PERANCANGAN INTERIOR SEKOLAH TAMAN
KANAK-KANAK DENGAN FASILITAS RUANG TERAPI WICARA
Benny Pauli Junio Lois
Citra Garden 3ext Blok B14/1, kalideres
Jakarta Barat 11830, +687821954308, bennylois106@gmail.com
Abstract
In educational steps we know Kindergarten as one of it. This step is made for kids between 4-6 years old. Kids will be taught to learn while playing. Basically, you can find kids with learning disabilities, such as dyslexia. Kids with dyslexia tends to be slow in reading and writing. Actually kids with dyslexia can join the same class with the normal kids. This research suggests normal school to facilitate the needs of kids with dyslexia through the "Experimental Learning" method while meeting the needs of normal kids and dyslexia kids. "Experimental Learning" will make kids learn from their experience. The concept for this design is Green Design, so the interior will use sustainable materials. This concept showed through Scandinavian Style, the room usage will be maximized and more functional with bright colors. (BPJL)
Keywords : Kindergarten, Dyslexia, Experimental Learning, Green Design, Scandinavian.
Abstrak
Dalam tahap pendidikan kita mengenal Sekolah Taman Kanak-kanak. Tahap ini dikhususkan untuk anak usia dini, tepatnya usia 4-6 tahun. Kegiatan yang dilakukan dalam sekolah taman kanak-kanak lebih banyak mengajar anak-anak untuk belajar sambil bermain. Pada dasarnya ada anak yang mengalami gangguan belajar, disebut disleksia. Anak yang mengalami disleksia cenderung lambat dalam pelajaran membaca dan menulis. Namun sangat diperlukan terapi untuk anak
juga dapat menfasilitasi kebutuhan anak disleksia melalui ruang terapi disleksia. Konsep desain yang akan diangkat dalam perancangan ini adalah Green Design, sehingga desain interior setiap ruang akan memanfaatkan material yang sustainable. Pendukung dari konsep green design ditampilkan dengan gaya scandinavian, pemanfaatan ruangan akan jadi lebih maksimal dan fungsional dengan warna-warna yang cerah. (BPJL)
Kata Kunci :Sekolah Taman Kanak-kanak, Disleksia, Experimental Learning, Green Design, Scandinavian.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang interior Taman kanak-kanak yang mendukung pertumbuhan sosial antara anak normal dan anak disleksia?
2. Bagaimana merancang sebuah interior Taman Kanak-kanak yang edukatif dan rekreatif untuk mendukung pertumbuhan anak disleksia dalam ruang terapi?
3. Bagaimana merancang interior dengan pengelolaan bentuk lantai, dinding, langit-langit agar meningkatkan semangat anak TK dan anak disleksia belajar?
4. Bagaimana merancang interior dengan penerapan konsep green design yang mendukung proses pembelajaran anak normal serta anak disleksia?
Tujuan dan manfaat Perancangan
1. Merancang interioryang dapat mengembangkan motivasi belajar dengan fasilitas tersebut.
2. Merancang interior dimana kebutuhan aktifitas dan fasilitas yang memadai untuk kenyamanan anak TK dan ruang terapi wicara.
3. Merancang interior dengan furnitur yang sesuai dengan ergonomi anak-anak berusia 4-6 tahun sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
4. Merancang interior yang dapat memberikan kenyamanan bagi guru dalam mengajar anak TK dan ruang terapi wicara.
5. Merancang interior dengan memperhatikan sirkulasi udara, intensitas cahaya, dan material yang digunakan untuk menunjang kesehatan psikologis anak
Manfaat Perancangan
1. Diharapkan perancangan ini dapat memberikan manfaat untuk mahasiswa interior Universitas Bina Nusantara dengna menambah wawasan terkait dengan Sekolah Taman Kanak-kanak Dengan Fasilitas Ruang Terapi Wicara.
2. Diharapkan perancangan ini memberikan informasi kepada mahasiswa non-interior Universitas Bina Nusantara yang akan mengajarkan tugas berkaitan dengan sekolah Taman Kanak-kanak Dengan Fasilitas Ruang Terapi Wicara.
Metode Penelitian
Penulis mendapatkan materi dalam laporan ini dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif yang kemudian data-data tersebut dianalisa kembali.
1. Studi Literatur
Penulis melakukan studi literature melalui buku-buku, artikel, dan peraturan pemerintah tentang perkembangan anak, pendidikan anak dan buku mengenai arsitektural sekolah TK dan ruang terapi wicara.
2. Wawancara
Penulis melakukan wawancara secara lisan dengan narasumber, pihak perawakilan sekolah. Narasumber dalam penulisan ini adalah Imelda Samuel
yang merupakan curriculum support dan teacher trainer dari sekolah Tutor Time.
3. Studi Lapangan
Penulis melakukan tinjauan khusus ke Taman kanak-kanak yang berada di Jakarta dan Tangerang. Penulis memperoleh data berupa informasi mengenai fasilitas sekolah, flow activity, penanganan anak disleksia, dan dokumentasi seluruh fasilitas sekolah. Penulis melakukan tinjauan khusus ke sekolah Shinning Preschool & Kindergarten, Ladybird Preschool & Kindergarten, dan Treehouse Preschool & Kindergarten.
