PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENENTUAN VARIETAS TANAMAN PADI SAWAH PADA LAHAN PERSAWAHAN
Oleh :
SALMAN WIDODO F14103050
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENENTUAN VARIETAS TANAMAN PADI SAWAH PADA LAHAN PERSAWAHAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SALMAN WIDODO F14103050
Dilahirkan di Cilacap, 23 Februari 1985
Tanggal ujian : 26 Mei 2008 Bogor, Mei 2008
Disetujui
Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr Dosen Pembimbing I
Prof.Dr.Ir. Abdul Karim Makarim, M.Sc. Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1985 di Cilacap, dari pasangan Tasiwan dan Luwiyah. Penulis mengawali pendidikannya di TK YWKA Kroya pada tahun 1990. tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bajing, Kroya. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Kroya dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri Banyumas pada tahun 2003 .
Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 di Departemen Teknik Pertanian dan mengambil keahlian pada Bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa IPB penulis pernah menjadi salah satu kepala
departemen Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian, HIMATETA masa bakti 2005-2006. Pada pertengahan tahun 2006 penulis melaksanakan Praktek
Lapangan di PT Nusantara Tropical Fruit dengan Topik Aspek Keteknikan Pada Proses Budidaya Pisang Cavendis di PT. Nusantara Tropical Fruit, Lampung Timur.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Sistem Pakar Penentuan Varietas Tanaman Padi Sawah Pada Lahan Persawahan.
SALMAN WIDODO. F14103050. Pengembangan Sistem Pakar Penentuan Varietas Tanaman Padi Sawah Pada Lahan Persawahan. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr dan Prof. Dr. Ir. Abdul Karim Makarim, MSc.
RINGKASAN
Beras merupakan bahan pangan pokok di Indonesia sehingga kebutuhan beras terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 1984 Indonesia telah berswasembada pangan khususnya beras. Proses pencapaian swasembada beras tidak lepas dari penerapan dan inovasi teknologi yang dikembangkan pemerintah. Misalnya perbaikan pada proses budidaya padi, perbaikan penanganan pascapanen, perbaikan proses penggilingan, dan peningkatan kemampuan SDM.
Pada proses budidaya padi, tahapan yang perlu menjadi perhatian adalah pemilihan varietas padi yang sesuai dengan lahan yang tersedia. Dengan varietas yang tepat maka produksi padi dapat menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mendapatkan informasi jenis varietas padi yang sesuai membutuhkan ahli atau pakar varietas padi. Keterbatasan para ahli khususnya di bidang varietas padi menjadi kendala yang perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu dikembangkanlah suatu sistem yang dapat membantu para petani, penyuluh dan masyarakat dalam menentukan varietas yang sesuai dengan yang diinginkan.
Sistem Pakar Varietas Padi (Sipavar) dikembangkan untuk mengatasi ketersedian para ahli dalam mensosialisasikan varietas padi yang tepat di lapangan. Sipavar pertama kali dikembangkan oleh Prof.Dr.Ir. Abdul Karim Makarim, MSc. dengan menggunakan aplikasi microsoft excel. Untuk mempermudah dalam penggunaannya Sipavar dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2005 (VB.Net) yang memungkinkan untuk pengembangan berbasis web.
Metode yang digunakan dalam pembangunan sistem adalah dengan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) yang meliputi beberapa tahapan yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan perawatan sistem.
Tahap Investigasi Sistem dilakukan perumusan masalah yang terjadi di lapangan sehingga kebutuhan untuk membangun Sistem Pakar Varietas Padi (Sipavar) menjadi jelas. kebutuhan pengguna akan informasi varietas padi meliputi tiga kategori yaitu: (1) Karakteristik lokasi, (2) Sifat gabah yang diinginkan dan (3) Sifat tanaman yang diinginkan. Tahap desain sistem meliputi desain user interface, desain data dan desain proses. Tahap implementasi merupakan tahap pemrograman yang dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman VB.Net. Aktivitas perawatan sistem dilakukan dengan memonitor atau mengawasi sistem supaya data di dalamnya tetap up to date, sehingga data yang disajikan bersifat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ”Pengembangan Sistem Pakar Penentuan Varietas Tanaman Padi Sawah Pada Lahan Persawahan”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Setyo Pertiwi, M.Agr sebagai dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Prof.. Dr. Ir. Abdul Karim Makarim, MSc sebagai dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, selaku dosen penguji yang memberikan masukan berharga kepada penulis demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak, Ibu, adikku Tyas dan Lik Ning yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil kepada penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Fauzan, Ale, Siska, Elly, Bubun, Dwiastiti atas bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Rekan-rekan TEP 40 yang sudah merantau khususnya SMMP dan teman-teman di cyber terima kasih atas doanya dan motivasinya.
7. PT. Enviro Indobuana yang telah memberikan izin untuk sidang dan wisuda.
Semoga karya ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat. Atas segala kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih. Email : [email protected]
Web Blog : www.swidodo.co.nr
Bogor, Mei 2008 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. BERAS ... 4
1. Persiapan Lahan Dan Penanaman ... 4
2. Perawatan Tanaman ... 5
B. VARIETAS PADI ... 7
C. MICROSOFT VISUAL BASIC .NET ... 12
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 17
A. WAKTU DAN TEMPAT ... 17
B. BAHAN DAN ALAT ... 17
C. PROSEDUR PENELITIAN ... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
A. INVESTIGASI SISTEM ... 22
B. ANALISIS SISTEM ... 22
C. DESAIN SISTEM ... 24
1. Desain User Interface ... 24
2. Desain Struktur Data ... 32
3. Desain Proses ... 34
D. IMPLEMENTASI SISTEM ... 35
1. Pemrograman dan Data ... 36
2. Uji Kompatibilitas Sistem ... 36
3. Uji Performansi Sistem ... 37
E. PERAWATAN SISTEM ... 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Zat Hara Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman ... 6
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan Padi Sawah ... 11
Tabel 3. Field tblSipavar ... 33
Tabel 4. Field tblInformasi. ... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Luas Areal Pertanaman Beberapa Varietas Unggul Padi ... 9
Gambar 2. System Development Life Cycle ... 18
Gambar 3. Tahap Pengembangan Sistem Pakar ... 19
Gambar 4. Tahap Pengujian Sistem Pakar ... 21
Gambar 5. Spashscreen Sipavar ... 25
Gambar 6. Autorun ... 25
Gambar 7. Halaman Pertama Sipavar ... 26
Gambar 8. Halaman Pertanyaan ... 27
Gambar 9. Halaman Rekaman Data ... 28
Gambar 10. Pilihan Prioritas ... 29
Gambar 11. Halaman Hasil Pencarian Varietas Padi ... 30
Gambar 12. Halaman Pencarian ... 30
Gambar 13. Halaman Tentang Sipavar ... 31
Gambar 14. Halaman Bantuan ... 31
Gambar 15. Halaman Login ... 32
Gambar 16. Halaman Edit Data ... 32
Gambar 17. Penilain Responden Terhadap Kompoisis Warna ... 38
Gambar 18. Penilaian Responden Terhadap Tampilan ... 38
Gambar 19. Penilain Responden Terhadap Kemudahan Pencarian Varietas Padi 39 Gambar 20. Penilaian Responden Terhadap Hasil Pemilihan Varietas Padi ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner ... 44 Lampiran 2. Kode Program ... 45 Lampiran 3. Deskripsi Varietas ... 70
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beras merupakan bahan pangan pokok di Indonesia sehingga kebutuhan beras terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu beras merupakan komoditas strategis sehingga peningkatan produksi padi terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia.
Dalam makalahnya Hadi (2004) menyatakan bahwa usaha tani padi masih penting dalam sistem perekonomian pedesaan, sehingga masalah padi dan perberasan akan tetap menjadi sektor pertanian yang strategis, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik.
Indonesia pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia. Indonesia menjadi price leading dalam perdagangan beras international. Pada tahun 1960, impor beras Indonesia mencapai 0.6 juta ton. Pada tahun berikutnya, impor beras Indonesia terus melonjak hingga mencapai 2 juta ton. Jumlah impor beras mulai menurun pada tahun 1981-1984 (Prasetiya, 2002)
Pada tahun 1984 Indonesia telah berswasembada pangan khususnya beras. Proses pencapaian swasembada beras tidak lepas dari penerapan dan inovasi teknologi yang dikembangkan pemerintah. Misalnya perbaikan pada proses budidaya padi, perbaikan penanganan pascapanen, perbaikan proses penggilingan, dan peningkatan kemampuan SDM. Apabila komponen-komponen itu dapat dilakukan dengan baik maka produktifitas beras dapat ditingkatkan. Namun demikian kondisi swasembada beras tidak dapat dipertahankan. Tahun 2007 Indonesia mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton. Mengingat pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 232 juta lebih, produksi pangan, khususnya beras, harus terus ditingkatkan untuk menekan impor beras oleh Indonesia.
