• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KINERJA KEJAKSAAN NEGERI DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI DI KABUPATEN ENREKANG. Disusun oleh : ELMA. Nomor induk mahasiswa :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KINERJA KEJAKSAAN NEGERI DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI DI KABUPATEN ENREKANG. Disusun oleh : ELMA. Nomor induk mahasiswa :"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

KINERJA KEJAKSAAN NEGERI DALAM PENANGANAN

PERKARA KORUPSI DI KABUPATEN ENREKANG

Disusun oleh :

ELMA

Nomor induk mahasiswa : 105610544815

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i Skripsi

KINERJA KEJAKSAAN NEGERI DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI DI KABUPATEN ENREKANG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

ELMA

Nomor Induk Mahasiswa: 105610544815

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : ELMA

Nomor Stambuk : 105610544815

Program Studi : Ilmu Administrasi

Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar 17 Januari 2020 Yan g Menyatakan,

(6)

v

ABSTRAK

Elma, Budi Setiawati dan Abdul Kadir Adys. Kinerja Kejaksaan Negerii Dalam Penanganan Perkara Korupsi di Kabupaten Enrekang.

Kinerja merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh para pegawai terhadap semua masyarakat karena merupakan tugas pokok sebagai pemangku dan pengendali kebijakan publik seharusnya selalu mengedepankan kepentingan masyarakat umum maka para pelayan publik harus meningkatkan kinerjanya karena sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting karna sebagai penggerak tercapainya sebuah kinerja yang maksimal. Kualitas kerja dari kejaksaan negeri Enrekang menjadi tolak ukur apakah kinerjanya sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah atau masih perlu ditingkatkan kualitas kerjanya.

Penelitia ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Kejaksaan Negeri dalam Penanganan Perkara Korupsi di Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 5 orang. Analisis data menggunakan model analisa interaktif. Hasil penenelitian menunjukan bahwa kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan agar lebih optimal, hal ini di lihat dari aspek kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,efektivitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kejaksaan sudah bisa di katakan baik namun perlu ditingkatkan agar lebih optimal, baik itu dari segi laporan kerja, dan penyelesaian setiap tugas atau pekerjaan, di karenakan sudah bekerja sesuai dengan pedoman dan arahan.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tak terhingga kehdiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efektivitas Program Penyaluran Pupuk Bersubsidi Bagi Petani Padi di Desa Langi Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone “.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman, S.E., M.M selaku rektor Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Mappamiring, M.Si selaku Penasehat Akademik selama menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

5. ibu Dr. Hj. Budi Setiawati M.Si selaku pembimbing I dan bapak Abdul Kadir Adys, S.H M.H selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Para Dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang ikhlas telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Terkhusus kepada kedua orang tua saya bapak Leman dan Ibu Rosdiana serta kedua adik saya Sudarwin dan Isnul dan seluruh keluarga yang telah mendidik, mendukung, mendoakan dan senantiasa memberikan nasehat kepada saya.

8. Untuk sahabat-sahabat saya, Warda Usman, S.Sos yang duluan sarjana , Normaisa, Dewi Wahyuni Pratiwi, Wilda sari, Alfin, Suparman makmur, Enno, Joko Prasetyo, Eko Eryanto yang tidak pernah berhenti menyemangati saya, selalu menemani dengan setia, memberikan motivasi, dukungan serta kasih sayang kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Untuk teman-teman seperjuangan jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2015 untuk dukungan dan bantuannya saya mengucapkan banyak terima kasih.

10. Untuk seluruh informan Kejaksaan Negeri Enrekang serta tokoh masyarakat dan tokoh agama yang telah bersedia peneliti wawancara dan

(9)

viii

telah membantu dalam proses penelitian saya ucapkan banyak terima kasih.

11. Untuk semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih banyak atas bantuannya.

Demikian kesempurnaan skripsi ini saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 17 Januari 2020

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAN ... iv ABSTRAK ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Pengertian Kinerja ... 7

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja ... 8

3. Indikator Penilaian Kinerja ... 11

4. Pengukuran Kinerja ... 13

B. Konsep Kejaksaan Negeri ... 15

C. Konsep Tindak Pidana Korupai ... 22

D. Kerangka Pikir ... 30

E. Fokus Penelitian ... 31

F. Deskripsi fokus penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 33

(11)

x

D. Informan ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Teknik Pengabsahan Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39

B. Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(12)

xi

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 2.1 Jumlah kasus korupsi yang terdaftar pada tahun 2016-2018 ... .. 2

Tabel 2.2 Daftar nama-nama informan ... 34

Tabel 2.3 jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang ... 42

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 31

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kinerja merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh para pegawai terhadap semua masyarakat karena merupakan tugas pokok sebagai pemangku dan pengendali kebijakan publik seharusnya selalu mengedepankan kepentingan masyarakat umum maka para pelayan publik harus meningkatkan kinerjanya karena sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting karna sebagai penggerak tercapainya sebuah kinerja yang maksimal.

Menurut Wibowo (2007:7), menyebutkan bahwa kinerja berasal dari kata performance yang berarti hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Namun perlu dipahami bahwa kinerja itu bukan sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi juga mencangkup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Selanjutnya terbukti bahwa ada keterkaitan antara korupsi dan bentuk kejahatan lain, khususnya di kabupaten Enrekang terdapat beberapa masalah korupsi yaitu:

1. Pada tahun 2016 adanya penyimpangan atau penyelewengan keuangan negara dari dinas kesehatan Kabupaten Enrekang yang dilakukan dengan cara pemotongan biaya operasional sebesar minimal 10% per pengelola anggaran di puskesmas dan RS.wessabbe.

(14)

2

2. Pada tahun 2017 Adanya penyimpangan/ penyelewengan penyalahgunaan dana BOP (Bantuan oprasional pendidikan) untuk PAUD (Pendidikan anak usia dini) dengan menaikkan harga buku yang disalurkan penerima BOP PAUD di Kabupaten Enrekang.

3. Adanya tindakan korupsi dalam pengelolaan Dana BOS (bantuan oprasional sekolah) dan Dan DAK ( dana alokasi khusus) pada SMK 1 Enrekang di kalosi kecamatan Alla Kabupaten Enrekang tahun 2016 dan tahun 2017 yang digunakan dan tidak sesuai penggunaannya.

Tabel: 2.1

Jumlah Kasus Korupsi Yang Terdaftar Pada Tahun 2016-2018

NO JENIS

KEJAHATAN

TAHUN

20016 2017 2018

Penyelid ikan Penyelidikan Penyelidikan

1. Korupsi 5 perkara 1 perkara 1 perkara

Penyidikan Penyidikan Penyidikan

2 perkara 4 perkara 1 perkara

Penutupan Penutupan Penutupan

2 perkara 3 perkara 3 perkara

Upaya hukum Upaya hukum Upaya hukum

- 1 perkara 5 perkara

(15)

3

Kualitas kerja dari kejaksaan negeri Enrekang menjadi tolak ukur apakah kinerjanya sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah atau masih perlu ditingkatkan kualitas kerjanya.

