• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revolusi Mental Menurut Bung Karno

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Revolusi Mental Menurut Bung Karno"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Revolusi Mental Menurut Bung Karno

http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2123-revolusi-mental-menurut-bung-karno.html Minggu, 21 Juni 2015

Rudi Hartono (Ist) Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia. Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,--setelah sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965. Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.

Oleh : Rudi Hartono*

Revolusi mental! Gagasan ini sedang naik daun kembali. Memang, sejak Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggulirkannya, gagasan ini cukup ramai diperdebatkan.

Gagasan ‘revolusi mental’ menggoda banyak orang. Bagi mereka, revolusi mental dibutuhkan untuk membabat habis mentalitas, mindset, dan segala bentuk praktik buruk yang sudah mendarah-daging sejak jaman Orde Baru hingga sekarang. Namun, tidak sedikit pula yang mencibir gagasan ini sebagai ‘ide komunistik’.

Gagasan revolusi mental, sebagai usaha memperharui corak berpikir dan bertindak suatu masyarakat, bisa ditemukan di ideologi dan agama manapun. Dalam Islam pun ada gagasan revolusi mental, yakni konsep ‘kembali ke fitrah’: kembali suci atau tanpa dosa. Jadi, gagasan ini bukanlah produk komunis atau ideologi-ideologi yang berafiliasi dengan marxisme.

(2)

2 Namun, terlepas dari polemik itu, Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 ini patut diapresiasi. Sebab, bukan hanya berhasil mencuatkan kembali nama dan figur Bung Karno, tetapi juga berhasil mempopulerkan kembali gagasan-gagasan revolusi nasional Indonesia. Salah satunya: Revolusi Mental.

Dalam revolusi nasional Indonesia, gagagasan revolusi mental memang tidak bisa dipisahkan dari Bung Karno. Dialah yang menjadi pencetus dan pengonsepnya. Dia pula yang mendorong habis-habisan agar konsep ini menjadi aspek penting dalam pelaksanaan dan penuntasan revolusi nasional Indonesia.

Saya kira, sebelum mengulas esensi revolusi mental versi Bung Karno, kita perlu mengenal konteks sosial-historis yang melahirkan gagasan Bung Karno tersebut. Sebab, tanpa mengenal konteks sosial-historisnya, kita juga akan bias menangkap esensi dan tujuan dari gagasan tersebut.

Gagasan revolusi mental mulai dikumandangkan oleh Bung Karno di pertengahan tahun 1950-an. Tepatnya di tahun 1957. Saat itu revolusi nasional Indonesia sedang ‘mandek’. Padahal, tujuan dari revolusi itu belum tercapai.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan revolusi itu mandek. Pertama, terjadinya penurunan semangat dan jiwa revolusioner para pelaku revolusi, baik rakyat maupun pemimpin nasional. Situasi semacam itu memang biasa terjadi. Kata Bung Karno, di masa perang pembebasan (liberation), semua orang bisa menjadi patriot atau pejuang. Namun, ketika era perang pembebasan sudah selesai, gelora atau militansi revolusioner itu menurun.

Kedua, banyak pemimpin politik Indonesia kala itu yang masih mengidap penyakit mental warisan kolonial, seperti “hollands denken” (gaya berpikir meniru penjajah Belanda). Penyakit mental tersebut mencegah para pemimpin tersebut mengambil sikap progressif dan tindakan revolusioner dalam rangka menuntaskan revolusi nasional.

Sementara di kalangan rakyat Indonesia, sebagai akibat praktek kolonialisme selama ratusan tahun, muncul mentalitas ‘nrimo’ dan kehilangan kepercayaan diri (inferiority complex) di hadapan penjajah.

Ketiga, terjadinya ‘penyelewengan-penyelewengan’ di lapangan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Penyelewengan-penyelewengan tersebut dipicu oleh penyakit mental rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. Juga dipicu oleh alam berpikir liberal, statis, dan textbook–thinkers(berpikir berdasarkan apa yang dituliskan di dalam buku-buku).

(3)

3 Di lapangan ekonomi, hingga pertengahan 1950-an, sektor-sektor ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh modal Belanda dan asing lainnya. Akibatnya, sebagian besar kekayaan nasional kita mengalir keluar. Padahal, untuk membangun ekonomi nasional yang mandiri dan merdeka, struktur ekonomi kolonial tersebut mutlak harus dilikuidasi.

