Sungai Serdang cenderung terkena abrasi sehingga garis pantai makin hari makin jauh kedaratan, sedangkan garis pantai selebihnya tidak demikian. Kegiatan budidaya tambak udang, pertanian padi tadah hujan dan perkebunan rakyat cukup banyak terdapat di sepanjang garis pantai Kabupaten Deli Serdang sehingga daerah rawa makin berkurang luasnya. Dengan berkurangnya daerah rawa pada wilayah Kabupaten Deli Serdang maka lingkungan aquatic akan mengalami perubahan dengan sendirinya, terutama menyangkut jenis flora dan fauna termasuk populasinya.
Daerah alluvial ( alluvial plain) berada diantara daerah rawa dengan daerah berbukit (hill II). Lahan persawahan/tegalan, permukiman/perkotaan dan sebagian perkebunan besar berada pada daerah ini. Kota Medan dan Bakal Bandar Udara Internasional Kualanamu berada di daerah ini. Keberadaan lahan pertanian yakni berupa persawahan/tegalan dan perkebunan besar pada daerah ini makin hari makin terdesak oleh kegiatan perkotaan seperti permukiman, industri dan kegiatan perkotaan lainnya, terutama desakan perkembangan kota Medan, Tanjung Morawa, Delitua dan Lubuk Pakam. Sumber pencemaran air dan udara pada daerah ini seperti buangan limbah rumah tangga, industri, perdagangan, dan asap kenderaan bermotor akan terus meningkat dari waktu-kewaktu sejalan dengan pesatnya pertumbuhan kawasan perkotaan/permukiman di daerah ini. Perubahan penggunaan lahan yang paling cepat terjadi pada wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Medan. Perubahan penggunaan lahan tersebut sepertinya sulit untuk dibendung karena pertambahan penduduk yang cukup tinggi di Kawasan Medan dan Deli Serdang mengambil tempat untuk bermukim di wilayah dimaksud. Lahan-lahan perkebunan besar yang terlantar atau HGU-nya tidak diperpanjang misalnya, dengan segera berubah fungsi menjadi kawasan permukiman. Perubahan-perubahan yang sedemikian rupa yakni dari perkebunan besar menjadi perrmukiman terdapat di Kecamatan Patumbak, Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan, Labuhan Deli, Sunggal, dan Pancur Batu.
Selain daripada desakan Kota Medan pada wilayah-wilayah tertentu diatas, penggunaan lahan didaerah pantai Kabupaten Deli Serdang, terutama di Kecamatan Batang Kuis, Pantai Labu dan Beringin juga akan mengalami perubahan yang besar dalam waktu kurun waktu 10-20 tahun ke depan sejalan dengan pembangunan Bandar Udara Internasional Kualanamu di Desa Pantai Labu Kecamatan Beringin.
13
Hamparan gravel (gravelly terrace) berada di antara daerah aluvial dan daerah yang berbukit/bergelombang. Hamparan gravel terdapat hanya di antara sungai serdang ke arah Sungai Belawan saja dan tidak terdapat di daerah Sungai Ular. Exploitasi material gravel dimaksud banyak dilakukan oleh para pengusaha melalui kegiatan penambangan galian-C yakni terdapat di daerah sungai Belawan (Sunggal dan Pancurbatu), dan sungai Percut (Patumbak dan Namorambe). Ditinjau dari sudut lingkungan hidup, exploitasi galian-C pada daerah daratan kering akan mengurangi potensi lahan pertanian karena kandungan gravel dan batu-batuan di daerah daratan kering berada dibawah lapisan tanah alluvial, sehingga dengan melalukan penambangan galian–C maka secara otomatis lapisan tanah atas juga ikut hilang dan tidak bisa dijadikan lahan pertanian. Galian-C yang berada di daerah aliran sungai dan bantaran sungai akan mengakibatkan kecuraman dasar sungai bertambah kearah upstream dan mengakibatkan energi aliran sungai untuk menggerus tebing dan dasar sungai tambah tinggi. Desakan kawasan permukiman sudah mulai memsauki daerah ini terutama di wilayah Kecamatan Sunggal, Pancurbatu, Kutalimbaru, Patumbak dan Kecamatan Namorambe.