Menurut Mangkunegara (2016;67), Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kemajuan suatu negara dapat diukur dari tingkat keberhasilan pembangunannya sedangkan di Indonesia banyak terjadi kasus korupsi pada dana pembangunan yang tentunya sangat merugikan dan menghambat proses pembangunan negara. Tindak pidana korupsi di Indonesia seiring dengan berjalannya waktu semakin terstruktur, sistematis, dan menunjukkan peningkatan yang signifikan sehingga menempatkan Indonesia pada posisi gawat korupsi. Korupsi bukan saja merugikan negara secara materil tetapi juga menghambat pembangunan negara. Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan keuangan negara sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan membahayakan stabilitas politik suatu negara. Saat ini korupsi sudah bersifat transnasional. Contohnya adalah apa yang dinamakan foreign bribery, yaitu penyuapan oleh perusahaan-perusahaan multinasional kepada pejabat-pejabat negara berkembang.

Korupsi juga dapat diindikasikan dapat menimbulkan bahaya terhadap keamanan umat manusia, karena telah merambah ke dunia pendidikan, kesehatan, penyediaan sandang pangan rakyat, keagamaan, dan fungsi-fungsi pelayanan sosial lain. Dalam penyuapan di dunia perdagangan, baik yang

(16)

4

bersifat domestik maupun transnasional, korupsi jelas-jelas telah merusak mental pejabat. Demi mengejar kekayaan, para pejabat negara tidak takut melanggar hukum negara. Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkap karena para pelakunya terkait dengan wewenang atau kekuasaannya yang dimiliki. Biasanya dilakukan lebih dari satu orang dan terorganisasi. Oleh karena itu, kejahatan ini sering disebut kejahatan kerah putih.

Kejaksaan Republik Indonesia merupakan Lembaga Penegak Hukum yang memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan untuk mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum, di perlukan baik norma-norma hukum atau peraturan perundang-undangan, juga aparatur pengemban dan penegak hukum yang profesional, berintegritas, disiplin yang di dukung sarana dan prasarana hukum serta perilaku hukum masyarakat. Oleh karena itu idealnya setiap negara hukum termasuk negara Indonesia harus memiliki lembaga, institusi, aparat penegak hukum yang berkualitas demikian. Salah satunya Kejaksaan Republik Indonesia, di samping kepolisian republik Indonesia, Mahkamah Agung, dan bahkan Advokad, Penasehat Hukum, Pengacara, Konsultan hukum yang secara universal melaksanakan penegakan hukum.

Sejalan dengan perubahan UU Negara Republik Indonesia Th 1945, UU no. 4 Th 2004 mengenai kekuasaan kehakiman. Dan mengenai kemajuan kebutuhan hukum masayarakat dan kehidupan ketatanegaraan maka UU no. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi

(17)

5

sehingga perlu di lakukan perubahan secara komprehensif dengan membentuk undang-undang yang baru.

Bahwa kejaksaan negeri sebagai institusi negara yang di berikan kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan terhadap perkara tindak pidana korupsi.

Berdasarkan hal itu maka peneliti ingin mengetahui bagaimana ’’Kinerja Kejaksaan Negeri dalam Penanganan Perkara Korupsi di

Kabupaten Enrekang’’.

B.Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang di atas, dengan ini penulis dapat merumuskan masalah utama di dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Kinerja Kejaksaan Negeri dalam penanganan perkara korupsi di Kabupaten Enrekang?

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari peneltian ini yaitu untuk mengetahui Bagaimana Kinerja Kejaksaan Negeri dalam penanganan perkara korupsi di Kabupaten Enrekang.

D.Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan pemahaman tentang sumbangsi sebagai referensi kedepan untuk penelitian yang terkait.

2. Manfaat praktis

(18)

6

analogy dan sekaligus untuk mengetahui kemampuan penuis dalam penereapan ilmu yang di capai.

b. Merupakan sumber referensi bagi jurusan ilmu administrasi Negara, yang akan melakukan penelitian mengenai kinerja kejaksaan negeri Enrekang dalam penanganan perkara korupsi di Kabupaten Enrekang. c. Memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Enrekang,

mengenai kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi di Kabupaten Enrekang.

(19)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Perngertian, konsep, teori

1. Pengertian kinerja

Kata kinerja dalam konteks tugas sama dengan prestasi kerja, para pakar banyak memberikan defenisi tentang kinerja secara umum dan di bawah ini disajikan beberapa di antaranya kinerja merupakan hasil kerja yang di capai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Mangkunegara (2005:137). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang di capai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya. Sedangkan menurut Prawirosentosono dalam (Sinambela 2006:137) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi berangkuta secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral dan etika.

Kinerja pegawai adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang di harapkan. Jika di kaitkan dengan performench sebagai kata benda (noun) dimana salah satu entrinya adalah hasil dari suatu pekerjaan ( thing done), pengertian performench atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang dalam suatu

(20)

8

perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika (Rivai, 2005:15-17).

Selanjutnya Mangkunegara (2005:9), mengemukakan bahwa kinerja karyawan ( prestasi kerja) adalah hasil kerja sesuai kulitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang di berikan kepadanya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

a. Efektifitas dan Efisiensi

Bila suatu tujuan tert entu akhirnya bisa di capai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai dari hasil yang di capai sehingga mengakibatkan kepuasan efektif dinamakan tidak efisien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efisien (Prawirosentono, 1999:27).

b. Otoritas ( wewenang)

Otoritas adalah sifat dari suatu komuniasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seseorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan konstribusinya (Prawirosentono. 1999:17). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh di lakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.

(21)

9 c. Disiplin

Taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku

(Prawirosentono,1999:27) jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.

d. Inisiatif

Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2011:13-14) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:

a. Faktor kemampuan

Secara psikoogis, kemampuan (abilty) terdiri dari: 1. Kemampuan potensi (IQ)

2. Kemampuaan reality (knowledge+skiil)

Maksudnya adalah pimpinan dan karyawan yang meiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apabila IQ superior, very superior, gifted, dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah dalam mencapai kinerja maksimal.

b. faktor motivasi (motivasion)

Motifasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situasion) di lingkungan organisasinya.

(22)

10

Mereka yang bersikap posotif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motifasi kerja yang rendah. Setuasi kerja yang dimaksud mencakup antara alin hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja, dan kondisi kerja.

David C. Mc Cleland (1997) seperti di kutib mangkunegara (2001:68). Berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dari diri seseorang untuk melakukan suatu krgiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, 6 karakteristik diri seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu:

a. Memiliki tanggung jawab yang tinggi b. Berani mengambil resiko

c. Memiliki tujuan yang realistis

d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan

e. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan yang di lakukan

f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah di programkan

Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.