Namun, upaya melikuidasi struktur ekonomi nasional itu diganjal oleh sejumlah pemimpin politik dan ahli ekonomi yang mengidap penyakit rendah diri (minderwaardigheid-complex). Bagi mereka, Indonesia yang baru merdeka belum punya modal dan kemampuan untuk mengelola sendiri kekayaan alamnya. Karena itu, mereka menganjurkan kerjasama dengan negara-negara barat dan sebuah kebijakan ekonomi yang toleran terhadap modal asing.

Di lapangan politik, Indonesia kala itu mengadopsi demokrasi liberal yang berazaskan “free fight liberalism”. Alam politik liberal itu menyuburkan perilaku politik ego-sentrisme, yakni politik yang menonjolkan kepentingan perseorangan, golongan, partai, suku, dan kedaerahan. “Dulu jiwa kita dikhidmati oleh tekad: aku buat kita semua. Sekarang: aku buat aku!” keluh Bung Karno.

Demokrasi liberal ini juga menyebabkan ketidakstabilan politik dan perpecahan nasional. Akibatnya, dalam periode demokrasi liberal antara tahun 1950 hingga 1959, terjadi 7 kali pergantian pemerintahan/kabinet. Tak hanya itu, gerakan separatisme dan fundamentalisme juga menguat kala itu.

Bung Karno menyebut demokrasi liberal sebagai “hantam-kromo”; bebas mengkritik, bebas mengejek, dan bebas mencemooh. Di sini Bung Karno tidak alergi dengan kebebasan menyatakan pendapat dan melancarkan kritik. Namun, menurut dia, setiap kebebasan mestilah punya batas, yakni kepentingan rakyat dan keselamatan negara. Di lapangan kebudayaan merebak penyakit individualisme, nihilisme dan sinisme. Kebudayaan tersebut membunuh kepribadian nasional bangsa Indonesia yang berdasarkan kolektivisme dan gotong-royong. Tak hanya itu, kebudayaan feodal dan imperialistik juga bergerilya menanamkan jiwa pengecut, penakut, lemah, dan tidak percaya diri kepada rakyat Indonesia dalam bertindak dan berbuat.

Itulah yang dihadapi oleh revolusi nasional saat itu. Dan, di mata Bung Karno, sebagian besar rintangan terhadap revolusi di atas bersumber pada corak berpikir dan bertindak yang bertolak-belakang dengan semangat kemajuan. Jadi, revolusi mental ala Bung Karno itu sangat dipengaruhi oleh konteks ekonomi-politik jaman itu. Revolusi mental-nya juga tidak diisolir dari perjuangan mengubah struktur ekonomi-politik kala itu.

(4)

4 Karena itu, Bung Karno menyerukan perlunya “Revolusi Mental”. Dia mengatakan, “karena itu maka untuk keselamatan bangsa dan negara, terutama dalam taraf nation building dengan segala bahayanya dan segala godaan-godaannya itu, diperlukan satu Revolusi Mental.”

Esensi dari revolusi mental ala Bung Karno ini adalah perombakan cara berpikir, cara kerja/berjuang, dan cara hidup agar selaras dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi nasional. “Ia adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala,” kata Bung Karno.

Perombakan cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup ini punya dua tujuan besar: pertama, menamankan rasa percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan sendiri; dan kedua, menanamkan optimisme dengan daya kreatif di kalangan rakyat dalam menghadapi rintangan dan kesulitan-kesulitan bermasyarakat dan bernegara.

Untuk melancarakan revolusi mental ini, Bung Karno kemudian menganjurkan ‘Gerakan Hidup Baru’. Gerakan ini merupakan bentuk praksis dari revolusi mental. Menurut Soekarno, setiap revolusi mestilah menolak ‘hari kemarin’ (reject yesterday). Artinya, semua gaya hidup lama, yang tidak sesuai dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi, mestilah dibuang.

