• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS CARA PENGENDALIAN GULMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KACANG TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS CARA PENGENDALIAN GULMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KACANG TANAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS CARA PENGENDALIAN GULMA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KACANG TANAH

Herdina Pratiwi dan A. A. Rahmianna Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jalan Raya Kendalpayak KM 8 PO BOX 66 Telp. 0341-801468

e-mail : herdina_p@mail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas cara pengendalian gulma secara mekanis dan kimia dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil galur kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi pada bulan Mei–September 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan. Faktor yang pertama adalah pengendalian gulma (P) yang terdiri atas empat perlakuan, yaitu: P1) tanpa pengendalian (kontrol), P2) pengendalian dengan herbisida pra tumbuh + pendangiran umur 21 dan 45 HST, P3) pengendalian secara rekomendasi yaitu dengan penyiangan gulma umur 21 dan 45 HST + pendangiran umur 21 dan 45 HST, P4) pengendalian dengan pendangiran umur 21 dan 45 HST. Faktor kedua adalah galur tanaman kacang tanah (G) yang terdiri atas sembilan galur yaitu 1) galur No.1, 2) galur No.2, 3) galur No.3, 4) galur No.4, 5) galur No.5, 6) galur TY-2, 7) galur TY-12, 8) galur TY-16, dan 9) galur GH-51. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 108 kombinasi perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap jenis gulma yang tumbuh, bobot kering gulma pada waktu panen yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu gulma rumput, gulma berdaun lebar dan gulma teki. Pengamatan pada tanaman kacang tanah dilakukan terhadap tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil. Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma, hasil dan komponen hasil kacang tanah, sedangkan perlakuan galur kacang tanah dan interaksi antara pengendalian gulma dengan galur kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma dan hasil kacang tanah. Pengendalian gulma menggunakan herbisida pratumbuh+pendangiran memberikan efektivitas yang sama dalam menekan pertumbuhan gulma dibandingkan dengan pengendalian secara manual, penyiangan+pendangiran dapat menekan gulma hingga 99%. Pengendalian menggunakan herbisida+pendangiran memberikan hasil polong yang lebih rendah 27% dibandingkan dengan pengendalian secara manual. Pengendalian dengan herbisida dapat sebagai alternatif apabila tidak mungkin dilakukan pengendalian dengan cara penyiangan.

Kata kunci: kacang tanah, pengendalian gulma, herbisida pra tumbuh

ABSTRACT

The effectiveness and the effect of weed control methods on peanut yield. This research aims to study the effectiveness of mechanical and chemicals weed control methods and their effects on growth and yield of peanut lines. The experiment was conducted in greenhouse of Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute on May to September 2013. Research using randomized block design with two treatment factors. The first factor were weed control methodes (P) consisting of four treatments, namely : P1) without weed control (control) , P2 ) pre emergence herbicides + soil tillage on 21 and 45 days after planting (DAP), P3) weeding + soil tillage on 21 and 45 DAP, P4) soil tillage on 21 and 45 DAP. The second factor were peanut lines (G) consisting of 9 lines, namely: 1) line 1, 2 ) line 2, 3 ) line 3, 4 ) line 4, 5 ) line 5, 6 ) line TY-2, 7 ) line TY-12 , 8 ) line TY-16 , 9 ) line GH-51. Each treatment was

(2)

repeated three times so that there are 108 combinations of treatments. Data was collected on the weed spesies identification and weed dry weight at harvest time i.e. narrow-leaved weeds, grasses and sedge. Peanut observations included peanut plant height, yield and yield components. Weed control methods significantly affected weed dry weight, yield and yield components of peanut, while peanut lines and interaction between weed control and peanut lines had no significant effect. Weed control using herbicides+soil tillage result the same effecti-veness in suppressing weed growth up to 99% when compared to the weeding+soil tillage method. Weed control using herbicides+soil tillage provided lower pod yield of 27% compared to weeding+soil tillage. Weed control by pre emergence herbicides can be selected as an alternative to control the weeds if it is not possible to control by manual weeding .