(23)

11

a. Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang.

b. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, motivasi, dan kepuasan kerja c. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward sistem) 3. Indikator Penilaian Kinerja

Menurut Sedarmayanti (2011:377) penilaian kinerja adalah suatu proses dengannya sautu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja invidu. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan persoanalia dan dapat memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka serta memungkinkan perusahaan untuk mengetahui seberapa baik seseorang karyawan bekerja jika di bandingkan dengan standar-standar organisasi. Terdapat beberapa indikator penilaian kinerja yaitu:

a. Prestasi kerja adalah hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas baik secara kualitas maupun kunatitas kerja.

b. Keahlian adalah tingkat kemampuan teknis yang dimilik oleh pegawai dalam menjalankan tugas yang di bebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam bentuk kerjasama komunikasi, inisiatif, dan lain-lain.

c. Perilaku adalah sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku disini juga mencakup kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.

(24)

12

d. Kepemimpinan adalah aspek kemampuan menejerial dan seni dalam memberikan pengaruh kepada orang lain dan mengkoordinasikan pekerjaan secara cepat dan tepat.

Mangkunegara (2009:75) mengemukakan bahwa indikator kinerja, yaitu:

1. Kualitas

Kualitas kerja adalah saberapa baik seseorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya di kerjakan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja adalah seberapa lama seseorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing.

3. Pelaksanaan tugas

Pelaksanaan tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawaba terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban karyawan untuk melaksankan pekerjaan yang di berikan perusahaan.

Dwiyanto (2006:47),mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya.Untuk birokrasi publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh

(25)

13

penilaian yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan dan memuaskan masyarakat.

Menurut Sofyandi (2008) Defenisi penilaian kinerja menurut Sofyandi ialah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

4. Pengukuran Kinerja

Untuk mengetahui tinggi rendanya kinerja seseorang, maka di perlukan suatu pengukuran kinerja.

Menurut Fuad Mas’ud (2004) pengukuran kinerja harus

mempertimbangkan hal-hal berikut:

a) Kualitas yaitu tingkat dimana hasil aktivitas yang dikerjakan hampir sempurna dalam artian menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diinginkan dari satu aktivitas.

b) Kuantitas yaitu jumlah yang dicapai katakana dalam istilah sejumlah siklus, jumlah unit aktivitas yang tercapai.

c) Kecepatan waktu yaitu tingkat suatu aktivitas terselesaikan pada waktu awal yang diharapkan dilihat dari sudut koordinasi dan hasil output beserta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk orang lain

d) Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya manusia (SDM) dalam pemerintahan dengan maksud meningkatkan keuntungan atau

(26)

14

mengurangi kerugian dari setiap unit dalam memakai sumber daya mansia (SDM).

Teori tentang kinerja menurut para ahli:

1. Kualitas menurut mas’ud Fuad adalah hasil kerja yang di capai oleh kejaksaan negeri Enrekang dalam penanganan perkara korupsi. sedangkan menurut (Mangkunegara, 2009:75) mengatakan bahwa kualitas kerja adalah seberapa baik seorang pegawai dalam mengerjakan apa yang seharusnya di kerjakan. Selanjutnya dapat dilihat bahwa kualitas kejaksaan sudah cukup baik dilihat dari jumlah kasus yang terdaftar di kejaksaan mulai dari tahun 2016 sampai 2018 sudah menglami penurunan.

2. Kuantitas menutut mas’ud Fuad adalah jumlah pegawai yang di butuhkan oleh kejaksaan negeri Enekang dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan tingkat kemampuannya. Sedangkan menurut (Mangkunegara, 2009:75) mengatakan bahwa kuantitas kerja adalah seberapa lama seseorang bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai dalam meyelesaikan tugasnya. Selanjutnya dapat dilihat bahwa jumlah penyidik yang dibutuhkan kejaksaan dalam menyelesaikan setiap perkara adalah 3 penyidik namun semua juga tergantung dari beratnya kasus yang di tangani oleh kejaksaan.

3. Keteptan waktu menurut mas’ud Fuad adalah tingkat suatu aktivitas yang dapat diselesaikan oleh kejaksaan negeri Enrekang dalam penanganan perkara korupsi dan bagaimana hasil kerjasamanya dengan pihak-pihak

(27)

15

lain dalam menyelesaikan setiap perkara sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan. Sedangkan menurut (Mangkunegara, 2016:67) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil dari proses yang mengacu dan diukur selama periode waktu terterntu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah di tetapkan sebelumnya. Selanjutnya dapat dilihat bahwa setiap pegawai kejaksaan negeri Enrekang dituntut untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar bisa menyelesaikan tugas tugas selanjutnya dengan sesuai dengan waktu yang di berikan.

4. Evektifitas menurut mas’ud Fuad adalah kinerja yang maksimal dari sumber daya manusia pada kejaksaan negeri Enrekang dengan maksud meningkatkan hasil kerja dan mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh kejaksaan dalam menyelesaikan setiap perkara. Sedangkan menurut (Damin, 2004) ukuran dan evektivitas dapat dinilai dengan membandingkan pencapaian tujuan dari suatu aktivitas yang dilakukan dan bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. selanjutnya dari Evektifitas kejaksaan negeri enrekang sudah bisa dikatakan baik, baik itu dari segi laporan kerja, dan penyelesaian setiap setiap tugas dan atau pekerjaan.

B.Konsep Kejaksaan Negeri

Sejalan dengan perubahan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, undang-undang nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan beberapa undang-undang yang baru, serta berdasarkan perkembangan kebutuhan hukum masayarakat dan kehidupan ketatanegaraan

(28)

16

maka undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang kejaksaan republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi sehingga perlu di lakukan perubahan secara komprehensif dengan membentuk undang-undang yang baru.

Perubahan undang-undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut di maksudkan untuk lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga negara pemerintahan yang melaksankan kekuasaan Negara di bidang penuntutan harus bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegak hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karna itu perlu di lakukan penataan kembali terhadap kejaksaan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut di atas.

Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan

yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi yang mendukung dan

(29)

17

mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yan adil dan makmur. Berdasarkan pancasila, serta kewajiban turut menjaga dan menegakkan kewibawaan pemerintah dan Negara serta melindungi kepentingan masyarakat.

Dalam undang-undang ini diatur hal-hal yang di sempurnakan, antara lain:

1. Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan di bidang penuntutan ditegaskan kekuasaan Negara di laksanakan secara merdeka. Oleh karna itu, Kejaksaan melaksasnakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Selanjutnya di tentukan Jaksa Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang di laksanakan secara independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani. Dengan demikian Jaksa Agung selaku pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya merumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penaganan perkara untuk keberhasilan penuntutan. 2. Untuk membentuk jaksa yang propesional harus di tempuh berbagai jenjang

pendidikan dan pengalaman dan menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang. Sesuai dengan profesionalisme dan fungsi kejaksaan, di tentukan bahwa jaksa merupakan jabatan fungsional. Dengan demikian, usia pensiun jaksa yang semula 58 (lima puluh delapan) tahun ditetapkan menjadi 62 (enam puluh dua) tahun.