Proses budidaya padi memegang peranan yang sangat penting, dimana untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya proses budidaya pun harus dilakukan dengan baik. Diantara tahapan budidaya padi adalah penggunaan benih unggul atau pemilihan varietas, penerapan teknologi
pemupukan, pengendalian organisme pangganggu, pengolahan tanah dan sebagainya. Namun demikian, kendala besar yang dihadapi petani saat ini adalah masih kurangnya pengetahuan mengenai cara budidaya padi yang baik. Salah satu yang paling mendasar adalah pemilihan varietas padi yang sesuai dengan kondisi lahan.
Balai besar tanaman padi yang merupakan sumber teknologi budidaya padi, banyak menciptakan jenis varietas padi berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh adalah varietas yang tahan terhadap tungro, varietas tahan hama penggerek batang, varietas padi yang mempunyai rasa aromatik, varietas padi dengan bentuk gabah ramping dan lain sebagainya. Varietas ini diciptakan berdasarkan permintaan konsumen dan kondisi lahan yang tersedia. Sehingga apabila petani mempunyai lahan dimana banyak terdapat hama tungro, maka petani tersebut haruslah membudidayakan varietas padi yang tahan terhadap hama tersebut.
Karena keterbatasan para ahli untuk mensosialisasikan varietas-varietas yang ada pada balai besar tanaman padi kepada petani dan penyuluh pertanian, maka perlu dibangun suatu sistem pakar sebagai penghubung antara balai sebagai sumber teknologi dengan petani sebagai pelaku budidaya. Sejauh ini yang sudah dikembangkan di Balai Penelitian Tanaman Pangan adalah Sistem Pakar Pemilihan Varietas Padi yang dibangun menggunakan aplikasi Microsoft Excel (Makarim, 2004). Sistem tersebut dinilai memiliki kelemahan, antara lain:
1. Komputer pengguna harus terintegrasi dengan aplikasi Microsoft Excel. 2. Adanya pengaturan Macro untuk menjalankan aplikasi.
3. User interface yang kurang menarik.
4. Tidak ada keterangan mengenai varietas yang terpilih.
5. Tidak adanya menu bantuan jika pengguna mengalami masalah pada saat menjalankan sistem.
6. Keamanan data varietas yang kurang memadai, dimana setiap pengguna dapat merubah data yang ada.
Sistem pakar dengan aksesibilitas yang lebih baik dan keamanan data yang terjamin mutlak perlu dikembangkan.
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Pengembangan sistem pakar untuk penentuan varietas padi sawah pada lahan persawahan melalui pengalihan keahlian dari para ahli atau pakar ke komputer.
2. Melakukan uji coba dan menggali persepsi calon pengguna terhadap sistem pakar yang dikembangkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BERAS
Beras merupakan bahan pangan yang diperoleh dari hasil pengolahan gabah. Gabah sendiri terbentuk dari butir padi yang telah dipisahkan dari tanaman padi (Oryza sativa L.). Tanaman padi diperkirakan berasal dari Asia bagian timur dan India bagian utara. Tanaman padi tumbuh di daerah dengan letak geografis 30o LU sampai 30o LS dan tumbuh pada ketinggian 0 - 2500 m dpl. Di Indonesia padi mengalami adaptasi pada kisaran ketinggian 0 sampai dengan 1500 m dpl. Suhu optimum untuk pertumbuhan padi adalah 30-37 oC, suhu minimum 10-12 oC dan maksimum 40-42 oC (Sadjat, 1976).
Budidaya tanaman padi banyak dilakukan di lahan basah atau lahan yang tergenang oleh air. Waktu yang tepat untuk memulai tanam padi sangat menentukan produktifitas pertanaman. Waktu yang sangat tepat tersebut adalah pada awal musim penghujan. Selain memperoleh air dari hujan, lahan sawah juga dapat memperoleh air dari irigasi atau sering disebut dengan istilah sawah irigasi. Sedangkan sawah yang mendapatkan kebutuhan air dari hujan disebut sawah tadah hujan.
1. Persiapan Lahan dan Penanaman
Sebelum lahan sawah ditanami dengan padi, petani diharuskan melakukan persiapan lahan untuk budidaya padi yang baik. Persiapan yang harus dilakukan antara lain pembajakan pertama, pembajakan kedua (penggaruan) dan pengglebegan. Pembajakan pertama bertujuan untuk mematikan rerumputan dan gulma yang terdapat pada lahan. Selain itu juga bertujuan untuk menggemburkan tanah. Setelah pembajakan pertama selesai kemudian dilakukan pembajakan kedua yang bertujuan memperkecil gumpalan tanah. Dengan ukuran tanah yang kecil atau disebut koloid, maka diharapkan banyak elektrolit-elektrolit yang melekat pada koloid, dimana elektrolit ini akan diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Elektrolit yang diperlukan tanaman padi seperti calsium, kalium, magnesium, nitrogen, phosphorus, dan sulphur yang nantinya akan
diserap melalui akar. Tahap akhir atau pengglebegan bertujuan untuk meratakan tanah sehingga siap untuk ditanami bibit padi.
Bibit yang ditanam merupakan hasil penyemaian benih. Ada berbagai varietas benih yang umum disemai oleh petani, antara lain varietas lokal, varietas unggul baru, dan varietas hibrida.
Dari varietas yang ada, banyak jenis yang dapat dibudidayakan oleh petani sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Dengan dipilihnya varietas padi yang sesuai dengan kondisi lahan, maka tujuan untuk memperoleh hasil yang optimal dapat dicapai. Tidak semua varietas yang menghasilkan produktifitas yang tinggi di suatu lahan dapat juga memperoleh hasil yang sama jika ditanam di lahan yang lain. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Faktor tersebut antara lain kondisi lahan, ketersediaan air, hama dan penyakit tanaman, pola tanam, dan cara panen.
2. Perawatan Tanaman
Menurut Siregar (1981), dalam suatu budidaya tanaman kita tidak dapat menghindari adanya hama dan penyakit tanaman. Begitu juga dengan tanaman padi sawah. Tanaman padi sawah menghadapi dan mengalami banyak ancaman serangan penyakit. Menurut penyebabnya, penyakit dan hama itu dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu penyakit yang disebabkan oleh cendawan, disebut dengan ”penyakit cendawan”; penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman (virus, bakteri), disebut dengan ”penyakit parasit”; serta penyakit karena salah gizi (malnutrition).
Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan, tanaman padi juga rentan terhadap serangga yang dapat merusak tanaman padi, di antaranya adalah hama sundep, hama beluk, hama wereng, walang sangit, kepik, tungro, dan lain-lain.
Untuk membasmi hama dan penyakit tanaman banyak petani menggunakan beberapa bahan kimia yang sering digunakan, antara lain insektisida: Endrine, Dildrine, Folidol, Carbofuran, dan pestisida seperti Zincphosphida, Wafarin, dan Coumarin.
Untuk menghasilkan tanaman yang optimal para petani juga melakukan perawatan tanaman dengan cara pemberian pupuk. Pemupukan sudah dikenal manusia sejak zaman kuno, namun di zaman moderen seperti sekarang ini banyak petani menggunakan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Pupuk anorganik yang banyak dijual dipasaran antara lain pupuk Urea, Agrophos, KCL, Amophos, Amophoska.
Menurut Siregar (1981), tujuan dari pemupukan adalah memberikan zat hara atau nutrient yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan yang sempurna. Pemupukan dilakukan karena zat hara yang terkandung dalam tanah kurang mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Zat hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi kedalam tiga kategori (Tabel 1).
Tabel 1. Zat Hara Yang Dibutuhkan Oleh Tanaman (Siregar, 1981)
Jenis hara Macam zat hara
Zat hara utama / essensial Zat hara pelengkap
Zat hara mikro
N (Nitrogen), P (Phosphorus), K (Kalium) Ca (Calcium), Mg (Magnesium), S (Sulphur)
Fe (Iron), Cu (Tembaga), Zn (Zinc), Mn (Mangane), B (Boron), Mo (Molybdenum)
Pemberian pupuk ditentukan berdasarkan keadaan sawah yang bersangkutan, yaitu apakah sawah itu kekurangan N, P, dan K. Mengenai jumlah dosis yang diberikan, hanya dapat dilakukan dengan jalan percobaan.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam budidaya padi diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai budidaya padi yang baik dan benar. Di antaranya adalah karakteristik lokasi yang meliputi jenis lahan, ketinggian, hama penyakit yang ada, dan jenis tanah. Kemudian sifat gabah yang diinginkan oleh konsumen yang meliputi rasa, bentuk gabah, warna gabah, dan sifat kerontokan dari gabah. Selain itu juga perlu diperhatikan mengenai jumlah pupuk yang diberikan selama proses budidaya.
