1
TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS
KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN
PENGIRIMAN BARANG
OlehMade Gede Niky Sari Sumantri I Made Dedy Priyanto
I Wayan Wiryawan
Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian karya ilmiah ini berjudul “Tanggung Jawab PT. Royal Ekspress Indonesia Atas Kerusakan Barang Berdasarkan Perjanjian Pengiriman Barang”. Dari uraian tersebut timbul permasalahan yaitumengenai tanggung jawab PT. Royal Ekspress Indonesia atas kerusakan barang yang dikirim? dan cara menentukan besarnya ganti kerugian barang atas kerusakan barang yang dikirim? Metode penulisan menggunakan metode penelitian hukum empiris yang bersifat deskritif, yaitu dengan melihat permasalahan yang ada di masyarakat dan langsung mencari informasi ke masyarakat. Dalam penelitian hukum empiris digunakan data hukum primer dan skunder. Data-data yang dikumpulkan akan diteliti bagaimana penyelesain masalah itu seperti yang diatur dalam perundang-undangan. Kesimpulannya, dari hasil penelitian, tanggung jawab PT. Royal Ekspress Indonesia sebagai pihak pengangkut dalam melaksanakan pengangkutan adalah mengangkut dari tempat pemuatan sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Tanggung jawab atas pemakai jasa angkutan didasarkan atas perjanjian pengangkutan, antara PT. Royal Ekspress Indonesia sebagai pihak pengangkut dengan pihak pengirim dan atau pihak penerima. Besarnya ganti kerugian yang harus diberikan pihak pengangkut sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh pihak pengirim atau pihak penerima barang yang termuat dalam dokumen pengangkutan dalam penyelenggaraan pengangkutan.
Kata kunci : Perjanjian, Tanggung Jawab, dan Ganti Rugi
ABSTRACT
This paper, entitled "Responsibility PT. Royal Ekspress Indonesia Damaged Based Freight Agreement ". From the description problems that may arise concerning the responsibility of PT. Royal Ekspress Indonesia for damage to goods delivered and how to determine the amount of compensation for damage to goods shipped goods? The writing method using empirical legal research methods that are descriptive, namely by looking at the existing problems angsung seeking information to the public, of the problems that exist in society. In empirical legal research used primary and secondary legal data. The data collected will be investigated how the completion of the issue as set out in legislation. In conclusion From the research, the responsibility PT. Royal Ekspress Indonesiaas the carrier in implementing the freight is transported from the loading point to destination
2
safely. Responsibility for the users of transport services based on the transport agreements between PT. Royal Ekspress Indonesia as the carrier with the shipper or the recipient. The amount of compensation should be given to the shipper for losses significantly suffered by the shipper or consignee contained in transport documents in organizing the transport.
Keywords: Agreements, Liability and Indemnity
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Keberadaan kegiatan pengangkutan merupakan kegiatan dan aktivitas untuk mempermudah kehidupan manusia sehari-hari, untuk berpergian ke lokasi, mencari barang yang dibutuhkan atau mengirimkan barang dari satu tempat ke tempat lain yang membutuhkan barang. Di dalam dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dari sarana pengangkutan. Faktor sarana pengangkutan tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya perdagangan, jika sarana pengangkutan sangat memadai, maka perdaganganpun akan berjalan lancar, sedangkan jika sarana pengangkutannya sangat minim sudah dapat
dipastikan proses perdagangan akan sangat terlambat.1
Kegiatan pengangkutan memegang peranan yang sangat penting, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan
mengalami kesulitan menjalani aktifitas perdagangannya. Namun dalam hal
penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pengangkutan dapat menimbulkan resiko yang tidak diinginkan, berbagai permasalahan dan hambatan sering timbul dalam usaha ekspedisi ini, dapat berupa kerusakan barang, baik sebagian maupun seluruhnya, hilangnya barang, keterlambatan pengiriman, keterlambatan pembayaran, masalah ganti rugi, yang sangat perlu dicermati menjadi sumber dari kerugian. Kerugian karena kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pihak pengirim atau penerima barang sebagai pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut haknya.
1
Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet IV PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 76
3
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab PT. Royal Ekspress Indonesia atas kerusakan barang berdasarkan perjanjian pengiriman barang dan cara menentukan besarnya ganti kerugian atas kerusakan barang yang dikirim.
II ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara langsung mencari informasi ke masyarakat, dari masalah yang
ada di masyarakat. Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fakta (The fact
approach). Sumber bahan hukum yang digunakan untuk mengkaji permasalahan adalah sumber bahan hukum primer yang bersumber dari penelitian dilapangan dan bahan hukum sekunder yang berupa literatur-literatur.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden maupun informan (Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar Bali, hlm 82).
