ANALISIS KANDUNGAN AMONIAK DAN BAKTERI COLIFORM TOTAL PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BITUNG PADA TAHUN 2016
Bima Febrian Harlisty*, Rahayu H. Akili*, Grace D. Kandou* *
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Rumah Sakit tidak hanya membawa dampak positif, namun juga memiliki dampak negatif berupa pencemaran dari limbah yang dihasilkan. Semakin banyak rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, maka berdampak pula pada banyaknya limbah yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan amoniak dan bakteri coliform total pada limbah cair RSUD Kota Bitung pada tahun 2016. Jenis penelitian adalah survei dan analisis laboratorium. Populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair pada Inlet dan Outlet di IPAL RSUD Kota Bitung. Sampel air limbah diambil pada Inlet dan Outlet. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode composite time. Hasil penelitian, kandungan Amoniak dan Bakteri Coliform Total pada limbah cair RSUD Kota Bitung di Inlet pada jam 09.00 memiliki nilai rata-rata 10 mg/l dan 156.666 MPN/100 ml, sedangkan Inlet pada jam 19.00 memiliki nilai rata-rata 16 mg/l dan 160.000 MPN/100 ml. Di Outlet pada jam 09.00 memiliki nilai rata-rata 4,6 mg/l dan 160.000 MPN/100 ml, sedangkan Outlet pada jam 19.00 memiliki nilai rata-rata 10 mg/l dan 137.333 MPN/100 ml. Kesimpulan, kandungan amoniak pada limbah cair RSUD Kota Bitung telah memenuhi standar baku mutu, sedangkan bakteri Coliform Total belum memenuhi standar baku mutu. Perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak untuk meningkatkan efisiensi penghilangan zat organik dan mikroorganisme pathogen.
Kata Kunci : Rumah Sakit, Limbah Cair, Amoniak, Bakteri Coliform Total
ABSTRACT
The hospital not only has a positive impact, but also has a negative impact in the form of pollution of waste generated. The increasing of hospitals or health care facilities in the community could have an impact on the amount of waste produced. This study aimed to analyze the content of ammonia and total coliform bacteria in the liquid waste of the Regional General Hospital of Bitung City in 2016. This research was a survey and laboratory analysis. The population in this study was the liquid waste at Inlet and Outlet of WWTP of Regional General Hospital of Bitung City. Wastewater samples have been taken at Inlet and Outlet. The sampling technique was using composite time method. The results from this research, that the content of ammonia and total coliform bacteria in wastewater of General Hospital of Bitung City in Inlet at 09:00 has an average value of 10 mg / l and 156 666 MPN / 100 ml, whereas Inlet at 19.00 has the average value of 16 mg / l and 160,000 MPN / 10 ml. In the Outlet at 09.00 has an average value of 4.6 mg / l and 160,000 MPN / 100 ml, while the Outlet at 19.00 has an average value of 10 mg / l and 137 333 MPN / 100 ml. In conclusion, the ammonia content in the liquid waste of General Hospital of Bitung City has compiles with the quality standards, while the Total Coliform bacteria have not compiles with the quality standards. There needs to repair the equipment damaged WWTP to improve the efficiency of removal of organic substances and pathogenic microorganisms.
PENDAHULUAN
Kualitas lingkungan hidup yang
semakin menurun telah mengancam kelangsungan kehidupan di bumi ini.
Penurununan kualitas lingkungan
berdampak pada kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan pembangunan berkelanjutan. (Anonim A, 2009).
Rumah Sakit adalah sarana pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit tidak hanya membawa dampak positif, namun juga memiliki dampak negatif berupa pencemaran dari limbah yang dihasilkan (Anonim B, 2009).
Semakin banyak rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, maka berdampak pula pada banyaknya limbah yang dihasilkan. Sumber limbah layanan kesehatan dapat berasal dari ruang rawat inap, ruang operasi dan bedah, laboratorium, unit farmasi dan penyimpanan bahan kimia, unit layanan kesehatan lainnya, serta unit penunjang. Setiap unit layanan
kesehatan memiliki volume dan
komposisi limbah yang berbeda-beda. Limbah yang dihasilkan bergantung
pada beberapa faktor, misalnya metode manajemen limbah yang berlaku, jenis institusi layanan kesehatan, spesialisasi rumah sakit, jumlah item yang dapat digunakan kembali yang dipakai rumah sakit, dan jumlah pasien rawat jalan (Pruss, 2002)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bitung didirikan dan diresmikan pada tanggal 23 September 1995. RSUD Kota Bitung merupakan Rumah Sakit dengan Tipe C, dan telah lulus akreditasi pada tahun 2012 untuk 5 (lima) standar pelayanan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di RSUD Kota Bitung , pengelolaan limbah cair
Rumah Sakit telah menggunakan
Instalasi Pengolahan Limbah cair (IPAL), namun pengelolaan limbahnya belum maksimal. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada blower, sehingga limbah yang dihasilkan masih berwarna hitam (Anonim, 2016).