Daerah perbukitan/bergelombang (hills II dan hill I) berada dibagian upstream gravel terrace di
watershed Sungai Percut, Sungai Serdang dan Sungai Ular. Daerah ini hanya sedikit ditemui di watershed
Sungai Belawan dan Sungai Deli. Kegiatan perkebunan besar PTPN-II dan Lonsum serta kebun campuran sebagian besar mengambil tempat di daerah ini. Akibat pertambahan penduduk perdesaan yang ada didaerah ini maka perubahan penggunaan lahan pada daerah ini mulai terjadi secara signifikan yakni dari kondisi sebelumnya merupakan kebun/hutan campuran kini sudah banyak berubah menjadi tanaman sejenis
(mono crops).
Daerah piedmon terdapat hanya pada watershed sungai Belawan dan sebagian watershed sungai Deli. Daerah ini merupakan daerah transisi dari pegunungan ke daerah dataran rendah. Kegiatan pertanian lahan kering, kebun/hutan campuran, perkebunan rakyat mendominasi peruntukan lahan di daerah ini.
Daerah pegunungan yakni daerah diatas elevasi 200 meter diatas permukaan air laut adalah merupakan daerah yang terdapat di kecamatan Sibolangit, Kecamatan STM Hulu dan kecamatan Tiga Juhar. Kegiatan utama penduduk yang tinggal diwilayah pegunungan ini adalah bertani dan mengella hasil hutan. Luas hutan secara fisik saat ini sudah jauh berkurang dari data yang tertera pada tabel 2.1 diatas karena sudah banyak yang berubah menjadi lahan pertanian. Hal tersebut terjadi karena jumlah lapangan kerja pada sektor perkebunan relative tetap dan malah cenderung menurun, sementara itu jumlah penduduk di afdeling-afdeling/desa-desa perkebunan dan perkampungan-perkampungan di daerah pegunungan
14
cenderung meningkat. Fenomena ini secara lambat tapi pasti telah mengakibatkan terjadinya perambahan hutan, areal perkebunan negara, dan memaksa terjadinya proses urbanisasi. Berhubung karena adanya kesenjangan antara jumlah lapangan kerja dengan jumlah angkatan kerja maka terjadilah pembukaan lahan pertanian baru diwilayah perbukitan/pegunugan/hutan dan daerah rawa. Kondisi ini telah mengakibatkan pengurangan luas hutan secara signifikan di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kondisi ini akan mengakibatkan daerah-daerah tersebut rawan longsor dan mengakibatkan peningkatan erosi serta instabilitas debit sungai.
2.1.2.2.Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Kabupaten Deli Serdang
Perkembangan fisik Kota Medan dalam 10 tahun terakhir ini sangat pesat dan telah memasuki wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang sehingga perubahan peruntukan lahan pada wilayah Kabupaten Deli Serdang yang berbatasan langsung dengan Kota Medan seperti Kecamatan:Tanjung Morawa, Delitua, Patumbak, Batang Kuis, Labuhan Deli, Hamparan Perak, Sunggal, Tanjung Morawa dan Namorambe cukup tinggi. Hal ini dapat dipahami karena wilayah administrasi Kota Medan sudah sepenuhnya terbangun/jenuh sehingga daerah perluasan permukiman secara alamiah memasuki wilayah Kabupaten Deli Serdang. Pada umumnya perubahan peruntukan lahan tersebut terjadi dari lahan perkebunan ke permukiman dan atau industri dan dari llahan pertanian menjadi permukiman. Kondisi lingkungan mengalami perubahan akibat keadaan tersebut, perubahan-perubahan tersebut antara lain adalah meningkatnya luas permukaan tanah yang impermeable sehingga mengakibatkan meningkatnya volume limpasan air hujan dan banjir, meningkatnya temperatur udara dipermukaan tanah, dan meningkatnya volume limbah permukiman yang dapat mencemari badan air dan air tanah. Dari data perkembangan perubahan penggunaan lahan yang diuraikan pada butir (a) diatas diketahui bahwa pertambahan luas permukiman rata-rata 465 ha per tahun. Perubahan peruntukan lahan menjadi permukiman tersebut sebagian besar berada pada wilayah kabupaten Deli Serdang yang berbatasan dengan Kota Medan, termasuk Lubuk Pakam.
