• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisa jembatan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "analisa jembatan.pdf"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan nilai mata kuliah Struktur Baja Jembatan 1 pada semester 4 tahun ajaran 2013 – 2014

Oleh:

Doni Mardian

NIM. 121134011

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN

JEMBATAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat Rahmat dan Hidayah – Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Perancangan Struktur Jembatan Rangka Baja. Shalawat serta salam tidak lupa penyusun panjatkan kepada junjunan Nabi besar Muhammad SAW.

Dengan selesainya laporan perancangan struktur jembatan rangka baja, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan – masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Moeljono, Drs, SP1., sebagai dosen pembimbing pada mata kuliah Struktur Baja Jembatan 1.

2. Rekan – rekan 2 TPJJ yang telah memberikan dukungan dan saran atas penyusunan laporan ini.

3. Semua pihak yang terkait dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penyusun berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi Mahasiswa program studi D4 TPJJ POLBAN. Penyusun menyadari bahwa laporan yang dibuat tidak sempurna dan masih banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan masukan/saran dan kritik yang membangun agar dapat diperbaiki kedepannya.

Penulis,

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan ... 1 1.4 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II DATA TEKNIS ... 4

BAB III PERHITUNGAN BEBAN... 7

3.1 Beban Gelagar Memanjang ... 7

3.1.1 Beban Mati (DL) ... 7

3.1.2 Beban Hidup (LL) ... 8

3.1.3 Total Beban Pada Gelagar Memanjang... 8

3.2 Beban Gelagar Melintang ... 9

3.2.1 Beban Mati ... 9

3.2.2 Beban Hidup ... 10

3.2.3 Beban Angin ... 11

3.2.4 Total Beban Pada Gelagar Melintang ... 11

3.3 Beban Gelagar Induk ... 12

3.3.1 Akibat Beban Mati ... 12

3.3.2 Akibat Beban Angin ... 19

3.3.3 Akibat Beban Hidup ... 23

BAB IV PERENCANAAN DIMENSI GELAGAR ... 37

(4)

iii

4.1.1 Kontrol Terhadap Kekuatan ... 37

4.1.2 Kontrol Terhadap Bentang ... 38

4.1.3 Memeriksa terhadap geser... 40

4.2 Perencanaan Dimensi Gelagar Melintang ... 41

4.2.1 Kontrol Terhadap Kekuatan ... 41

4.2.2 Kontrol Terhadap Bentang ... 42

4.2.3 Memeriksa Terhadap Geser ... 43

4.3 Perencanaan Dimensi Gelagar Induk ... 43

4.3.1 Perencanaan Batang Bawah (B) ... 43

4.3.2 Perencanaan Batang Atas (A) ... 45

4.3.3 Perencanaan Batang Diagonal (Tarik) ... 47

4.3.4 Perencanaan Batang Diagonal (Tekan) ... 49

BAB V PERHITUNGAN SAMBUNGAN ... 52

5.1 Data Perhitungan Sambungan ... 52

5.2 Menghitung Gaya pikul 1 baut (n = 1) ... 52

5.3 Pola Letak Baut ... 52

5.4 Perencanaan Baut Untuk Gelagar Induk ... 53

BAB VI KESIMPULAN ... 54

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di zaman modern ini semakin persat. Di era globalisasi saat ini kita dituntut dalam mengembangkan teknologi. Persaingan semakin ketat setelah adanya kebijakan tentang AFTA yang menuntut negara kita untuk bekerja keras meningkatkan sumber daya manusia, sarana, dan prasarana. Prasarana memiliki peran penting dalam aspek transportasi, efisiensi waktu, dan tempat. Prasarana jalan adalah salah satu hal yang penting untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi negara ini. Prasarana ini dapat menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Prasarana jalan tidak hanya meningkatkan perekonomian saja, dalam hal industrialisasi dan moderenisasi pun prasarana jalan sangat penting. Pembangunan prasarana jalan di negara ini tidak bisa dilaksanakan tanpa pembangunan jembatan karena kondisi geografis Indonesia yang cenderung memiliki kontur beragam. Pembangunan jembatan pun dinilai lebih efisien dan murah dibandingkan membangun terowongan. Pembangunan jembatan tidak bisa disepelekan melihat kegagalan-kegagalan konstruksi jembatan yang ada di Indonesia. Kegagalan-kegalan konstruksi jembatan ini tentunya sangat merugikan bangsa Indonesia mengingat bahwa laju ekonomi dari hari ke hari semakin besar. Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa ditugaskan untuk merancang suatu jembatan rangka baja yang sesuai dengan ketentuan standar agar kami dapat ilmu sebelum kami turun ke lapangan.

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara melakukan pembebanan pada jembatan rangka baja?

2. Bagaimana cara merencanakan dimensi kebutuhan penampang jembatan rangka baja? 3. Bagaimana cara merencanakan sambungan pada jembatan rangka baja?

1.3

Tujuan

Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami cara melakukan pembebanan pada jembatan rangka baja.

2. Memahami cara merencanakan kebutuhan penampang jembatan rangka baja. 3. Memahami cara merencanakan sambungan pada jembatan rangka baja.

(6)

2

1.4

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERHITUNGAN BEBAN

BAB III PERENCANAAN KEBUTUHAN PENAMPANG

BAB IV PERENCANAAN SAMBUNGAN

(7)

3

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM DIPLOMA-4 TPJJ

TUGAS SEMESTER IV

STRUKTUR BAJA JEMBATAN

NAMA MAHASISWA : Doni Mardian…..……… T. Tangan Dosen

NIM : 121134011………

KELAS : 2 - TPJJ……….…....

TGL PENUGASAN :

A. DATA PERENCANAAN :

a. Type Rangka : (a), ( b), (c), (d)

b. Bentang Jembatan (L) : 40,00m. 45,00m . 50,00m . 55,00m . 60,00m c. Lebar Jembatan (B) : 8 mm

d. Tebal Pelat Lantai Kendaraan : 22,00 cm

e. Kelas Muatan : A/I , B/II , C/III f. Mutu Baja : BJ37 , BJ.41 , BJ.50

g. Sambungan –sambungan : Dengan Baut Mutu Tinggi & Las sudut h. Lain-lain : Tentukan sendiri

B. BENTUK RANGKA :

C. DIMINTA :

a. Perhitungan Perencanaan Dimensi Batang rangka & Gelagar/ Balok b. Perhitungan Sambungan-sambungan

c. Gambar Rencana & Gambar Kerja d. Gambar Detail-Detail Sambungan

e. Gunakan Teori pembebanan & Syarat Perencanaan dari buku SNI Bina Marga

a

b

(8)

4

BAB II

DATA TEKNIS

Data teknik perancangan sebagai berikut.

a. Type Rangka : (d)

b. Bentang Jembatan (L) : 40 m c. Sudut Batang Rangka Tepi (α) : 63,43 ͦ

d. Lebar Jembatan (B) : 8 m

e. Tebal Perkerasan (Aspal) : 5 cm f. Tebal Pelat Lantai Kendaraan : 22 cm

g. Mutu Baja (BJ) : BJ-50

h. Kelas/Muatan : B/II

i. Sambungan – sambungan : Baut & Las

j. Tinggi Rangka (H) : 6 m

k. Jarak antar Gelagar melintang (λ) : 5 m l. Jarak antar Gelagar memanjang (b) : 1.35 m

m. Lebar Trotoar : 1 m

Panjang tiap batang pada rangka Jembatan seperti tabel di bawah ini. Tabel 1.1. Panjang Batang Pada Rangka Jembatan

Nama Batang Dimensi (m) Jumlah Total (m)

d 1-16 5.59 16 89.4

a 1-7 5 7 35

b 1-8 5 8 40

(9)

5 55 .9 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 TAMPAK SAMPING SKALA 1:100 a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 d11 d12 d13 d14 d15 d16 H=5 0 00 h' h 5% 5% GELAGAR MEMANJANG TROTOAR GELAGAR INDUK LANTAI KENDARAAN t=22 cm ASPAL t=5 cm 1000 1000 POTONGAN 1-1 SKALA 1 : 50 8 m 1,3 m 1,35 m 1,35 m 1,35 m 1,35 m 1,3 m GELAGAR MELINTANG

(10)

6 GELAGAR MEMANJANG GELAGAR MELINTANG ASPAL t = 5cm TROTOAR PELAT BETON t=22cm 80 400 TAMPAK ATAS SKALA 1:100 10 13 13,5 13,5 13,5 13,5 13 50 50 60 10

(11)