Namun, ia menolak anggapan bahwa Gerakan Hidup Baru hanyalah soal penyederhanaan alias hidup sederhana. “Buat apa sederhana, kalau kesederhanaan itu ya sederhanannya seorang gembel yang makan nasi dengan garam saja, tidak dari piring tapi dari daun pisang, dan tidur di tikar yang sudah amoh, tetapi jiwanya mati seperti kapas yang sudah basah, yaitu jiwa mati yang tiada gelora, jiwa mati yang tiada ketangkasan nasional sama sekali, jiwa mati yang tiada idealisme yang berkobar-kobar, jiwa mati yang tiada kesediaannya untuk berjuang. Buat apa kesederhanaan yang demikian itu?” katanya. Bung Karno sadar, revolusi mental tidak akan berjalan hanya dengan celoteh dan kotbah tentang pentingnya perbaikan moral dan berpikir positif. Revolusi mental versi Bung Karno bukanlah ajakan berpikir positif dan optimistik ala Mario Teguh. Karena itu, sejak tanggal 17 Agustus 1957 pemerintahan Soekarno melancarkan sejumlah aksi: hidup sederhana, gerakan kebersihan/kesehatan, gerakan pemberantasan buta-huruf, gerakan memassalkan gotong-royong, gerakan mendisiplikan dan mengefisienkan perusahaan dan jawatan negara, gerakan pembangunan rohani melalalui kegiatan keagamaan, dan penguatan kewaspadaan nasional.

(5)

5 Yang menarik, semisal dalam gerakan hidup sederhana, yang ditekankan bukan hanya soal gaya hidup sederhana dan hidup hemat, tetapi juga upaya menghentikan impor barang-barang kebutuhan hidup dari luar negeri, penghargaan terhadap produksi nasional, dan membangkitkan kesadaran berproduksi. Soekarno sadar, gerakan hidup sederhana akan percuma jika nafsu belanja/konsumtifisme tidak terkendali. Apalagi, jika nafsu belanja itu adalah belanja barang impor.

Begitu juga dengan gerakan kebersihan/kesehatan. Di sini tidak hanya ajakan menjaga kebersihan, tetapi gerakan memassalkan olahraga sebagai jalan membangun kesehatan jasmani.

Juga dalam gerakan pemberantasan buta-huruf. Saat itu pemerintah sangat sadar, bahwa baca-tulis adalah penting untuk peningkatan taraf kebudayaan rakyat. Karena itu, pemerintah menggalang mobilisasi rakyat untuk mensukseskan gerakan ini.

Memang, seperti diakui Soekarno, revolusi mental bukanlah pekerjaan satu-dua hari, melainkan sebuah proyek nasional jangka panjang dan terus-menerus. “Memperbaharui mentalitet suatu bangsa tidak akan selesai dalam satu hari,” ujarnya. Dia juga bilang, memperbaharui mentalitas suatu bangsa tidak seperti orang ganti baju; dilakukan sekali dan langsung tuntas.

* Pengurus Komite Pimpinan Pusat – Partai Rakyat Demokratik (PRD), Pemimpin Redaksi Berdikari Online

Pada Bung Karno Kita Bercermin

http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2130-pada-bung-karno-kita-bercermin.html Selasa, 23 Juni 2015

Bung Karno Berpidato menjadi cover majalah asing LIFE (Ist) Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi dasar Ideologi Negara Republik Indonesia.

(6)

6 Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,--setelah sebuah kudeta militer yang didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965. Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.

Oleh : Muhyi*

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno adalah sosok yang tak pernah usai untuk belajar. Sejak muda sampai akhir hayat selalu berfikir cara untuk lebih mensejahterakan rakyat dan membangun tatanan keadilan buat semua umat manusia. Perjuangannya tidak pernah usai bahkan ajarannya sampai saat ini tetap hidup dan dipelajari dan dikaji. Tentu saja zaman masa remaja dan pemuda Bung Karno dipengaruhi dengan berbagai pergolakan di tanah air bahkan Dunia.

Pada saat itu perjuangan rakyat di Hindia Belanda (nusantara) baru memasuki abad pencerahan. Bentuk perjuangan yang tadinya sporadis. Abad 20 awal masih menyimpan patriotisme perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponogoro di Jawa dan berbagai perang lainnya di daerah-daerah lainnya. Kebijakan kolonial Belanda di Indonesia memasuki abad politik etis,--yang dipelopori kaum lkiberal dan sosial demokrat di negeri Belanda. Sehingga kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul mulai terbukan di Indonesia.

Kebebasan tersebut melahirkan pertumbuhan organisasi, serikat buruh, para pemikir, organizer, aktivis dari gerakan sosial sampai gerakan politik. Latar belakang ini yang mempengaruhi Soekarno yang kebetulan kos di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya. HOS Cokroaminoto pada waktu itu sudah menjadi pimpinan dari Serikat Islam, sebuah organisasi massa dibidang sosial ekonomi yang belakangan menjadi sangat politis. Bersama Soekarno, anak-anak kos di rumah Cokroaminoto yang lain adalah, Sekarmadji Kartosuwiryo dan Muso dan beberapa pemuda lainnyanya yang belakangan menjadi penggerak gerekan menuju Kemerdekaan Indonesia.