Limbah cair dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit. Vektor
penyakit tersebut dapat membawa
mikroorganisme pathogen penyebab
penyakit, seperti diare, kolera, filarial, penyakit cacing, dan tifoid. Penyakit yang ditimbulkan dari limbah berbahaya dapat bersifat akut dan kronis (Sumantri, 2015).
Salah satu limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah amoniak. Limbah cair yang mengandung amoniak dapat berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Amoniak juga
mengganggu karena baunya sangat
menyengat dan menyesakkan
pernapasan. Amoniak dibebaskan dari proses pembusukan senyawa-senyawa organik (Sutresna, 2008). Selain Amoniak, limbah cair rumah sakit juga mengandung mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Parameter yang digunakan sebagai indikator adanya mikroorganisme yaitu bakteri Coliform total. Apabila limbah cair rumah sakit yang tidak diolah dengan baik langsung dibuang ke lingkungan, maka akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, dan berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat disekitarnya.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kandungan amoniak dan bakteri coliform total pada limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bitung pada tahun 2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah survei dan analisis laboratorium untuk menganalisis
kandungan amoniak dan bakteri
coliform total pada limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bitung. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Kota Bitung dari bulan Mei - Agustus tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair pada inlet dan
outlet di IPAL RSUD Kota Bitung yang
dihasilkan saat penelitian dilakukan. Sampel limbah cair diambil pada titik masuk (inlet) dan titik keluar (outlet).
Teknik pengambilan sampel
menggunakan contoh gabungan waktu (composite time), yaitu contoh yang diambil dari satu titik pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama (Anonim, 2008). Pengambilan sampel dilakukan selama 3 hari yaitu satu titik di inlet dan satu titik di outlet, masing-masing pada waktu pagi (09.00) dan
malam (19.00). Dengan demikian
jumlah unit sampel untuk pemeriksaan limbah cair rumah sakit adalah 3 hari × 2 waktu = 6 unit sampel, masing-masing pada inlet dan outlet. Total sebanyak 12 sampel.
Penelitian diawali dengan
melakukan survei awal lokasi penelitian dan mengumpulkan data sekunder dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bitung. Setelah itu, dilakukan pengambilan sampel selama waktu yang ditentukan. Sampel segera dianalisis di laboratorium BTKLPP Kelas I Manado untuk pemeriksaan amoniak dan bakteri
coliform total.
Data hasil pengujian atau analisis amoniak dan bakteri coliform total di
bandingkan dengan baku mutu amoniak dan bakteri coliform total yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu limbah cair bagi fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk indikator amoniak ditetapkan kadar yang sesuai dengan baku mutu sebesar 10 mg/l. Untuk indikator kuman golongan coli ditetapkan kadar yang sesuai dengan baku mutu sebesar 5000 MPN/100 ml.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Amoniak
Tabel 1 Hasil Uji Laboratorium
Kandungan Amoniak Pada Limbah Cair RSUD Kota Bitung Hari 09.00 19.00 Baku Mutu mg/l Inlet mg/l Outlet mg/l Inlet mg/l Outlet mg/l 1 5 5 23 5 10 2 21 6 21 21 10 3 4 3 4 4 10 Rata Rata 10 4,6 16 10
Sumber : Hasil Uji Laboratorium BTKL-PP Kelas 1 Kota Manado tahun 2016 Berdasarkan data pada tabel 1, dapat dilihat bahwa kandungan amoniak di
inlet pada jam 09.00 selama 3 hari
berturut-turut, pada hari pertama 5 mg/l, hari kedua 21 mg/l, dan hari ketiga 4 mg/l, dengan nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksan di inlet 10 mg/l. Di outlet pada jam 09.00 selama 3 hari berturut-turut, pada hari pertama 5 mg/l, hari kedua 6 mg/l, dan hari ketiga 3 mg/l,
dengan nilai rata-rata 3 hari pemeriksaan di Outlet 4,6 mg/l .