7

BAB III

PERHITUNGAN BEBAN

3.1 Beban Gelagar Memanjang

3.1.1 Beban Mati (DL)

Berat Aspal = 0.05 x 1.35 x 22

= 1.485 kN/m

Berat Genangan air = 0.5 x 1.35 x 9.8 = 6.615 kN/m Berat Pelat Lantai = 0.22 x 1.35 x 24

= 7.128 kN/m

Berat Balok Profil = 2 kN/m +

= 17.228 kN/m

Panjang bentang jembatan = 5 m

Momen dan gaya geser akibat beban mati max MDL = 1/8 x Qdl x L2 = 1/8 x 17.228 x 52 = 53.84 kNm DDL = 1/2 x Qdl x L = 1/2 x 17.228 x 5 = 43.07 kN

(12)

8

3.1.2 Beban Hidup (LL) *Beban Terbagi Rata

L ≤ 30 m ; q = 9 kPa = kN/m2 qu = q UDL x 100% x b = 9 x 1.35 = 12.15 kN/m *Beban Garis P = 49 kN/m Pu = P x b = 49 x 1.35 = 66.15 Kn

Momen dan gaya geser akibat beban hidup max MLL = 1/8 x QLL x L2 + 1/4 x PLL x L = 1/8 x 12.15 x 52 + 1/4 x 66.15 x 5 = 120.66 kNm DLL = 1/2 x QLL x L + PLL = 1/2 x 12.15 x 5 + 66.15 = 96.525 kN

3.1.3 Total Beban Pada Gelagar Memanjang Mu = 1.2 x 53.84 + 1.6 x 120.66 x 70%

= 199.75 kNm

Du = 1.2 x 43.07 + 1.6 x 96.525 x 70% = 159.79 kN

(13)

9

3.2 Beban Gelagar Melintang 3.2.1 Beban Mati

* Akibat Gelagar Memanjang qeq =

∑𝑉𝑢 𝐵 = 43.07 𝑥 88 = 43.07 kN/m * Akibat Beban Profil (asumsi)

WF.700.300.13.24 = 1.85 kN/m = qbs Momen dan gaya geser akibat beban mati max MDL = 1/8 x (qeq + qbs)x L2 = 1/8 x (53.84 + 1.85) x 82 = 445.52 kNm DDL = 1/2 x (qeq + qbs) x L = 1/2 x (43.07 + 1.85) x 8 = 179.68 kN

(14)

10 3.2.2 Beban Hidup QLLeq = (2 𝑥 𝑄𝑡𝑟 𝑥 𝑙𝑡) +(2 𝑥 𝑄𝑢𝑑𝑙 𝑥 𝑙𝑥 𝑥 50%)+(𝑞𝑢𝑑𝑙 𝑥 100% 𝑥 5.5) 𝐵 x λ = (2 𝑥 12 𝑥 1) +(2 𝑥 9 𝑥 0.25 𝑥 50%)+(9 𝑥 100% 𝑥 5.5) 8 x 5 = 47.35 kN/m PLLeq = 𝑃 𝑥 50% 𝑥 2 𝑥 𝑙𝑥 +𝑃 𝑥 100% 𝑥 5.5 6 = 49 𝑥 50% 𝑥 2 𝑥 0.25 +49 𝑥 100% 𝑥 5.5 6 = 49.96 kN/m QuLL = QLleq + PLleq = 47.35 + 49.96 = 97.31 kN/m

Momen dan gaya geser akibat beban hidup max MLL = 1/8 x QuLL x L2 = 1/8 x 97.31 x 82 = 778.48 kNm DLL = 1/2 x QuLL x L = 1/2 x 97.31 x 8 = 389.24 Kn

(15)

11 3.2.3 Beban Angin W = w x λ x 2 = 0.5 x 5 x 2 = 5 kN Vw = 𝑊 𝑥 21.75 = 5 𝑥 21.75 = 5.71 kN Mw = ¼ x 5.71 x 8 = 11.42 kNm

3.2.4 Total Beban Pada Gelagar Melintang Mu = 1.2 x 359.36 + 1.6 x 778.48 x 70% + 11.42

= 1314.55 kNm

Du = 1.2 x 179.68 + 1.6 x 389.24 x 70% + 5.71 = 657.27 kN

(16)

12

3.3 Beban Gelagar Induk 3.3.1 Akibat Beban Mati

Berat Rangka *asumsi =2 kN/m

PD = Reaksi Gelagar Melintang + Berat Rangka = 179.68 + 164.4𝑥28

= 220.78 x 1.2 = 264.94 kN

Hitung Gaya Batang Akibat Beban Mati ½ PD = 132.47 kN

PD = 264.94 kN Va=Vb = ½ x ∑ PD

= 1059.76 kN Sudut Struktur Rangka Arc tgn (5/2.5) = 63.43o

(17)

13 a) Tinjau terhadap titik A

Σ𝑉 = 0 +𝑉𝑎 −12× 𝑃𝐷 + 𝑑1 × sin 63.43 = 0 +1059.76 − 132.47 + 𝑑1 × sin 63.43 = 0 927.29 +𝑑1 × sin 63.43 = 0 d1 = -1036.79 kN (Tekan) Σ𝐻 = 0 𝑑1 × cos 63.43 + 𝑏1 = 0 −463.75 + 𝑏1 = 0 b1 = +463.75 kN (Tarik)

b) Tinjau terhadap titik C

Σ𝑉 = 0 +𝑑1 × sin 63.43 − 𝑑2 × sin 63.43 = 0 +927.3 − 𝑑2 × sin 63.43 = 0 d2 = + 1036.79 kN (Tarik) Σ𝐻 = 0 +𝑑1 × cos 63.43 + 𝑑2 × cos 63.43 + 𝑎1 = 0 463.75 + 463.75 + 𝑎1 = 0 a1 = -927.5 kN (Tekan)

c) Tinjauan terhadap titik D

Σ𝑉 = 0 +𝑑2 × sin 63.43 + 𝑑3 × sin 63.43 − 𝑃𝑑 = 0 +927.3 + 𝑑3 × sin 63.43 − 264.94 = 0 d3 = -740.6 kN (Tekan) Σ𝐻 = 0 −𝑑2 × cos 63.43 + 𝑑3 × cos 63.43 − 𝑏1 + 𝑏2 = 0 −463.7 − 331.3 − 463.75 + 𝑏2 = 0 b2 = +1258.75 kN (Tarik)

(18)

14 d) Tinjauan terhadap titik E

Σ𝑉 = 0 +𝑑3 × sin 63.43 − 𝑑4 × sin 63.43 = 0 +662.4 − 𝑑4 × sin 63.43 = 0 d4 = +740.6 kN (Tarik) Σ𝐻 = 0 +𝑑3 × cos 63.43 + 𝑑4 × cos 63.43 + 𝑎1 + 𝑎2 = 0 331.3 + 331.3 + 927.5 + 𝑎2 = 0 a2 = -1590.1 kN (Tekan)

e) Tinjauan terhadap titik F

Σ𝑉 = 0 +𝑑4 × sin 63.43 + 𝑑5 × sin 63.43 − 𝑃𝑑 = 0 +662.4 + 𝑑5 × sin 63.43 − 264.94 = 0 d5 = 444.4 kN (Tekan) Σ𝐻 = 0 −𝑑4 × cos 63.43 + 𝑑5 × cos 63.43 − 𝑏2 + 𝑏3 = 0 −331.3 − 198.8 − 1258.75 + 𝑏3 = 0 b3 = +1788.85 kN (Tarik)

f) Tinjauan terhadap titik G

Σ𝑉 = 0 +𝑑5 × sin 63.43 − 𝑑6 × sin 63.43 = 0 +397.5 − 𝑑6 × sin 63.43 = 0 d6 = +444.4 kN (Tarik) Σ𝐻 = 0 +𝑑5 × cos 63.43 + 𝑑6 × cos 63.43 + 𝑎2 + 𝑎3 = 0 198.8 + 198.8 + 1590.1 + 𝑎3 = 0 a3 = -1987.7 kN (Tekan)

(19)

15 Σ𝑉 = 0 +𝑑6 × sin 63.43 + 𝑑7 × sin 63.43 − 𝑃𝑑 = 0 +397.5 + 𝑑5 × sin 63.43 − 264.94 = 0 d7 = 148.2 kN (Tekan) Σ𝐻 = 0 −𝑑6 × cos 63.43 + 𝑑7 × cos 63.43 − 𝑏3 + 𝑏4 = 0 −198.8 − 66.3 − 1788.85 + 𝑏4 = 0 b4 = +2053.95 kN (Tarik)

a) Tinjauan terhadap titik I

Σ𝑉 = 0 +𝑑7 × sin 63.43 − 𝑑8 × sin 63.43 = 0 +132.5 − 𝑑8 × sin 63.43 = 0 d8 = +148.2 kN (Tarik) Σ𝐻 = 0 +𝑑7 × cos 63.43 + 𝑑8 × cos 63.43 + 𝑎2 + 𝑎3 = 0 66.3 + 66.3 + 1987.7 + 𝑎3 = 0 a4 = -2120.3 kN (Tekan)

Karena bentuk rangka batang simetris cukup dihitung setengah bentang saja. jadi :

a1 = a7 b1 = b8 d1 = d2 = d15 = d16

a2 = a6 b2 = b7 d3 = d4 = d14 = d13

a3 = a5 b3 = b6 d5 = d6 = d12 = d11

(20)

16

Gaya-gaya Batang Akibat Beban Mati Pdl Dengan Metoda Kesetimbangan Titik Simpul.