Lingkungan itulah yang membuat para pemuda termasuk Bung Karno menjadi tertempa oleh situasi pergerakan. Dengan bekal ilmu yang ditimba dari lingkungan tersebut Bung Karno mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Dirinya kemudian memilih sekolah di sekolah tehnik yang sekarang menjadi Intitute Tehnologi Bandung (ITB) di Bandung. Kuliah tidak melepaskan niat Bung Karno untuk

(7)

7 tetap terlibat dalam pergerakan. Diskusi, rapat-rapat, pengumpulan massa bahkan aksi-aksi demonstrasi merupakan dunia aktivis termasuk Bung Karno di Bandung.

Lingkungan semacam inilah yang sudah tidak ada dimasa sekarang. Ditengah kebebasan demokrasi liberal saat ini, justru niat untuk belajar dan berjuang menjadi menipis didominasi kehidupan hedonis dan pragmatis dikalangan anak muda dan mahasiswa. Berbagai fasilitas komunikasi dari handphone sampai internet tersebdia untuk menjelajah sampai dipelosok dunia manapun. Namun yang hilang saat ini adalah spirit dan ideologi patriotisme dan nasionalisme yang progresif revolusioner. Sehingga, walaupun dunia telah terbuka oleh demokrasi liberal, namun dekadensi moral justru menghegemoni dikalangan kaum muda. Padahal penindasan terus berlangsung sampai hari ini di depan mata berupa, penghisapan buruh, perampasan tanah, perampasan hak-hak mendasar rakyat dibindang pendidikan dan kesehatan, kemiskinan merajalela. 90 persen wilayah Indonesia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing.

Spirit patriotisme dan nasionalisme yang progresif dan revolusioner di jaman Soekarno lahir dari perlawanan rakyat yang terus menerus tiada henti melawan kolonialisme penjajah. Saat ini tidak semua perlawanan rakyat ditutupi oleh kuatnya kampanye keberhasilan sistim kapitalis lewat media-media massa cetak maupun elektronik. Kalaupun ada perlawanan rakyat yang cukup keras, maka dengan mudah pemerintah yang juga dari bangsa sendiri memenangkan isu dengan stempel perusuh, teroris, komunis, melanggar hukum dan lain sebagainya,--yang sebetulnya sama dengan yang dulu dilakukan pemerintah kolonial Belanda pada Soekarno dan kawan-kawan.

Bung Karno memberikan nilai tambah yang sangat besar buat arti Kemerdekaan. Bung Karno yakin sekali bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari bangsa lain. Nilai-nilai ajarannya masih up to date sampai saat ini. Saat ini justru rezim-rezim penguasa dan para politisi mendegradasikan dan melucuti arti kemerdekaan. Berbagai Undang-undang dan peraturan dibuat justru menyengsarakan rakyat. Salah satunya adalah Undang-undang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang didukung oleh seratus persen partai politik di DPR, LSM, Serikat-serikat buruh dan Pemerintah dari Megawati Soekarnoputri sampai Soesilo Bambang Yudhoyono. Akibatnya adalah rakyat kehilangan hak dasarnya atas perlindungan kesehatannya. Kewajiban negara untuk melindungi rakyat telah menjaddi kewajiban rakyat untuk membayar iuran dan co-sharing kalau pembiayan tidak ditanggan BPJS. Kalau tidak mampu bayar iuran dan co-sharing, rakyat silahkan mati karean tiak akan mendapatkan pelayanan kesehatan.

(8)

8 UU SJSN dan UU BPJS hanya salah satu dari ratusan undang-undang yang menyengsarakan rakyat. Tapi yang paling penting saat ini, para politisi DPR dan rezim-rezim berkuasa harus bertanggung jawab terhadap amandemen UUD’45 yang telah melucuti kedaulatan, kemandirian dan kepribadian Indonesia yang termaktib di dalam doktrin Tri Sakti Bung Karno.

Ajaran-ajaran Bung Karno saat ini menjadi up to date sebagai cermin pembanding,--untuk bertanya,--apakah saat ini rakyat dan bangsa Indonesia sudah merdeka seperti yang diiningkan para pendiri bangsa? Apakah generasi saat ini akan terus berdiam diri melihat kemerdekaan yang direbut dengan darah dan air mata jutaan rakayt Indonesia,--harus melenyap disapu bersih oleh kapitalisme?

