• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN

PENGANGKATAN PERTAMA – JENJANG AHLI

DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO

TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan tata pemerintahan dalam era desentralisasi akan terus melaju dan sebagai konsekuensinya menuntut ketersediaan dana, kesiapan SDM di berbagai sektor. Tanpa terkecuali dalam bidang kesehatan juga mengalami perubahan yang sangat bermakna, sehingga aparatur pemerintah di jajaran Departemen Kesehatan harus menyesuaikannya baik dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak. Perubahan pola berfikir yang dikehendaki lebih berorientasi ke masa depan yang mengutamakan profesionalisrne. Untuk peningkatan profesionalisme telah ditetapkan adanya Jabatan Fungsional di lingkungan Kementerian Kesehatan. Melalui Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 17/Kep/M.Pan/11/2000

Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, epidemiolog mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan jenjangnya. Sehubungan dengan itu epidemiolog perlu memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan jenjangnya, agar mampu bekerja secara profesional. Salah satu upayanya adalah melalui pelatihan. Bagi calon pejabat epidemiolog, diwajibkan mengikuti pelatihan untuk pengangkatan karena merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi. Hal ini diberlakukan mengingat pejabat epidemiolog mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 101 pasal 11 tahun 2000, tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil, menyatakan bahwa untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional diperlukan suatu pelatihan yang disebut dengan pelatihan/diklat fungsional. Oleh karena itu untuk rnencapai kompetensi yang diperlukan maka pejabat epidemiolog harus mengikuti pelatihan pembekalan sesuai dengan jenjang jabatannya. Pelatihan yang diselenggarakan harus bermutu, sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan, sehingga pelatihan yang dilaksanakan dapat terakreditasi, serta menghasilkan lulusan yang bermutu.

(2)

Untuk itu kurikulum Pelatihan Jabatan Fungsional Epidemiolog distandardisasi dan merupakan acuan dalam menyelenggarakan pelatihan Epidemiologi secara nasional.

B. Filosofi Pelatihan

Pelatihan Jabatan Funqsional Epidemiologi ini diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : Prinsip pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat dan kecepatan yang sesuai untuk dirinya. Setiap individu rnempunyai cara dan gaya tersendiri dalam upaya belajar secara efektif, karena pembelajaran yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku secara nyata adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan diri sendiri.

Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan dalam diri manusia baik sebagai pribadi atau pelaku organisasi. Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan metode dan teknik yang pertisipatif karena pelatihan hanya merupakan rangsangan (trigger) saja. Selanjutnya perlu pengembangan lembih lanjut oleh para epidemiologi sesuai dengan prinsip belajar

(3)

BAB II

KOMPETENSI DAN PESERTA PELATIHAN

A. Kompetensi Peserta Latih

Berdasarkan latar belakang dan filosofi pelatihan tersebut di atas, maka peserta Pelatihan Jabatan Fungsional Epidemiologi ini diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut :

1. Mampu mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Epidemiologi

2. Mampu melakukan pengamatan epidemiologi

3. Mampu melakukan penyelidikan epidemiologi

4. Mampu melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit

5. Mampu melakukan pemberdayaan masyarakat

6. Mampu membuat karya tulis ilmiah bidang epidemiologi kesehatan

7. Mampu mengembangkan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan

8. Mampu menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK

B. Jumlah dan Kriteria Peserta

1. Jumlah :

Jumlah peserta dalam satu angkatan maksimal 30 orang. 2. Kriteria :

a. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana/D.IV Bidang Kesehatan sesuai kualifikasi yang ditentukan

b. Pangkat serendah-rendahnya Penata Muda, golongan ruang IIl/a

c. Telah mengikuti Diklat Prajabatan dan mendapatkan Surat Tanda Tamat

(4)

BAB III

TUJUAN PELATIHAN

Berdasarkan kompetensi peserta latih yang diharapkan tersebut di atas, maka tujuan Pelatihan Jabatan Fungsional Epidemiolog ini adalah sebagai berikut :

A. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pejabat fungsional epidemiolog kesehatan ahli.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti pelatihan peserta latih dapat : 1. Mempersiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi 2. Melakukan pengamatan epidemiologi

3. Melakukan penyelidikan epidemiologi

4. Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit 5. Memberdayakan masyarakat

6. Membuat karya tulis/ karya ilmiah bidang epidemiologi kesehatan

7. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan 8. Menghitung angka kredit dan mengajukan DUPAK.