No Batang GAYA BATANG (kN) Tekan Tarik a1 927.5 a2 1590.1 a3 1987.7 a4 2120.3 a5 1987.7 a6 1590.1 a7 927.5 b1 463.75 b2 1258.75 b3 1788.85 b4 2053.95 b5 2053.95 b6 1788.85 b7 1258.75 b8 463.75 d1 1036.79 d2 1036.79 d3 740.6 d4 740.6 d5 444.4 d6 444.4 d7 148.2 d8 148.2 d9 148.2 d10 148.2 d11 444.4 d12 444.4 d13 740.6 d14 740.6 d15 1036.79 d16 1036.79

(21)

17

Perhitungan Gaya batang akibat beban mati PDL menggunakan software MDSolids 4.0 didapatkan gaya sebagai berikut:

Keterangan : Tarik Tekan

(22)

18

Hasil dari gaya-gaya batang menggunakan hitungan manual dengan hitungan software hampir sama, dapat disimpulkan bahwa perhitungan gaya secara manual sama dengan perhitungan gaya software.

No Batang GAYA BATANG (kN) Tekan Tarik a1 927.29 a2 1589.64 a3 1987.05 a4 2119.52 a5 1987.05 a6 1589.64 a7 927.29 b1 463.65 b2 1258.47 b3 1788.35 b4 2053.29 b5 2053.29 b6 1788.35 b7 1258.47 b8 463.65 d1 1036.74 d2 1036.74 d3 740.53 d4 740.53 d5 444.32 d6 444.32 d7 148.11 d8 148.11 d9 148.11 d10 148.11 d11 444.32 d12 444.32 d13 740.53 d14 740.53 d15 1036.74 d16 1036.74

(23)

19

3.3.2 Akibat Beban Angin

W = 50-75 kg/cm2 ; diambil W=50 kg/cm2 = 0,5 kN/m2 w' = w.h’.L w’ = 0,5 . 1 . 40 = 20 kN wL = w.2.L = 0,5 . 2 . 40 = 40 kN WR = 0,3 x ( 𝐿+(𝐿−2λ) 2 𝑥 𝐻) = 0,3 x (40+(40−2(5))2 𝑥 5) = 52.5 kN ∑ 𝑀𝑑𝐴= 0 = w’.1/2 . h’ + WR. 1/3 . H + WL . (h’+2) – VW . B Vw = w’.1/2 .h’ + WR.1/3 .H + WL .(h’+2)𝐵 = 20.1/2 .1 + 52.5.1/3 .5 + 40 .(1+2)8 = 27,2 kN Pw = 𝑛−1𝑉𝑤 = 27,29−1 = 3,4 kN Va = Vb = ∑𝑃𝑤2 = 27,22 = 13.6 kN

(24)

20

Contoh perhitungan akibat beban Angin

a) Tinjau terhadap titik A

Σ𝑉 = 0 +𝑉𝑎 −12× 𝑃𝑤 + 𝑑1 × sin 63,43 = 0 +13,6 − 1,7 + 𝑑1 × sin 63,43 = 0 11,9 + 𝑑1 × sin 63,43 = 0 d1 = -13,3 kN (Tekan) Σ𝐻 = 0 𝑑1 × cos 63.43 + 𝑏1 = 0 −5,95 + 𝑏1 = 0 b1 = +5,95 kN (Tarik)

a) Tinjau terhadap titik C

Σ𝑉 = 0 +𝑑1 × sin 63,43 − 𝑑2 × sin 63,43 = 0 +11,9 − 𝑑2 × sin 63,43 = 0 d2 = + 13,3 kN (Tarik) Σ𝐻 = 0 +𝑑1 × cos 63,43 + 𝑑2 × cos 63,43 + 𝑎1 = 0 5,95 + 5,95 + 𝑎1 = 0 a1 = -11,9 kN (Tekan)

(25)

21

Perhitungan Gaya batang akibat beban mati Pw menggunakan software MDSolids 4.0 didapatkan gaya sebagai berikut:

Keterangan :

Tarik Tekan

(26)

22

Tabel Gaya-gaya batang akibat angin dengan Program MDSolids 4.0

Perbandingan antara contoh perhitungan manual dengan perhitungan menggunakan software sama jadi perhitungan software bisa kita ambil.

No Batang GAYA BATANG (kN) Tekan Tarik a1 11,9 a2 20,4 a3 25,5 a4 27,2 a5 25,5 a6 20,4 a7 11,9 b1 5,95 b2 16,15 b3 22,95 b4 26,35 b5 26,35 b6 22,95 b7 16,15 b8 5,95 d1 13,3 d2 13,3 d3 9,5 d4 9,5 d5 5,7 d6 5,7 d7 1,9 d8 1,9 d9 1,9 d10 1,9 d11 5,7 d12 5,7 d13 9,5 d14 9,5 d15 13,3 d16 13,3

(27)

23

3.3.3 Akibat Beban Hidup L= 40 m qudl = 9 kN/m2 qtrotoar = 12 kN/m2 qKEL= 49 kN/m2 qLL = 𝑞𝑡.𝑙𝑡+𝑞𝑢𝑑𝑙.50%.𝑙𝑥+𝑞𝑢𝑑𝑙.100%.5,52 𝐵 2 = 12.1+9.50%.0,25+9.100%. 5,5 2 8 2 = 9,5 kN/m PLL = (PKEL100% . 2,75 + Lx . PKEL50% ) = (49 x 2,75 + 24,5 x 0,25 ) = 140,9 kN

Gaya-gaya batang akibat beban hidup pada rangka induk dicari dengan metode garis pengaruh sebagai berikut:

(28)

24 Pada saat P=1 satuan di titik,

𝐴 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 8𝜆 8𝜆 = 1 𝐷 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 7𝜆 8𝜆 = 0,875 𝐹 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 6𝜆 8𝜆 = 0,75 𝐻 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 5𝜆 8𝜆 = 0,625 𝐽 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 4𝜆 8𝜆 = 0,5 𝐿 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 3𝜆 8𝜆 = 0,375 𝑁 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 2𝜆 8𝜆 = 0,25 𝑃 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 𝜆 8𝜆 = 0,125 𝐵 → 𝑉𝑎 =𝑃 × 0𝜆 8𝜆 = 0

a. Garis Pengaruh Batang D1, A1, A2, A3, Dan A4

TITIK Va SD1 SA1 SA2 SA3 SA4

A 1,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 D 0,875 -0,978 -0,875 -0,750 -0,625 -0,500 F 0,750 -0,839 -0,750 -1,500 -1,250 -1,000 H 0,625 -0,699 -0,625 -1,250 -1,875 -1,500 J 0,500 -0,559 -0,500 -1,000 -1,500 -2,000 MAX -0,978 -0,875 -1,500 -1,875 -2,00 TEKAN MAX (kN) -323,73 -289,54 -496,35 -620,44 -661,80

(29)

25 Contoh Perhitungan

Mencari SA ketika P=1 satuan pada titik D ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 + 𝑆𝐷1𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷1(𝐶) =−𝑉𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼= −0,875 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜= (−)𝟎, 𝟗𝟕𝟖 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑀𝐷= 0 (𝑉𝑎 × 𝜆) + (𝑆𝐴2× ℎ) = 0 𝑆𝐴1(𝐶) =−𝑉𝑎 × 𝜆 =−0,875 × 5 5 = (−)𝟎, 𝟖𝟕𝟓 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑀𝐹= 0 (𝑉𝑎 × 2𝜆) − (𝑃 × 𝜆) + (𝑆𝐴3× ℎ) = 0 𝑆𝐴2(𝐶) =(−𝑉𝑎 × 2𝜆) + (𝑃 × 𝜆) = (−0,875 × (2 × 5)) + (1 × 5) 5 𝑺𝑨𝟐(𝑪) = (−)𝟎, 𝟕𝟓 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑀𝐻= 0 (𝑉𝑎 × 3𝜆) − (𝑃 × 2𝜆) + (𝑆𝐴4× ℎ) = 0 𝑆𝐴3(𝐶) =(−𝑉𝑎 × 3𝜆) + (𝑃 × 2𝜆) 𝑆𝐴3(𝐶) =(−0,875 × (3 × 5)) + (1 × 2 × 5)5 𝑺𝑨𝟑(𝑪) = (−)𝟎, 𝟔𝟐𝟓 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑀𝐽= 0 (𝑉𝑎 × 4𝜆) − (𝑃 × 3𝜆) + (𝑆𝐴5× ℎ) = 0 𝑆𝐴4(𝐶) =(−𝑉𝑎 × 4𝜆) + (𝑃 × 3𝜆) ℎ 𝑆𝐴4(𝐶) = (−0,875 × (4 × 5)) + (1 × 3 × 5) 5 𝑺𝑨𝟒(𝑪) = (−)𝟎, 𝟓 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏)