Kandungan amoniak di inlet pada jam 19.00 selama 3 hari berturut-turut, pada hari pertama 23 mg/l, hari kedua 21 mg/l, dan hari ketiga 4 mg/l, dengan nilai rata-rata selama 3 hari pemeriksaan di inlet 16 mg/l. Di outlet pada jam 19.00 selama 3 hari berturut-turut, pada hari pertama 5 mg/l, hari kedua 21 mg/l, dan hari ketiga 4 mg/l, dengan nilai rata-rata 3 hari pemeriksaan di Outlet 10 mg/l. Jumlah kadar rata-rata amoniak untuk outlet baik pengambilan
pada jam 09.00 maupun 19.00
memenuhi syarat standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (10 mg/l).
Pada dasarnya, penurunan kadar amoniak pada limbah cair disebabkan
karena adanya pengolahan secara
anaerob dan aerob pada biofilter. Pada proses biofilter anaerob, polutan organik yang ada di dalam limbah cair akan terurai menjadi gas karbon dioksida dan methan tanpa menggunakan energi (blower udara), tetapi amoniak dan gas hidrogen sulfida (H2S) tidak hilang. Limbah cair yang telah mengalami
pengolahan secara anaerob akan
dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam reaktor biofilter aerob ini akan diberikan aerasi atau dialirkan dengan
udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam limbah cair serta tumbuh dan
menempel pada permukan media
sehingga dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amoniak menjadi lebih besar (Anonim, 2011). Namun, IPAL RSUD Kota Bitung mengalami kerusakan pada reaktor biofilter aerob.
Blower yang berfungsi untuk
mengalirkan udara mengalami
kerusakan sehingga proses aerob tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Penurunan kadar amoniak yang terjadi pada outlet disebabkan karena adanya proses penguapan oleh sinar matahari, bukan terjadi karena adanya pengolahan secara aerob. Penguapan ini terjadi berdasarkan sifat alamiah amoniak yang mudah menguap. Penguapan terjadi karena keseluruhan bak pada IPAL RSUD Kota Bitung baik pada inlet, bak pemisah lemak, bak ekualisasi, bak khlorinasi, dan outlet semuanya tidak tertutup, sehingga cahaya matahari dapat langsung kontak dengan limbah cair.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amethys, Suwondo, dan Syafi’i (2015) tentang Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Dengan Menggunakan sistem Biofilter Anaerob-aerob, dimana kadar amoniak setelah pengolahan
adalah 8 mg/l. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar amoniak pada limbah cair Rumah Sakit sudah memenuhi standar
baku mutu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Limbah cair, yaitu kadar yang ditetapkan adalah 10 mg/l. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Kolibu dan Tewal (2011) di Rumah Sakit GMIM Bethesda Tomohon. Kadar amoniak pada limbah cair sesudah pengolahan pada outlet adalah 28,25 mg/l. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar amoniak pada limbah cair di Rumah Sakit GMIM Bethesda Tomohon tidak memenuhi syarat baku mutu menurut KEP- 58/MENLH/12/1995, yaitu kadar yang ditetapkan sebesar 0,1 mg/l.
Amoniak merupakan produk utama dari penguraian (pembusukan)
limbah nitrogen organik yang
keberadaannya menunjukkan bahwa
sudah pasti terjadi pencemaran oleh senyawa tersebut (Achmad, R. 2004). Limbah cair yang mengandung zat amoniak berdampak besar terhadap kesehatan manusia. Amoniak bersifat korosif dan iritasi. Pada konsentrasi rendah, amoniak dapat menyebabkan batuk dan iritasi hidung serta saluran pernapasan. Pada konsentrasi tinggi amoniak dapat menimbulkan luka bakar
di kulit, mata, tenggorokan, atau paru-paru (ATSDR, 2004).
Amoniak yang berlebihan pada badan air seperti sungai, danau, rawa-rawa akan menimbulkan eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan suatu gejala yang ditimbulkan oleh berlebihnya zat-zat hara pada badan air. Akibatnya, pertumbuhan tanaman air, seperti ganggang dan eceng gondok meningkat pesat. Kondisi ini mengakibatkan banyak hewan air yang mati (Sutresna, 2008).