Sebagai founding father atau bapak bangsa, Soekarno bersama dengan bapak-bapak bangsa Indonesia seperjuangan lain telah mengantarkan bangsa Indonesia dalam masa kemerdekaan dengan perjuangan tenaga, harta benda dan nyawa secara ikhlas dan tulus berjuang tanpa pamrih untuk kehidupan yang lebih baik buat seluruh bangsa Indonesia. Bukankah kita akan malu jika berjuang dengan berhitung untung rugi dan hanya mementingkan diri sendiri ? Sebagian orang bercita-cita masuk menjadi politisi bukan untuk memperbaiki bangsa ini, melainkan untuk iktu serta dalam perampokan sistimatis yang dibangun oleh sistim kapitalisme saat ini. Banyak anak muda, masuk menjadi angggota DPR atau menjadi eksekutif agar bisa korup memperkaya diri sepuas-puasnya. Mereka masa bodoh terhadap undang-undang titipan kaum kapitalis Internasional yang membutuhkan legitimasi untuk menjarah tanah dan air wilayah Indonesia.

Saat ini secara umum sudah banyak nilai-nilai yang di bangun oleh Bung Karno yang sudah luntur, Khususnya di Madura sudah jarang terdengar gaung dan semangat perjuangan sang proklamator ini. Para pemuda dan pemudi sudah banyak yang sibuk dengan hal yang berbau glamour dan individualistis, Jiwa sosial sudah hampir luntur.

Kenangan atau memori tentang semangat Bung Karno mungkin hanya di sebagian kecil teman-teman mahasiswa yang masih menghargai dan melestarikan semangat Bung Karno melalui organisasi kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan.

Sangat memprihatinkan sekali dan sangat miris kondisi ini. Sang proklamator yang seharusnya menjadi role model untuk kemajuan bangsa ini justru semakin di tinggalkan dan di lupakan.

(9)

9 Tetapi perjuangan belum usai dan tidak ada kata menyerah. Akan lahir pemuda, pemudi, bapak, ibu yang penuh perjuangan mengisi kemerdekaan ini baik untuk bangsa Indonesia maupun untuk kemanusiaan secara universal.

Soekarno adalah salah seorang yang memberikan tonggak, dan akan ada soekarno-soekarno lain yang kan memberikan tonggak lagi untuk kehidupan lebih baik di masa depan.

Generasi muda jangan pernah melupakan jasa dan pengorbanan Bung Karno, karena negara ini dibangun dan dilandasi oleh ide-ide dan gagasan beliau. Kita juga sebaiknya jangan mensia-siakan waktu masa muda ini, dan terus belajar demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita, bangsa dan negara. Pada Bung Karno dan kawan-kawan tidak cukup kita mengenang, tapi mari bercermin dan bergerak agar menjadikan cita-cita kemerdekaan 1945 sebagai suluh perjuangan. Mari berjuang terus bergandengan tangan dan jangan menyerah.

*Penulis adalah aktivis pemuda dan Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Bangkalan, Madura

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis, tanggal Dua puluh delapan bulan Juni tahun Dua ribu enam belas, dengan ini diumumkan sebagai pemenang lelang untuk paket pekerjaan:.. Kode Lelang

Pokja Pengadaan Barang I Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Denpasar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan barang secara elektronik

Distribusi Penggunaan dan Biaya Media Tanam Usahatani Jamur Tiram Per Petani Per Musim Tanam di Kota Medan dan Kab... Distribusi Penggunaan dan Biaya Pendukung Usahatani Jamur

Penurunan produksi tersebut terjadi karena adanya penurunan luas panen seluas 146 hektar (13,49 persen), sedangkan produktivitas ubi kayu mengalami peningkatan

Roscoe Davis, adalah suatu sistem dalam sebuah organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi

Sehubungan hal tersebut, diminta Saudara membawa dokumen company profile asli dan salinannya , serta menyampaikan Dokumen Penawaran yang asli yang sudah ditanda tangani. Demikian

Hasil penelitian menunjukkan variabel fundamental makro sebelum krisis global dan sesudah kriris global berpengaruh terhadap Risiko Sistematik.Variabel fundamental mikro dan makro

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini mengenai peningkatan penguasaan pengetahuan laundry melalui penggunaan video pembelajaran pada peserta didik di