3. Kewenangan Kejaksaan untuk melakukan penyidikan tindakan tertentu dimaksudkan untuk menampung beberapa ketentuan undang-undang yang

(30)

18

memeberikan kewenangan kepada Kejaksaan untuk melakukan penyidikan, misalnya Undang-Undang nomor 26 Tahun 2002 tentang pengadilan hak asasi manusia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4. Kejaksaan adalah lembaga lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penegakan hukum dengan berpegang pada peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian Jaksa Agung di angkat dan di berhentikan oleh Presiden serta bertanggung jawab kepada presiden.

5. Di bidang perdata dan tata usaha Negara, Kejaksaan mempunyai kewenangan dan atas nama Negara dan pemerintah sebagai penggugat atau tergugat yang dalam pelaksanaannya tidak hanya memberikan pertimbangan atau membela kepentingan Negara atau pemerintah, tetapi juga membela dan melindungi kepentingan rakyat.

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum memikul tangung jawab yang besar sebagainya satu-satunya lembaga penegak hukum yang berfungsi sebagai penuntut umum dalam pemeriksaan perkara di pengadilan.

Secara fungsional sebagai penuntut hukum dipundak seorang jaksalah Negara mempercayakan kepadanya upaya untuk menegakkan hukum dari perbuatan seseorang atau sekelompok yang di pandang malawan hukum.

(31)

19

Hukum harus di tegakkan, bukan sekedar untuk kepentingan hukum sendiri, melainkan untuk mengembalikan harmonisasi kehidupan yang terkoyak karna adanya perbuatan seseorang atau sekelompok orang.

Sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan serta tugas-tugas lain berdasarkan peraturan perundang-undangan, maka Kejaksaan memerlukan adanya satu tata pikir, satu tata laku dan tata kerja dengan mengingat norma-norma agama, susila, kesopanan serta memperhatikan rasa keadilan dan nilai-nilai kemanisiaan dalam masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya maka di perlukan sosok jaksa, sebagai abdi hukum yang profesional, memiliki integritas kepribadian, disiplin, etos kerja yang tinggi dan penuh tanggung jawab, senantiasa mengaktualisasikan diri dengan memahami perkembangan global,tanggap dan mampu menyesuaikan diri dalam rangka memelihara citra profesi dan kinerja jaksa serta tidak bermental korup.

Jaksa agung selaku pimpinan dan penanggung jawab tertinggi Kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang Kejaksaan dalam rangka menjaga kehormatan dan martabat profesi sebagaimana yang di amanatakn dalam Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, menetapkan kode perilaku jaksa sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi, seperti yang tertuang dalam peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia, Nomor:PER-067/A/JA/ 07 tahun 2007, tentang kode perilaku Jaksa.

(32)

20

Pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa kode perilaku jaksa adalah serangkaian norma sebagai pedoman untuk mengatur perilaku jaksa dalam menjalankan jabatan profesi, menjaga kehormatan dan martabat profesinya serta menjaga hubungan kerjasama dengan penegak hukum lainnya.

Sementara itu pada pasal 3 di tegaskan bahwa, dalam melaksanakan profesi, jaksa wajib:

a. Menaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.

b. Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan;

c. Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan kebenaran.

d. Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan/ancaman opini publik secara langsung atau tidak langsung

e. Bertindak secara obyektif dan tidak memihak;

f. Memeberitahukan dan atau memberikan hak-hak yang di miliki oleh tersangka/ terdakwa maupun korban.

g. Membangun dan memelhara hubungan fungsional antara penegak hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu

h. Mengundurkan diri dari penangan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung.

(33)

21

j. Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

k. Menghormati dan melindungi hak asasi nanusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan instrument Hak asasi manusia yang di terima secara universal

l. Menanggapi kritik dan arif dan bijaksana

m. Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang di tetapkan.

n. Bertanggung jawab secara internal kepada peblik sesuai kebijakan pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Disamping seperamgkat kewajiban yang harus di patuhi oleh jaksa kepada mereka juga di teletakkan beberapa larangan, sebagaimana yang di tegaskan pada pasal 4 sebagai berikut:

a. Menggunakan jabatan atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi atau pihak lain

b. Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara. Dalam menentukan perkara hukum yang akan dikenakan kepada tersangka atau terdakwa dalam proses penanganan perkara harus sesuai fakta yudiris yang ada dan tidak boleh melakukan manipulasi atau pemurabalikan fakta yang berakibat melemahkan atau meniadakan ketentuan pidana yang seharusnya didakwakan dan dibuktikan.

c. Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik dan atau psikis.

(34)

22

d. Meminta dan atau meminta hadiah dan atau keuntungan serta melarang keluarganya meminta dan atau menerima hadiah dan atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya

e. Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomi secara langsung atau tidak langsung.

f. Bertindak diskriminaisi dalam hal apapun

g. Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penegakan hukum.

h. Memberikan keterangan kepada publik kecuali terpatas pada hal-hal teknis perkara yang ditangani.

Jaksa tidak menghapuskan pemberian sanksi pidana, antara lain berdasarkan KUHP, Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, dsb, pemberian sanksi berdasarkan Undang- Penjatuhan tindakan administratif kepada jaksa berdasarkan kode perilaku Undang Kejaksaan dan turunannya serta pemberian hukuman disiplin pegawai negeri berdasarkan PP 30 tahun 1980. Tindakan administratif berupa pembebasan dari tugas-tugas jaksa berarti pencabutan segala wewenang yang melekat pada fungsi jaksa (Adys, 2019).

C.Konsep Tindak Pidana Korupsi

Kata korupsi berasal dari kata latin yang lebih tua “corrumpere” yang kemudian berubah menjadi “corruption” yang secara harfiah, berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermodal, atau penyimpangan dari kesucian.

(35)

23

Dalam perkembangan kata tersebut kemudian dikenal dengan istilah “corruption” dalam bahasa ingris dan prancis “corruptive” dalam bahasa belanda, “kurupsi” dalam bahsa Indonesia, di india dikenla dengan istilah Tan eu yang berarti keserakahan bernoda, di Taiwan dan hongkong dikenal dengan istilah Yum cha dan di Philipina dengan istilah Lagay yang secara umum berarti kegiatan illegal yang berlaku diluar sistim formal, di Thailand istilah korupsi dikenal dengan nama Gin Moung yang berarti kerusakan yang luar biasa besar terhadap kehidupan suatu bangsa akibat dari adanya perilaku korupsi, sementara di jepang di kenal istilah Oshoku yang berarti kerja kotor, di Malaysia dikenal dengan istilah “resuah” yang berasal dari bahasa Arab “risywah” yang secara terminology diartikan sebagai pemberian yang diberikan

kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan untuk memperoleh kedudukan.