(30)

26 Ymax = - 0,978 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (𝑃𝐿𝐿× 𝑌𝑚𝑎𝑥) + (𝑞𝐿𝐿×1 2𝐿 × 𝑌𝑚𝑎𝑥) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (140,9 × −0,978) + (12 ×1 240 × −0,978) 𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏 𝐦𝐚𝐱 = (−)𝟑𝟕𝟐, 𝟔𝟒 𝒌𝑵 (𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏) Nilai D1 = D16 Nilai A1 = A7 Nilai A2 = A6 Nilai A3 = A5

(31)

27

(32)

28

b. Garis pengaruh batang B (SB)

TITIK Va SB1 SB2 SB3 SB4 A 1,000 0,000 0,000 0,000 0,000 C 0,875 0,438 0,813 0,688 0,563 E 0,750 0,375 1,125 1,375 1,125 G 0,625 0,313 0,938 1,563 1,688 I 0,500 0,250 0,750 1,250 1,750 MAX 0,438 1,125 1,563 1,750 TEKAN MAX 144,769 372,263 517,031 579,075 Contoh Perhitungan

Mencari SA ketika P=1 satuan pada titik C

∑ 𝑀𝐶 = 0 (𝑉𝑎 × 0,5𝜆) − (𝑆𝐵1× ℎ) = 0 𝑆𝐵1(𝐶) =𝑉𝑎 × 0,5𝜆 ℎ = 0,875 × 0,5 × 5 5 = 𝟎, 𝟒𝟑𝟖 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑀𝐸= 0 (𝑉𝑎 × 1,5𝜆) − (𝑃 × 0,5𝜆) − (𝑆𝐵2× ℎ) = 0 𝑆𝐵2(𝐶) =(𝑉𝑎 × 1,5𝜆) − (𝑃 × 0,5𝜆) 𝑆𝐵2(𝐶) =(0,875 × (1,5 × 5)) − (1 × 0,5 × 5)5 𝑺𝑩𝟐(𝑪) = 𝟎, 𝟖𝟏𝟑 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑀𝐺= 0 (𝑉𝑎 × 2,5𝜆) − (𝑃 × 1,5𝜆) − (𝑆𝐵3× ℎ) = 0 𝑆𝐵3(𝐶) =(𝑉𝑎 × 2,5𝜆) − (𝑃 × 1,5𝜆) ℎ 𝑆𝐵3(𝐶) = (0,875 × (2,5 × 5)) − (1 × 1,5 × 5) 5 𝑺𝑩𝟑(𝑪) = 𝟎, 𝟔𝟖𝟖(𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑀𝐼= 0

(33)

29 (𝑉𝑎 × 3,5𝜆) − (𝑃 × 2,5𝜆) − (𝑆𝐵4× ℎ) = 0 𝑆𝐵4(𝐶) =(𝑉𝑎 × 3,5𝜆) − (𝑃 × 2,5𝜆) 𝑆𝐵4(𝐶) =(0,875 × (3,5 × 5)) − (1 × 2,5 × 5) 5 𝑺𝑩𝟒(𝑪) = 𝟎, 𝟓𝟔𝟑(𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌)

Mencari gaya batang maks SB1

Ymax = 0,438 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (𝑃𝐿𝐿× 𝑌𝑚𝑎𝑥) + (𝑞𝐿𝐿×1 2𝐿 × 𝑌𝑚𝑎𝑥) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (140,9 × 0,438) + (12 ×1 240 × 0,438) 𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏 𝐦𝐚𝐱 = 𝟏𝟔𝟔, 𝟔𝟒𝟒 (𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌) Nilai B1 = B8 Nilai B2 = B7 Nilai B3 = B6 Nilai B4 = B5

(34)

30

(35)

31

c. Garis pengaruh batang D2 , D3 , D4 , D5 , D6 , D7, dan D8

TITIK Va SD2 SD3 SD4 SD5 SD6 SD7 SD8 A 1,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 D 0,875 0,140 -0,140 0,140 -0,140 0,140 -0,140 0,140 F 0,750 -0,839 0,839 0,280 -0,280 0,280 -0,280 0,280 H 0,625 -0,699 0,699 -0,699 0,699 0,419 -0,419 0,419 J 0,500 -0,559 0,559 -0,559 0,559 -0,559 0,559 0,559 MAX TEKAN -0,839 -0,140 -0,699 -0,280 -0,559 -0,419 0 MAX TARIK 0,140 0,839 0,280 0,699 0,419 0,559 0,559 TEKAN MAX -277,480 -46,247 -231,233 -92,493 -184,987 -138,740 0 TARIK MAX 46,247 277,480 92,493 231,233 138,740 184,987 184,987 Contoh perhitungan

Mencari SD ketika P=1 satuan pada titik D

∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 + 𝑆𝐷2𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷2(𝐸) =−𝑉𝑎𝑠𝑖𝑛𝛼= −0,750 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜= −𝟎, 𝟖𝟑𝟗 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑆𝐷3𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷3(𝐸) = 𝑉𝑎 𝑠𝑖𝑛𝛼= 0,750 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜= 𝟎, 𝟖𝟑𝟗 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑃 + 𝑆𝐷4𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷4(𝐸) = −𝑉𝑎 + 𝑃 𝑠𝑖𝑛𝛼 = −0,750 + 1 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜 = 𝟎, 𝟐𝟖𝟎 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑃 − 𝑆𝐷5𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷5(𝐸) =𝑉𝑎 − 𝑃 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0,750 − 1 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜 = −𝟎, 𝟐𝟖𝟎 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏)

(36)

32 ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑃 + 𝑆𝐷6𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷6(𝐸) =−𝑉𝑎 + 𝑃𝑠𝑖𝑛𝛼 =−0,750 + 1 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜 = 𝟎, 𝟐𝟖𝟎 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌) ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑃 − 𝑆𝐷7𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷7(𝐸) =𝑉𝑎 − 𝑃 𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0,750 − 1 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜 = −𝟎, 𝟐𝟖𝟎 (𝑻𝒆𝒌𝒂𝒏) ∑ 𝑉 = 0 𝑉𝑎 − 𝑃 + 𝑆𝐷8𝑠𝑖𝑛𝛼 = 0 𝑆𝐷8(𝐸) =−𝑉𝑎 + 𝑃𝑠𝑖𝑛𝛼 =−0,750 + 1 𝑠𝑖𝑛63,43𝑜 = 𝟎, 𝟐𝟖𝟎 (𝑻𝒂𝒓𝒊𝒌)

Mencari gaya batang maks SD2

Ymax = -0,839(Tekan) Ymax = 0,140(Tarik) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (𝑃𝐿𝐿× 𝑌𝑚𝑎𝑥) + (𝑞𝐿𝐿× 1 2𝐿 × 𝑌𝑚𝑎𝑥) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (140,9 × −0,839) + (12 ×1 240 × −0,839) 𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏 𝐦𝐚𝐱 = −𝟑𝟏𝟗, 𝟒𝟎𝟖 𝒌𝑵 (𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (𝑃𝐿𝐿× 𝑌𝑚𝑎𝑥) + (𝑞𝐿𝐿× 1 2𝐿 × 𝑌𝑚𝑎𝑥) 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 = (140,9 × 0,14) + (12 ×1 240 × 0,14) 𝑮𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏 𝐦𝐚𝐱 = 𝟓𝟑, 𝟐𝟒 (𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌)

(37)

33 Nilai D2 = D15 Nilai D3 = D14 Nilai D4 = D13 Nilai D5 = D12 Nilai D6 = D11 Nilai D7 = D10 Nilai D8 = D9

(38)

34

(39)