Berbagai kegiatan pembangunan dan rencana pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini yang dinilai mempunyai pengaruh terhadap lingkungan hidup antara lain adalah: pembangunan kawasan industri KIM II di Kecamatan Percut Sei Tuan (1999), Pembangunan Kawasan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa 1998, Peningkatan Jalan Pantai Deli Serdang (1996-1998), Normalisasi Sungai Serdang (selesai 2006), peningkatan jalan Tanjung Morawa-batang Kuis-Lubuk Pakam (2005), Proyek Medan Flood Control (1998-sekarang) yang meliputi normalisasi sungai Deli, normalisasi
15
sungai Percut, pembuatan kanal banjir Deli-Percut, rencana pembangunan waduk Lau Simeme, dan pembangunan pelabuhan udara internasional Kualanamu di Kecamatan Beringin dan Kecamatan Pantai Labu (mulai 2007). Semua pembangunan tersebut diatas mengambil tempat pada daerah dataran rendah dan pantai, sehingga diperkirakan wilayah Kabupaten Deli Serdang yang berada dibagian utara jalan negara Medan-Tebing Tinggi (kondisi geomorfologi: swamp dan alluvium) seluruhnya akan berubah menjadi kawasan perkotaan dan industrii, termasuk Kecamatan Batang Kuis dan Labuhan Deli. Kondisi lingkungan hidup pada bagian lahan bergelombang hingga berbukit dan pegunungan seperti Kecamatan Galang, Bangun Purba, STM Hilir, Namorambe, dan Pancur Batu, Sibolangit, STM Hulu, Tiga Juhar, dan Kecamatan Kutalimbaru dalam 10 tahun terakhir ini juga mengalami perubahan yang siknifikan tetapi tidak secepat wilayah pantai dan dataran rendah seperti diuraikan diatas.
Kondisi lingkungan pemukiman di wilayah Kabupaten Deli Serdang dewasa ini belum sepenuhnya memenuhi persyaratan lingkungan sehat. Dari 22 ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang hanya beberapa ibukota kecamatan saja yang memiliki sistim penyediaan air bersih yang terkontrol higienitasnya yakni yang dilayani oleh PDAM. Kota-kota tersebut antara lain adalah Kota Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Delitua, Sunggal, Pancur Batu, Sibolangit dan Kota Labuhan Deli. Secara keseluruhan persentase cakupan penggunaan air bersih yang memenuhi persyaratan bakterologis (dapat dikontrol) di Kabupaten Deli Serdang lebih kecil dari 15%.
Sistim pembuangan tinja rumah tangga pada daerah permukiman di Kabupaten Deli Serdang adalah sistim setempat (on-site system) yakni berupa septick tank, jamban cubluk, jamban cemplung dan jamban sungai. Perkampungan-perkampungan didaerah rural pada umumnya masih menggunakan badan air, pasang surut dan lapangan terbuka untuk pembuangan tinja. Bagi daerah perkotaan/permukiman yang belum memiliki sistem pengadaan air bersih melalui perpipaan umumnya menggunakan jamban cubluk atau cempung yang resapannya dekat dengan sumur sehingga air sumur dimaksud potensial terkena polusi limbah septick. Dilihat dari persentase daerah pemukiman yang memperoleh layanan sistim perpipaan air bersih yang masih rendah yakni di bawah 15% maka diperkirakan sarana pembuangan kotoran manusia/tinja yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah sebesar ± 30%.
Lingkungan perumahan yang memenuhi persyaratan kesehatan di perkotaan dewasa ini di Kabupaten Deli Serdang dinilai cukup baik, tetapi kondisi tersebut akan dapat berubah bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan perumahan yang tidak terkendali. Wilayah perkotaan yang mempunyai potensi lingkungan tidak sehat terdapat pada Kecamatan Labuhan Deli, Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Beringin
16
dan Pantai Labu. Secara umum dapat dikatakan bahwa lingkungan perumahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dewasa ini diwilayah perkotaan kira-kira mencapai 50%.