Semua ulama sepakat mengharamkan risywah dalam pemutusan perkara, bahkan mengkategorikannya sebagai dosa besar. Jadi mencari suap, menyuap, menerima suap dan perantara dalam penyuapan adalah perbuatan haram sebagaimana yang diterangkan dalam surah Al baqarah ayat 188.. Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustka kata korup diartikan sebagai buruk, rusak, busuk, atau suka menerima uang sogok; dapat

(36)

24

disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Sementara itu kata korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang Negara atau perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Oleh subekti dan Tjitroseodobio dalam kamus hukum korupsi diartikan sebagai perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan Negara.

Sementara itu WF Wertheim menyatakan bahwa pemakaian umum istilah korupsi, pejabat kita menyebutksn dengan nama korup, apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan seseorang, swasta, dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingsn-kepentingan si permberi. Terkadang, perbuatan ini dilakukan dengan menawarkan pemberian itu atau menawarkan hadiah yang menggoda. Pemerasasn berupa permintaan pemberian hadiah atau dalam pelaksanaan tugas pubik (umum) juga biasanya disebut sebagai korupsi (Hamid Darmadi, 2013).

Pengertian korupsi yang lebih panjang diberikan oleh Klitgaard dengan menyatakan:

Corruption exist individual illicity pust personal inserest above those of the people and ideals he or she is pledged to serve. It comes in many forms and can range from trivial to monumental. Corruption can involue the misuse of policy instrument of laws and rules regarding public safety, the obserfance of contact, and the repayment of loans or of simple procedures. It can occur in the private sector or in public one

(37)

25

and often occurs in both simultanevushy. It can be rare or widespread, in some developing countries, corruptionhs become systemic.

Corruption can involve promises, threats, or both; can be initiated by a public servant or an interested client, can entail acts of omission or commission, can involve illicitor or licit services, can be inside or outside the public organization. The boundaries of corruptin are hard to define ang depend on local lawscustoms.

The first task of policy analysis is to disaggregate the type of corrupt and illicit behaviours in the situation at hand and look at concrete examples.

Pernyataan diatas diterjemahkan oleh Chaeruddin, dkk bahwa korupsi ada apabila seseorang secara tidak sah meltakkan kepentingan pribadi atas kepentingan masyarakat dan sesuatu yang dipercayakan kepadanya untuk dilaksaanakan. Korupsi muncul dalam berbagai bentuk dan dapat bervariasi dari yang kecil sampai monumental.korupsi dapat mengakibatkan penyalahgunaan perangkat kebijaksanaan. Ketentuan tariff dan pekreditan, kebijakan sistem irigasi dan perumahan, penegakan hukum dan peraturan berkaitan dengan keselamatan umum, keselamatan kontrak dan pelunasan pinjaman atau melibatkan prosedur yang sederhana. Hal itu dapat terjadi pada sektor swasta atau sektor publik dan sering terjadi dalam kedua sektor tersebut secara simultan. Hal itu dapat jarang atau meluas terjadinya, pada sejumlah Negara yang sedang berkembang, korupsi telah menjadi sistemik. Korupsi dapat melibatkan janji, ancaman atau keduanya, dapat dimulai oleh seorang

(38)

26

pegawai negeri atau masyarakat yang berkepentingan, dapat mencakup perbuatan tidak melakukan atau melakukan, dapat melibatkan pekerjaan yang tidak sah maupun sah, dapat di dalam maupun diluar organisasi publik. batas-batas korupsi sangat sulit didefenisikan dan tergantung pada hukum local dan adat kebiasaan. Tugas pertama dari analisis kebijakan adalah untuk mengelompokkan tipe-tipe kebiasaan korupsi dan tidak sah dalam situasi yang nyata dan melihat pada contoh-contoh kongkrit. (Chaeruddin, Dkk:4).

Sementara itu Syed Hussein Alatas dalam bukunya Corruption: its Nature, Causes and Consequences menyatakan bahwa koruption is the abuse of trust in the interest of private gain (penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi).

Oleh Kartini Kartono seorang pendidik dan pekerja sosial mendefinisikan korupsi sebagai tingkah laku individu yang melakukan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara, korupsi merupakan salah-pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan Negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal untuk memperkaya diri sendiri. (Kartini Kartono, Patologi Sosial: 88).

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan maka kita tidak perlu lagi menarik benang merah apa itu korupsi, namun hanya satu kata yang tepat untuk diletakkan pada korupsi yaitu “kejahatan”.

Korupsi sebagai suatu tindak pidana merupakan peristiwa universal yang terjadi diberbagai belahan dunia dan segala usaha untuk memberantasnya

(39)

27

tetap merupakan topik aktual untuk disajikan atau dikaji sebagai persoalan dari jenis kejahatan yang amat rumit penanggulangannya.

Aktualitas masalah kurupsi terletak pada kontinyuitas kehadirannya yang muncul setiap saat da nada dimana-mana serta akibat-akibat yang ditimbulkannya begitu sangat besar, sedangkan kerumitannya terletak pada sebab musababnya yang belum dapat diagnosis dengan tepat.

Untuk mengetahui sebab-sebab dan perkembangan suatu kejadian atau peristiwa atau suatu kasus maka para akademis selalu menggunakan jurus tradisionalnya, suatu cara yang dengan menggunakan metode dan teknik tertentu yang di anggap paling valid untuk menentukan keabsahan atau kebenaran sesuatu, dan itulah yang disebut dengan penelitian atau istilah ilmiahnya disebut riset.

Dengan penelitian itu maka para pakar atau orang-orang yang dianggap mempunyai kompetensi tertentu, dapat mengidentifikasikan dengan tepat sebab dari sesuatu itu, sehingga dapat dilakukan tindakan tertentu untuk mencegahnya,atau mengatasinya, atau mengobatinya, atau menyembuhkannya. Bagaimana dengan perbuatan korupsi, sesuatu perbuatan yang kotor, keji, anti sosial, dan melanggar nilsi-nilai dasar kehidupan bersama yang apabila dilihat dari aspek pelaku ddan modusnya dapat disebut anomali, artinya sesuatu yang tidak lazim dari perilaku kejahatan. Korupsi sebagai sesuatu perbuatan jahat, yang sekarang, disebut sebagai extra ordinary crime (kejahatan luar biasa).

(40)

28

Keluar biasaan dari perbuatan korupsi tidak saja dipandang dari sudut dampak kerugian yang ditimbulkannya, tetapi juga dari aspek status pelakunya dan keluasan spektrum jangkauannya serta sikap ambigu dari masyarakat, yang pada suatu sisi korupsi itu dikecam, disoroti bahakn disumpahi, tetapi pada sisi yang lain korupsi itu dikehendaki setidak-tidaknya ditolerir secara diam-diam, dan pelakunya dihormati.

Kesulitan dalam melakukan penelitian tentang perbuatan korupsi itu, dapat dibaca pada akhir karangan yang bejudul “corruption in Asia” dalam majalah “Time” edisi 18 agustus 1967, bahwa: meskipun telah ada usaha-usaha pemimpin-pemimpin Negara untuk memberantasnya, rupanya udaara busuk dari korupsi di Asia ini di waktu yang akan datang masih akan tercium baunnya. (B.Soedarjo:9).