Keywords: peanut, weeds control, pre emergence herbicide

PENDAHULUAN

Gulma merupakan salah satu kendala dalam budidaya kacang tanah. Kehilangan hasil kacang tanah karena gangguan gulma berkisar antara 20–80% (Harsono 1993). Gulma mengganggu pertumbuhan tanaman karena bersaing dalam mendapatkan air, nutrisi dan cahaya. Selain itu gulma merupakan sumber inang untuk hama dan penyakit yang dapat merugikan tanaman kacang tanah (Saleh 2003). Kehadiran gulma disebabkan oleh ada-nya seed bank yaitu terakumulasiada-nya benih gulma dalam tanah yang kemudian tumbuh menjadi gulma. Biji gulma memiliki masa dormansi sangat panjang hingga puluhan tahun. Dormansi dapat terpecahkan oleh perubahan lingkungan (Fadhly dan Tabri 2009).

Pengendalian gulma pada budidaya kacang tanah dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, dan kimia maupun gabungan ketiganya (Harsono 1993). Pengendalian secara mekanis dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau alat. Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah atau pendangiran. Pengendalian dengan olah tanah selain dapat berpengaruh terhadap pera-karan tanaman utama juga dapat menurunkan sifat fisik tanah dan merangsang pertum-buhan gulma yang lebih banyak. Pengolahan tanah dapat mengangkat biji-biji gulma yang dorman ke permukaan tanah sehingga dormansi bisa terpatahkan, salah satunya karena pengaruh cahaya (Zimdahl 2007). Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan meng-gunakan varietas tahan. Pengendalian secara mekanis membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang lebih besar. Alternatif pengendalian gulma yang lebih efisien adalah menggu-nakan herbisida yang dapat diaplikasikan pada pra atau purna tumbuh gulma. Herbisida dapat diaplikasikan melalui daun gulma atau ke tanah. Aplikasi herbisida pada tanah dila-kukan untuk mencegah pertumbuhan biji, bertunasnya umbi, rhizome dan stolon. Penggu-naan herbisida juga dapat mengurangi risiko kerusakan akar dan polong akibat penyiang-an dpenyiang-an pembumbunpenyiang-an. Menurut Harsono (1993), pengendalipenyiang-an ypenyiang-ang terbaik adalah secara terpadu, yaitu kombinasi antara cara mekanis, kultur teknis, dan kimia.

Gulma digolongkan menjadi tiga yaitu kelompok gulma berdaun lebar (broad leaves), rumputan (grasses) dan teki (sedges). Ketiga jenis gulma tersebut dapat berkembang pada satu hamparan lahan dan menekan pertumbuhan tanaman kacang tanah. Periode kritis tanaman kacang tanah terhadap gangguan gulma adalah pada umur 21–50 hari setelah tanam (HST). Pada periode tersebut tanaman kacang tanah memasuki fase generatif yaitu fase berbunga hingga pembentukan polong. Pada fase tersebut tanaman kacang tanah membutuhkan ruang tumbuh dan nutrisi yang cukup untuk penetrasi ginofor dan

(3)

perkem-bangan polong sehingga lahan harus bebas dari gulma. Pengendalian gulma yang efektif dan efisien dapat meningkatkan hasil dan menekan biaya budidaya kacang tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas cara pengendalian gulma secara mekanis dan kimia dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Juni–September 2013. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pengendalian gulma (P) yang terdiri atas empat perla-kuan, yaitu: P1) tanpa pengendalian (kontrol), P2) pengendalian dengan herbisida pra tumbuh + pendangiran pada umur 21 dan 45 HST, P3) pengendalian rekomendasi yaitu penyiangan gulma pada umur 21 dan 45 HST+pendangiran umur 21 dan 45 HST, P4) pengendalian dengan pendangiran pada umur 21 dan 45 HST. Faktor kedua adalah galur kacang tanah (G) yang terdiri atas 1) galur No.1, 2) galur No.2, 3) galur No.3, 4) galur No.4, 5) galur No.5, 6) galur TY-2, 7) galur TY-12, 8) galur TY-16, dan 9) galur GH-51. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 108 kombinasi perlakuan.