2.2 Hasil Dan Pembahasan
2.2.1 Tanggung Jawab PT. Royal Ekspress IndonesiaAtas Kerusakan Barang Yang Dikirim
Timbulnya tanggung jawab PT. Royal Ekspress Indonesia atas kerusakan barang yang dikirim sebagai pihak pengangkutan, karena memenuhi kewajiban tidak sebagaimana mestinya, atau tidak baik, tidak jujur dan tidak dipenuhi sama sekali sehingga menimbulkan suatu kerugian. Ketentuan pasal 1239 KUHPerdata menyatakan bahwa Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan biaya ganti rugi, bila tidak memenuhi kewajiban. Mengangkut dan mengirimkan barang yang menjadi tanggung jawabnyaPT. Royal Ekspress Indonesia sebagai pihak pengangkut,karena tidak sampai ke tempat tujuannya, kerusakan barang, baik sebagian maupun seluruhnya, hilangnya barang, keterlambatan pengiriman. Ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 193 ayat (1) menyatakan bahwa Perusahaan angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian
4
yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan. Ayat (2) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami. Ayat (3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak barang diangkut sampai barang diserahkan di tempat tujuan yang disepakati. Tanggung jawab atas pemakai jasa angkutan didasarkan perjanjian pengangkutan antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim dan atau pihak penerima, sehingga apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kerugian bagi pihak pengirim dan atau pihak penerima, maka pihak pengangkut bisa dimintai pertanggungjawaban.
2.2.2 Cara Menentukan Besarnya Ganti Kerugian Barang Atas Kerusakan Yang Dikirim
Besarnya ganti kerugian yang harus diberikan pihak pengangkut kepada pengguna jasa yaitu pihak pengirim atau pihak penerima barang adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita pada saat penerimaan barang atau yang termuat didalam dokumen pengangkutan. Jadi besar ataupun kecil kerugian yang diderita merupakan tanggung jawab
PT. Royal Ekspress Indonesia sebagai pihak pengangkut untuk menggantinya.2 Tuntutan
ganti rugi terhadap pihak pengangkut oleh pihak pengirim, atau pihak penerima, ialah berdasarkan perjanjian pengangkutan, pihak pengangkut ternyata tidak melaksanakan perjanjian itu secara wajar dan dalam waktu yang ditetapkan, terjadi kerusakan barang, baik sebagian maupun seluruhnya, hilangnya barang, maka sudah barang tentu pihak penerima dapat menuntut penggantian kerugian yang diderita, hak menuntut mana terbit dari
perjanjian pengangkut tersebut.3 Tuntutan ganti rugi terhadap pihak pengangkut oleh pihak
pengirim atau pihak penerima barang diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,Pasal 472, yang menyatakan bahwa ganti kerugian yang harus dibayar oleh pengangkut karena tidak menyerahkan seluruh atau sebagian dari barang, dihitung menurut nilai barang yang macam dan sifatnya sama di tempat tujuan, pada waktu barang itu
2
Purwosutjipto H.M.N, 2008, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III, Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, hlm 199
3Hasim Purba, 2005,Hukum Pengangkutan Laut, Persepektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa
5
seharusnya diserahkan, dikurangi dengan apa yang hemat untuk biaya angkutan angkutan karena tidak adanya penyerahan.
III KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian yang telah disampaikan, maka dapat disimpulan atas permasalahan yang dikemukakan sebagai berikut.
1. Tanggung jawab atas pemakai jasa angkutan didasarkan perjanjian pengangkutan
antara pihak pengangkut dengan pihak pengirim dan atau pihak penerima, sehingga apabila terjadi suatu hal yang menyebabkan kerugian bagi pihak pengirim dan atau pihak penerima, maka pihak pengangkut bisa dimintai pertanggungjawaban.
2. Bentuk tanggungjawab yang diberikan oleh pengangkut atas kerusakan atau
musnahnya barang-barang yang diangkutnya dengan memberi ganti rugi. Besarnya ganti kerugian yang harus di berikan pihak pengangkut kepada pengguna jasa adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh pengguna jasa, pengirim barang atau pihak penerima. Jadi besar ataupun kecil kerugian yang diderita merupakan tanggung jawab pengangkut untuk menggantinya.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet IV PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Purwosutjipto H.M.N, 2008, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III, Hukum
Pengangkutan, Djambatan, Jakarta.
Hasim Purba, 2005,Hukum Pengangkutan Laut, Persepektif Teori dan Praktek, Pustaka
Bangsa Press.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Subekti, 1992 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terjemah BURGERLIJK WETBOEK,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, 2011, Cet V, Citra Umbara, Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, Lembaran Negara Nomor 96 Tahun 2009.