Dengan terbatasnya jangkauan sistem penyediaan air bersih melalui perpipaan di wilayah Kabupaten Deli Serdang, maka masih banyak sarana pendidikan dan sarana peribadatan yang belum memiliki sistem sanitas yang memenuhi kesehatan. Diperkirakan hanya sekitar 30% dari sarana pendidikan yang memiliki sarana sanitasi, dan kira-kira 50% sarana peribadatan telah memiliki sarana sanitasi.
Hotel dan restauran serta jasa boga yang ada di wilayah Kabupaten Deli Serdang tidak pernah dilakukan penelitian mengenai pemenuhan standar kesehatannya dan hal tersebut perlu dilakukan di masa-masa mendatang. Demikian juga halnya tentang penelitian terhadap limbah industri secara reguler tidak ada dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang sehingga paparan pestisida di lingkungan industri tidak dapat diperoleh, demikian juga halnya dengna pencemaran sungai. Data mengenai kebisingan di tempat kerja perkantoran dan industri juga tidak tersedia karena penelitian tentang itu belum pernah dilakukan.
Diwilayah Kabupaten Deli Serdang terdapat beberapa kawasan industri yakni antara lain Kawasan Industri Tanjung Morawa dan Kawasan Industri Sunggal serta beberapa zona industri di Kecamatan Percut Sei Tuan dan Labuhan Deli. Data mengenai kwalitas dan sistem pembuangan limbah industri tersebut diatas tidak ada dipublikasikan oleh Pemerintah.
2.1.2.3. Permasalahan Geomorfologi
Permasalahan-permasalahan di wilayah Kabupaten Deli Serdang yang berkaitan dengan geomorfologi pada saat ini dan perkiraan potensi masalah dimasa mendatang dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Masalah Penggunaan Lahan (Land Use)
Permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan tanah kini dan perkiraan pada 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan luas hutan dan semak/alang-alang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah rata-rata 920 ha per tahun atau ekivalen dengan 2,06% per tahun. Apabila kecenderungan (trend) ini terus terjadi maka 20 tahun mendatang maka luas hutan dan semak belukar di willayah Kabupaten Deli Serdang hanya akan tinggal separuhnya, dan dalam 50 tahun kedepan
17
apabila tidak ada pengendalian dan pengawasan maka tidak akan ada lagi hutan dan semak-belukar di Kabupaten Deli Serdang. Akibat dari kondisi ini maka ekosistem akan terganggu. b. Perkembangan luas permukiman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir meningkat rata-rata 465
ha pertahun. Penambahan luas permukiman ini harus dikompensasi dengan pengurangan luas lahan lainnya seperti lahan pertanian lahan kering seperti tegalan dan kebun campuran dan sawah. Akibat kondisi ini maka beban daerah perkotaan akan makin berat.
2. Masalah Abrasi dan Sedimentasi
Permasalahan-permasalahan yang ada dan potensil terjadi dalam 20 tahun kedepan antara lain adalah:
a. Kerusakan hutan pantai potensil mengakibatkan terjadinya pergeseran garis pantai kearah darat akibat abrasi dan rawan dari terjangan tsunami.
b. Kondisi hutan pantai/bakau di sepanjang garis pantai Kabupaten Deli Serdang sangat memprihatinkan dan telah mengancam kelangsungan hidup berbagai jenis ikan dan satwa air.
c. Meningkatnya kegiatan pertanian dibagian upstram yang berarti berkurangnya luas hutan dan semak-belukar akan mengakibatkan volume sedimentasi bertambah besar pada aliran-aliran sungai.