Penelitian dilaksanakan pada media tanah yang ditempatkan pada pot-pot plastik ber-ukuran 12 kg. Tanah yang akan digunakan sebagai media diaduk-aduk terlebih dahulu agar tercampur merata kemudian dimasukkan ke pot plastik sebanyak 9 kg per plot. Benih ditanam empat butir per plot. Aplikasi herbisida berbahan aktif imazapic 240 g/l (nama dagang Cadre 240 SL) dilakukan 3 HST dengan dosis 0,7 cc/l air. Aplikasi herbisida dila-kukan dengan cara menyemprot media tanah pada pagi hari. Pada umur 14 HST semua pot dipupuk dasar Phonska dengan dosis 50 kg/ha. Pada umur 14 HST dilakukan penja-rangan tanaman pada masing-masing pot menjadi dua tanaman dengan mencabut tanaman yang tidak seragam. Penyiraman dilakukan setiap seminggu sekali. Pengendalian gulma dengan cara penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma dengan tangan. Pengendalian dengan pendangiran dilakukan dengan membalik-balik tanah di sekitar perakaran tanaman kacang tanah menggunakan skop kecil tanpa mengambil gulma.

Pengendalian hama dilakukan dengan pemantauan dimulai umur 10 hari. Jika terda-pat kerusakan daun 15% pada umur <30 hari atau 20% pada umur >30 hari segera dila-kukan penyemprotan. Untuk hama penggorok dan pengisap daun dipilih insektisida siste-mik berbahan aktif fipronil. Untuk hama pemakan daun disemprot dengan insektisida ber-bahan aktif deltameltrin. Untuk mencegah infeksi jamur, disemprotkan fungisida berber-bahan aktif karbamat masing-masing pada 7 dan 9 MST (Minggu Setelah Tanam).

Pengamatan dilakukan terhadap jenis gulma yang tumbuh, bobot kering gulma saat panen yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu gulma berdaun sempit (rumput), ber-daun lebar dan teki. Pengamatan pada tanaman utama dilakukan untuk tinggi tanaman kacang tanah, hasil dan komponen hasil kacang tanah meliputi jumlah polong isi, jumlah polong hampa dan ginofor, bobot polong, bobot dan jumlah biji, serta indeks panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Gulma yang Tumbuh

Identifikasi dilakukan terhadap jenis gulma yang tumbuh pada pertanaman kacang tanah. Gulma yang ditemukan bervariasi dari golongan gulma berdaun lebar, berdaun

(4)

sempit dan teki (Tabel 1). Pada gulma berdaun lebar antara lain ditemukan dari jenis meniran, bayam-bayaman, legetan dan putri malu. Dari kelompok gulma berdaun sempit terdapat beberapa jenis rumput-rumputan. Rata-rata dari pengamatan setiap pot perco-baan diketahui bahwa gulma berdaun lebar terdiri atas lebih banyak spesies dibandingkan dengan gulma berdaun sempit dan teki. Namun hal tersebut tidak berarti pertumbuhan gulma berdaun lebar lebih dominan dibandingkan dengan gulma yang lain.

Tabel 1. Gulma yang tumbuh pada pertanaman kacang tanah. Malang, 2013. Kelompok gulma berdaun lebar

Phyllanthus niruri L. Portulaca oleracea Amaranthus spp. Mimosa pudica Spilanthes oleracea Euphorbia hirta Cardamine sp. Broreia spp. Ageratum conyzoides Digitalis purpurea Orthosiphon aristatus Pepperomia pellucida Commelina benghalensis Berula erecta Sanchus oleracea Kelompok gulma berdaun sempit

Eleusine indica Eleusine tristachya Axonopus compressus Echinocloa Panicum sp. Kelompok Teki Cyperus rotundus

Efektivitas Cara Pengendalian terhadap Penekanan Gulma

Dari percobaan ini diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan cara pengendalian gulma dengan galur kacang tanah terhadap bobot kering gulma pada waktu panen kacang tanah (umur 100 HST). Perlakuan pengendalian gulma secara mandiri berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma pada semua kelompok gulma, sedangkan perlakuan galur kacang tanah tidak berpengaruh nyata (Tabel 2).