Karena hal itulah pembuatan sistem pakar ini sangat diperlukan untuk memudahkan para pelaku budidaya mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai pemilihan varietas yang sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanami.
B. VARIETAS PADI
Dalam budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya padi, karena bebas dari serangan hama penyakit dan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.
Selain itu Wirawan dan Wahyuni (2002), menyarankan varietas yang ditanam hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kecocokan lahan, umur tanam dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Pada budidaya padi dengan sistem TABELA (Tanam Benih Langsung), beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam membeli benih yaitu varietas padi, tanggal berakhirnya label, dan daya tumbuh benih (Pitojo, 1997). Selain itu varietas padi untuk sistem TABELA dipilih yang memiliki ciri perakaran kuat, berbatang kokoh, serta daya kecambah biji (viabilitas) dan daya tumbuh biji (vigor) tinggi. Beberapa varietas padi yang memiliki ciri tersebut antara lain IR64 dan Cisadane. Dengan demikian, tanaman akan cepat tumbuh, mampu berkompetisi dengan gulma, dan tidak mudah rebah.
Untuk mendorong peningkatan produksi beras, berbagai upaya dilakukan dari hulu sampai dengan hilir, salah satunya adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang merupakan poin pertama dari paket teknologi panca usaha tani (Hasbullah, 2004). Hadi (2004) juga menambahkan bahwa orientasi pada masa orde baru adalah untuk mendukung peningkatan produksi dan belum mempertimbangkan aspek-aspek di hilir seperti: kehilangan hasil dan pengolahan, mutu beras yang sesuai dengan selera konsumen, dan penggunaan beras untuk bahan baku industri dan lain-lain.
Sejak akhir 80-an secara bertahap terdapat perubahan selera konsumen beras dari sekedar mengenyangkan ke arah tuntutan mutu. Hal ini
terus direspon dengan penciptaan varietas-varietas baru padi yang tidak hanya unggul dalam produksi tetapi juga mempunyai kualitas nasi yang baik (Hadi, 2004). Sejak saat itu, terjadi pergeseran orientasi produksi benih yang tidak hanya mendukung peningkatan produksi, tetapi juga menawarkan keunggulan lain pada aspek hilir, khususnya rasa nasi enak dan wangi. Bahkan untuk menyediakan selera tingkat-tingkat konsumen tertentu (berpendapatan menengah keatas) diperlukan beras eksekutif yang mempunyai cita rasa maupun penampilan khusus, seperti pulen dan wangi, bersih, utuh dengan bulir yang seragam. Beras dengan kriteria tersebut kini dapat dihasilkan melalui penggunaan varietas-varietas unggul tertentu dan ditunjang dengan teknik pengolahan beras yang sesuai.
Beberapa ciri varietas yang sudah dibudidayakan oleh para petani antara lain varietas Si Gadis yang tahan rebah. Varietas ini kurang disukai, karena rasa nasinya kurang enak (pera), sebaliknya varietas Bengawan yang rasa nasinya lebih enak mempunyai sifat mudah rebah.
Balitpa (2002a) menyebutkan bahwa selera konsumen terhadap mutu beras dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat pendapatan, wilayah dan etnis, serta pola makan. Permintaan akan beras dengan rasa dan tekstur yang baik mendorong para pemulia untuk menghasilkan padi dengan sifat-sifat yang diinginkan konsumen. Dengan beragamnya varietas unggul yang dihasilkan, konsumen atau petani leluasa memilih varietas yang sesuai dengan keinginannya.
Selama dekade terakhir, varietas-varietas yang dihasilkan Balitpa lebih banyak yang mempunyai tekstur nasi pulen, misalnya yang dilepas antara tahun 1999-2002 yaitu: Widas, Ciherang, Cisantara, Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Kalimas, Singkal, Sintanur (sangat pulen dan wangi), Bondoyudo, Cimelati, Konawe, Batang Gadis (pulen dan wangi), Conde, Angke, Wera, Batutugi, Dendang, Lambur, Mendawak (Balitpa, 2002a).
Hasil survey Balitpa tahun 2002 di tujuh propinsi sentra padi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung dan mencakup areal tanam seluas 5.42 juta ha
mengungkapkan bahwa 90% telah menggunakan varietas unggul. Varietas yang banyak dibudidayakan adalah IR64, Way Apoburu dan Ciherang. Varietas IR64 paling banyak dibudidayakan oleh para petani dibandingkan dengan varietas lainnya. Survey yang sama dengan wilayah yang spesifik yaitu di Kabupaten Subang untuk areal tanam mencakup 260 ribu ha pada musim tanam 2001/2002 menunjukkan bahwa varietas IR64 telah tergeser oleh varietas Ciherang dan Way Apoburu (Balitpa, 2002b).
Indonesia Jawa Barat
Areal Survey 5.42 juta ha. Areal Survey 551 ribu ha. * Way Apoburu dilepas tahun 1998, Ciherang dilepas tahun 2000
Gambar 1. Luas Areal Pertanaman Beberapa Varietas Unggul Padi, Indonesia Dan Jawa Barat, 2002.
Sejak 15 tahun yang lalu, varietas IR64 telah mendominasi areal pertanaman padi di Indonesia dan beberapa negara penghasil beras lainnya. Tetapi beberapa tahun berselang IR64 dilaporkan mulai rentan terhadap penyakit tungro. Karena itu pemerintah telah melepas lima varietas unggul tahan tungro, yaitu: Tukad Unda, Tukad Balian, Tukad Petanu, Kalimas, dan Bondoyudo. Penggunaan varietas ini di daerah endemi tungro telah berhasil menahan atau meminimalkan kerusakan yang dapat ditimbulkannya. Penanaman beragam varietas akan lebih berpeluang menjaga keseimbangan lingkungan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ledakan hama atau penyakit tertentu (Balitpa, 2002b).
Pada tahun 2002, Balitpa kembali melepas varietas unggul padi. Masing-masing varietas mempunyai keunggulan sendiri yaitu:
IR64, 33 Widas, 8 Ciherang, 18 Way Apoburu, 10 Lainnya, 31 Lainnya, 26.2 Lokal, 9.1 Ciherang, 2.2 Way Apoburu, 12.7 IR64, 49.8
1. Padi hibrida varietas Rokan dan Maro, mampu berproduksi 1.0-1.5 ton/ha lebih tinggi dibandingkan dengan varietas IR64. Dalam pengujian, hasil varietas Rokan dan Maro di lokasi yang sesuai masing-masing dapat mencapai lebih dari 8 ton/ha.
2. Varietas Gilarang diharapkan dapat memenuhi keinginan sebagian petani dan konsumen yang menyenangi beras aromatik (wangi).
3. Varietas Sunggal dan Cigeulis berdaya hasil tinggi dan bertekstur nasi pulen.
4. Varietas Situ Bagendit dan Situ Patenggang dirakit sebagai padi gogo. Meskipun dilepas sebagai padi lahan kering, Situ Bagendit juga dapat dikembangkan di lahan sawah dengan hasil 5-6 ton/ha. Situ Patenggang tahan terhadap penyakit blas yang merupakan penyakit penting padi gogo dan aroma nasinya lebih wangi dari varietas lokal.
Balitpa juga menempuh strategi baru dalam pemuliaan tanaman padi dan berhasil memperoleh padi tipe baru dengan ciri batang pendek dan kuat, perakaran dalam, jumlah anakan 10-12 per rumpun dan semuanya produktif, jumlah gabah lebih dari 250 butir per malai, daun tebal berwarna hijau tua, dan hasil lebih tinggi dari Varietas Unggul Baru (VUB) (Balitpa, 2004). Dengan strategi ini Balitpa telah berhasil merakit Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) yang dilepas pada penghujung tahun 2003 dan diberi nama Fatmawati setelah melalui uji multilokasi dan uji adaptasi sejak 2001 hingga 2003.
Produktifitas yang dihasilkan dari varietas Fatmawati beragam antarlokasi, berkisar 4.9-10.5 ton GKG/ha. Keragaman produktifitas itu mengindikasikan perlunya perhatian terhadap kesesuaian VUTB dengan lingkungan dan penerapan teknik budidaya yang tepat pada lingkungan tersebut (Balitpa, 2004).
Tingkat kesesuaian lingkungan tumbuh padi digolongkan menjadi sesuai, kesesuaian sedang, kesesuaian marjinal, dan tidak sesuai (Tabel 2). Berdasarkan kriteria ini VUTB paling tepat ditanam di lokasi dengan lingkungan sesuai (S1), diikuti oleh lokasi dengan kesesuaian sedang (S2).
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan Padi Sawah (CSR-FAO 1983 dalam Balitpa 2004). Karakteristik lahan (kriteria kualitas) Nilai kesesuaian S1 S2 S3 N
Suhu tahunan rata-rata (oC)
Ketersediaan air
Jumlah bulan kering (75 mm)
Curah hujan tahunan rata-rata (mm)
Lingkungan perakaran
Drainase alami
Tekstur tanah (lapisan tanah permukaan)
Kedalaman permukaan (cm)
Retensi unsur hara
KTK (lapisan tanah bawah, me/100 gram)
pH (lapisan tanah permukaan)
Ketersediaan unsur hara (lapisan tanah permukaan)
N total
P2O5 tersedia
K2O tersedia
Salinitas (lapisan tanah bawah, mm hos/cm) Kemiringan lahan (%) 25-29 0-3 > 1500 agak jelek, agak baik liat berpasir, lempung debu, debu, lempung liat > 50 sedang 5.5-7.0 > sedang tinggi > sedang < 3 0-3 30-32 24-22 3.1-9 1200-1500 sangat jelek, jelek lempung berpasir, liat berdebu 41-50 randah 7.1-8.0 5.4-4.5 sedang sedamg sedang 3.1-5 3-5 33-35 21-18 9.1-9.5 800-1200 baik pasir berlempung, liat masif 20-40 sangat rendah 8.1-8.5 4.6-4.0 rendah rendah rendah 5.1-8 5-8 > 35 < 18 > 9.5 < 800 agak berlebihan pasir, kerikil < 20 > 9.0 < 4.0 sangat rendah sangat rendah sangat rendah > 8 >8 Sesuai Kesesuaian sedang Kesesuaian marjinal Tidak sesuai
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul merupakan cara yang paling efisien dan efektif dalam meningkatan produksi beras (Balitpa,
2002c). Sehingga perbaikan varietas unggul baru terus diupayakn untuk menjawab tantangan yang semakin berat, yaitu peningkatan permintaan beras, penurunan lahan padi yang produktif, serangan hama dan penyakit serta perubahan iklim yang tidak dapat diduga. Selain itu Balitpa juga menyebutkan bahwa kontribusi kenaikan produksi melalui penggunaan benih dari varietas unggul, pengairan dan perbaikan teknik budidaya sekitar 75%.
C. MICROSOFT VISUAL BASIC .NET
Tahun 2002 Microsoft secara resmi meluncurkan produk berbasis .NET, salah satunya adalah bahasa pemrograman Visual Basic.Net (VB.Net). Bahasa pemrograman ini merupakan penyempurnaan dari Visual Basic 6.0 yang sudah sangat sering digunakan programer hampir di seluruh dunia. Pengembangan ini dilakukan Microsoft untuk memberikan pemakai akses ke informasi, file atau program, setiap saat, setiap tempat, setiap platform dan setiap device atau perangkat.
Visual Basic.Net adalah bahasa pemrograman untuk membuat aplikasi berbasis windows, aplikasi form web ASP.Net (Active Server Pages), layanan web XML (Extensible Markup Language) dan aplikasi mobile seperti komputer palm dan pocket PC (Kusumo, 2004). ASP.Net adalah bahasa pemrograman lingkungan aplikasi terbuka (open application environment) berjenis server-side untuk membangun aplikasi berbasis web (internet). Sedangkan XML adalah format dokumen berbasis teks mirip dengan HTML, tetapi khusus untuk menyimpan informasi dan merupakan metode untuk menampilkan data terstruktur.
Kusumo (2004) mengemukakan alasan memilih VB.Net, yaitu: 1. Menyederhanakan Development
VB.Net mengatasi masalah seperti develoyment dari aplikasi berbasis windows yaitu ”DLL Hell” dan registrasi COM (Component Object Model). Secara berdampingan versioning (pengaturan versi komponen) mencegah tertindihnya dan terkorupsinya komponen dan aplikasi. Develoyment secara XCOPY memungkinkan pengembang
menginstal aplikasi windows ke mesin client cukup dengan menyalin file ke suatu direktori.
2. Menyederhanakan Pengembangan Perangkat Lunak
VB.Net memiliki fitur compiler yang bekerja secara background real-time dan daftar task untuk penanganan bug/kesalahan program sehingga pengembang dapat langsung memperbaiki kesalahan kode yang terjadi. VB.Net menyederhanakan pembuatan komponen. Pengembang dapat menggunakan toolbox non-visual dan komponen server explorer untuk menggabungkan sumber seperti message queues/antrian pesan, log event, dan counter performa ke dalam aplikasi tanpa menulis kode. 3. Mendukung Object Oriented Programming (OOP)
Dalam VB.Net pengguna dapat membuat kode class yang dapat digunakan kembali menggunakan konstruksi berbasis objek. VB.Net memiliki fitur bahasa pemrograman berbasis objek termasuk implementasinya secara penuh: inheritance (pewarisan), encapsulation (pembungkusan) dan polymorphism (banyak bentuk).
4. Mempermudah Pengembangan Aplikasi Berbasis Web
Untuk mengembangkan aplikasi web, disediakan desainer form web, dimana digunakan mekanisme ”drag” dan ”drop” untuk membangun form. Editor HTML diperkaya untuk dapat bekerja pada halaman web. Terdapat pula layanan web XML yang memungkinkan suatu aplikasi berkomunikasi dengan aplikasi lainnya dari berbagai platform melalui protokol internet terbuka.
5. Mempermudah Migrasi dari VB6 ke VB.Net
Interoperability COM menyediakan komunikasi dua arah antara aplikasi VB6 dengan VB.Net. Wizard upgrade pada VB.Net 2003 memungkinkan pengembang dapat melakukan migrasi lebih dari 95 persen kode VB6 ke VB.Net.
VB.Net merupakan bahasa pemrograman yang mudah dipelajari dan dipahami. Bagian dari bahasa pemrograman tersebut antara lain:
1. Variabel dan Konstanta
Variabel digunakan untuk memasukkan data berupa nilai sementara ke dalam memori selama menghitung, memberi informasi dan sebagainya. Pengguna dapat memberi nama pada lokasi memori dengan mendeklarasikan variabel dan menentukan tipe data. Deklarasi variabel adalah proses untuk menyebutkan karakteristik variabel seperti nama, tipe data, jangkauan, masa hidup dan nilai awal. Variabel biasanya dideklarasikan dengan kata kunci ”Dim”. Konstanta mirip dengan variabel tetapi nilainya tidak berubah selama program berjalan. Konstanta dideklarasikan dengan kata kunci ”Const”.
2. Tipe Data dan Structure
Tipe data dalam variabel menentukan tipe data yang bisa disimpan di dalamnya, format data yang disimpan dan berapa banyak memori yang dialokasikan untuk menyimpan data. Structure berisi satu atau lebih anggota yang dapat berisi tipe data yang sama atau berbeda. 3. Operator
Operator adalah simbol (karakter atau kata kunci) yang secara spesifik mengoperasikan satu atau dua operand. Operator yang menangani satu operand disebut operator unnary, sedangkan yang menangani dua operand disebut operator binary. Operator dikelompokkan ke dalam operator aritmatika, operator relasi, operator bitwise, operator logika. Terdapat pula operasi untuk memperpendek operator.
4. Penanganan Kesalahan
Ada tiga kesalahan yang mungkin muncul ketika mengembangkan aplikasi VB.Net, yaitu kesalahan sintaks, kesalahan run time dan kesalahan logika. Untuk mengatasi kesalahan, pengguna dapat melakukan pencegahan dengan menambahkan kata kunci ”OptionStrictOn” dan ”OptionExplicitOn” yang diletakkan di bagian awal modul.
5. Alur Percabangan
Ketika program berjalan, mungkin hanya blok kode tertentu yang diperlukan saja yang akan dijalankan dengan kondisi tertentu. Hal itu
dapat diatur menggunakan alur percabangan. Ada tiga pernyataan yang berkaitan dengan alur percabangan program yaitu: IF...THEN, IF...THEN...ELSE dan SELECT CASE.
Pernyataan IF...THEN akan menguji suatu kondisi, jika True, program akan menjalankan pernyataan yang mengikutinya. Pernyataan IF...THEN...ELSE akan menjalankan sebuah blok pernyataan jika kondisi bernilai True dan blok pernyataan lainnya yang bernilai False. Ketika pernyataan IF...THEN...ELSE memiliki banyak blok kode, maka struktur SELECT CASE akan menguji ekspresi tunggal yang dievaluasi sekali pada bagian atas struktur. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan beberapa nilai dan jika salah satu ada yang cocok, blok pernyataan yang berhubungan akan dijalankan.
6. Struktur Pengulangan
Struktur pengulangan/looping digunakan untuk menjalankan satu atau banyak baris kode secara berulang-ulang. Pernyataan pengulangan adalah DO...LOOP, WHILE...END WHILE, FOR...NEXT dan
FOR...EACH...NEXT. Pernyataan DO...LOOP dapat digunakan jika
pengguna belum tahu berapa kali pengulangan blok pernyataan, tetapi jika pengguna sudah tahu berapa kali pengulangan blok pernyataan digunakan
FOR...NEXT. Pengulangan WHILE...END WHILE akan menjalankan
suatu blok pernyataan selama kondisi bernilai benar. Pernyataan FOR...EACH...NEXT mirip dengan pernyataan FOR...NEXT, kecuali variabel pengulangan yang diperlukan bukan numerik melainkan array. 7. Array
Array digunakan untuk menyimpan sekumpulan data yang sejenis dalam sebuah variabel dan nilai yang dimasukkan dapat diakses menggunakan indeks. Untuk mendeklarasikan variabel array, sintaksnya mirip dengan variabel lainnya. Pengguna dapat menggunakan pernyataan Dim atau aksesibilitas (Public, Private, Friend dan sebagainya), perbedaannya pengguna harus menambahkan parentheses/tanda kurung setelah nama variabel untuk menunjukkan bahwa itu adalah array.
8. Prosedur
Untuk mempermudah pengembangan program, aplikasi yang besar dapat dipecah menjadi segmen kode yang lebih kecil atau disebut prosedur. Ada dua tipe prosedur, yaitu subrutin dan fungsi. Subrutin adalah blok pernyataan untuk mengerjakan suatu tugas yang didefinisikan dengan baik. Blok pernyataan diletakkan di antara pernyataan Sub...End Sub. Fungsi mirip dengan subrutin, bedanya fungsi menghasilkan return value/mengembalikan nilai.
9. Fungsi Built-in VB.Net
Berdasrkan kegunaannya, fungsi Built-in bawaan VB.Net terdiri dari fungsi manipulasi file dan folder, fungsi identifikasi tipe data, fungsi konversi tipe variable, fungsi manipulasi string, fungsi matematika, fungsi tanggal dan waktu, fungsi finansial dan fungsi pembangkit angka acak. Masing-masing fungsi built-in di atas memiliki pernyataan yang berbeda.
Kemampuan VB.Net dalam melakukan koneksi, mengakses dan memanipulasi database digunakan teknologi ADO.Net (ActiveX Data Object) yang memakai model koneksi disconnected database, artinya hanya sekali mengirim data dari database, setelah itu koneksinya akan putus. ADO.Net bersama namespace XML merupakan bagian inti dari standar Microsoft untuk akses data dan storage. Komponen ADO.Net dapat mengakses berbagai macam sumber data seperti database Access, SQL Server dan database non Microsoft seperti Oracle. Laporan database dapat dibuat menggunakan Crystal Report yang sudah diintegrasikan ke dalam lingkungan VB.Net.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2007 sampai dengan bulan April 2008. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Bagian Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi pengetahuan pakar dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
B. BAHAN DAN ALAT
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembangunan sistem adalah : 1. Personal Computer dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Processor Intel Pentium 4, 1.70 Ghz b. Motherboard ECS P4VMM2 c. Harddisk 20 GB d. RAM 256 MB e. VGA onboard d. DVD Combo e. Monitor 15”
2. Sistem operasi Microsoft Windows XP Profesional SP 2
3. Bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic .Net atau Visual Studio 2005
4. Adobe Photoshop CS 5. AutoRun Pro Interprise
C. PROSEDUR PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pembangunan sistem adalah dengan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) yang meliputi beberapa tahapan yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan perawatan sistem. Gambar 2 memperlihatkan diagram alir pengembangan sistem pakar dengan pendekatan SDLC.
Gambar 2. System Development Life Cycle
1. Investigasi Sistem
Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang ada. Keluaran dari tahap ini adalah jawaban atas pertanyaan, apakah pembuatan sistem pakar perlu dilakukan guna meningkatkan produktifitas, mengatasi sedikitnya ahli pada bidang budidaya padi, dan untuk menjembatani antara para pengembang varietas atau Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dengan para petani dan penyuluh pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan ini merupakan sumber teknologi budidaya padi yang baik dan petani sebagai pengguna budidaya tersebut yang tersebar di seluruh Indonesia.
2. Analisis Sistem
Tahap analisis sistem yaitu menganalisa bagaimana sistem tersebut dikembangkan, dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan fungsional dari pengguna yang digunakan sebagai basis desain dari sistem yang dikembangkan. Investigasi Sistem Analisis Sistem Desain Sistem Implementasi Sistem Perawatan Sistem
3. Desain Sistem
Tahap desain sistem menyangkut tiga kegiatan yaitu desain user interface, desain data, dan desain proses. Terkait dengan pengembangan sistem pakar yang memerlukan tahapan spesifik dibanding pengembangan sistem yang lain, tahap ini juga melibatkan aktivitas akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan inferensi pengetahuan, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahap Pengembangan Sistem Pakar (Marimin, 2005) Identifikasi Masalah
Mulai
Mencari Sumber Pengetahuan
Akuisisi Pengetahuan Representasi Pengetahuan Mekanisme Inferensia Implementasi Sistem Pengujian Mewakili Human Expert Selesai Sesuai ? Sesuai ? ya tidak tidak tidak ya ya
Desain user interface merupakan desain pada tampilan sistem pakar yang memudahkan interaksi pengguna dengan sistem.
Desain data pada sistem pakar ini melibatkan aktivitas akuisisi pengetahuan dan representasi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan berupa koleksi pengetahuan mengenai varietas tanaman padi sawah yang didapatkan melalui studi pustaka dan wawancara langsung dengan pakar tanaman pangan.
Pengetahuan yang dikumpulkan meliputi karakteristik lokasi sebagai tempat budidaya, sifat gabah yang ingin dihasilkan dan sifat tanaman yang akan dibudidayakan.
Karakteristik lokasi meliputi kondisi lahan, ketinggian lahan, hama penyakit tanaman dan sifat lahan yang ada pada lahan tersebut. Sifat gabah meliputi rasa nasi, potensi hasil, bentuk gabah, warna gabah, dan tingkat kerontokan gabah. Sedangkan sifat tanaman meliputi umur panen dan mudah tidaknya tanaman roboh setelah siap panen.
4. Implementasi Sistem
Pada tahap ini dilakukan pengalihan pengetahuan dari sistem kepada pengguna. Ujicoba ini melibatkan pengguna langsung di lapangan, yaitu para petani dan penyuluh pertanian. Tujuan ujicoba ini adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan penggunaan sistem pakar dan pemahaman pengguna pada saat menggunakan sistem pakar. Selain itu sistem pakar dicoba pada beberapa kasus budidaya tanaman padi. Pada saat yang sama pakar asli menilai kasus yang sama seperti yang diujicobakan pada sistem pakar. Jawaban sistem pakar dan jawaban pakar asli dibandingkan untuk mengetahui keakuratan sistem pakar. Gambar 4 memperlihatkan tahapan dalam pengujian sistem pakar.
Gambar 4. Tahap Pengujian Sistem Pakar
Hal yang dibandingkan dalam pengujian ini adalah hasil analisis program untuk menentukan jenis varietas yang sesuai untuk lahan yang akan dijadikan sebagai tempat budidaya padi sawah.
Tahap akhir dari pembangunan sistem pakar penentuan varietas padi sawah adalah mendokumentasikan sistem pakar ini dalam bentuk Compact Disc (CD), yang bertujuan memudahkan dalam pendistribusian kepada para petani dan penyuluh pertanian. Selain itu, pengguna tidak harus menginstal program visual basic pada komputernya. Tahap selanjutnya untuk dapat diakses kapanpun dan dimanapun maka dibuat berbasis web.
Pengujian Pengambilan Data Contoh B Hasil penilain dengan aplikasi (sistem pakar) A Hasil penilain secara manual (mewakili pakar) A = B Selesai tidak ya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. INVESTIGASI SISTEM
Pada tahap Investigasi Sistem dilakukan perumusan masalah yang terjadi di lapangan sehingga kebutuhan untuk membangun Sistem Pakar Varietas Padi (Sipavar) menjadi jelas. Hal ini dikarenakan informasi yang dimiliki oleh Balai Penelitian Tanaman Padi sebagai sumber teknologi belum dapat secara penuh disebarluaskan kepada para petani sebagai pelaku usaha dan penyuluh pertanian.
Informasi mengenai varietas padi sangat diperlukan oleh petani untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan keinginan, sehingga berdampak pada meningkatnya perekonomian dan kesejahteraan para petani. Selain itu meningkatnya hasil panen dapat memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras di Indonesia.
Sistem lama yang digunakan pada saat kegiatan investigasi adalah dengan mendatangkan pakar varietas padi untuk memberi penyuluhan dan informasi kepada para petani dan memperlihatkan sistem pakar yang masih dibangun menggunakan apliksi Microsoft Excel. Cara ini dianggap kurang efektif karena keterbatasan pakar varietas padi dan sistem pakar yang kurang user friendly. Sedangkan kebutuhan akan informasi varietas padi sangat diperlukan oleh para petani di seluruh Indonesia. Maka dibangunlah suatu sistem pakar berbasis komputer yang dapat memberikan solusi permasalahan yang timbul akibat keterbatasan pakar varietas padi. Selain itu sistem ini dibangun untuk memudahkan pengguna dalam memilih varietas padi.
B. ANALISIS SISTEM
Pada tahap analisis sistem, dilakukan identifikasi kebutuhan pengguna informasi varietas padi. Hal ini bertujuan agar sistem pakar yang dibangun mampu memberikan atau menyediakan apa yang dibutuhkan oleh pengguna mengenai informasi varietas padi.
Pengidentifikasian kebutuhan informasi untuk sistem pakar varietas padi dilakukan dengan wawancara langsung dengan calon (sasaran) pengguna
yang terdiri dari petani perorangan, kelompok tani, dan penyuluh pertanian lapangan. Hasil tersebut selanjutnya dikomunikasikan ke pakar untuk mengetahui kebolehjadiannya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kebutuhan pengguna akan informasi varietas padi meliputi tiga kategori yaitu: (1) Karakteristik lokasi, (2) Sifat gabah yang diinginkan dan (3) Sifat tanaman yang diinginkan.
Kategori karakterisitik lokasi meliputi jenis lahan, ketinggian lokasi, hama penyakit dan jenis tanah untuk budidaya. Pada kategori sifat gabah yang diinginkan meliputi rasa nasi, potensi panen, bentuk gabah, warna gabah dan sifat kerontokan. Sedangkan pada kategori sifat tanaman yang diinginkan terdiri dari umur tanaman dan sifat kerebahan dari tanaman.
Setiap pilihan di atas dapat diidentifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan varietas padi yang sesuai dengan keinginan pengguna. Pada pilihan jenis lahan terdiri dari sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan kering. Untuk ketinggian lokasi budidaya ada dua pilihan yaitu di atas 500 m dpl (meter dari permukaan laut) dan di bawah 500 m dpl. Untuk pilihan hama dan penyakit tanaman meliputi jenis hama yang dominan yang terdapat pada lokasi yaitu wereng coklat, hawar daun bakteri, blast, tungro dan penggerek batang. Pada pilihan jenis tanah terdiri dari tanah sedang subur, tanah marjinal dan tanah kekeringan.
Untuk sifat rasa nasi, pengguna dapat memelih rasa pulen, pera, aromatik dan ketan. Pada pilihan potensi panen terdiri dari dua pilihan yaitu tinggi dan sedang. Untuk bentuk gabah terdiri dari bentuk panjang ramping, bentuk ramping, bentuk sedang dan bentuk bulat. Pada pilihan warna gabah pengguna dapat memilih warna kuning, warna kuning jerami, warna kuning emas dam warna kuning bersih. Sedangkan pada pilihan sifat kerontokan pengguna dapat memilih sukar, sedang dan mudah rontok.
Pada pilihan umur tanaman pengguna dapat memilih umur genjah, sedang dan dalam. Pada pilihan terakhir yaitu sifat kerebahan tanaman, pengguna dapat memilih tahan atau sedang.
Sistem pakar ini ditujukan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai varietas yang sudah dikembangkan dan
dilepas oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Secara khusus sasaran pengguna adalah petani perorangan, kelompok tani dan penyuluh pertanian lapangan. Informasi yang disajikan dalam sistem dapat memberikan masukan kepada para pengguna untuk memperoleh varietas yang paling tepat berdasarkan data lokasi, karakteristik gabah dan tanaman yang diinginkan dimana budidaya padi akan dilakukan.
C. DESAIN SISTEM
Tahap desain sistem merupakan tahap dimana pembangunan sistem dapat memberikan kemudahan dalam pencarian varietas. Untuk itu desain yang dilakukan meliputi desain user interface, desain data dan desain proses. 1. Desain User Interface
Tampilan yang menarik dapat memberikan minat bagi pengguna untuk selalu menggunakan sistem pakar dalam menentukan dan mencari varietas padi yang diinginkan. Selain itu kemudahan dalam pencarian data juga perlu menjadi prioritas utama dalam pembangunan sistem. Untuk mendapatkan tampilan yang menarik pembangunan sistem dilakukan menggunakan beberapa apliksi pendukung yaitu Autorun Pro Interprice sebagai tampilan awal, VB.Net sebagai interaksi antara pengguna dengan sistem pakar, Adobe Photoshop CS yang digunakan untuk mendesain background dari sistem.
Sipavar merupakan software yang berbasis personal computer (PC), sehingga dalam pendistribusiannya menggunakan media compact disc (CD). Program ini mungkin dikembangkan lebih lanjut menjadi Sipavar yang berbasis web sehingga memungkinkan penggunaan kapan saja dimana saja melalui akses internet. Untuk memudahkan pengguna menjalankan program Sipavar maka dibuat sistem menu, dimana diberikan beberapa pilihan penggunaan Sipavar dan pengguna hanya perlu meng-klik tombol pilihannya.
Software Autorun Pro Interprice merupakan software yang digunakan untuk membuat file autorun. File ini dimaksudkan untuk membantu pengguna sebelum menjalankan program Sipavar. Pada autorun
terdiri dari dua bagian, yaitu : splashcreen dan menu utama. yang berisi pilihan dan bantuan untuk menjalankan Sipavar. Pada tampilan splashscreen memberikan informasi mengenai nama program. Splashscreen akan tertutup secara otomatis setalah beberapa detik. Gambar 5 merupakan tampilan dari splashscreen Sipavar.
Gambar 5. Splashscreen SIPAVAR
Pada tampilan utama autorun ada beberapa pilihan yaitu: Instal & Mulai Sipavar, Buka Folder dan Keluar. Tampilan autorun disajikan pada Gambar 6.
a. Instal & Mulai SIPAVAR
Pilihan instal digunakan untuk menginstal Sipavar ke dalam Hard Disk komputer, sehingga nantinya pengguna dapat menjalakan Sipavar tanpa melalui CD dan pengguna dapat melakukan perubahan data seperti pengeditan, penambahan dan penghapusan data dari database. Selain itu shortcut dari Sipavar juga akan muncul pada dekstop dan menu pada tombol Start.
Pada saat pengguna memilih pilihan Mulai Sipavar maka pengguna dapat langsung menggunakan Sipavar melalui CD. Pilihan ini digunakan jika pengguna hanya ingin memilih varietas tanpa melakukan perubahan data dan tidak menempatkan file Sipavar ke dalam hard disk komputer.
b. Buka Folder
Pilihan untuk membuka isi dari CD Sipavar pada CD-ROM melalui windows explorer.
c. Keluar
Tombol keluar ini digunakan untuk mengakhiri program Sipavar.
Menu-menu yang terdapat pada Sipavar adalah Mulai, Pencarian, Tantang Sipavar, Bantuan, dan Edit Data. Pada setiap halaman terdapat tombol Halaman Utama untuk kembali ke halaman pertama Sipavar (Gambar 7).
a. Mulai
Menu mulai digunakan untuk menampilkan halaman Sipavar yang merupakan halaman utama dari program Sipavar. Halaman Sipavar dapat dibuka dengan cara klik menu Mulai. Halaman Sipavar merupakan halaman yang digunakan pengguna untuk memulai pemilihan varietas. Untuk mendapatkan varietas yang diinginkan maka pengguna diberi beberapa pertanyaan dan pilihan yang dapat membawa sistem menentukan varietas yang dicari oleh pengguna. Pertanyaan yang terdapat pada halaman Sipavar merupakan hasil dari ekstraksi pengetahuan dari pakar varietas padi.
Pertanyaan yang diajukan dapat dipilih sesuai keinginan dari pengguna. Pilihan ini diberikan pada tiga kategori yaitu karakteristik lokasi, sifat gabah yang diinginkan, dan sifat tanaman yang diinginkan. Dari setiap kategori memiliki tombol lanjut untuk melanjutkan ke kategori selanjutnya. Pada kategori terakhir tombol lanjut akan menampilkan hasil rekaman data yang dipilih pengguna. Gambar 8 merupakan tampilan dari halaman pertanyaan.
Pada halaman rekaman data pengguna dapat langsung menekan tombol OK untuk melihat varietas yang dipilih atau batal untuk kembali ke halaman pertanyaan dan melakukan perubahan data. Selain itu pengguna dapat memilih pertanyaan yang mempunyai prioritas tertinggi atau mempunyai perhatian khusus dalam pemilihan varietas padi, yaitu dengan cara klik tombol pilih. Gambar 9 adalah tampilan dari halaman rekaman data.
Gambar 9. Halaman Rekaman Data
Pada pilihan prioritas pengguna dapat memilih tiga prioritas yang memerlukan perhatian khusus sehingga varietas yang dipilih akan sangat sesuai dengan kebutuhkan pengguna. Setelah memilih prioritas klik tombol OK, ada perubahan warna tulisan pada halaman rekaman data setelah memilih prioritas yaitu merah, kuning dan hijau. Warna merah merupakan prioritas utama atau kesatu, kuning merupakan prioritas kedua dan warna hijau merupakan prioritas ketiga. Adanya pemilihan prioritas bertujuan untuk menambah bobot penilaian dalam memilih varietas padi. Halaman prioritas disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Pilihan Prioritas
Setelah semua pilihan kriteria pada rekaman data sesuai dengan kebutuhan pengguna maka klik tombol OK. Kemudian akan ditampilkan daftar varietas yang dapat dibudidayakan oleh pengguna berdasarkan kriteria pemilihan.
Proses pencarian varietas yang tepat dilakukan dengan memberikan skore pada setiap kriteria terhadap seluruh varietas. Skore 1 diberikan jika varietas tersebut memenuhi kriteria yang diinginkan, 0 jika tidak memenuhi. Faktor pembobot diberikan kepada kriteria yang mendapat prioritas dari pengguna. Selanjutnya skore tersebut dijumlahkan, menghasilkan total skore per varietas. Nilai tersebut diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Varietas yang mempunyai bobot nilai terbesar merupakan varietas yang sesuai dengan kriteria varietas padi yang diinginkan oleh pengguna. Selain itu varietas yang mempunyai skore lebih kecil juga dapat dipilih dengan pertimbangan sulitnya mendapatkan varietas yang bersangkutan atau harga benih terlalu mahal sehingga pilihan yang kedua atau ketiga dapat menjadi alternatif.
Untuk melihat secara detail dari varietas yang dipilih dapat dilakukan dengan mengklik tombol Detail. Untuk mengulangi pencarian varietas klik tombol Ulangi. Gambar 11 adalah halaman daftar varietas yang terpilih.
Gambar 11. Halaman Hasil Pencarian Varietas Padi b. Pencarian
Menu pencarian merupakan halaman yang digunakan untuk mencari varietas yang diinginkan. Pengguna dapat mencari varietas berdasarkan varietas yang ada kemudian klik Cari. Untuk melihat secara detail dari varietas yang dicari, pengguna dapat memilih varietas pada daftar pilihan varietas kemudian klik tombol Lihat Detail. Gambar 12 adalah tampilan dari halaman pencarian.
Gambar 12. Halaman Pencarian c. Tentang Sipavar
Menu Tentang Sipavar digunakan untuk menampilkan informasi menganai Sipavar. Informasi yang terdapat halaman ini adalah nama program, versi, nama pakar, dan nama pembangun sistem (Gambar 13).
Gambar 13. Halaman Tentang Sipavar d. Bantuan
Menu Bantuan digunakan jika pengguna mengalami kesulitan dalam menggunakan Sipavar. Jika menu bantuan dipilih maka akan muncul halaman bantuan yang berisi bantuan untuk manjalankan Sipavar. Halaman bantuan disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Halaman Bantuan e. Edit Data
Menu Edit Data adalah menu yang dapat diakses oleh administrator, tentunya setelah melakukan login sebagai adminstrator. Halaman login seperti terlihat pada Gambar 15. Menu edit akan membuka halaman edit data. Pada halaman edit terdapat pilihan yang dapat dugunakan untuk perawatan sistem, yaitu mengedit data, menambah data dan menghapus data. Selain itu ada pilihan untuk melakukan perubahan password yang digunakan pada saat login
sebagai adminstrator. Gambar 16 adalah tampilan dari halaman edit data.
Gambar 15. Halaman Login
Gambar 16. Halaman Edit Data 2. Desain Struktur Data
Desain struktur data merupakan desain yang memerlukan perhatian khusus, karena database yang dibuat nantinya akan dijadikan sebagai penyimpanan data varietas padi, proses pengolahan data sementara dan beberapa informasi lain yang akan diakses oleh sistem. Sehingga pembangunan database yang baik akan memudahkan dalam pembangunan sistem dan mempercepat pengaksesan data yang diperlukan.
a. Desain Database
Database yang digunakan dalam program Sipavar adalah Software Microsoft Access 2003. Penggunaan software tersebut disebabkan karena Microsoft Acces 2003 mudah digunakan dan mudah dalam koneksi ke Visusl Basic 2005.
Pada program Sipavar nama file database yang digunakan adalah dbSipavar.mdb dengan file format Access 2000. Pada file tersebut terdapat tiga tabel, yaitu tblSipavar, tblLogin dan tblInformasi. Pada tblSipavar terdapat beberapa field dengan rincian seperti pada Tabel 3. Tabel ini digunakan untuk menjumlahkan nilai sementara pada saat pemilihan varietas berdasarkan kriteria yang ada pada sistem.
Tabel 3. Field tblSipavar
Nama Field Tipe Data Keterangan ID Var KLLahan KLTinggi KLTanah KLHamaWC KLHamaHDB KLHamaBlast KLHamaPB KLHamaTungro SGNasi SGPotensi SGBentuk SGWarna SGKerontokan STUmur STKerebahan Point Text Text Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Integer Intege ID Varietas Nama varietas padi Lokasi lahan Ketinggian lokasi Jenis tanah
Hama wereng coklat Hama hawar daun bakteri Hama blast
Hama penggerek batang Hama tungro Bentuk nasi Potensi hasil Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan gabah Umur panen Kerebahan tanaman Jumlah nilai penjumlahan
Pada tblLogin terdapat dua field yaitu user dan pass, dimana tabel ini digunakan untuk mengakses username dan password yang digunakan untuk login sebagai administrator sehingga dapat
melakukan pengeditan data. Field user dan pass menggunakan tipe data text dengan jumlah karakter maksimum lima.
Pada tabel tblInformasi terdapat field yang berisi informasi yang terdapat pada varietas. Nama field dan keterangannya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Field tblInformasi
Nama Field Tipe Data Keterangan ID UmrTanaman BntkTanaman BntkGabah WrnGabah Kerontokan Kerebahan TkstrNasi PtnsHasil Hama Penyakit LpsTahun Text Text Text Text Text Text Text Text Text Text Text Number ID Varietas
Umur tanaman padi Bentuk tanaman Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan tanaman Kerebahan tanaman Tekstur nasi Potensi hasil Hama tanaman Penyakit tanaman
Waktu dilepas ke masyarakat
b. Desain Menu Edit Database
Desain menu edit data digunakan untuk melakukan aktifitas yang berhubungan dengan database dari varietas padi. Untuk melakukan pengeditan database diberikan form khusus sehingga dapat memudahkan dalam melakukan pengeditan data. Untuk dapat mengakses form edit data, pengguna diharuskan melakukan login terlebih dahulu guna memberikan pengamanan pada data yang terdapat pada database.
3. Desain Proses
Desain proses yaitu bagaimana transformasi input-output dalam sistem informasi tersebut atau dengan kata lain bagaimana proses yang
terjadi di dalam sistem. Pada Sipavar proses yang terjadi dari mulai memasukkan pilihan atau menjawab pertanyaan dari sistem pakar sampai mendapatkan rekomendasi varietas padi yang dibutuhkan sangat sederhana, dimana data yang dimasukkan akan digunakan sebagai acuan untuk menemukan record yang sesuai dalam database, kemudian hasilnya dapat langsung dibaca oleh pengguna.