35

No Batang

Beban Mati Beban Angin Beban Hidup Beban Kombinasi Gaya Batang Desain

Gaya Tekan Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya

Tarik Gaya Tekan

Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya Tarik (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) a1 -927,5 -11,9 -289,54 -1582,214 -3616,84 a2 -1590,1 -20,4 -496,35 -2712,480 a3 -1987,7 -25,5 -620,44 -3390,694 a4 -2120,3 -27,2 -661,8 -3616,840 a5 -1987,7 -25,5 -620,44 -3390,694 a6 -1590,1 -20,4 -496,35 -2712,480 a7 -927,5 -11,9 -289,54 -1582,214 b1 463,75 5,95 144,769 791,105 3404,435 b2 1258,75 16,15 372,263 2114,196 b3 1788,85 22,95 517,031 2985,345 b4 2053,95 26,35 579,075 3404,435 b5 2053,95 26,35 579,075 3404,435 b6 1788,85 22,95 517,031 2985,345 b7 1258,75 16,15 372,263 2114,196 b8 463,75 5,95 144,769 791,105

(40)

36

No Batang

Beban Mati Beban Angin Beban Hidup Beban Kombinasi Gaya Batang Desain

Gaya Tekan Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya

Tarik Gaya Tekan

Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya Tarik Gaya Tekan Gaya Tarik (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) d1 -1036,79 -13,3 -323,73 0,000 -1768,766 0,000 -1768,766 1324,7932 d2 1036,79 13,3 -277,48 46,247 -443,968 1324,793 d3 -740,6 -9,5 -46,247 277,48 -967,465 443,968 d4 740,6 9,5 -231,233 92,493 -369,973 1041,459 d5 -444,4 -5,7 -92,493 231,233 -684,119 369,973 d6 444,4 5,7 -184,987 138,74 -295,979 758,114 d7 -148,2 -1,9 -138,74 184,987 -400,774 295,979 d8 148,2 1,9 0 184,987 0,000 474,769 d9 148,2 1,9 0 184,987 0,000 474,769 d10 -148,2 -1,9 -138,74 184,987 -400,774 295,979 d11 444,4 5,7 -184,987 138,74 -295,979 758,114 d12 -444,4 -5,7 -92,493 231,233 -684,119 369,973 d13 740,6 9,5 -231,233 92,493 -369,973 1041,459 d14 -740,6 -9,5 -46,247 277,48 -967,465 443,968 d15 1036,79 13,3 -277,48 46,247 -443,968 1324,793 d16 -1036,79 -13,3 -323,73 0,000 -1768,766 0,000

(41)

37

BAB IV

PERENCANAAN DIMENSI GELAGAR

4.1 Perencanaan Dimensi Gelagar Memanjang

Mutu baja : BJ 50

a. Fy : 290 MPa = 2900 kN/m2 b. Fu : 500 MPa = 5000 kN/m2 𝜙 = 0,9

Mu = 199,75 kNm

Koefisien penampang plastis untuk WF = 1,12 (khusus untuk profil I.WF) 𝑀𝑢 ≤ 𝜙𝑀𝑛 𝑀𝑛 = 1,12 × 𝑆𝑥 × 𝐹𝑦 𝑆𝑥 = 𝑀𝑢 × 10 3 1,12 × 𝐹𝑦 𝑆𝑥𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 199,75 𝑥 106 0,9 × 1,12 × 290 𝑺𝒙𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = 𝟔𝟖𝟑𝟑𝟐𝟔, 𝟓 𝒎𝒎𝟑 ≈ 𝟔𝟖𝟑, 𝟑𝟑 𝒄𝒎𝟑 Coba IWF 350.175.7.11

4.1.1 Kontrol Terhadap Kekuatan

𝜆 = 𝑏 𝑡𝑓= 175 11 = 𝟏𝟓, 𝟗𝒄𝒎; 𝜆𝑝 = 1,76√𝐹𝑦𝐸 = 1,76√200000290 = 𝟒𝟔, 𝟐𝟐𝒄𝒎 𝜆 < 𝜆𝑝 Penampang kompak Mn = Mp Mp = 1,12 X Sx X fy = 1,12 X 775 X 103 X 290 = 251720000 kNmm Syarat : Mu ≤ Mn Ø

(42)

38

199,75 × 106 ≤ 251720000 × 0,9 199,75 × 106 ≤ 226548000 → OK

4.1.2 Kontrol Terhadap Bentang

Lb = λ = 5m = 500 cm 𝐿𝑝 = 1,76 × 𝑖𝑦 × √𝐸 𝑓𝑦 = 1,76 × 3,95 × √200000 290 = 182,6 𝑐𝑚 Lb > Lp → balok labil 𝑗 = 1 3 × ((ℎ × 𝑡𝑓3) + (2 × 𝑏 × 𝑡𝑤3)) 𝑗 = 1 3 × ((35 × 1,13) + (2 × 17,5 × 0,73)) 𝒋 = 𝟏𝟗, 𝟓𝟑 𝒄𝒎𝟒 𝑮 = 𝟖𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝑴𝑷𝒂 = 𝟖𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝒌𝒈/𝒄𝒎𝟐 𝑬 = 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝑴𝑷𝒂 = 𝟐. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝒌𝒈/𝒄𝒎𝟐 𝐹𝐿 = 0,70 𝐹𝑦 = 0,70 × 290 = 203 𝑀𝑃𝑎 = 𝟐. 𝟎𝟑𝟎 𝒌𝒈/𝒄𝒎𝟐 𝑋1 = 𝜋 𝑆𝑥√ 𝐸 × 𝐺 × 𝑗 × 𝐴 2 𝑋1 = 3,14 775√ 2.000.000 × 800.000 × 19,53 × 63,14 2 𝑿𝟏 = 𝟏𝟐𝟕𝟐𝟐𝟐, 𝟏𝟔 𝒌𝒈 𝒄𝒎𝟐 𝑋2 = 4 × ( 𝑆𝑥 𝑗 × 𝐺) 2 × (𝐼𝑦 × ℎ2 4 𝐼𝑦 ) 𝑋2 = 4 × ( 775 19,53 × 800.000) 2 × (984 × 352 4 984 ) 𝑿𝟐 = 𝟑, 𝟎𝟏 × 𝟏𝟎−𝟔 𝒄𝒎𝟒/𝒌𝒈

(43)

39 𝐿𝑟 = 𝑋1 × 𝑖𝑦 𝐹𝐿 √1 + √1 + (𝑋2 × 𝐹𝐿2 ) 𝐿𝑟 = 127222,16 × 3,95 2030 √1 + √1 + (3,01 × 10−6× 20302 ) 𝑳𝒓 = 𝟓𝟑𝟒, 𝟒𝟓 𝒄𝒎 Jadi, Lp < Lb < Lr 182,6 < 500 < 534,45 Balok dalam kondisi tekuk inelastis 𝑀𝑟 = 𝑆𝑥 × 𝐹𝐿 𝑀𝑟 = 775 × 2030 𝑴𝒓 = 𝟏𝟓𝟕𝟑𝟐𝟓𝟎 𝒌𝒈𝒄𝒎 𝑴𝒓 = 𝟏𝟓𝟕𝟑𝟐𝟓 𝑵𝒎 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 1,12 × 𝑆𝑥 𝑀𝑝 = 290 × 1,12 × 775 𝑴𝒑 = 𝟐𝟓𝟏𝟕𝟐𝟎 𝑵𝒎 𝑀𝑛 = 𝐶𝑏× (𝑀𝑅+ (𝑀𝑝− 𝑀𝑅) × 𝐿𝑟− 𝐿𝑏 𝐿𝑟− 𝐿𝑝) ≤ 𝑀𝑝 𝑀𝑛 = 1 × (157325 + (251720 − 157325)) × 534,45 − 500 534,45 − 182,6≤ 𝑀𝑝 𝑴𝒏 = 𝟏𝟔𝟔𝟓𝟔𝟕, 𝟑 𝑵𝒎 Syarat : 𝑀𝑢 ≤ 𝜙𝑀𝑛 𝟏𝟗𝟗, 𝟕𝟓 𝒌𝑵𝒎 ≤ 𝟏𝟔𝟔, 𝟓𝟔𝟕𝒌𝑵𝒎 𝑵𝑶𝑻 𝑶𝑲! Balok Perlu Stiffner

500

182,6 = 2,7 ≈ 3 space

500 166,67

(44)

40

4.1.3 Memeriksa terhadap geser

𝑽𝒖 = 𝟏𝟓𝟗, 𝟕𝟗 𝒌𝑵 Kn = 5 Syarat ℎ 𝑡𝑤 = 35 0,7= 𝟓𝟎 < 1,1√ 𝐾𝑛 × 𝐸 𝐹𝑦 ℎ 𝑡𝑤 = 35 1,2= 𝟓𝟎 < 1,1√ 5 × 200.000 290 = 𝟔𝟒, 𝟓𝟗 ; 𝑶𝑲 𝑉𝑛 = 0,6 × 𝐹𝑦 × ℎ × 𝑡𝑤 𝑉𝑛 = 0,6 × 290 × 35 × 0,7 𝑽𝒏 = 𝟒𝟐𝟔𝟑 𝒌𝑵 Syarat : 𝑉𝑢 < 𝜙 𝑉𝑛 159,79 < 0,9 𝑥 4263 𝟏𝟓𝟗, 𝟕𝟗 𝒌𝑵 < 𝟑𝟖𝟑𝟔, 𝟕𝒌𝑵; 𝑶𝑲

