• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesinoniman Nomina Noninsani dalam Bahasa Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesinoniman Nomina Noninsani dalam Bahasa Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KESINONIMAN NOMINA NONINSANI

DALAM BAHASA SUBSUKU DAYAK DESA

ENSAID PANJANG

Sudarto, Firman Susilo dan Amriani Amir

Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak sudartoniarto@yahoo.com

Abstrak: Penelitian tentang Kesinoniman Nomina Noninsani dalam BSDD bertujuan mendeskripsikan kesinoniman nomina noinsani BSDD. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Dari hasil deskripsi dalam satu kolokasi makna diperoleh leksem-leksem yang mempunyai makna sama. Dari hasil substitusi diperoleh bahwa leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD yang berada dalam satu kolokasi makna dapat saling menggantikan dalam konteks kalimat yang sama. Dari analisis komponen makna, sifat hubungan kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD dapat terlihat dengan memperhatikan komponen makna tiap-tiap pasangan leksem yang bersinonim. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD dapat dikaji dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan deskripsi, subtitusi dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani.

Kata kunci: kesinoniman, nomina, noninsani

Abstract: The Research about of Inanimate Nouns Synonymy BSDD aims to describe of inanimate nouns BSDD. The method that has to be use is descriptive method with the form of research is qualitative. From the description in the collocation of meaning-leksem obtained leksem that have the same meaning. From the results obtained that leksem synonymy substitution of inanimate nouns in the BSDD within the collocation meaning of the region are interchangeable in the context of the same sentence. From the analysis of the components of meaning, the nature of inanimate relationships in the BSDD nouns synonymy can be seen by considering the meaning of the components of each pair leksem synonymous. Based on the results of this study concluded that the BSDD of inanimate nouns synonymy can be studied from three angles synonymy, which is based on the description, substitution, and analysis of the components of inanimate nouns meaning leksem synonymy.

Keywords: synonymy, nouns, inanimate

ahasa Subsuku Dayak Desa (BSDD) merupakan satu di antaranya bahasa daerah yang ada di wilayah Indonesia tepatnya di daerah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. BSDD digunakan sebagai alat komunikasi antaranggota keluarga dan masyarakat, serta digunakan dalam upacara adat, dan cerita rakyat. Selain fungsi tersebut, BSDD juga merupakan kebanggaan masyarakat Subsuku

B

(2)

Dayak Desa. Dari berbagai suku atau etnis yang menempati seluruh pelosok nusantara terciptalah beragam bahasa daerah yang menjadi sumber kekayaan dalam berbahasa dan berbudaya di Indonesia. Dari 400-an ragam bahasa Subsuku Dayak yang ada di Kalimantan Barat satu di antaranya adalah BSDD (Alloy, dkk, 2008:xix).

Sebagai bahasa daerah, BSDD memberikan pengaruh positif terhadap perbendaharaan kata bahasa Indonesia dalam kontribusinya terhadap bahasa nasional (Indonesia) sebagai bahasa persatuan dan kesatuan. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah-sekolah di daerah tertentu, dan (3) alat pengembang serta pendukung budaya daerah. Hal ini sesuai dengan UUD nomor 24 Tahun 2009 yang berbunyi: “Bendera bahasa lambang negara serta lagu kebudayaan.

Mengingat pentingnya fungsi bahasa tersebut, perhatian khusus perlu diberikan terhadap bahasa daerah ini. Perhatian khusus yang dimaksud adalah upaya untuk membina, memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa daerah, khususnya BSDD. Upaya yang harus dilakukan adalah melalui penelitian.

Penelitian yang penulis lakukan ini berkenaan dengan bidang linguistik, khususnya semantik. Adapun alasan penulis memilih BSDD sebagai objek penelitian, antara lain. Pertama, penulis ingin mengangkat kedudukan dan fungsi BSDD agar dikenal oleh masyarakat luas. Kedua,akibat sulitnya jalur transportasi ke daerah lain, mobilisasi penduduk untuk keluar dari daerahnya semakin meningkat sehingga hal ini dapat menyebabkan percampuran bahasa akibat komunikasi dengan penutur bahasa lainnya. Ketiga, penelitian terhadap BSDD untuk mendukung usaha pelestarian dan pengembangan bahasa daerah, khususnya BSDD sehingga bahasa ini terus ada dan dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Keempat, penelitian terhadap BSDD dilakukan untuk melengkapi penelitian-penelitian BSDD telah ada dan diharapkan penelitian terhadap BSDD akan terus dilaksanakan.