3. Masalah Banjir
Permasalahan banjir yang potensial terjadi pada wilayah Kabupaten Deli Serdang kini dan 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan kawasan permukiman/perkotaan dan industri cukup tinggi di wilayah Kabupaten Deli Serdang (lihat uraian sebelumnya) sehingga pemerintah Kabupaten Deli Serdang kewalahan dalam memenuhi infrastruktur perkotaan/permukiman, termasuk sarana drainase. b. Perkembangan dari pada kawasan permukiman tidak dapat dikontrol dan dikendalikan
sepenuhnya sehingga dapat berkembang menjadi kawasan permukiman yang kumuh dan tidak teratur dan rawan banjir.
c. Bertambah luasnya kawasan permukiman berarti bertambah luas pula permukaan lahan yang kedap air sehingga limpasan air hujan (run off) akan bertambah besar. Kawasan permukiman yang padat penduduk dimaksud berada pada dataran rendah alluvial dimana permukaan air
18
relatif tinggi sehingga daya serap tanah atas air hujan rendah. Kondisi ini mengakibatkan daerah ini, bila berkembang menjadi kawasan permukiman/perkotaan akan memiliki permasalah serius yakni rentan terhadap bahaya banjir.
d. Masalah limbah padat seperti sampah juga akan menjadi masalah yang serius karena kalau dapat menyumbat drainase dan mengakibatkan banjir
4. Masalah Erosi dan Tanah Longsor
Masalah erosi dan tanah longsor di Kabupaten deli Serdang saat ini dan 20 tahun kedepan adalah sebagai berikut:
a. Intensitas kegiatan pertanian pada daerah yang berbukit/bergelombang hingga kaki pegunungan menunjukkan peningkatan sehingga karakteristik vegetasi pada wilayah tersebut akan berubah dan cenderung akan lebih terbuka. Kondisi ini mengakibatkan potensi erosi yakni berupa erosi dasar dan tebing sungai dan erosi permukaan (gully erosion) akan makin besar.
b. Dalam 20 tahun kedepan permasalahan erosi ini potensil terjadi di daerah Kecamatan Kutalimbaru untuk watershed Sungai Belawan, di daerah Kecamatan Sibolangit (Sembahe dan sekitarnya) dan Namorambe untuk watershed Sungai Deli, dan Kecamatan STM Hilir untuk watershed Sungai Serdang.
c. Berkurangnya semak-belukar dan hutan pada lereng-lereng yang terjal akan potensil menghasilkan tanah longsor. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang bagian watershed yang kondisinya mengarah pada kondisi bahaya tanah longsor adalah di Kecamatan STM Hulu yakni disekitar Tiga Juhar hingga ke daerah Penen dan Talun Kenas pada watershed Sungai Serdang, dan di Kecamatan Sibolangit yakni disekitar Sibolangit dan Bandar Baru pada watershed Sungai Deli. Tanah longsor dimaksud dapat menutup aliran sungai dan kemudian jebol dan mengakibatkan banjir bandang seperti yang pernah terjadi di Bahorok beberapa tahun yang silam.
2.1.2.4. Pemasalahan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Namun, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan sehingga daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam menipis. Sumber daya air yang ada di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari air permukaan yakni berupa sungai-sungai yang permanent,
19
mata air dan air tanah. Sungai-sungai yang memiliki debit sepanjang tahun dan melintas di wilayah Kabupaten Deli Serdang ada sebanyak 5 sungai yakni: (1) Sungai Belawan; (2) Sungai Deli; (3) Sungai Percut; (4) Sungai Serdang; dan (5) Sungai Ular. Tiga dari 5 sungai tersebut sudah dipakai oleh PDAM Tirtanadi sebagi sumber pengadaan air bersih untuk Kota Medan dan Deli Serdang, yakni: (1) Sungai Belawan dengan 2 unit bangunan pengolah air dengan kapasitas 1600 l/det di Sunggal dan 500 l/det di Hamparan Perak; (2) Sungai Deli dengan 1 unit bangunan pengolahan air dengan kapasitas 1700 l/det; dan (3) Sungai Belumai (anak sungai Serdang) dengan 1 unit bangunan pengolah air dengan kapasitas 1000 l/det. Dalam hal ini, kapasitas debit ketiga sungai tersebut secara natural sudaah maksimal dimanfaatkan untuk pengadaan air bersih Kota Medan dan sekitarnya.