2. Bakteri Coliform Total
Tabel 2 Hasil Uji Laboratorium Kandungan Bakteri Coliform
Total Pada limbah cair RSUD Kota Bitung
Sumber : Hasil Uji Laboratorium BTKL-PP Kelas 1 Kota Manado tahun 2016 Berdasarkan data pada tabel 2, dapat
dilihat bahwa kandungan bakteri
coliform total pada inlet jam 09.00
selama 3 hari berturut-turut, pada hari pertama 160.000 MPN/100 ml, hari kedua 150.000 MPN/100 ml, dan hari ketiga 160.000 MPN/100 ml dengan nilai rata rata selama 3 hari pemeriksaan di Inlet yaitu 156.666 MPN/100 ml. Di
outlet pada jam 09.00 selama 3 hari
berturut-turut, pada hari pertama 160.000 MPN/100 ml, hari kedua 160.000 MPN/100 ml, dan hari ketiga 160.000 MPN/100 ml, dengan nilai rata-rata 3 hari pemeriksaan di Outlet yaitu 160.000 MPN/100 ml .
Kandungan bakteri coliform total di inlet pada jam 19.00 selama 3
hari berturut-turut, pada hari pertama 160.000 MPN/100 ml, hari kedua 160.000 MPN/100 ml, dan pada hari ketiga 160.000 MPN/100 ml dengan nilai rata rata selama 3 hari pemeriksaan di inlet yaitu 160.000 MPN/100 ml . Di
outlet IPAL RSUD Kota bitung pada
jam 19.00 selama 3 hari berturut-turut, pada hari pertama 160.000 MPN/100 ml, hari kedua 92.000 MPN/100 ml , dan hari ketiga 160.000 MPN/100 ml, dengan nilai rata-rata 3 hari pemeriksaan di outlet yaitu 137.333 MPN/100 ml . Jumlah kadar rata-rata bakteri Coliform
Total untuk outlet baik pengambilan
pada jam 09.00 maupun 19.00 belum memenuhi syarat standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (5000 MPN/100 ml).
Berdasarkan hasil yang ada dapat diketahui bahwa bak khlorinasi yang berfungsi untuk mengontakkan senyawa disinfektan dengan limbah cair
untuk membunuh mikroorganisme
pathogen di dalam limbah cair tidak Hari 09.00 19.00 Baku Mutu (MPN) Inlet (MPN) Outlet (MPN) Inlet (MPN) Outlet (MPN) 1 160.000 160.000 160.000 160.000 5000 2 150.000 160.000 160.000 92.000 5000 3 160.000 160.000 160.000 160.000 5000 Rata rata 156.666 160.000 160.000 137.333
berfungsi sebagaimana mestinya. Pembubuhan senyawa disinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan pompa dosing atau secara manual dengan pembubuhan secara gravitasi (Anonim, 2011). Pompa dosing pada IPAL di
RSUD Kota Bitung mengalami
kerusakan, sehingga pembubuhan
dilakukan secara manual secara
gravitasi. Berdasarkan pada hasil yang didapat pada pengambilan jam 09.00 maupun 19.00, ternyata kadar bakteri
coliform total pada inlet dan outlet pada
beberapa hari pengambilan tidak
mengalami perubahan yang berarti
bahkan mengalami kenaikan,
dikarenakan tidak adanya pengolahan khususnya pemberian desinfektan pada bak khlorinasi
Faktor yang menyebabkan tidak efektifnya penurunan bakteri coliform
total pada limbah cair di RSUD Kota
Bitung selain karena tidak berfungsinya
bak khlorinasi adalah kurangnya
pengetahuan dari petugas pengelola IPAL tentang ketentuan cara dan dosis pembubuhan senyawa disinfektan dalam hal ini khlorin yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme pathogen. Petugas pengelola IPAL membubuhkan khlorin tidak konsisten tiap harinya. Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum sesuai menjadi kendala dalam keefektifan pengolahan limbah cair
khususnya parameter bakteri coliform
total di RSUD Kota Bitung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kerubun (2014) di RSUD Tulehu. Kadar bakteri coliform
total pada limbah cair sesudah pengolahan memiliki nilai rata-rata
507.601 MPN/100 ml. Nilai ini
menunjukkan bahwa kadar bakteri
coliform total pada limbah cair RSUD
Tulehu tidak memenuhi syarat baku
mutu menurut KEP-
58/MENLH/12/1995, yaitu 10.000
MPN/100 ml.