Ramalan dalam tulisan majalah time itu terbukti kebenarannya, karna sampai saat ini udara busuk korupsi itu tidak hanya masih terjadi tetapi baunya sudah meresap masuk kedalam paru-paru manusia tidak hanya di Asia tetapi juga di belahan dunia yang lain.

Pada umumnya menghubungkan tumbuh suburnya korupsi dengan sebab yang paling gampang dihubungkan, seperti kurangnya gaji pegawai negeri, buruknya ekonomi, mental pejabat yang kurang baik, administrasi dan manajemen kacau yang mengakibatkan prosedur yang berbelit-belit dan sebagainya.

Demikian pandangan sepintas lalu mengenai korupsi, tetapi sebenarnya korupsi sebagai suatu kejahatan, apalagi kejahatan yang luar biasa,

(41)

29

sebagaimana penyakit yang sudah kronis dan complicated, memerlukan pendalaman lebih dari sepintas lalu, memerlukan penelitian yang lebih dalam untuk menemukan hakekat terdalam dari sebabnya, agar bisa dipikirkan, dirancang sebab untuk menyembuhkannya agar udara busuk itu tidak sampai merusak sistem metabolisme tubuh masyarakat.

Namun demikian para sarjana yang diharapkan untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang korupsi, mengakui akan kesulitan untuk melakukan penelitian terhadap korupsi itu.

W.M.E Noach, menyatakan bahwa: barang siapa di Indonesia mencoba menggunakan kriminologi, maka sebelum mulai, ia sudah dihadapi oleh kesulitan-kesulitan.

Ia bisa menggunakan method-methode dan hasil penyelidikan di Eropa dan Amerika, tetapi itu semua dihasilkan oleh suatu masyarakat yang jauh berbeda dengan Indonesia baik kulturil maupun sosial (B.Soedarso:14).

Sementara itu Syed Hussein Alatas, seorang doctor dan guru besar yang mendalami sosiologi modernisasi di Asia Tenggara, sosiologi agama dan sosiologi korupsi, yang menjabat Kepala Departemen Kajian Melayu di Universitas Singapura, menyatakan bahwa:

……siapapun yang mencoba melakukan analisis sosiologi tentang korupsi, niscaya hadirnya akan dihadapkan pada suatu problem metodologis.

Metode-metode penelitian sosial yang diakui dan pada umumnya diterapkan seperti wawancara, daftar pertanyaan dan analisa

(42)

30

statistik tidaklah bisa diterapkan disini sepanjang korupsi dipandang sebagai transaksi yang tidak jujur.

Apa yang paling bisa dilakukan seorang ahli sosiologi adalah mengamati fenomena itu beserta efek-efeknya, dan mengumpulkan sebanyak mungkin keterangan-keterangan rahasia. Bahkan pengungkapan korupsi secara umum, seperti yang bisa mengantarkan keruntuhan suatu rejim, tidaklah menyingkap sebanyak yang seharusnya disingkap.(Syed Husain Alatas:1)

Kesulitan melakukan penelitian juga diakui oleh pakar hukum pidana Indonesia, yaitu Andi Hamzah yang menyatakan bahwa melakukan penelitian tentang korupsi di Indonesia sangat sulit dan memakan biaya besar.

Korupsi memang merupakan jenis kejahatan yang amat sukar untuk diteliti, bahkan mendeteksi secara dini pun amat sukar dilakukan, karna korupsi merupakan kejahatan yang paling cepat bermetaforsis dan sering berlindung dibalik kekuasaan.

D.Kerangka Pikir

Kinerja merupakan hasil keerja yang didapat seseorang yang disesuaikan dengan tugas dan peran seseorang tersebut didalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dimana seseorang tersebut bekerja.

Dalam penelitian ini penulis mengangkat teori yang dikemukakan oleh Fuad Mas’ud (2004) dimana terdapat empat indikator yaitu: Kualitas,

(43)

31

Kuantitas, ketepatan waktu, dan efektivitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar Kerangka Fikir 2.1

E. Fokus Pelitian

Fokus dari penelitian ini adalah Kinerja Kejaksaan Negeri dalam menangani perkara korupsi serta beberapa indikator-indikator yaitu: kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, dan efektivitas.

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir sebelumnya maka dapat dikemukakan deskripsi fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Kualitas merupakan hasil kerja yang di capai oleh kejaksaan Negeri Enrekang dalam penanganan perkara korupsi.

Kinerja Kejaksaan Negeri dalam Penanganan Perkara Korupsi di

Kabupaten Enrekang

Kualitas Ketepatan

Waktu

Kuantitas Efektivitas

Hasil Kinerja Kejaksaan Negeri Kabupaten Enrekang

(44)

32

2. Kuantitas adalah jumlah pegawai yang dibutuhkan oleh kejaksaan Negeri Enrekang dalam melakukan melancarkan tugasnnya.

3. Ketepatan waktu adalah tingkat suatu aktivitas yang dapat diselesaikan oleh Kejaksaan Negeri dalam penanganan perkara korupsi dan bagaimana hasil keerjasamanya dengan pihak-pihak lain dalam menyelesaikan setiap perkara sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.

4. Evektifitas merupakan kinerja yang maksimal sumber daya manusia pada Kinerja Kejaksaan Negeri dengan maksud meningkatkan hasil kerja dan mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam penanganan setiap perkara.

(45)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai tanggal 2 november sampai 2 januari 2020, lokasi penelitian ini berada di Kantor Kejaksaan Negeri di Kabupaten Enrekang. Dengan alasan bahwa jumlah tindak pidana korupsi ditangani oleh Kejaksaan negeri Enrekang.

B.Jenis dan tipe penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan penelitian harus terjun ke lapangan untuk menemukan dan melakukan obserfasi, sehingga dapat menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai kasus korupsi Di kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Enrekang.

Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian Fenomologi yaitu penelitian pengumpulan data dengan wawancara dan data secara tertulis hal ini dibuat agar tujuan dari penelitian bisa akurat dengan apa yang terjadi dilapangan dan apa yang tertuang pada dokumen-dokumen kemudian selanjutnya dengan obserfasi partisipan untuk mengetahui kenyataan yang terjadi dilapangan mengenai kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi Di Kabupaten Enrekang apakah sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

(46)

34

C.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi Di Kabupaten Enrekang.

2. Data Sekunder, yang meliputi buku-buku berkaitan dengan kinerja yang akan di lakukan di kantor kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi pada saat penelitian yang berkaitan dengan kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi di Kabupaten Enrekang.