Alasan penulis memilih kesinoniman Nomina Noninsani dalam BSDD sebagai objek penelitian, antara lain. Pertama, BSDD digunakan dalam situasi nonformal, yaitu sebagai alat komunikasi antarsesama penutur bahasa tersebut dalam keluarga maupun dalam hubungan dengan masyarakat penutur. Untuk menghindari hal tersebut perlu segera diteliti agar tetap terjaga keasliannya.

Kedua, antara satu daerah dengan daerah lain masih satu rumpun bahasa daerah (BSDD) tedapat perbedaan bahasa sehingga memungkinkan terjadinya pencampuran bahasa yang dapat menghilangkan unsur-unsur kebahasaan yang ada. Ketiga, penelitian BSDD berarti menambah inventarisasi (pencatatan) penemuan ilmiah tentang bahasa daerah yang ada di Indonesia. Keempat, peneliti ingin melengkapi penelitian sebelumnya khususnya mengenai BSDD.

Kelima, peneliti adalah penutur asli BSDD ingin memunculkan dan mendokumentasikan kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD. Keenam,

kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD untuk mengetahui makna, bentuk, dan hubungan makna kata. Hal ini dikarenakan pemakaian kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD sangat dominan ditemui dalam percakapan sehari-hari masyarakat pengguna BSDD. Contohnya menyatakan nomina noninsani dalam

(3)

BSDD yang termasuk ‘perlengkapan penutup kepala laki-laki’ dalam BSDD pada pergaulan sehari-hari di masyarakat juga dapat dilihat dari beberapa contoh dalam kalimat yaitu, (1) Adu" 1au tl1kulas waktu gaway adat, (2) Adu" 1au tapu lau1 waktu gaway adat, (3) Adu" 1au su1ku" waktu gaway adat, (4) Adu" 1au plci waktu gaway adat dan (5) Adu" 1au klpiayah waktu gaway adat.

Kelima kalimat di atas mengandung pemakaian leksem perlengkapan penutup kepala laki-laki, tl1kulas,tapu lau1, su1ku", plci, dan klpiyah. Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem itu berterima. Kelima leksem itu menduduki slot fungsi keterangan. Dalam tataran gramatikal, kelima leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian, secara gramatikal, kelima leksem itu merupakan sinonim. Namun, kesinoniman itu harus dibuktikan lagi dengan substitusi ke dalam konteks kalimat yang lain dan analisis komponen makna. Selanjutnya juga dapat dilihat pada leksem yang mengandung makna perlengkapan perhiasan,misalnyakalu1dantl1a".

Apabila dikaitkan dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah perbendaharaan materi guru dalam menyampaikan materi tentang sinonim. Guru dapat menggunakan contoh-contoh dalam bahasa daerah sehingga siswa yang memakai BSDD sebagai bahasa pertamanya lebih mudah memahami materi tersebut. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMK kelas XI semester 1, materi kesinoniman terdapat pada Standar Kompetensi 2. Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Madya dengan Kompetensi Dasar 2.4. Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat dalam konteks bekerja. Berdasarkan uraian di atas, pendokumentasian bahasa daerah dapat memberikan kontribusi dalam pengajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini untuk menambah pengetahuan siswa mengenai sinonim sehingga memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kesinoniman nomina noninsani dalam bahasa subsuku dayak desa Ensaid PanjangSDD”. Agar pembahasan lebih terarah, masalah umum tersebut dibatasi dalam submasalah, yaitu 1) Bagaimana pendeskripsian leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD? 2) Bagaimana subsitusi leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD? dan 3) Bagaimana analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD?

Menurut Chaer (2003:297) sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satu ujaran lainnya. Waridah (2008:60) mengemukakan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuk luarnya. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Kridalaksana (2008:198) yang mengatakan bahwa sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kesinoniman adalah perihal sinonim; hubungan antara sinonim. (KBBI, 2005:1072).

Kridalaksana (2001:145) mengemukakan bahwa nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Kelas nomina ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang

(4)

dibendakan. Nomina dalam bahasa Indonesia ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan partikel tidak, misalnya tidak bukuadalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak buku. Menurut Alwi dkk. (2003:213) nomina yang sering disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi, yakni dari segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, dapat dikatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti mobil, meja, kursi, dan kebangsaan adalah nomina. Nomina noninsani adalah kelas kata yang mengacu pada sesuatu benda yang tidak bernyawa. Bahasa Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesinoniman nomina noninsani dalam bahasa Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang adalah hubungan kata-kata yang memiliki persamaan makna antara kata benda tidak bernyawa yang satu dengan makna kata benda tidak bernyawa yang lainnya dalam bahasa Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang.

Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesinoniman nomina insani BSDD, sedangkan tujuan secara khusus dari penelitian ini, yaitu 1) Mendeskripsikan leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, 2) Mendeskripsikan substitusi leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, dan 3) Mendeskripsikan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD. Pembahasan leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD difokuskan mendeskripsikan pasangan kesinoniman yang termasuk dalam kelas kata nomina, khususnya nomina noninsani. Nomina noninsani dibatasi hanya pada nomina perlengkapan perhiasan (tidak bernyawa/benda mati). Selanjutnya, pasangan sinonim nomina insani yang dianalisis dibatasi hanya pada makna denotatifnya saja, bukan pada makna kiasannya.

Setiap pasangan sinonim merupakan kata yang selalu sama kelas katanya, artinya sinonim nomina pasangan kelas katanya merupakan kelas nomina juga. Kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal yang dibendakan dalam alam. Berikut contoh kesinoniman nomina: 1) Tali bersinonim dengan

tambang. 2) Parang bersinonim dengan golok. 3) Makalah bersinonim dengan

karangan. 4) Rumah bersinonim dengan istana atau gubuk. 5) Jilbab bersinonim dengan kerudung. 6) Ayah bersinonim dengan bapak, 7) ibu bersinonim dengan mama. Dari ketujuh contoh tersebut terdapat lima kalimat yang mengandung kesinoniman nomina noninsani, yaitu pada kalimat 1-5. Kalimat 6 dan 7 mengandung kesinoniman nomina insani. Analisis kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD ini cenderung melihat makna leksikalnya, terutama makna denotasinya. Makna denotasi diperhatikan karena leksem pasti mempunyai makna denotasi, tetapi belum tentu semua memiliki makna konotasi.

Menurut Kridalaksana (2001:204) substitusi merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan struktur tertentu. Substitusi dilakukan untuk mengetahui apakah data pasangan sinonim yang terkumpul itu benar-benar bersinonim, pasangan leksem yang berada dalam satu medan makna tersebut harus disubstitusikan di dalam kalimat. Jika suatu kata

(5)

dapat diganti dengan kata lain dalam konteks yang sama dan makna konteks tidak berubah, kedua kata itu dapat dikatakan bersinonim.

Analisis komponen makna sinonim dimaksudkan untuk mendeskripsikan pemakaian kata-kata yang bersinonim dan untuk mengetahui sejauh mana kesinoniman dalam suatu tuturan kalimat. Berdasarkan analisis komponen makna akhirnya akan diketahui ciri makna pembeda dalam kesinoniman. Menurut Parera (2004:161-162) analisis komponen semantik makna dapat memberi jawaban mengapa beberapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat lain tidak benar, dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali. Dengan analisis komponen atau komposisi komponen makna kata, kita meramal hubungan antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe, yakni (1) kesinoniman, (2) keantoniman (kontradiktoris dan kontrer), (3) keberbalikan, dan (4) kehiponimian.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis menggunakan metode ini untuk mendeskripsikan kesinoniman nomina noninsani BSDD sehingga diperoleh gambaran atau deskripsi yang jelas dan sahih. Menurut Sudaryanto (1988:62) metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya. Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan meneliti fakta yang ada mengenai kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD sesuai dengan apa yang dituturkan tanpa harus mengurangi atau menambah penggunaan bahasa.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menganalisis data satu per satu, apa adanya sesuai dengan sifat data yang ilmiah. Bentuk kualitatif ini direalisasikan berupa penyajian data dan langkah-langkah analisis data serta kesimpulan yang uraiannya dalam bentuk kata-kata maupun kalimat, tidak berupa rumusan matematis atau angka-angka. Penelitian ini merupakan penelitian yang datanya berupa kata-kata untuk menyaring kesinoniman nomina insani dalam BSDD yang diperoleh di lapangan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah BSDD yang dituturkan oleh penutur asli BSDD melalui informan yang telah penulis tentukan. Selain itu, dokumen-dokumen lainnya yang mengandung kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD yang dijadikan data sekunder. Dalam hal ini penulis akan mengambil tiga orang sebagai informan, sedangkan data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD yang digunakan oleh masyarakat Subsuku Dayak Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang.