Cara pengendalian gulma menggunakan herbisida pratumbuh imazapic+pendangiran dan cara penyiangan+pendangiran nyata menurunkan bobot kering gulma rumput 97– 98%, gulma berdaun lebar 86–95% dan gulma teki 99–99% dibandingkan dengan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Cara pengendalian gulma dengan pendangiran menurunkan gulma rumput, berdaun lebar, dan teki berturut turut sebesar 33%, 64% dan 47%

(5)

dibanding kontrol. Keefektifan herbisida dalam percobaan ini sejalan dengan penelitian Ahmed et al. (2008) bahwa pengendalian gulma menggunakan herbisida pratumbuh (pre-emergence) pada tanaman kacang tanah dapat menurunkan bobot kering gulma hingga 99%. Herbisida berbahan aktif imazapic yang sebenarnya merupakan herbisida selektif purnatumbuh merupakan herbisida yang lebih efektif dalam penekanan gulma dibanding-kan dengan jenis lain. Hasil penelitian Tubbs dan Gallaher (2005) menunjukdibanding-kan bahwa aplikasi herbisida imazapic purnatumbuh dapat menekan gulma pada pertanaman kacang tanah lima kali lipat lebih efektif dibanding herbisida paraquat. Pada penelitian ini dike-tahui bahwa herbisida imazapic yang diaplikasikan pada saat pratumbuh dapat menekan gulma dengan efektivitas yang tinggi, meskipun tidak nyata dibandingkan dengan jenis herbisida pratumbuh yang lain.

Tabel 2. Bobot kering gulma pada pertanaman kacang tanah dengan beberapa cara pengendalian pada 100 HST. Malang, 2013. Perlakuan Bobot kering gulma rumput (g) Bobot kering gulma daun lebar (g) Bobot kering gulma teki (g) Bobot kering gulma total (g) Pengendalian gulma (P) P1 48,07 a 16,27 a 1,883 a 79,89 a P2 0,57 c 0,80 c 0,004 c 1,70 d P3 1,63 c 2,28 c 0,025 c 4,99 c P4 32,16 b 5,86 b 0,993 b 42,77 b BNT 0.21** 0.23** 0.11** 0.21**

Galur kacang tanah (G)

No.1 1,91 1,80 1,35 2,23 No.2 1,97 1,77 1,25 2,30 No.3 2,04 1,59 1,19 2,25 No.4 1,98 1,53 1,20 2,17 No.5 1,97 1,58 1,25 2,09 TY-5 1,77 1,60 1,21 2,06 TY-12 2,03 1,80 1,21 2,36 TY-16 2,16 1,63 1,21 2,28 GH-51 1,87 1,64 1,25 2,14 BNT tn tn tn tn P >< G tn tn tn tn

Ket : P1=Tanpa pengendalian (kontrol), P2=Herbisida+pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST,

P3=Penyiangan+pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST, P4=Pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST,** = signifikan pada batas peluang 0,01, KK=koefisien keragaman

Nilai berasal dari alih skala balik transformasi √(x+0,5).

Aplikasi herbisida berbahan aktif imazapic+pendangiran yang diaplikasikan pratumbuh memberikan hasil yang sama baiknya dengan cara pengendalian penyiangan+penda-ngiran. Secara keseluruhan perlakuan herbisida+pendangiran lebih efektif menekan gulma sebesar 98% dibandingkan dengan cara penyiangan+pendangiran yang menekan gulma 94% (Tabel 2). Herbisida berpengaruh besar terhadap penghambatan pertum-buhan gulma melalui beberapa mekanisme, yaitu mengganggu pembelahan sel,

(6)

pengham-batan transpor elektron pada proses fotosintesis, dan menghambat sintesis asam amino (Cobb dan Reade 2010).