(5)

BAB. IV

STRUKTUR PROGRAM

DAN ALUR PROSES PEMBELAJARAN

A. STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan pelatihan maka materi pelatihan Jabatan Fungsional

Epidemiologi Kesehatan ini disusun dengan struktur program sebanyak 87 JPL yang

diselenggarakan selama 10 (Sepuluh) hari efektif dengan durasi setiap JPL nya adalah 45 menit, sedangkan materi yang akan disampaikan pada pelatihan ini adalah sebagai berikut: MATERI WAKTU JML JPL T P PL A. DASAR

1. Kebijakan Diklat Aparatur

2. Jabatan Fungsional Epidemolog Kesehatan 3. Eika dan Dasar-Dasar Epidemiologi Kesehatan

2 2 2 - - 2 - - - 2 2 4 Sub Total 6 2 - 8 B. INTI

1. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Epidemiologi

2. Pengamatan Epidemiologi 3. Penyelidikan Epidemiologi

4. Pencegahan & pemberantasan penyakit 5. Pemberdayaan Masyarakat

6. Karya tulis/karya ilmiah bidang Epidemiologi Kesehatan

7. Teknologi tepat guna di bidang epidemiologi kesehatan

8. Penghitungan angka kredit dan mengajukan DUPAK 2 3 3 3 2 2 2 2 6 8 8 5 4 8 2 6 - 4 4 - - - - - 8 15 15 8 6 10 4 8 Sub Total 19 47 8 74 C. PENUNJANG

1. BLC (building Learning Comitmen 2. Rencana Tindak Lanjut

- - 3 2 - - 3 4 Sub Total - 5 - 5 TOTAL 25 54 8 87

(6)

BAB V

ALUR PROSES PEMBELAJARAN

A. Alur Proses Pembelajaran

Alur proses pembelajaran mengalir melalui tiga tahapan, yaitu:

1. Persiapan, pencairan dan/atau pemanasan, merupakan proses untuk mengondisikan peserta dengan suasana pelatihan, agar peserta siap baik secara fisik maupun psikis.

2. Pembelajaran dan pembahasan materi yang dilakukan secara terpadu dalam proses yang dinamis dalam rangka peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan yang diperlukan.

3. Pembentukan dan pengamalan terhadap pengalaman yang diperoleh selama pelatihan dalam dunia nyata.

Alur proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pre Test

Pembukaan

Building Learning Commitment (BLC) Metode, games, diskusi Wawasan

1. Kebijakan Diklat Aparatur

2. Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan 3. Etika dan Dasar2 Epidemiolog Kesehatan Metode

. Curah Pendapat . Ceramah Tanya Jawab E V A L U A S I

Pengetahuan dan Keterampilan

1. Persiapan pelaksanaan kegiatan epidemiologi 2. Pengamatan Epidemiologi

3. Penyelidikan epidemiologi

4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit 5. Pemberdayaan masyarakat

6. Karya tulis/ilmiah bidang epidemiologi kesehatan

7. Teknologi tepat guna dibidang epidemiologi Kesehatan

8. Penghitungan angka kredit dan mengajukan DUPAK

Metode

. Ceramah Tanya jawab . Demonstrasi . Curah pendapat . Simulasi . Diskusi . PKL

Praktik lapangan

RTL

Post Test & Evaluasi penyelenggaraan Penutupan

(7)

B. Proses Pembelajaran

1) Proses pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a) Dinamisasi dan penggalian harapan. peserta serta membangun

komitmen belajar diantara peserta.

b) Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam melaksanakan tugas. c) Penjajagan awal peserta dengan memberikan pre-test.

d) Pembahasan materi kelas.

e) Praktik kelas dalam bentuk penugasan-penugasan dan praktik lapangan.

f) Penjajagan akhir peserta dengan memberikan post-test.

Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta dilibatkan secara aktif baik dalam teori maupun penugasan, dimana:

a) Fasilitator mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti proses pembelajaran.

b) Fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap materi.

c) Fasilitator dapat mengawali proses pembelajaran dengan:  Penggalian pengalarnan peserta.

 Penjelasan singkat tentang seluruh materi.

 Penugasan dalam bentuk individual atau kelompok.

d) Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta dapat memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi yang diberikan.

e) Sebelum pemberian materi berakhir, fasilitator dan peserta dapat membuat rangkuman dan atau pembulatan.

2) Metode Pembelajaran

a) Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait dengan tugas yang dilaksanakan.

(8)

b) Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran. c) Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya

komunikasi dari dan ke berbagai arah.

Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran diantaranya adalah:

a) Ceramah singkat dan tanya jawab.

b) Curah pendapat, untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait dengan materi yang diberikan.

c) Penugasan berupa: diskusi, simulasi, praktik lapangan, dan latihan menghitung angka kredit.

3) Rincian rangkaian alir proses pelatihan sebagai berikut: a) Pembukaan

Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:  Laporan ketua penyelenggara pelatihan.

 Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan.

 Perkenalan peserta secara singkat. b) Membangun komitmen belajar

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalammengikuti proses pelatihan.Kegiatannya antara lain:

 Penjelasan oleh fasilitator tentang tujuan pembelajaran

dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar.

 Perkenalan antara peserta dan para fasilitator dan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesarna peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif

 Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.