(45)

41

4.2 Perencanaan Dimensi Gelagar Melintang

Mutu baja : BJ 50

c. Fy : 290 MPa = 2900 kN/m2 d. Fu : 500 MPa = 5000 kN/m2 𝜙 = 0,9

Mu = 1314,55 kNm

Koefisien penampang plastis untuk WF = 1,12 (khusus untuk profil I.WF) 𝑀𝑢 ≤ 𝜙𝑀𝑛 𝑀𝑛 = 1,12 × 𝑆𝑥 × 𝐹𝑦 𝑆𝑥 = 𝑀𝑢 × 10 3 1,12 × 𝐹𝑦 𝑆𝑥𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1314,55 𝑥 106 0,9 × 1,12 × 290 𝑺𝒙𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = 𝟒𝟒𝟗𝟔𝟗𝟓𝟓, 𝟒 𝒎𝒎𝟑≈ 𝟒𝟒𝟗𝟕𝒄𝒎𝟑 Coba IWF 428.407.20.35

4.2.1 Kontrol Terhadap Kekuatan

𝜆 = 𝑏 𝑡𝑓= 407 35 = 𝟏𝟏, 𝟔 𝒄𝒎; 𝜆𝑝 = 1,76√𝐹𝑦𝐸 = 1,76√200000290 = 𝟒𝟔, 𝟐𝟐𝒄𝒎 𝜆 < 𝜆𝑝 Penampang kompak Mn = Mp Mp = 1,12 X Sx X fy = 1,12 X 5570 X 103 X 290 = 1809136000 kNmm Syarat : Mu ≤ Mn Ø 1314,55 × 106 ≤ 1809136000 × 0,9 199,75 × 106 ≤ 1628222400 → OK

(46)

42

4.2.2 Kontrol Terhadap Bentang

Lb = B = 1,35m = 135 cm 𝐿𝑝 = 1,76 × 𝑖𝑦 × √𝐸 𝑓𝑦 = 1,76 × 10,4 × √200000 290 = 480,7 𝑐𝑚 Karena Lb < Lp, maka, Mn = Mp Mp = 1,12 X Sx X fy = 1,12 X 5570 X 103 X 290 = 1809136000 kNmm Syarat : Mu ≤ Mn Ø 1314,55 × 106 ≤ 1809136000 × 0,9 199,75 × 106 ≤ 1628222400 → OK

(47)

43

4.2.3 Memeriksa Terhadap Geser

𝑽𝒖 = 𝟔𝟓𝟕, 𝟐𝟕 𝒌𝑵 Kn = 5 Syarat ℎ 𝑡𝑤 = 42,8 2 = 𝟐𝟏, 𝟒 < 1,1√ 𝐾𝑛 × 𝐸 𝐹𝑦 ℎ 𝑡𝑤 = 42,8 2 = 𝟐𝟏, 𝟒 < 1,1√ 5 × 200.000 290 = 𝟔𝟒, 𝟓𝟗 ; 𝑶𝑲 𝑉𝑛 = 0,6 × 𝐹𝑦 × ℎ × 𝑡𝑤 𝑉𝑛 = 0,6 × 290 × 42,8 × 2 𝑽𝒏 = 𝟏𝟒𝟖𝟗𝟒, 𝟒 𝒌𝑵 Syarat : 𝑉𝑢 < 𝜙 𝑉𝑛 657,27 < 0,9 𝑥 14894,4 𝟔𝟓𝟕, 𝟐𝟕 𝒌𝑵 < 𝟏𝟑𝟒𝟎𝟒, 𝟗𝟔 𝒌𝑵; 𝑶𝑲

IWF 428.407.20.35 dapat dipakai untuk gelagar memanjang

4.3 Perencanaan Dimensi Gelagar Induk

4.3.1 Perencanaan Batang Bawah (B)

Gaya tarik maksimum (Nu) = 3404,435kN = 3404435 N Panjang batang (L) = 500 cm

Elastisitas baja = 200.000 MPa

BJ Baja = BJ – 50

Fy = 290 MPa

Fu = 500 MPa

Φt = 0,9

U (koefisien reduksi) = 0,85

Diameter baut = 1 inchi ≈ 25,4 mm (Baut tanpa ulir pada bidang geser)

(48)

44

Asumsi n baut = 4 bh

1. Luas Profil Rencana (Ag perlu) 𝐴𝑔1 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑦= 3404435 0,9 × 290= 𝟏𝟑𝟎𝟒𝟑, 𝟖 𝒎𝒎𝟐 𝐴𝑔2 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑢 × 𝑢+ ∑ 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝐴𝑔2 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑢 × 𝑢+ (𝑛 × 𝑑ℎ × 𝑡𝑓) 𝐴𝑔2 = 3404435 0,75 × 500 × 0,85+ (4 × (25,4 + 1) × 16) = 𝟏𝟐𝟑𝟓𝟏𝒎𝒎𝟐 𝑺𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝑨𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝟏𝟑𝟎𝟒𝟑, 𝟖 𝒎𝒎𝟐= 𝟏𝟑𝟎, 𝟒𝟒𝒄𝒎𝟐

2. Jari – jari Girasi 𝑟𝑚𝑖𝑛= 𝐿

240= 500

240= 2,08 𝑐𝑚

3. Kebutuhan Profil

Dicoba profil IWF 390.300.10.16 dengan data profil sebagai berikut: Berat profil = 10,7 kN/m Zx = 1980 cm3 Zy = 481 cm3 Ix = 38700 cm4 Iy = 7210 cm4 ix = 16,9 cm > rmin = 2,08 cm, OK iy = 7,28 cm > rmin = 2,08 cm, OK r = 22 cm A = 136,0 cm2 > Ag perlu = 130,44 OK h = 39 cm b = 30 cm tf = 1 cm tw = 1,6 cm 4. Kontrol Profil

Terhadap kekuatan batang tarik 𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1 = ∅𝑡× 𝐹𝑦 × 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 ≥ 𝑁𝑢𝑎𝑑𝑎

(49)

45 𝑵𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 𝟏 = 𝟑𝟓𝟒𝟗𝟔𝟎𝟎 𝑵 ≥ 𝟑𝟒𝟎𝟒𝟒𝟑𝟓 𝐍, 𝐎𝐊 𝐴𝑛 = 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 − (𝑛 × 𝑑ℎ × 𝑡𝑓) 𝐴𝑛 = 13600 − (4 × (25,4 + 1) × 16) = 𝟏𝟏𝟖𝟒𝟔, 𝟒 𝒎𝒎𝟐 𝐴𝑒 = 𝑢 × 𝐴𝑛 = 0,85 × 11846,4 = 𝟏𝟎𝟎𝟔𝟗, 𝟒 𝒎𝒎𝟐 𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 = ∅𝑡× 𝐹𝑢 × 𝐴𝑒 ≥ 𝑁𝑢𝑎𝑑𝑎 𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 = 0,75 × 500 × 10069,4 ≥ 3404435 N 𝑵𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 𝟐 = 𝟑𝟕𝟕𝟔𝟎𝟐𝟓 𝑵 ≥ 𝟑𝟒𝟎𝟒𝟒𝟑𝟓 𝐍, 𝐎𝐊

Terhadap kelangsingan batang tarik 𝜆𝑡𝑥 = 𝐿 𝑟𝑥 ≤ 240 𝜆𝑡𝑥 = 500 16,90≤ 240 𝝀𝒕𝒙= 𝟑𝟎 ≤ 𝟐𝟒𝟎, 𝑶𝑲 𝜆𝑡𝑦 = 𝐿 𝑟𝑦 ≤ 240 𝜆𝑡𝑦 = 500 7,28≤ 240 𝝀𝒕𝒙= 𝟔𝟗 ≤ 𝟐𝟒𝟎, 𝑶𝑲

Profil IWF 390.300.10.16 untuk seluruh batang tarik (B) dapat digunakan, karena telah memenuhi syarat kekuatan dan kelangsingan batang tarik.