Dari Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pertumbuhan gulma didominasi oleh jenis ber-daun sempit (rumput), kemudian berber-daun lebar dan teki. Hal tersebut dilihat dari bobot kering gulma. Meskipun spesies yang didentifikasi lebih banyak ditemukan adalah gulma berdaun lebar namun hal tersebut tidak berarti pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan gulma rumput. Gulma rumput Eleusine indica, Eleusine tristachya, Axonopus compressus, Echinocloa memiliki karakteristik pertumbuhan yang merumpun dan malai bunga yang bercabang sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma lainnya.

Pengaruh Pengendalian Gulma terhadap Hasil

Hasil percobaan menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan cara pengen-dalian gulma dengan galur terhadap hasil kacang tanah. Perlakuan cara pengenpengen-dalian gulma secara mandiri berpengaruh nyata terhadap bobot polong kering, bobot biji dan jumlah biji per tanaman, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kebernasan polong. Perlakuan galur kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap hasil (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil per tanaman kacang tanah pada beberapa jenis pengendalian gulma. Malang, 2013. Perlakuan polong Bobot

kering (g)

Bobot biji

(g) Jumlah biji Kebernasan polong (%) Indeks panen Pengendalian gulma P1 14,13 c 9,76 c 25 c 67,21 0,56 P2 18,99 b 13,45 b 32 b 70,99 0,58 P3 24,06 a 17,34 a 45 a 71,84 0,60 P4 14,94 c 10,49 c 25 c 67,21 0,55 BNT 3.12** 2.46** 5.29** tn tn

Galur kacang tanah

No.1 15,54 11,15 34 70,72 0,52 cd No.2 16,79 11,90 35 67,97 0,50 d No.3 18,48 12,51 27 67,56 0,62 ab No.4 17,00 12,32 28 71,47 0,65 a No.5 20,38 13,75 31 66,45 0,58 bc TY-5 20,24 14,24 34 69,91 0,59 ab TY-12 16,91 12,30 32 71,86 0,61 ab TY-16 18,55 13,54 32 71,63 0,58 bc GH-51 18,36 13,11 32 71,31 0,52 cd BNT tn tn tn tn 0.07** P >< G tn tn tn tn tn

Ket : P1=Tanpa pengendalian (kontrol), P2=Herbisida+pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST, P3 = Penyi-angan+pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST, P4=Pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST,** = signifikan pada batas peluang 0,01, KK=koefisien keragaman.

Hasil polong kacang tanah, bobot biji dan jumlah biji per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pengendalian gulma melalui penyiangan+pendangiran, masing-masing 27%, 29% dan 40% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pengendalian dengan

(7)

herbisida+pendangiran. Hasil terendah diperoleh dari perlakuan tanpa pengendalian dan tidak berbeda nyata dengan perlakukan pengendalian dengan cara pendangiran. Pene-kanan pertumbuhan gulma melalui aplikasi herbisida+pendangiran dan penyiangan + pendangiran dapat memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi polong kacang tanah. Gulma yang tidak dikendalikan akan berkompetisi dengan tanaman kacang tanah se-hingga pertumbuhan polong tidak optimal. Pengendalian gulma dengan cara pendangiran tidak mampu mengurangi kompetisi antara gulma dan tanaman kacang tanah karena dengan pendangiran, gulma tidak dihilangkan dan masih berada di tanah. Pendangiran juga menyebabkan benih-benih gulma yang dormansi di dalam tanah terangkat ke atas, kemudian tumbuh menjadi gulma baru. Tidak adanya penambahan herbisida atau peng-ambilan gulma pada cara tersebut menyebabkan gulma yang belum mati dan tunas baru akan tumbuh dan bersaing dengan tanaman utama.