Hasil dan Bahasan
Konsep Perancangan
Konsep utama dalam perancangan sekolah Taman Kanak-kanak adalah green design dimana lebih ditekankan pada pemilihan material guna untuk
mengantisipasi bahaya material dari anak-anak.
Hal positif dari penerapan konsep green design dalam sekolah adalah : - Anak-anak dapat merasa nyaman berada di dalam sekolah
- Penghematan sumber daya listrik
-Penghawaan yang baik buat lingkungan sekolah agar anak-anak dapat lebih nyaman untuk mengikuti kegiatan sekolah
Ruang Terapi Wicara
Ruang kelas
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perancangan interior sekolah Taman kanak-kanak yang memfasilitasi ruang terapi wicara harus menjadi sebuah sarana dan prasarana yang membantu perkembangan anak normal dan anak disleksia sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar. Sekolah Taman kanak-kanak tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan anak normal dan ruang terapi wicara.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi konsentrasi anak untuk belajar, karena kebutuhan emosi dan sosial dari anak-anak masih dapat dengan cepat berubah. Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan faktor yang sangat berperan dalam mengembangkan potensi anak normal dan anak disleksia.
Perancangan untuk fasilitas anak normal dan disleksia yang penulis rancang ini akan menciptakan lingkungan dengan tema experimental learning (belajar sesuai pengalaman) menerapkan pendekatan green design. Konsep tersebut harus diimplementasikan dalam elemen-elemen interior seperti lantai, dinding, ceilling dan furniture pada interior. Tujuan perancangan adalah ingin menciptakan suasana interior yang fun, helpful, effective, serta memberikan hands-on experience melalui kombinasi bentuk, warna dan material yang sesuai dengan pendekatan re-use, reduce dan recycle.
Desain tersebut disesuaikan dengan kebutuhan anak TK, dimana penyerapan pengetahuan anak dilakukan melalui experimental learning, secara langsung anak bisa berinteraksi dengan lingkungan dan belajar berdasarkan pengalaman. Dari desain ini, anak-anak sekolah bisa berbaur untuk membantu mengembangkan kreativitas yang ada pada dirinya. Sehingga pada terapi juga mempunyai proses pembelajaran akan membantu anak disleksia memenuhi kebutuhannya untuk mengembangkan potensi membacanya.
Saran
Dalam perancangan interior Taman kanak-kanak yang mempunyai fasilitasi ruang terapi wicara tentunya harus diperhatikan faktor pemilihan material, warna, bentuk dan furniture yang sesuai dengan kebutuhan anak normal maupun anak disleksia. Fasilitas dari perancangan juga memperhatikan segi keamanan, dimana pemilihan material yang tahan lama dan tidak berbahaya untuk anak normal dan disleksia. Khusus untuk anak disleksia dalam perancangan interior lebih memperhatikan ambience ruangan dan penggunaan gambar, karena anak disleksia lebih mudah memahami gambar dibandingkan membaca tulisan. Anak normal juga cenderung lebih tertarik melihat elemen desain yang berupa gambar daripada tulisan.
Riwayat Penulis
Benny lois lahir di kota Tg.Leidong pada tanggal 10 Juni 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu desain interior. Khususnya dibidang hospitality and commercial pada tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan Nasional.(2009). Indikator Pendidikan Karakter Untuk anak Usia Dini.
Fitri, Anis., (2013) Pendidikan Taman kank-kanak (TK), diakses 27 Januari 2015 dari http:/edukasi.kompasiana.com/2013/10/03pendidikan-taman-kanak-kanaktk-595263.html Depdiknas. (2001) Sejarah Pendidikan Prasekolah dan Taman Kanak Kanak di Indonesia, diakses 27 Januari 2015 dari https://edubedoobali.wordpress.com/2011/06/14/sejarah-pendidikan-prasekolah-dan-taman-kanak-kanak-di-indonesia/
Hurlock, Elisabeth B., (1990).Perkembangan Anak 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga Kementrian Pendidikan Nasional (2009). Pendidikan Karakter pada PAUD.
Faradiba, Deby G., (2013) Disleksia Perkembangan (Dyslexia, The Hidden Disabilty), http:/kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/05/07/disleksia-perkembangan-dyslexia-the-hidden-disabilty-557842.html.
Kementrian Pendidikan Nasional (2009). Permendiknas nomor 70 Tahun 2009.
N/A. (2013) Makalah Pendidikan Taman Kanak-kanak, diakses 23 Februari 2015 dari
http://sepengatahuanku.blogspot.com/2013/06/makalah-pendidikan-taman-kanak-kanak.html.
Sarwono, Joko., (24/04/2014) Pentingnya Akustik untuk Ruang Kelas Anak-anak
https://jokosarwono.wordpress.com/2014/03/24/pentingnya-akustik-untuk-ruang-kelas-anak-anak/
Galeri arsitektur., Memilih Furniture untuk Anak
http://www.galeriarsitektur.com/a689/memilih-furniture-yang-aman-untuk-anak
Pelayanan terbaik untuk Furniture Anak, (2015)
https://atfestoro.wordpress.com/2011/11/29/tips-memilih-furniture-anak-yang-nyaman/
Pangestika, P., (2015) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengna produktivitas manusia,
http://www.academia.edu/4056883/Pencahayaan_merupakan_salah_satu_faktor_untuk_men dapatkan_keadaan_lingkungan_yang_aman_dan_nyaman_dan_berkaitan_erat_dengan_prod uktivitas_manusia