4.3.2 Perencanaan Batang Atas (A)

Gaya tekan maks (Tu) = 3616,84 kN = 3616840 N Panjang tekuk (L) = 500 cm Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa

(50)

46

Fy = 290 MPa

Fu = 500 MPa

∅cr = 0,85

𝑘 = 1

1. Luas Profil Rencana (Ag perlu)

𝐴𝑔 = 𝑇𝑢 ∅𝑐𝑟 × 𝑓𝑐𝑟 𝑓𝑐𝑟 = (0,658𝜆𝑐𝑟2) 𝐹𝑦 𝜆𝑐𝑟 = 𝑘 × 𝐿 𝜋 × 𝑟× √ 𝐹𝑦 𝐸 𝑘𝐿 𝑟 = 𝑑𝑖𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑑𝑎ℎ𝑢𝑙𝑢 = 100 𝜆𝑐𝑟 = 100 𝜋 × √ 290 200.000 = 𝟏, 𝟐𝟏 < 𝟏, 𝟓𝟎, 𝑶𝑲 𝐹𝑐𝑟 = (0,6581,212 )290 = 𝟏𝟓𝟔, 𝟖𝟖 𝑴𝑷𝒂 𝐴𝑔𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 3616840 0,85 × 156,88= 𝟐𝟕𝟏𝟐𝟑, 𝟑 𝒎𝒎𝟐≈ 𝟐𝟕𝟏, 𝟐𝟑 𝒄𝒎𝟐 2. Kebutuhan Profil

Dicoba profil IWF 414.405.18.28 dengan data profil sebagai berikut: Berat profil = 2,32 kN/m Zx = 4480 cm3 Zy = 1530 cm3 Ix = 92800cm4 Iy = 31000 cm4 ix = 17,7 cm iy = 10,2 cm r = 22 cm A = 295,4 cm2 > Ag perlu = 271,23 cm2OK h = 41,4 cm b = 40,5 cm tf = 1,8 cm tw = 2,80 cm

(51)

47

rmin = 10,2 cm 3. Kontrol Profil

Terhadap kekuatan batang tekan

𝑇𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = ∅𝑐𝑟 × 𝑓𝑐𝑟 × 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 ≥ 𝑇𝑢𝑎𝑑𝑎 𝜆𝑐𝑟 = 𝑘𝐿 𝜋 × 𝑟× √ 𝐹𝑦 𝐸 = 1 × 500 𝜋 × 10,2× √ 290 200.000 = 𝟎, 𝟔 < 𝟏, 𝟓𝟎 , 𝑶𝑲 𝑓𝑐𝑟 = (0,6580,62 )290 = 𝟐𝟒𝟗, 𝟒 𝑴𝑷𝒂 𝑇𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0,85 × 249,4 × 29540 ≥ 3616840 N 𝑻𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟔𝟐𝟔𝟐𝟏𝟖𝟒, 𝟔𝑵 ≥ 𝟑𝟔𝟏𝟔𝟖𝟒𝟎 𝐍, 𝐎𝐊

Profil IWF 414.405.18.28 untuk seluruh batang tekan (A) dapat digunakan, karena telah memenuhi syarat kekuatan batang tekan.

4.3.3 Perencanaan Batang Diagonal (Tarik)

Gaya tarik maksimum (Nu) = 1324,79 kN = 1324790 N Panjang batang (L) = 559 cm

Elastisitas baja = 200.000 MPa

BJ Baja = BJ – 50

Fy = 290 MPa

Fu = 500 MPa

Φt = 0,9

U (koefisien reduksi) = 0,85

Diameter baut = 1 inchi ≈ 25,4 mm (Baut tanpa ulir pada bidang geser)

Asumsi tf = 16 mm

Asumsi n baut = 4 bh

5. Luas Profil Rencana (Ag perlu) 𝐴𝑔1 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑦= 1324790 0,9 × 290= 𝟓𝟎𝟕𝟓, 𝟖𝒎𝒎𝟐 𝐴𝑔2 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑢 × 𝑢+ ∑ 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡

(52)

48 𝐴𝑔2 = 𝑁𝑢 𝜙𝑡× 𝐹𝑢 × 𝑢+ (𝑛 × 𝑑ℎ × 𝑡𝑓) 𝐴𝑔2 = 1324790 0,75 × 500 × 0,85+ (4 × (25,4 + 1) × 16) = 𝟓𝟖𝟒𝟓, 𝟖𝒎𝒎𝟐 𝑺𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝑨𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝟓𝟖𝟒𝟓, 𝟖 𝒎𝒎𝟐 = 𝟓𝟖, 𝟒𝟔𝒄𝒎𝟐

6. Jari – jari Girasi 𝑟𝑚𝑖𝑛= 𝐿 240= 559 240= 2,33𝑐𝑚 7. Kebutuhan Profil

Dicoba profil IWF 294.200.8.12 dengan data profil sebagai berikut: Berat profil = 5,68 kN/m Zx = 771 cm3 Zy = 160 cm3 Ix = 11300 cm4 Iy = 1600 cm4 ix = 12,5 cm > rmin = 2,33 cm, OK iy = 4,71 cm > rmin = 2,33 cm, OK r = 18 cm A = 72,38 cm2 > Ag perlu = 58,46 OK h = 29,4 cm b = 20 cm tf = 0,8 cm tw = 1,2 cm 8. Kontrol Profil

Terhadap kekuatan batang tarik 𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1 = ∅𝑡× 𝐹𝑦 × 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 ≥ 𝑁𝑢𝑎𝑑𝑎 𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1 = 0,9 × 290 × 7238 ≥1324790 N 𝑵𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 𝟏 = 𝟏𝟖𝟖𝟗𝟏𝟏𝟖 𝑵 ≥ 𝟏𝟑𝟐𝟒𝟕𝟗𝟎 𝐍, 𝐎𝐊 𝐴𝑛 = 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 − (𝑛 × 𝑑ℎ × 𝑡𝑓) 𝐴𝑛 = 7238 − (4 × (25,4 + 1) × 16) = 𝟓𝟓𝟒𝟖, 𝟒 𝒎𝒎𝟐 𝐴𝑒 = 𝑢 × 𝐴𝑛 = 0,85 × 11846,4 = 𝟒𝟕𝟏𝟔, 𝟏𝟒 𝒎𝒎𝟐

(53)

49

𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 = ∅𝑡× 𝐹𝑢 × 𝐴𝑒 ≥ 𝑁𝑢𝑎𝑑𝑎

𝑁𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2 = 0,75 × 500 × 4716,14 ≥ 3404435 N 𝑵𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 𝟐 = 𝟏𝟕𝟔𝟖𝟓𝟓𝟐, 𝟓 𝑵 ≥ 𝟏𝟑𝟐𝟒𝟕𝟗𝟎 𝐍, 𝐎𝐊

Terhadap kelangsingan batang tarik 𝜆𝑡𝑥 = 𝐿 𝑟𝑥 ≤ 240 𝜆𝑡𝑥 = 559 12,5≤ 240 𝝀𝒕𝒙= 𝟒𝟒, 𝟕𝟐 ≤ 𝟐𝟒𝟎, 𝑶𝑲 𝜆𝑡𝑦 = 𝐿 𝑟𝑦 ≤ 240 𝜆𝑡𝑦 = 559 4,71≤ 240 𝝀𝒕𝒙= 𝟏𝟏𝟖, 𝟕 ≤ 𝟐𝟒𝟎, 𝑶𝑲

Profil IWF 294.200.8.12 untuk seluruh batang diagonal (tarik) dapat digunakan, karena telah memenuhi syarat kekuatan dan kelangsingan batang tarik.

4.3.4 Perencanaan Batang Diagonal (Tekan)

Gaya tekan maks (Tu) = 1768,766 kN = 1768766 N Panjang tekuk (L) = 559 cm Elastisitas Baja (E) = 200.000 MPa

BJ Baja = BJ – 50

Fy = 290 MPa

Fu = 500 MPa

∅cr = 0,85

(54)

50

4. Luas Profil Rencana (Ag perlu)

𝐴𝑔 = 𝑇𝑢 ∅𝑐𝑟 × 𝑓𝑐𝑟 𝑓𝑐𝑟 = (0,658𝜆𝑐𝑟2) 𝐹𝑦 𝜆𝑐𝑟 = 𝑘 × 𝐿 𝜋 × 𝑟× √ 𝐹𝑦 𝐸 𝑘𝐿 𝑟 = 𝑑𝑖𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑑𝑎ℎ𝑢𝑙𝑢 = 100 𝜆𝑐𝑟 = 100 𝜋 × √ 290 200.000 = 𝟏, 𝟐𝟏 < 𝟏, 𝟓𝟎, 𝑶𝑲 𝐹𝑐𝑟 = (0,6581,212)290 = 𝟏𝟓𝟔, 𝟖𝟖 𝑴𝑷𝒂 𝐴𝑔𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1768766 0,85 × 156,88= 𝟏𝟑𝟐𝟔𝟒, 𝟑 𝒎𝒎𝟐≈ 𝟏𝟑𝟐, 𝟔𝟒 𝒄𝒎𝟐 5. Kebutuhan Profil