Cara pengendalian gulma menggunakan herbisida+pendangiran memberikan hasil kacang tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan cara konvensional (penyiangan+ pendangiran). Diduga herbisida terserap oleh partikel tanah sehingga memberikan ling-kungan tumbuh yang kurang sesuai bagi pertumbuhan polong kacang tanah. Hasil pene-litian Grichar et al. (2013) menunjukkan bahwa aplikasi herbisida berbahan aktif imazapic setelah tumbuh (post emergence) menurunkan hasil kacang tanah 11–15% pada tanah dengan bahan organik rendah sebesar 0,4%. Bahan organik dapat membantu terdegra-dasinya herbisida sehingga tidak merugikan tanaman utama.

Pengaruh Pengendalian Gulma terhadap Komponen Hasil Tanaman

Hasil tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh jumlah polong isi. Semakin banyak polong isi dalam satu tanaman maka bobot polong akan meningkat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan cara pengendalian gulma dengan galur kacang tanah terhadap komponen hasil tanaman. Perlakuan pengendalian gulma secara mandiri berpengaruh nyata terhadap jumlah polong isi, jumlah polong hampa, jumlah polong total dan jumlah ginofor, sedangkan perlakuan galur kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong isi, jumlah polong hampa, jumlah polong total dan jumlah ginofor (Tabel 4).

Jumlah polong isi, polong hampa dan ginofor tertinggi dicapai pada perlakuan penyiangan+pendangiran. Jumlah polong isi yang tinggi merupakan penyebab hasil polong kacang tanah juga tinggi (Tabel 3). Perlakuan pengendalian gulma melalui penyi-angan+pendangiran memberikan jumlah polong isi 71% lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, meskipun jumlah polong hampa tidak berbeda. Perlakuan herbisida+pen-dangiran memberikan jumlah polong isi 21% lebih tinggi daripada kontrol, sedangkan perlakuan pengendalian gulma dengan pendangiran saja memberikan jumlah polong isi yang sama dengan kontrol.

Pada perlakuan penyiangan+pendangiran, tanaman dapat tumbuh dengan baik. Per-tumbuhan generatif tanaman kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan cara pengendalian gulma yang lain. Kebersihan media dari gulma pada perlakuan penyi-angan + pendangiran meningkatkan perkembpenyi-angan biji polong karena tidak ada persai-ngan depersai-ngan gulma dalam mendapatkan nutrisi. Pertumbuhan generatif yang tinggi dapat dilihat dari jumlah polong yang terbentuk ditambah dengan ginofor atau bakal polong yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

(8)

Tabel 4. Komponen hasil per tanaman kacang tanah pada beberapa jenis pengendalian gulma. Malang, 2013.

Perlakuan polong isi Jumlah polong hampa Jumlah polong total Jumlah Ginofor Jumlah tanaman Tinggi (cm) Pengendalian gulma P1 14 c 8 a 22 bc 3 b 19,43 P2 17 b 7 a 24 b 6 b 19,44 P3 24 a 7 a 31 a 9 a 20,44 P4 14 c 4 b 18 c 5 b 20,70 BNT 2.78** 1.96** 3.55** 2.46** tn

Galur kacang tanah

No.1 18 7 25 7 18,79 cd No.2 21 78 28 8 21,42 ab No.3 15 6 21 4 19,33 bcd No.4 15 7 21 6 18,83 cd No.5 17 7 23 3 23,08 a TY-5 18 7 25 6 20,75 bc TY-12 17 5 22 5 18,38 d TY-16 17 4 21 4 20,25 bcd GH-51 18 7 25 8 19,21 bcd BNT tn tn tn tn 2.27** P >< G tn tn tn tn tn

Ket : P1=Tanpa pengendalian (kontrol), P2=Herbisida+ pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST, P3 = Penyi-angan dan pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST, P4=Pendangiran 2x umur 21 dan 45 HST,** = signifikan pada batas peluang 0,01, KK=koefisien keragaman.