Parameter MPN Coliform
merupakan salah satu parameter yang paling penting digunakan sebagai indikator adanya pencemaran bakteri pathogen dalam air. Letak RSUD Kota
Bitung yang berdekatan dengan
pemukiman warga beresiko tinggi untuk memberikan dampak negatif. Limbah cair yang mengandung bakteri pathogen apabila langsung dibuang ke badan air
dapat menyebabkan pencemaran
terhadap badan air tersebut, terlebih jika badan air tersebut dipergunakan oleh warga untuk keperluan sehari hari.
KESIMPULAN
1. Kandungan Amoniak pada limbah cair RSUD Kota Bitung pada jam 09.00 didapatkan inlet dengan nilai rata-rata 10 mg/l dan outlet 4,6 mg/l.
Pada jam 19.00, didapatkan inlet dengan nilai rata-rata 16 mg/l dan
outlet 10 mg/l
2. Kandungan Bakteri Coliform Total pada limbah cair RSUD Kota Bitung pada jam 09.00, didapatkan inlet dengan nilai rata-rata 156.666 MPN/100 ml dan outlet 160.000 MPN/100 ml. Pada jam 19.00, didapatkan inlet dengan nilai rata-rata 160.000 MPN/100 ml dan outlet 137.333 MPN/100 ml.
3. Kandungan Amoniak pada limbah cair di outlet RSUD Kota Bitung
yang masuk ke lingkungan
memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Limbah cair. Kandungan bakteri coliform total pada limbah cair di outlet RSUD
Kota Bitung yang masuk ke
lingkungan belum memenuhi syarat sesuai dengan standar baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Limbah cair.
SARAN
1. Perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak, seperti reaktor biofilter anaerob, reaktor biofilter aerob, blower udara, dan pompa
dosing pada bak khlorinasi. Hal ini agar dapat meningkatkan efisiensi
penghilangan zat organik dan
mikroorganisme pathogen sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan . 2. Penambahan jumlah pegawai yang
sesuai, khususnya yang berkompeten di bidang lingkungan yang bertugas dalam pengelolaan IPAL untuk
meningkatakan efektifitas
pengolahan limbah cair di RSUD Kota Bitung.
3. Pemberian pelatihan kepada petugas pengelola IPAL tentang ketentuan cara dan dosis pembubuhan senyawa disinfektan agar IPAL di RSUD Kota Bitung efektif dalam menurunkan jumlah bakteri coliform total.
4. Pemeriksaan kualitas limbah cair secara berkala untuk mengetahui penurunan kualitas air hasil olahan IPAL untuk dijadikan laporan untuk evaluasi rumah sakit dan harus mengacu pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Limbah cair.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan . Jakarta : Penerbit Andi
Agency for Toxic Substances and
Disease Registry (ATSDR).
2004. Toxicological profile for
Department of Health and Human Services, Public Health Service.
Amethys F, R. 2015. Analisis
Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan Menggunakan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob dan Analisis Potensi Rancangan Lembar Kerja Siswa pada Mata Pelajaran Biologi di SMK Farmasi Ikasari Pekanbaru.
Jurnal. Program Studi
Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau. Riau
Anonim. 2008. Air dan air limbah-
Bagian 59 : Metoda pengambilan contoh air limbah.
Badan Standardisasi Nasional Anonim A. 2009. UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
Anonim B. 2009. Kemenkes
659/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Standar dan Kriteria Rumah Sakit Indonesia kelas Dunia .
Anonim. 2011. Pedoman Teknis
Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan .
Anonim. 2014. Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Anonim. 2016. Profil Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bitung.
Bitung: RSUD Bitung
Kerubun, A. 2014. Kualitas Limbah
Cair Di Rumah Sakit Umum Daerah Talehu. Jurnal MKMI,
Vol. 10, No. 3, September 2014, hal.180-185
Kolibu, F, Tewal, F. 2011. Kualitas
Limbah Cair Rumah Sakit GMIM Bethesda Tomohon.
Jurnal KESMAS, Vol. 1, No. 2, Juli 2012, hal.6-10.
Pruss, A. 2002. Pengelolaan Aman
Limbah Layanan Kesehatan.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sumantri, A. 2015. Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Sutresna. 2008. Kimia Buku Pelajaran
untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Grafindo Media Pratama.