D.Informan Penelitian

Penelitian mengenai kinera kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi memerlukan informasi yang mempunyai pemahaman yang bakaitan langsung dengan masalah penelitian guna memberikan data dan informasi yang akurat dan dapat di percaya. Adapun informan penelitian dalam penelitian ini:

Tabel 2.2 Nama-nama informan

No. Nama Informan Inisial Jabatan

1. Emmanuel Ahmad EA Kepala Kejaksaan Negeri

2. Nasarunddin Agussalim NA Kasi Pidsus

3. Okty Risa OR Staf bidang pidsus

(47)

35

5. Wawan Saputra WS Tokoh Masyrakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah yang akan diteliti.

2. Wawancara

Dilakukan guna memperoleh data primer tentang kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi agar biasa mendalam berkaitan dengan permasalahan penelitian Terkait penelitian. Peneliti ini menggunakan metode indepth interview, disitu penelitian dengan informan dengan responden bertatapan secara langsung untuk mendapat informasi agar lisan dengan maksud data yang dapat dijelaskan masalah penelitian kinerja kejaksaan negeri dalam penanganan perkara korupsi Di Kabupaten Enrekang.

3. Dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa

(48)

36

buku-buku yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang sangat sehubungan erat dengan permasalahan. Sumber pada laporan, skripsi, buku, surat kabar dan dokumentasi lainya yang sehubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

F.Teknik Analisi Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik yang dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif didalam hal ini penelitian kualitatif, mengajak orang agar bisa mempelajari salah satu masalah yang akan diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akarnya analisis data terdiri dari tiga alur yaitu:

1. Data Reducition (Reduksi Data)

Data yang didapat dari lapangan jumlahnya sudah cukup banyak untuk itu, perlu dicatat secara detail dan terprinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti ke suatu lapangan maka jumlahnya data akan menjadi semakin banyak kompleks dan susah. Untuk itu, perlunya akan secepatnya melakukan analisis data dan melalui reduksi data. Mereduksi data adalah merangkum dan memilih hal pokok memokuskan pada hal-hal yang pokok pada hal yang sangat penting. Dicari tema dan pola dengan hal itu yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang sangt lebih mirip dan mempermuda penelitian supaya pengumpulan data selanjutnya akan mencari kiranya diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan cara peralatan elektronik seperti komputer, kecil, supaya memberikan kode dengan aspek tertentu.

(49)

37 2. Data Display (Penyajian data)

Penyajian data yaitu penyajian yang dimaksud menurut matthew dan michael, sekumpulan informasi teratur yang memberikan kemungkinan ada penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan.

3. Conclusion Drawing/verification

Langka ketiga didalam analisis data kualitatif pendapat Miles Huberman adalah penarikan kesimpulas dan verifikasi. Kesimpulan ini masih bersifat sementara dan akan merubah apabila tidak di temukanya bukti yang sangat kuat yang akan mendukung setiap tahap pengumpulan data berikut. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap pertama di dukung oleh bukti yang falid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan untuk menyatukan data, dari itu kesimpulan yang dikemukakan ialah kesimpulan yang kredibel.

G.Pengabsahan Data

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah triangulasi, triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut William Wiersma (dalam Sugiyono, 2012) membedakan tiga macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber

Triangulasi dengan sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber suatu informasi.

(50)

38 2. Triangulasi dengan teknik

Triangulasi dengan teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara secara mendalam kepada informan, kemudian dicek dengan dokumen-dokumen.

3. Triangulasi dengan waktu

Triangulasi dengan waktu yaitu teknik untuk m enguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, dan pada saat sore hari saat narasumber sudah merasa jenuh dan dipenuhi oleh banyak masalah. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kepastian datanya.

(51)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Objek Penelitian

Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam provinsi Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 314’36”_350’00 Lintang Selatan dan 11940’53”_12006’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian 442mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 . Jarak dari Ibu Kota Provinsi Makassar ke Kab Enrekang berjarak 235 Km.

1. Batas Daerah Kabupaten Enrekang

Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah yakni di Sebelah Utara perbatas dengan Kabupaten Tana Toraja dengan di Sebelah Timur perbatasan dengan Kabupaten Luwu, dan di Sebelah Selatan perbatasan dengan Kabupaten Sidrap dan di Sebelah Barat perbatasan dengan Kabupaten Pinrang.

Setelah setengah dasawarsa telah mengalami perubahan Administrasi pemerintahan baik pada tingkat kecamatan ataupun pada tingkat kelurahan atau desa yang pada walnya th 1995 hanya mempunyai jumlah 5 Kecamatan dan 54 kelurahan atau desa dan pada th 2008 jumlah kecamatan telah berubah menjadi 12 dan 129 desa atau kelurahan. Adapun pembagian kecamatan dalam lingkup Kabupaten Enrekang antara lain : 1. Kecamatan Alla

2. Kecamatan Anggeraja 3. Kecamatan Enrekang

(52)

40 4. Kecamatan Masalle

5. Kecamatan Buntu Batu 6. Kecamatan Baroko 7. Kecamatan Cendana 8. Kecamatan Curio 9. Kecamatan Baraka 10. Kecamatan Bungin 11. Kecamatan Maiwa 12. Kecamatan Malua

Secara umum, bentuk topografi wilayah Enrekang telah terbagi atas wilayah perbukitan (karst) yang telah terbentang di bagian Utara dan Tengah lembah yang curam, sungai, berbagai jenis flora yang banyak ditemukan pohonan bitti, pohon hitam Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu terdapat juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis tanaman lainnya.

2. Keadaan Sistem Sosial

Terbentuknya struktur pelapisan masyarakat Enrekang mulai dari konsep to manurung bagaimana cara kedatangan to manurung yang tiba-tiba, turun dari langit dan dianggap luar biasa. Dan dapat memberikan sikap kewibawaan yang ampuh dalam menghadapi rakyat. Hal ini pula memberikan satu anggapan bahwa status sosial to manurung dan keturunan lebih tinggi dari pada masyarakat biasa. Pada umumnya masayarakat Enrekang mengenal tiga lapisan masyarakat, yaitu :

(53)

41

a. Golongan To Puang atau Arung (Bangsawan) bagi seluruh masyarakat Enrekang, keturunan To Puang dianggap titisan dewa sehingga mereka mempunyai peran didalam memegang pucuk pimpinan yang tertinggi dalam suatu daerah kekuasaan.

b. Golongan “To Merdeka” (Rakyat Biasa) golongan ini mempunyai golongan tengah dimana mereka tidak sebagaian kaum bangsawan (penguasa) dan bukan tergolong orang yang diperhamba.

c. Golongan “To Kaunan” (Hamba milik To Puang) golongan yang di perhamba ataupun abdi dari orang lain.

3. Pemerintahan

Pada mulanya terbentuk Kabupaten Enrekang yang telah berapa kali telah mengalami pergantian Bupati sampai sekarang. Pelantikan Bupati Enrekang yang pertama yaitu pada tanggal 19 Februari th 1960 dan telah ditetapkannya sebagai hari terbentuknya Daerah di Kabupaten Enrekang. Berikut ialah daftar di Bupati Kabupaten Enrekang yang menjabat sejak pembentukan pada th 1960.