Pada saat ini PDAM Tirtanadi melayani 300.000 sambungan di Kota Medan dan Deli Serdang atau kira-kira ekivalen dengan 1,5 juta jiwa penduduk. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Medan ditambah dengan penduduk Deli Serdang yang pada tahun 2004 telah mencapai 3,6 juta jiwa lebih maka, tingkat pelayanan PDAM Tirtanadi sekarang kurang dari 45%. Dengan tingkat pertambahan penduduk seperti 10 tahun terakir ini yakni rata-rata 3,11% per tahun, maka 20 tahun kedepan masalah pengadaan air bersih untuk kota Medan dan wilayah permukiman di Kabupaten Deli Serdang akan menjadi salah satu permasalahan yang serius, apalagi dikaitkan dengan kebutuhan air untuk irigasi/pertanian.
Ancaman krisis air disebabkan oleh dua factor utama yakni pertama akibat meningkatnya kebutuhan air akibat pertambahan penduduk dan kedua akibat berkurangnya persediaan air permukaan pada sungai-sungai akibat memburuknya kondisi hutan. Deforestasi ini disebabkan oleh peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pertanian; kawasan perkebunan dan pertanian menjadi pemukiman; serta makin meningkatnya
penebangan liar. Berkurangnya kawasan hutan selanjutnya menyebabkan terganggunya kondisi tata air. Gejala ini terlihat dari berkurangnya ketersediaan air tanah terutama dalam bentuk mata air (spring) dan air tanah di daerah perkotaan, turunnya debit air sungai pada musim kemarau yang mengancam pasokan air untuk pertanian dan PDAM, membesarnya aliran permukaan yang mengakibatkan meningkatnya ancaman bencana banjir pada musim penghujan
Kasus-kasus pencemaran lingkungan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Deli Serdang, perubahan gaya hidup yang konsumtif, serta rendahnya kesadaran masyarakat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan. Sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Deli Serdang seperti: sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Percut, Sungai Serdang dan Sungai Ular mengalami pencemaran dari limbah pertanian, rumah
20
tangga dan limbah kegiatan industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi tanah juga semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat maupun pupuk. Masalah pencemaran ini disebabkan juga oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik. Kondisi di atas menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya ketidakseimbangan sistem lingkungan secara keseluruhan dalam menyangga kehidupan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya dan keberlanjutan pembangunan dalam jangka panjang. Selain itu, perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) akan mempengaruhi kondisi lingkungan secara global tidak terkecuali Kabupaten Deli Serdang. Oleh karena itu adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut mutlak dilakukan, khususnya yang terkait dengan strategi pembangunan sektor kesehatan, pertanian, permukiman, dan tata ruang. Di lain pihak, isu perubahan iklim memberi peluang tersendiri bagi Kabupaten Deli Serdang, di mana negara-negara industri maju dapat ‘menurunkan emisinya’ melalui kompensasi berupa investasi proyek
Clean Development Mechanism (CDM) di negara berkembang seperti Indonesia.
Selain tantangan krisis di atas, hal lain yang menjadi tantangan ke depan adalah berkaitan dengan pengembangan nilai tambah sumber daya alam dan penggalian sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru agar memiliki daya saing global dalam jangka panjang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kedua Nasional menempatkan sumber daya kelautan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. Kontribusi bidang kelautan terhadap perekonomian Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan belum siknifikan dan sarana serta fasilitas untuk pengembangan nilai tambah sumber daya kelautan tersebut belum memadai.
Ketersediaan pangan di Kabupaten Deli Serdang akan semakin terbatas yang disebabkan oleh semakin meningkatnya konversi lahan sawah dan lahan pertanian produktif lainnya, rendahnya peningkatan produktivitas hasil pertanian, buruknya kondisi jaringan irigasi dan prasarana irigasi di lahan produksi seperti pada DAS Belawan, DAS Percut, DAS Serdang dan DAS Ular. Kondisi pasokan air bagi lahan beririgasi semakin terbatas karena menurunnya kemampuan penyediaan air di sungai dan menurunnya tingkat pelayanan sarana irigasinya. Sementara itu, daya saing produk pertanian dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan produk impor. Dilihat dari aspek konsumsi pangan, ketergantungan pada konsumsi beras masih tinggi sehingga tekanan terhadap produksi padi semakin tinggi pula. Ke depan perlu didorong diversifikasi konsumsi pangan dengan mutu gizi yang semakin meningkat berbasiskan konsumsi pangan hewani, buah, dan sayuran.