Tinggi tanaman dipengaruhi oleh galur kacang tanah (Tabel 5). Perlakuan pengenda-lian gulma tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Tinggi tanaman pada percobaan ini lebih dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing galur kacang tanah atau genetik.

KESIMPULAN

Pengendalian gulma menggunakan herbisida pratumbuh+pendangiran memberikan efektivitas yang sama dalam menekan pertumbuhan gulma dibandingkan dengan pengen-dalian secara manual (penyiangan+pendangiran) yang dapat menekan gulma hingga 99%. Penggunaan herbisida lebih efisien karena hanya diaplikasikan sekali selama satu musim tanam. Pengendalian menggunakan herbisida+pendangiran memberikan hasil po-long yang lebih rendah 27% dibandingkan dengan pengendalian secara manual. Pengen-dalian dengan herbisida sebagai alternatif apabila tidak mungkin dilakukan pengenPengen-dalian dengan cara penyiangan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Y., Abo-Sabana Mostafa, L. A. Reda, A. M. Khozimy, and Y. Y. Mosleh. 2008. Efficacy of the selected herbicides in controlling weeds and their side effects on peanut. Journal of plant protection research 48(3):355–363.

Cobb, A. and J. Reade. 2010. Herbicides and Plant Physiology (2nd edition). 298p. Wiley-Blackwell USA.

Fadhly A.F. dan F. Tabri. 2009. Pengendalian gulma pada pertanaman jagung. http://balitse-real.litbang.deptan.go.id.

Grichar, W.J., P. A. Dotray, and M. R. Baring. 2013. Peanut Cultivar Response to Flumioxazin Applied Preemergenceand Imazapic Applied Postemergence. International Journal of Agronomy 2013: 1–5.

Harsono, A. 1993. Gulma pada tanaman kacang tanah. p. 153–170. Dalam Kacang Tanah. Monograf Balittan, Malang.

Saleh, N. 2003. Ekobiologi dan optimalisasi pengendalian penyakit virus belang pada kacang tanah melalui pengelolaan tanaman secara terpadu. J. Litbang Pertanaian 22(2):41–48 Tubbs, R.S. and Gallaher, R.N. 2005. Tillage and Cropping system: Conservation tillage and

herbicide management for two peanut cultivar. Agronomy Journal 97(2):500–504. Zimdahl, R.L. 2007. Fundamental of Weed Science. 689 p. Academic Press.

Gambar

Tabel 2.  Bobot kering gulma pada pertanaman kacang tanah dengan beberapa cara pengendalian  pada 100 HST
Tabel 3. Hasil per tanaman kacang tanah pada beberapa jenis pengendalian gulma. Malang, 2013
Tabel 4.  Komponen hasil per tanaman kacang tanah pada beberapa jenis pengendalian gulma

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan densitas secara mandiri berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman , jumlah polong isi pertanaman, berat biji per tanaman, berat biji per petak, berat

Pengaruh Pemberian Limbah Tekstil “Troso” Terhadap Parameter Bobot Biji Kering, Bobot Polong Kering, Dan Bobot Seratus Biji Per Tanaman pada Kacang Tanah

Pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai bobot kering gulma pada Perlakuan herbisida pra tumbuh Metribuzin 2 l ha -1 + penyiangan (30 hst) rendah, sehingga

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Waktu penyiangan gulma 2 kali (15 dan 30 HST) tidak berbeda nyata dengan penyia-ngan 3 kali namun mampu menurunkan bobot kering total gulma, meningkatkan

Komponen Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan olah tanah tidak ber- pengaruh nyata terhadap jumlah polong pada umur 90 HST, sedangkan perlakuan pengendalian gulma

Terlihat pada pengamatan 12 MSA setelah dilakukannya penyiangan manual pada 10 MSA, menunjukan bahwa perlakuan penyiangan manual memiliki nilai bobot kering gulma

Pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai bobot kering gulma pada Perlakuan herbisida pra tumbuh Metribuzin 2 l ha -1 + penyiangan (30 hst) rendah, sehingga