1. Andi Babba Mangopo (1960-1963) 2. Muhammad Nur (1963-1964)

3. Muhammad Cahtif Lasiny (1964-1965) 4. Bambang Soetrisna (1965-1969) 5. Abullah Rachman, B.A (1969-1971) 6. Drs. Mappatoeran Parawansa (1971-1973) 7. Mochammad Daud (1973-1978)

(54)

42 8. H. Abdullah Dollar, B.A (1978-1983)

9. Muhammad Saleh Nurdin Agung (1983-1988) 10. Mayjend. TNI H.M. Amin Syam ( 1988-1993) 11. Andi Rachman (1993-1998)

12. Drs. Andi Iqbal Mustafa (1998-2003) 13. Ir.H.La Tinro La Tunrung (2003-2013)

14. Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd (2013-Sekarang) 4. Keadaan Penduduk

Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang di beberapa Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3

Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang

No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782

Sumber : BPS Kabupaten Enrekang

5. Visi Misi Kabupaten Enrekang

Di Kabupaten Enrekang sebagai daerah yang bisa di katakana cukup potensial dilihat dari segi sumber daya alamnya. Tingkat aksesbilitas dukungan sarana dan prasarana sesungguhnya kemungkinan untuk

(55)

43

mencapai daerah argopolitan dimana pola pengembangan sektor pertanian selanjutnya akan memberi efek eksternal terhadap tumbuh kembang berbagai sektor lainnya, seperti industri pemgolahan perdagangan, lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan daerah argopolitan dimaksud yaitu harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip otonomi dan kemandirian yang melalui pengembangan interkoneksitas antara daerah, baik di Sulawesi Selatan maupun diluar Sulawesi Selatan. Pembangunan daerah harus dipandang didalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaanya, pembangunan akan selalu ditempatkan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, kerangka pembangunan yang seperti itu akan menempatkan aspek kelestarian dilingkungan sebagai persyaratan paling utama.

Proses untuk pencapaian Visi yang telah di tetapkan. Adapun Misi Kabupaten Enrekang ialah :

1. Pilar pendukung perekonomian bagi perkembangan perekonomian Sul-Sel melalui pengembangan bagai komoditas unggulan khususnya pada sektor pertanian.

2. Untuk mengembangkan kerja sama kawasan dan keterkaitan fungsional, antara daerah agar tetap mengacu pada semangat kemandirian dan otonomi.

3. Untuk mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan, pada perkembangan di bagian kawasan Timur Enrekang didalam rangka mewujudkan keseimbangan pembangunanya antara wilayah di Kabupaten Enrekang.

(56)

44

4. Melakukan penataan tata ruang yang mampuh memberi peluang bagi terciptanya struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkanya muncul interkoneksitas dan antara wilayah.

5. Menomor satukan norma dan nilai budaya tradisional ataupun keagamaan seperti kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling menghormati, semangat gotong royong, dan kerja sama didalam berbagai aktifitas pemerintahan, pembangunanya dan kemasyarakatan.

2.2 Peta Kabupaten Enrekang

6. Tujuan

Merupakan penjabaran dari, misi-misi dan telah bersifat operasional tentang apa saja yang dicapai:

1. Komoditas unggulan, Kabupaten Enrekang mampu memenuhi dari kebutuhan pasar lokal dan regional maupun untuk kebutuhan ekspor.

(57)

45

2. Pembangunan sumber daya yang menjadi pilar pendukung ekonomi kerakyatan.

3. Tercapainya kerja sama antara wilayah dan antara kawasan dalam Kabupaten Enrekang.

4. Terwujudnya kerja sama antara pemerintah di Kabupaten Enrekang dengan berbagainya macam pihak.

5. Meningkatkan pengolahan potensi dikawasan timur Kabupaten Enrekang.

6. Terwujudnya penataan wilayah, kawasan yang digunakan dan berhasil. 7. Terwujudnya, peningkatan kesejahteraan sosial.

8. Terwujudnya, ketahanan budayanya dan spiritual.

9. Terwujudnya kepemerintahan yang baik partisipatif transparan dan akuntabel.

10. Untuk Tercapai peraturan dan keamanan ataupun ketertiban dalam masyarakat.

7. Sasaran

Sasaran yaitu penjabaran dari tujuan, dapat terukur tentang apa saja yang akan dicapai atau yang akan dihasilkan. Fokus utama sasaran adalah tindakan dan alokasi sumber daya daerah dalam kegiatan kepemerintahan Kabupaten Enrekang yang bersifat spesifik dapat dinilai, dikur, dan dapat dicapai dengan berorentasi pada hasil yang dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran pemerintah Kabupaten Enrekang yaitu :

(58)

46

1. Meningkatkan daya saing komoditas yang unggulan di Kabupaten Enrekang.

2. Tumbuh kembangnya sistem perdagangan dan perekonomiana. 3. Meningatnya sarana dan prasarana fisik pemerintahan.

4. berkembangnya sarana dan prasarana perhubungan. 5. Meningkatnya kemampuan pembiayaan.

6. Meningkatnya kualitas pelaku ekonomi.

7. Terjalinnya kerja sama dengan pihak luar negeri dalam berbagai bidang pembangunan.

8. Terwujudnya pemberdayaan Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

9. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Provinsi dalam berbagai bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.

10. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Kabupaten dalam berbagai bidang pembangunan.

11. Meningkatnya kerja sama dalam berbagai bidang.

12. Terjadinya pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan atau kesesuaian lahan.

13. Tercipta pelestarian alam maupun lingkungan hidup. 14. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan.

15. Meningkatnya ketahanan budaya dan kehidupan keagamaan. 16. Meningkatnya status sosial masyarakat.

17. Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat. 18. Tercapai hukum dan penegakan hukum.

Gambar

Gambar Kerangka Fikir 2.1
Tabel 2.2  Nama-nama informan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan cause and effect diagram atau diagram sebab akibat, kita akan mencari akar dari setiap masalah yang ada.. Alat bantu tersebut dirancang untuk

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang

Dalam upaya pengembangan literasi informasi terdapat beberapa potensi yang belum secara optimal dimanfaatkan, potensi tersebut antara lain potensi kewenangan,

Reduksi sulfat yang dilakukan oleh bakteri pereduksi sulfat di air panas sarongsong setelah 7 hari perlakuan, pada stasiun tiga (S3) lebih besar dibandingan pada S1

Pada hasil tersebut peningkatan nilai keuntungan yang diharapkan terbesar terjadi pada peningkatan frekuensi penyemprotan F3 (10 hari) menjadi F2 (7 hari)

Untuk itu ketika isi dokumen dengan bukti fisik tidak sesuai, maka penahanan barang di Balai Besar karantina Pertanian akan dilakukan.dalam hal tertahannya barang

Dapat juga advokasi didefinisikan, sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir untuk melakukan aksi dengan target untuk; terbentuknya atau

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler