• Tidak ada hasil yang ditemukan

JICA di Aceh. January 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JICA di Aceh. January 2006"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

January 2006

(2)

Gempa/Tsunami Sumatra:

BANTUAN TERHADAP REHABILITASI & REKONSTRUKSI ACEH

Bantuan jangka pendek JICA difokuskan pada bantuan medis darurat serta rehabilitasi infrastruktur dasar, sedangkan bantuan jangka menengah ditujukan untuk mencapai rekonstruksi berkelanjutan pasca-bencana serta rekonsiliasi, dan terdiri atas empat (4) pilar utama, yaitu “Perbaikan Pelayanan Dasar,” “Pembangunan Kembali Masyarakat,” Rekonstruksi Ekonomi Lokal,” dan “Tata Pemerintahan.” Selain itu, bantuan ini perlu didukung oleh pengembangan sistem manajemen bencana dan sistem peringatan dini tsunami sebagai bentuk bantuan jangka pendek maupun menengah.

1. Bantuan Rehabilitasi (Jangka Pendek): Januari ~ Desember 2005

(1) Bantuan Medis Darurat

Pengiriman tim medis darurat serta penyediaan pusat kesehatan publik yang berlokasi di Lam Ara, Banda Aceh, oleh Japan Disaster Relief (JDR). Sebanyak 64 personil medis (seperti dokter, perawat, ahli penyakit menular) telah dikirim dalam 3 tahap dimana telah memberikan pelayanan kesehatan bagi 2.758 pasien pada periode Januari 2005. Tim ini dilengkapi dengan berbagai peralatan medis dan kesehatan darurat senilai 26 juta Yen. Sedangkan untuk Nias, pada April 2005 sebanyak 28 personil medis (terbagi atas 2 tahap) telah dikirim dan melayani sebanyak 1.953 pasien dengan bantuan peralatan senilai 15 juta Yen.

(2) Rehabilitasi Infrastruktur Dasar

(a) Pemeliharaan Air Traffic Control (ATC) dan airport derivative system (tenaga ahli/penyediaan peralatan, kurang-lebih 1 juta Yen Jepang, Januari 2005)

Penyediaan peralatan komunikasi dan alih teknologi oleh tenaga ahli Jepang melalui pelatihan bagi para pelatih (training of trainers/ToT) untuk meningkatkan kemampuan teknis dalam rangka merehabilitasi bandar udara dan sistem komunikasi ATC di Banda Aceh dan Meulaboh yang rusak oleh gempa (melalui kerjasama dengan Departemen Perhubungan).

(3)

(b) Pemulihan surat tanah (pengiriman misi/penyediaan peralatan, kurang-lebih 200 juta Yen Jepang, Febuari 2005 – Mei 2007)

Pengiriman tenaga ahli untuk memperkenalkan teknik khusus dalam pemulihan dokumen serta penyediaan peralatan untuk penyimpanan dalam suhu dingin, proses pembekuan-pengeringan, dan proses digital scanning, dalam rangka memulihkan berbagai dokumen terkait dengan hak atas tanah (sebanyak 6.565 dokumen tanah yang meliputi 42.966 bidang tanah di Banda Aceh) yang kotor dan rusak oleh tsunami di Banda Aceh. Pemulihan seluruh buku tanah tersebut dijadwalkan dapat selesai pada akhir Januari 2006. (Kerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional/BPN dan Arsip Nasional Republik Indonesia/ANRI)

(c) Pemulihan fasilitas pengolahan air kotor (Studi pembangunan mendesak, “Program Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Propinsi Aceh dan Daerah-Daerah yang Terkena di Sumatra Utara,” kurang-lebih 100 juta Yen Jepang, Juli – Desember 2005)

Perencanaan rehabilitasi fasilitas pengolahan air kotor yang rusak oleh tsunami, pelaksanaan rehabilitasi yang meliputi areal seluas 5000 ㎡ di wilayah Kampung Jawa, dan pelaksanaan pendidikan kesehatan publik terhadap masyarakat setempat (melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota Banda Aceh). Usai rehabilitasi, fasilitas tersebut akan diserahkan kepada Pemda Banda Aceh pada 20 Desember 2005. Setelah itu, fasilitas tersebut akan mampu mengolah kurang-lebih 50 m3 air kotor per hari dimana dapat melayani kurang-lebih 100,000 penduduk.

(d) Bantuan Desain Rinci Rehabilitasi Pantai Barat Sumatra Utara (Studi pembangunan mendesak, “Program Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Propinsi Aceh dan Daerah-Daerah yang Terkena di Sumatra Utara,” kurang-lebih 37 juta Yen Jepang, Maret - Juli 2005)

Pengumpulan data dasar, bantuan terhadap perencanaan, dan bantuan konsultasi teknis bagi Badan Pelaksana untuk rehabilitasi jalan sepanjang 250 km antara Banda Aceh - Meulaboh, sedangkan desain dasar yang rinci hanya akan meliputi jalan sepanjang 122 km antara Calang – Meulaboh, sebagai persiapan proses penawaran kontrak (bidding) yang akan didukung oleh bantuan hibah non-proyek Pemerintah Jepang.

(4)

2. Bantuan Rekonstruksi (Jangka Menengah): Maret 2005 ~

(1) Bantuan terhadap Rencana Rehabilitasi & Rekonstruksi

(a) Bantuan terhadap Perencanaan “Cetak Biru” Rehabilitasi oleh Universitas Syah Kuala (penggunaan jasa konsultan lokal, 3,45 juta Yen Jepang, Maret 2005)

Bantuan terhadap survei lapangan dan pengumpulan pendapat berbagai anggota masyarakat dalam rangka mengintegrasikan pandangan penduduk lokal dalam “Cetak Biru Rehabilitasi & Rekonstruksi Aceh” yang dipimpin oleh BAPPENAS. Rekomendasi tersebut terbagi atas 11 pokok permasalahan, sesuai dengan jumlah kelompok kerja (POKJA) yang dipimpin oleh BAPPENAS.

(b) Konferensi Pemuda Aceh “Visi menuju Pembangunan Aceh” (penggunaan jasa konsultan lokal, 2,3 juta Yen Jepang, 11 – 13 Maret 2005)

Bantuan terhadap konferensi yang diprakarsai oleh para pemuda Aceh (dan diikuti oleh kurang-lebih 150 perwakilan mahasiswa dan LSM lokal) dalam rangka mengintegrasikan pandangan masyarakat lokal dalam “Cetak Biru Rehabilitasi & Rekonstruksi Aceh” yang dipimpin oleh BAPPENAS. (c) Rencana Proyek Rehabilitasi & Rekonstrusi Mendesak untuk Kota Banda Aceh (Studi pembangunan

mendesak, “Program Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Propinsi Aceh dan Daerah-Daerah yang Terkena di Sumatra Utara,” kurang-lebih 521 juta Yen Jepang, Maret 2005 - Maret 2006)

Perencanaan kota & tata guna lahan, persediaan air & sistem pembuangan, sanitasi kota, jalan & lalu-lintas, perawatan kesehatan & medis, pendidikan, perlindungan terhadap bencana, perencanaan rekonstruksi dasar Banda Aceh, pembentukan sistem informasi geografis (geographic information system/GIS).

(d) Bantuan untuk Badan Rehabilitasi & Rekonstruksi (BRR) Aceh (Konsultan Senior Jepang)

Penunjukan seorang konsultan senior Jepang sebagai salah satu bentuk bantuan teknis kepada Deputi Bidang Perencanaan & Program BRR di Banda Aceh, khususnya untuk membantu kegiatan perencanaan & pengawasan.

(2) Peningkatan Pelayanan Sosial & Pu blik

Program ini memfokuskan pada bantuan terhadap pengembangan SDM untuk perbaikan/peningkatan pelayanan dasar yang penting bagi manusia, seperti pendidikan, perawatan kesehatan & medis. Prioritas ditekankan pada peningkatan pendidikan.

(5)

(a) Bantuan terhadap Pendidikan Dasar (Proyek kerjasama teknis, “Proyek Pengembangan & Peningkatan Pendidikan di Daerah (REDIP),” kurang-lebih 27 juta Yen Jepang, April - Oktober 2005)

Bantuan untuk menciptakan suatu kondisi belajar-mengajar yang baik (melalui rehabilitasi terhadap ruang kelas yang rusak, penyediaan bahan pengajaran, dsb), bantuan rekonstruksi komunitas pendidikan, dan bantuan percepatan proses rekonstruksi penyediaan pendidikan melalui pelatihan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan (kepala sekolah, guru, orang tua) dan para pemimpin di tingkat lokal dalam memformulasi, melaksanakan, dan mengevaluasi rencana pendidikan. Sebanyak 13 sekolah di 7 kecamatan di Kabupaten Aceh Besar menjadi target dari bantuan ini.

(b) Pengembangan Kapasitas Lembaga Pemerintah dalam Kaitannya dengan Trauma

(i) Seminar untuk personil penanganan trauma (Pengiriman tenaga ahli/dukungan logistik seminar, kurang-lebih 1 juta Yen Jepang, April 2005)

Seminar berskala kecil untuk para pegawai di lingkungan Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional dalam rangka memperkenalkan pengalaman Jepang dalam menangani trauma akibat bencana.

(ii) Pelatihan untuk Trauma (Pelatihan lokal, Agustus 2005)

Pelatihan lokal untuk para pegawai Departemen Kesehatan & Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, para psikiater (dari berbagai LSM), dan, untuk selanjutnya terhadap para petugas Puskesmas di Aceh.

(3) Pembangunan Kembali Masyarakat

Program ini sifatnya berbasis masyarakat dan merupakan program terintegrasi untuk rekonstruksi desa para nelayan dan petani. Program ini difokuskan pada wilayah pesisir di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Meulaboh, dan Nias . Komponen utama dari program ini adalah bantuan dalam rangka mendorong para korban bencana tsunami, termasuk di dalamnya para pengungsi, untuk mendapatkan kesempatan kerja dalam mencari nafkah. Kegiatan ini akan mengkombinasikan aspek sosial dan budaya dalam membangun kembali masyarakat. (Program Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment Program/CEP), 110 juta Yen Jepang (12 proyek), Maret 2005 - Maret 2006)

(a) Bantuan untuk memberikan kesempatan kerja

Bantuan ini meliputi penyediaan peralatan & bahan, seperti perahu, jala, mesin pengering; fasilitasi pelatihan untuk mengembangkan keterampilan & mengelola bisnis di bidang perikanan, pemrosesan ikan asin, peternakan, pertanian (hortikultura), industri rumah tangga (seperti pembuatan baju, kue),

(6)

perdagangan; serta dukungan terhadap pengembangan kelembagaan untuk keuangan mikro. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan untuk mengembalikan kesempatan kerja masyarakat.

(b) Bantuan untuk Post Trauma Syndrome Disease (PTSD)/Penanganan Trauma

Bantuan ini berupa pelaksanaan penyembuhan PTSD/trauma melalui kombinasi pendekatan psikologis, sosial & keagamaan serta pengembangan SDM melalui ber bagai kegiatan budaya (drama, dsb) dan program radio. Selain itu, diberikan juga berbagai pelatihan teknis kepada para pemimpin masyarakat mengenai ketiga pendekatan di atas & kegiatan penciptaan penghasilan. Prioritas diberikan kepada anak -anak dan remaja.

(c) Rekonstruksi fasilitas air/sanitasi dan kegiatan pendidikan kesehatan publik

Bantuan ini terdiri atas rekonstruksi fasilitas air/sanitasi, kegiatan pendidikan untuk masyarakat mengenai pemeliharaan fasilitas air/sanitasi serta kesehatan publik, dan program penanaman hutan yang dimotori oleh masyarakat.

(d) Pengembangan kapasitas masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan rekonstruksi serta peningkatan kerjasama antar anggota masyarakat

Bantuan terhadap pembangunan kapasitas masyarakat melalui pendekatan partisipatif (untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan pedesaan dan proyek-proyek), pendekatan untuk meningkatkan kegiatan kolektif & kooperatif masyarakat, serta pendekatan untuk meningkatkan peran wanita dalam pembangunan masyarakat.

(4) Rekonstruksi Ekonomi Lokal

Fokus dari program tersebut (saat ini) adalah revitalisasi industri lokal yang terimbas oleh tsunami dengan penekanan pada revitalisasi ekonomi yang dimotori oleh lokal. Sedangkan untuk jangka menengah & panjang, fokusnya akan beralih ke promosi industri pertanian & perikanan sebagai bagian dari rekonstruksi ekonomi lokal.

(7)

(a) Promosi UKM (yaitu industri lokal dan tradisional)

(i) Pelatihan pembuatan batu bata (pelatihan dalam negeri, kurang-lebih 2,6 juta Yen Jepang, 15 – 30 Juni 2005)

Pelatihan ini telah diselenggarakan di Banda Aceh oleh Balai Besar Keramik (Departemen Perindustrian) berdasarkan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Aceh yang ditujukan untuk para korban bencana. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan tingkat produksi batu bata, khususnya dengan adanya permintaan batu bata yang besar untuk pembangunan perumahan, serta untuk memperluas lapangan kerja. Sebanyak 40 orang berpartisipasi dalam pelatihan yang dilaksanakan di Desa Doy, Kecamatan Ulle Kareng, Banda Aceh tersebut.

(ii) Pelatihan pengelasan dan pengolahan logam (pelatihan dalam negeri, kurang-lebih 3,5 juta Yen Jepang, 4 – 23 Juli 2005)

Balai Besar Logam dan Mesin (Departemen Perindustrian) telah menyediakan pelatihan teknik pengelasan dan pengolahan logam yang diperlukan untuk rekonstruksi, khususnya yang berkaitan dengan pembuatan dan perbaikan kapal, mobil, mesin pertanian, dan peralatan pabrik lainnya, dengan sasaran para korban bencana di balai tersebut di Bandung.

(iii) Pelatihan garmen dan sulaman (pelatihan dalam negeri, kurang-lebih 3,6 juta Yen Jepang, 14 – 28 September 2005)

Balai Besar Tekstil (Departemen Perindustrian) telah melaksanakan pelatihan teknik pembuatan baju dan sulaman bernuansa Islam dengan sasaran para korban bencana di balai tersebut di Bandung.

(iv) Pelatihan minyak nilam/Patchouli oil (pelatihan dalam negeri, kurang-lebih 1,55 juta Yen Jepang, masih dalam tahap perencanaan)

Balai Besar Kimia dan Kemasan (Departemen Perindustrian) akan melaksanakan pelatihan mengenai produksi dan teknologi pengawasan mutu minyak nilam yang merupakan bagian dari industri tradisional Aceh dan sudah mulai diekspor ke Jepang.

(5) Penguatan Kapasitas Tata Pemerintahan untuk Melaksanakan Otonomi Daerah Khusus

Program ini bertujuan membangun kembali pemerintah daerah yang menghadapi permasalahan kurangnya SDM oleh karena tsunami dan untuk memperkuat kapasitas pemerintah daerah di tingkat propinsi, kabupaten, dan kecamatan dalam melaksanakan otonomi khusus.

(8)

(a) Pelatihan untuk Para Camat (pelatihan dalam negeri, dalam rangka proyek kerjasama teknik “Human Resource Development for Local Governance,” kurang-lebih 10 juta Yen Jepang, 13 Juni – 22 Juli 2005)

Sebanyak 229 dari seluruh 241 camat di Aceh telah berpartisipasi dalam pelatihan mengenai administrasi lokal dan partisipasi masyarakat yang terselenggara melalui kerjasama dengan Badan Pendidikan & Pelatihan (Diklat) Departemen Dalam Negeri dan Pusat Diklat Propinsi Aceh.

(b) Pelatihan untuk Pegawai Pemerintah Lokal (pelatihan khusus untuk Aceh, 5,3 juta Yen Jepang)

Pelatihan mengenai pembangunan sosial lokal partisipatif telah dilaksanakan berdasarkan kerjasama dengan Universitas Hasanudin untuk para staf pengajar Universitas Syah Kuala dengan harapan mereka, sebagai pelatih, akan mampu menyebarkan metode tersebut kepada para pembuat kebijakan & pegawai pemerintahan di tingkat daerah.

(c) Bantuan terhadap Pemilihan Langsung Kepala Daerah/Pilkada (proyek kerjasama teknik [pelatihan di Jepang, pelatihan dalam negeri] kurang-lebih 15 juta Yen Jepang, Juli - September 2005)

Bantuan ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas Komisi Independen Pemilu (KIP) di tingkat propinsi Aceh dan kabupaten, termasuk juga pendidikan sipil. Sebagai bantuan tahap awal, JICA telah memfasilitasi pengiriman beberapa anggota K IP ke Padang untuk studi banding pelaksanaan Pilkada di Bukit Tinggi, Sumatra Barat.