Dicoba profil IWF 390.300.10.16 dengan data profil sebagai berikut: Berat profil = 10,7 kN/m Zx = 1980 cm3 Zy = 481 cm3 Ix = 38700 cm4 Iy = 7210 cm4 ix = 16,9 cm > rmin = 2,08 cm, OK iy = 7,28 cm > rmin = 2,08 cm, OK r = 22 cm A = 136,0 cm2 > Ag perlu = 130,44 OK h = 39 cm b = 30 cm tf = 1 cm tw = 1,6 cm rmin = 7,28 cm

(55)

51

6. Kontrol Profil

Terhadap kekuatan batang tekan

𝑇𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = ∅𝑐𝑟 × 𝑓𝑐𝑟 × 𝐴𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 ≥ 𝑇𝑢𝑎𝑑𝑎 𝜆𝑐𝑟 = 𝑘𝐿 𝜋 × 𝑟× √ 𝐹𝑦 𝐸 = 1 × 559 𝜋 × 7,28× √ 290 200.000 = 𝟎, 𝟗𝟑 < 𝟏, 𝟓𝟎 , 𝑶𝑲 𝑓𝑐𝑟 = (0,6580,932 )290 = 𝟏𝟔𝟓, 𝟏 𝑴𝑷𝒂 𝑇𝑢𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0,85 × 165,1 × 13600 ≥ 1768766 N 𝑻𝒖𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍 = 𝟏𝟗𝟎𝟖𝟓𝟓𝟔 𝑵 ≥ 𝟏𝟕𝟔𝟖𝟕𝟔𝟔 𝐍, 𝐎𝐊

Profil IWF 390.300.10.16 untuk seluruh batang diagonal (tekan) dapat digunakan, karena telah memenuhi syarat kekuatan batang tekan.

(56)

52

BAB V

PERHITUNGAN SAMBUNGAN

5.1 Data Perhitungan Sambungan

Diameter baut = 1 in = 2,54 cm = 25,4 mm

(Ulir Tidak Penuh dimana db = dn) Luas Baut Ab = ¼ 𝜋 ds2 = 5067 cm2

Baut Mutu Tinggi (A-325) Fu = 325 Mpa = 3250 kg/cm2 Tegangan gser baut Fv = 60 ksi = 4222,2 kg/cm2

(Ulir Baut Tidak Pada Bidang Geser) Mutu Baja (BJ.50) Fu = 500 MPa = 5000 kg/cm2

Tebal Plat Simpul (tp) Min. = 16 mm = 1,6 cm

5.2 Menghitung Gaya pikul 1 baut (n = 1)

1. Tinjau terhadap gaya geser (bidang geser (G)=1) 𝑃𝑢𝑏 = ∅𝑏. 𝐴𝑏. 𝐹𝑣. 𝑛. 𝐺

𝑃𝑢𝑏 = 0,75 × 5,067 × 4222,2 × 1 × 1 𝑃𝑢𝑏 = 16045,4 𝐾𝑔

2. Tinjau terhadap pelat pemikul 𝑃𝑢𝑏 = ∅𝑏. 2,4. 𝑑𝑏. 𝑡𝑝. 𝐹𝑢. 𝑛

𝑃𝑢𝑏 = 0,75 × 2,4 × 2,54 × 1,6 × 5000 × 1 𝑃𝑢𝑏 = 36576 𝐾𝑔

Diambil nilai terkecil Pub = 16045,4 Kg

5.3 Pola Letak Baut

Jarak antar baut :

3,0 db ≤ S/U ≤ 24 tp atau 12 inci 7,62 ≤ S/U ≤ 38,4 atau 30,48 cm diambil jarak S = U = 10 cm

Jarak baut ke tepi plat :

1,5 db ≤ S1/U1 ≤ 12 tp atau 6 inci 3,81 ≤ S1/U1 ≤ 19,2 atau 15,24 cm diambil jarak S1 = U1 = 8 cm

(57)

53

5.4 Perencanaan Baut Untuk Gelagar Induk

Untuk menghitung kebutuhan baut diambil gaya yang ekstrim, untuk mewakili kebutuhan baut pada gelagar induk.

Batang Atas = 3616,84 kN (Tekan) Batang Bawah = 3404,44 kN (Tarik) Batang Diagonal = 1768,77 kN (Tekan) Batang Diagonal = 1324,79 kN (Tarik)

a. Kebutuhan Jumlah Baut Untuk Batang Atas (nb) Beban ultimate (Pu) = 3616,84 kN = 361684 kg 𝑛𝑏 =𝑃𝑢

𝑃𝑏 =

361684

16045,4 = 22,5 𝑏ℎ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 2 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = 11.27 bh

= 12 bh (untuk satu sisi sambungan) b. Kebutuhan Jumlah Baut Untuk Batang Bawah (nb)

Beban ultimate (Pu) = 3404,44 kN = 340444 kg 𝑛𝑏 =𝑃𝑢

𝑃𝑏 =

340444

16045,4 = 21,2 𝑏ℎ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 2 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = 10,6 bh

= 11 buah (untuk satu sisi sambungan) c. Kebutuhan Jumlah Baut Untuk Batang Diagonal (nb)

Beban ultimate (Pu) = 1768,77 kN = 176877 kg 𝑛𝑏 =𝑃𝑢

𝑃𝑏 =

176877

16045,4 = 11,02 𝑏ℎ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 2 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = 5,51 bh

= 6 buah (untuk satu sisi sambungan) d. Kebutuhan Jumlah Baut Untuk Batang Diagonal (nb)

Beban ultimate (Pu) = 1324,79 kN = 132479 kg 𝑛𝑏 =𝑃𝑢

𝑃𝑏 =

132479

16045,4 = 8,3 𝑏ℎ (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 2 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛) = 4,15 bh

(58)

54

BAB VI

KESIMPULAN

Pada perencanaan jembatan rangka baja didapatkan hasil sebagai berikut ini: 1. Lebar jembatan adalah 8 meter.

2. Panjang jembatan adalah 40 meter.

3. Jarak antar gelagar melintang adalah 5 meter. 4. Jarak antar gelagar memanjang adalah 1,35 meter.

5. Jembatan yang direncanakan merupakan jembatan kelas B dengan tipe rangka warren. 6. Profil yang digunkan untuk gelagar memanjang adalah IWF 350.175.7.11 dengan catatan

menggunakan stiffner 3 space.

7. Profil yang digunakan untuk gelagar melintang adalah IWF 390.300.10.16

8. Profil yang digunakan untuk gelagar induk batang atas adalah IWF 414.405.18.28 9. Profil yang digunakan untuk gelagar induk batang bawah IWF 390.300.10.16 10. Profil yang digunakan untuk gelagar induk batang diagonal tarik adalah IWF

294.200.8.12

11. Profil yang digunakan untuk gelagar induk batang diagonal tekan adalah IWF IWF 390.300.10.16

12. Alat sambung yang digunakan adalah pelat dan baut. 13. Diameter baut yang digunakan adalah 25,4 mm (1 inchi). 14. Tebal pelat sambung yang digunakan adalah 16 mm.

(59)

Gambar

Tabel 1.1. Panjang Batang Pada Rangka Jembatan
TABEL KOMBINASI PEMBEBANAN
TABEL KOMBINASI PEMBEBANAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengangkat tema “Potensi Pertumbuhan Penerimaan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Klaten” dan akan di fokuskan mengenai

Untuk jenis sambungan kampuh bilah tunggal di keling ganda seperti terlihat pada gambar, maka kedua plat tersebut terpisah bila mampu memutuskan dua baris penampang, jika jumlah

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kemungkinan Pemberian Opini Audit Going Concern oleh Auditor Independen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Penelitian merujuk pada lima proses tahapan persepsi menggunakan model Alo Liliweri, yang terdiri dari: stimulation, organitation, interpretation &amp; evaluation, memory

Apakah variabel likuiditas, variabel solvabilitas dan variabel profitabilitas berpengaruh secara simultan terhadap variabel kebijakan dividen pada perusahaan

Terdapat hubungan yang signifikan antara pembuangan tinja, sumber air minum, saluran pembuangan air limbah rumah tangga, pengelolaan sampah, dengan kejadian diare

berangkat dari latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud membuat sebuah brand identity dan strategi promosi untuk brand Inbox, berdasarkan hasil penelitian

Praktik bisnis industri farmasi Indone- sia yang banyak melakukan penyimpangan etika dan moral apabila dikaitkan dengan IC maka ada hal yang dilanggar, yakni pada pola