 Kesepakatan antara para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

(9)

c) Pengisian pengetahuan wawasan

Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu: Kebijakan Diklat Aparatur, Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan, Etika dan Dasar-dasar Epidemiolog Kesehatan.

d) Pemberian ketrampilan

Pemberian materi ketrampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi keterarnpilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyarnpaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, dan latihan-latihan tentang jabatan fungsional epidemiolog

kesehatan.

e) Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan pelatihan pengangkatan pertama jabatan fungsional epidemiolog kesehatan di Lingkungan Kesehatan.

f) Evaluasi

Evaluasi dilakukan tiap hari dengan cara me-review kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, ini sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Di samping itu juga dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun di lapangan.

g) Penutupan

Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.

(10)

BAB VI

FASILITATOR DAN PENYELENGGARA PELATIHAN

A. FASILITATOR/TENAGA PELATIH

Pelatih fasilitator untuk Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional Epidemiolog Kesehatan Ahli memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan kediklatan, yaitu telah mengikuti pelatihan calon widyaiswara atau AKTA atau Training of Trainer/TO'T atau pelatihan bagi Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK).

b. Pendidikan S1 atau minimal setara dengan kriteria peserta, dengan tambahan keahlian di bidang materi yang diajarkan.

c. Memahami kurikulum pelatihan pengangkatan pertama jabatan fungsional epidemiolog kesehatan yang telah distandarisasi. d. Menguasai materi yang disampaikan sesuai dengan Garis-Garis

Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang ditetapkan dalam kurikulum pelatihan.

B. Penyelenggara dan Master Of Training (MOT)

1. Penyelenggara Pelatihan

a. Penyelenggara pelatihan adalah Institusi diklat yang terakreditasi dan

memiliki sarana dan prasarana yang memadai, serta yang melibatkan

pengelola diklat yang sudah mengikuti pelatihan khusus (TOC).

b. Peran dan Tugas Penyelenggara Pelatihan :

1) Mempersiapkan organisasi dan pelaksanaan pelatihan, dari awal

sampai

akhir,

termasuk

perangkat

pelatihan,

dan

Evaluasi

Pembelajaran.

2) Menghubungi fasilitator/nara sumber untuk memas-tikan kehadiran

sesuai jadwal.

3) Melakukan berbagai tugas kesekretariatan, termasuk aspek

keuangan, penyusunan laporan penyelenggaraan pelatihan dan

evaluasi pelatihan.

(11)

2. Master of Training (MOT) :

a. Adalah widyaiswara / pejabat struktural dan/atau staf teknis dari unit

diklat penyelenggara pelatihan yang sudah memiliki sertifikat MOT dan

ditugaskan oleh pejabat yang berwenang.

b. Peran dan tugas MOT adalah :

1) Merancang pelatihan, meliputi: pengkajian kurikulum dan modul,

pembuatan kerangka acuan dan master jadwal pelatihan sesuai alur

proses pelatihan, dan mencari calon fasilitator dan narasumber yang

tepat (sesuai tuntutan materi).

2) Memandu dan mengendalikan proses pembelajaran selama

pelatihan, termasuk: melaksanakan refleksi pembelajaran setiap hari,

membuat laporan proses pembelajaran harian, dan mengevaluasi

pencapaian tujuan pelatihan

(12)

BAB VII

EVALUASI DAN SERTIFIKASI PELATIHAN

A. EVALUASI PELATIHAN

Dalam pelatihan Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan ini ada beberapa evaluasi yang dilakukan, yaitu:

1. Evaluasi hasil belajar peserta

Evaluasi ini dilakukan terhadap peserta melalui:  Penjajagan awal melalui pre-test.

 Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post-test)  Penilaian hasil penugasan / latihan

 Pengamatan/observasi kepada peserta pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas dan lapangan.

2. Evaluasi terhadap fasilitator/narasumber

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan fasilitator/narasumber dalam menyampaikan pengetahuan dan atau ketrampilan kepada peserta, meliputi: penguasaan materi, pengelolaan proses, dan kepribadiannya, dengan indikatornya masing-masing.

3. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan teknis/akademis pelatihan, meliputi: mulai dari manfaat pelatihan bagi peserta dan sekolah sampai aspek pelayanan secretariat, akomodasi dan konsumsi.

B. SERTIFIKASI PELATIHAN

Pada dasarnya setiap peserta akan memperoleh sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan R.I., dengan catatan:

1. Peserta mengikuti pelatihan minimal 90% dari alokasi waktu yang tersedia, yang dapat dilihat dari catatan kehadiran peserta.

2. Peserta melakukan semua penugasan dengan baik, yang dapat dilihat dari hasil penugasan yang dilakukannya.

(13)

3. Peserta tidak melakukan hal-hal tercela selama pelatihan, yang dinyatakan oleh

Master of Training dan penyelenggara pelatihan lainnya.

4. memperoleh nilai post test minimal 80 (dari angka maksimal 100), atau kenaikan nilai post-test sebesar minimal 50% dibandingkan dari nilai pre-test.

Referensi

Dokumen terkait

(2) materi, metode, dan media yang disampaikan dalam proses pembelajaran peserta program pelatihan desain grafis di Balai Besar Latihan Kerja Industri Surakarta.. (3)