(6) Lain-lain

(a) Penguatan Kapasitas Para Profesional di bidang Hukum menyangkut Perselisihan Hukum Paska-Tsunami

(i) Seminar Pilihan Penyelesaian Sengketa/PPS (Pelatihan dalam negeri, Des. 2005-Mar. 2006) Dalam rangka mendukung penguatan kapasitas para professional di bidang hukum dalam menyelesaikan perselisihan hukum paska-tsunami, JICA memfasilitasi pelaksanaan seminar PPS dengan memanfaatkan JICA-Net (teleconference) yang diharapkan akan diikuti oleh para hakim Pengadilan Syariah, pegawai Badan Pertanahan Nasional, pengacara lokal, LSM di bidang hukum, dan para akademisi.

(ii) Pelatihan Judisial (Pelatihan di Jepang, Des. 2005)

Ketua Pengadilan Syariah NAD telah mengikuti pelatihan di Jepang dalam rangka meningkatkan pemahaman penggunaan metode-metode PPS dalam menyelesaikan perselisihan hukum di pengadilan.

(9)

3. Pembangunan Kapasitas & Pengembangan Kelembagaan Sistem Peringatan Dini Tsunami & Manajemen Bencana (Jangka pendek-me nengah-panjang)

(1) Rencana Kota & Tata Ruang dengan Aspek Manajemen Bencana

Proyek Rencana Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Kota Banda Aceh (Studi Pembangunan mendesak, “Program Bantuan Rehabilitasi & Rekonstruksi Mendesak untuk Propinsi Aceh & Daerah-daerah yang Terkena di Sumatra Utara,” kurang-lebih 521 juta Yen Jepang, Maret 2005-Maret 2006)

Bantuan terhadap pemeliharaan sistem informasi geografis (GIS) dan perencanaan tata ruang di Banda Aceh.

(2) Penguatan Kelembagaan Pemerintah Daerah & Kapasitas Masyarakat dalam Pencegahan & Manajemen Bencana

(a) Mobile Mangrove Training (proyek kerjasama teknik “Proyek Pusat Informasi Bakau,” kurang-lebih 3,08 juta Yen Jepang, April & Mei 2005)

Program ini bertujuan mengembangkan kawasan/jalur yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk merehabilitasi dan melindungi hutan pantai yang rusak oleh tsunami di wilayah Aceh Besar. Pelatihan untuk para pelatih ini telah dilaksanakan untuk para pegawai pemerintah kabupaten dan beberapa LSM.

(b) Lokakarya tentang Gempa Hanshin-Awaji

Dukungan bagi pelaksanaan lokakarya yang terselenggara pada 20 Juli 2005 di Jakarta dan diikuti oleh kurang-lebih 100 peserta yang umumnya merupakan pegawai pemerintahan yang terkait dengan usaha rekonstruksi, baik di tingkat pusat maupun daerah (Aceh & Nias). Tujuan dari lokakarya tersebut adalah agar para peserta dapat belajar dari pengalaman rehabilitasi & rekonstruksi pasca-gempa Kobe. Gubernur Hyogo, Jepang, menjadi pembicara utama dalam lokakarya tersebut.

JICA Indonesia Office

Plaza BII Tower II, 27th fl., Jl. M.H. Thamrin No. 51, Jakarta 10350

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan kebiasaan belajar antara mahasiswa jurusan P.IPS angkatan 2007 yang diterima melalui jalur reguler

Inspektorat Daerah Bengkulu Selatan tidak dapat menjalankan perannya.. Dalam hal dana dan prasarana yang kurang dari pemerintah. daerah, harusnya inspektorat dapat

Hasil dari implementasi algoritma apriori terhadap kedua datasets tersebut didapatkan perilaku proses pada apriori yang ditampilkan dari hasil waktu eksekusi dan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan Karbon Aktif sebagai penghilang komedo dapat dilihat pada tabel pengamatan di atas bahwa pada tabel 4.1 diketahui bahwa

Madrasah Ibtidaiyah Taman Pemuda Islam Keramat dipilih sebagai tempat penelitian, karena di MI ini termasuk MI yang sudah memakai ARD (aplikasi Raport Digital)

Pada tugas akhir ini yang akan dijadikan penelitian adalah Fixed Mooring Dolphin dimana fixed mooring dolphin dibangun di laut, untuk tempat kapal bersandar pada dermaga

3) Melalui kegiatan Membuat Rancangan Alat Vacuum Cleaner sederhana siswa dapat merancang Pembuatannya dengan Penerapan Azas Kontiunitas dan Hk.Bernoulli. 4) Siswa dapat

The phenomenon of student learning outcomes is low because teachers are still using conventional learning models in which teachers are more actively explaining and