Pada tampilan utama sistem pakar, pengguna diberikan beberapa pertanyaan meliputi karakteristik lokasi, sifat gabah yang diinginkan dan sifat tanaman yang diinginkan. Pertanyaan tersebut disajikan dengan jawaban yang sudah disediakan, sehingga pengguna dapat langsung memilih jawaban yang disediakan.
Proses selanjutnya data jawaban yang dimasukkan oleh pengguna akan direkam atau disimpan oleh sistem yang akan dijadikan sebagai acuan untuk pencarian varietas yang memenuhi kriteria. Untuk lebih mendekati kriteria yang diinginkan, sistem mempertanyakan kriteria yang perlu mendapatkan perhatian khusus, kriteria tersebut adalah rasa nasi, bentuk gabah, warna gabah dan hasil panen.
D. IMPLEMENTASI SISTEM
Tahap implementasi merupakan tahap pemrograman yang dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman dan pengisian database. Setelah pemrograman dan pengisian data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan aktivitas pengujian terahadap sistem yang sudah dibangun. Tujuan dari pengujian sistem ini adalah untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem pakar tersebut, serta pengembangannya. Pengujian yang dilakukan adalah uji kompatibilitas sistem dan uji performansi sistem yang dibangun.
Pada tahap pengujian akan diketahui apabila terdapat kesalahan dalam pemrograman. Produk akhir dari tahap implementasi sistem adalah menghasilkan sistem yang lebih baik. Pengujian dilakukan dengan menjalankan sistem pakar pada beberapa komputer dengan spesifikasi berbeda.
1. Pemrograman dan Data
Pemrograman dilakukan menggunakan bahasa VB.Net yang merupakan paket software dari Visual Studio. Software yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman dengan teknologi .Net (dot net) akan berjalan pada komputer apabila sudah terinstal software .Net Framework. Software ini berfungsi sebagai penterjemah dari bahasa .Net menjadi bahasa mesin komputer.
Dalam pembangunan Sipavar menggunakan 6 form yaitu form utama, form tentang Sipavar, form mulai konsultasi, form rekaman data, form edit data, form bantuan dan form pencarian. Setiap form dapat diakses melalui tombol yang terdapat pada form utama. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengguna dalam menjalankan Sipavar. Kode program dari Sipavar disajikan pada lampiran 2.
Pengisian database dilakukan menggunakan Microsoft Access. Jumlah varietas yang terdapat pada database pada saat pembangunan sistem adalah 40 varietas. Daftar varietas disajikan pada lampiran 3. Databse yang ada dapat ditambah dan diedit dengan fasilitas edit data yang terdapat dalam Sipavar. Untuk dapat melakukan penambahan dan pengeditan pengguna harus memasukkan username dan password.
2. Uji Kompatibilitas Sistem
Pengujian kompatibilitas sistem dilakukan dengan menjalankan sistem informasi pada beberapa spesifikasi komputer yang berbeda dan dijalankan di atas sistem operasi Windows XP Profesional. Teknis pengujian kompatibilitas sistem adalah dengan mencatat nilai waktu yang dibutuhkan untuk mengakses sistem informasi ini. Waktu yang dicatat adalah waktu untuk menampilkan splashscreen, form halaman depan, form pertanyaan, form hasil, dan pergantian antar form. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian kompatibilitas sistem No. Kecepatan Processor RAM Waktu (detik) splashs creen Form hal depan Form pertany aan Form Hasil Form perganti an antar form 1. Pentium III (900 MHz) 128 MB 5 2 2 3 2 256 MB 4 1 2 3 2 2. Pentium IV (1.80 GHz) 128 MB 3 1 2 2 1 256 MB 3 1 1 2 1 512 MB 3 1 1 2 1
3. Uji Performansi Sistem
Pengujian performansi sistem dilakukan dengan melibatkan calon pengguna sebagai responden melalui pengisian kuisioner. Pengisian kuisioner dilakukan setelah responden mengoperasikan Sipavar. Ada beberapa pertanyaan yang diberikan kepada responden mengenai Sipavar ini. Kuisioner dibagikan kepada 20 responden, yang terdiri dari 10 orang mahasiswa, 4 orang petani dan 6 orang petugas di Puslitbang Tanaman Pangan Bogor. Format serta pertanyaan dalam kuisioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil pengujian melalui kuisioner tersebut diketahui bahwa seluruh responden pernah menggunakan komputer dengan jumlah responden yang menggunakan setiap hari adalah 12 orang (60 %), jumlah responden yang menggunakan 1 minggu sekali adalah 4 orang (20 %), dan lainnya adalah 4 orang (20 %).
Penilaian terhadap tampilan dari Sipavar menghasilkan data kuisioner sebagai berikut; 15 orang (75 %) menyatakan bagus, dan sisanya 5 orang (5 %) menyatakan cukup. Gambar 17 memperlihatkan hasil kuisioner terhadap tampilan Sipavar.
Gambar 17. Penilaian Responden Terhadap Komposisi Warna
Penilaian terhadap tampilan Sipavar secara keseluruhan didapatkan hasil sebagai berikut; 2 orang (10 %) menyatakan sangat menarik, 10 orang (50 %) menyatakan menarik dan sisanya 8 orang (40 %) menyatakan cukup. Gambar 18 memperlihatkan hasil kuisioner Sipavar berdasarkan tampilan secara keseluruhan.
Gambar 18. Penilaian Responden Terhadap Tampilan
Selanjutnya adalah penilaian terhadap kemudahan pencarian varietas padi pada Sipavar. Hasil yang didapat adalah 10 orang (50 %) menyatakan sangat mudah, 6 orang (30 %) meyatakan mudah, dan 4 orang
Bagus Cukup
Sangat Menarik Menarik Cukup
(20 %) menyatakan sulit. Gambar 19 memperlihatkan hasil kuisioner berdasarkan kemudahan dalam mengoperasikan Sipavar.
Gambar 19. Penilain Responden Terhadap Kemudahan Pencarian Varietas Padi
Penilaian terhadap hasil pemilihan varietas padi, menghasilkan data kuisioner sebagai berikut; 2 orang (10 %) menyatakan sangat tepat, 15 orang (75 %) menyatakan tepat dan 3 orang (15 %) menyatakan cukup tepat. Gambar 20 memperlihatkan hasil kuisioner terhadap ketepatan hasil pemilihan varietas padi.
Gambar 20. Penilaian Responden Terhadap Hasil Pemilihan Varietas Padi Sangat Mudah Sulit Mudah Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat
E. PERAWATAN SISTEM
Salah satu aktivitas dari tahap perawatan atau pemeliharaan sistem adalah memonitor atau mengawasi supaya data di dalamnya tetap up to date, sehingga data yang disajikan bersifat akurat dan dapat dipertanggung-jawabkan. Selain memonitor agar data tetap up to date, aktivitas lain yang dilakukan adalah mengevaluasi, dan memodifikasi sistem yang telah dibangun. Modifikasi atau perbaikan sistem dilakukan sesuai dengan perkembangan kebutuhan. Aktivitas-aktivitas tersebut perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan sistem informasi yang lebih baik.
Berdasarkan masukkan pengguna, perbaikan-perbaikan yang diperlukan antara lain :
1. Penambahan database varietas padi untuk memperluas ketercakupan sistem.
2. Penambahan kriteria rendemen giling pada pemilihan varietas.
3. Penambahan informasi tentang penyedia (produsen / distributor / pengecer) benih varietas tertentu.
Untuk tahap sekarang, pengguna dianjurkan untuk menghubungi Bali Penelitian Padi jika menemukan kesulitan memperoleh benih varietas padi yang dimaksudkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Sistem Pakar Varietas Padi telah dibangun untuk menentukan varietas padi yang diinginkan oleh pengguna.
2. Sistem Pakar Varietas Padi dibangun dengan metode System Development Life Cycle (SDLC) melalui tahapan investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, dan implementasi sistem.
3. Hasil pengujian kompatibilitas menyatakan bahwa sistem informasi ini dapat dijalankan di berbagai spesifikasi komputer, dengan kapasitas RAM 256 MB.
4. Hasil pengujian performansi program yang dilakukan oleh responden dengan mengisi kuisioner adalah 75% menilai bagus untuk komposisi warna yang digunakan pada setiap form, 50% menilai tampilan sistem secara keseluruhan menarik, 50% menilai sangat mudah dalam pencarian varietas padi, serta 75% menyatakan bahwa hasil pemilihan varietas padi secara umum tepat.
B. SARAN
1. Penambahan database guna mendapatkan varietas yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna.
2. Penambahan informasi mengenai budidaya padi sawah. 3. Penambahan informasi supplier benih.