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi langsung, simak libat cakap, teknik pancing, teknik simak serta teknik catat terhadap informan dengan menggunakan BSDD. Penetapan teknik pengumpulan data ini berdasarkan pendapat Mahsun (2005:91)

(6)

yang mengemukakan bahwa teknik simak libat cakap maksudnya si penulis melakukan penyadapan itu dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, penulis terlibat langsung dalam dialog. Berdasarkan pendapat tersebut, teknik simak libat cakap dalam penelitian ini maksudnya penulis menyimak penggunaan bahasa berupa tuturan dari informan. Pada teknik ini upaya penulis untuk memperoleh data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa yang dituturkan informan. Selain itu, penulis terlibat langsung dalam pembicaraan untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data. Dalam percakapan tersebut penulis memberi pancingan (stimulasi) kepada informan untuk memunculan data yang diharapkan oleh penulis. Pancingan atau stimulasi itu berupa daftar pertanyaan maupun dalam bentuk kartu data, berupa gambar-gambar.

Sejalan dengan pelaksanaan teknik simak libat cakap tersebut, penulis juga menggunakan teknik catat. Teknik catat maksudnya penulis mencatat penggunaan bahasa yang dituturkan oleh informan. Setelah menyimak bahasa yang dituturkan informan kemudian penulis mencatat data yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai instrumen kunci. Kedudukan peneliti sebagai instrumen utama yaitu sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Selain penulis sebagai instrumen utama, digunakan juga instrumen lainnya yaitu berupa: 1) Daftar pertanyaan, 2) Daftar kosakata, 3) Gambar atau foto sebagai pendukung, dan 4) Kartu pencatat untuk mempermudah penulis dalam melakukan pengumpulan data.

Penelitian ini menggunakan beberapa tahap dalam menganalisis data. Tahap-tahap tersebut yaitu, 1) Klasifikasi data. Pada tahap ini penulis melakukan pengklasifikasian atau pengelompokan data berdasarkan pendeskripsian leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, subtitusi kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, 2) Analisis Data. Pada tahap ini data yang sudah diklasifikasikan, dianalisis sesuai dengan rumusan masalah penelitian yaitu pendeskripsian leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, substitusi leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD. Adapun alurnya yaitu menganalisis data dengan menggunakan teknik pilih yaitu memilah nomina yang bersinonim dan nomina yang tidak bersinonim.

Sesuai dengan masalah penelitian, maka dalam penelitian ini difokuskan hanya pada kesinoniman nomina noninsani, selanjutnya data yang diperoleh dari lapangan yang sudah dipilah kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep analisis semantik, yaitu dengan teknik pendeskripsian, substitusi, dan analisis komponen makna. Cara ini ditempuh karena dalam penelitian ini yang menjadi tujuan utama adalah gambaran mengenai kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD, dan 3) Penarikan Kesimpulan. Tahap akhir dalam langkah-langkah analisis data, yakni penulis menyimpulkan secara keseluruhan mengenai data yang diperoleh sehingga mendapatkan gambaran linguistik secara menyeluruh

(7)

tentang kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD. Hal ini dilakukan untuk memperjelas hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD dapat ditinjau dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan pendeskripsin leksem kesinoniman nomina noninsani, substitusi leksem kesinoniman nomina noninsani, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani.

Deskripsi Leksem Kesinoniman Nomina Noninsani dalam BSDD a. Perlengkapan Perhiasan

Ada dua leksem yang terdapat dalam satu kolokasi makna ‘perlengkapan perhiasan’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Leksem kalu1adalah nomina yang mengacu ke suatu benda berupa salah satu perhiasan atau aksesoris. Benda terbuat dari manik-manik yang bentuknya kecil. Benda itu pasang di bagian leher.

2) Leksem te1a" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda berupa salah satu perhiasan atau aksesoris bentuk rantainya besar dan berupa model zaman dahulu. Benda itu dipasang di bagian leher. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berbeda dalam satu kolokasi makna ‘perlengkapan perhiasan’, dapat diketahui bahwa leksem-leksem yang mempunyai makna yang sama adalah leksem kalu1 dan leksem tl1a", kedua leksem nomina noninsani tersebut merupakan sinonim.

b. Perlengkapan Penutup Kepala Laki-Laki.

Ada lima leksem yang terdapat dalam satu kolokasi makna’ perlengkapan penutup kepala laki-laki’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Leksem tl1kulas adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan penutup kepala laki-laki dipakai sebagai penutup kepala berbentuk seperti syal. Benda itu terbuat dari benang yang dilapisi manik-manik, berwarna merah, putih. Cara pemakaiannya dilakukan dengan dibebatkan di atas kepala. Biasanya tl1kulas dipakai oleh laki-laki dan perempuan untuk perang, kerja, rapat, seminar, meminang, pernikahan, mandi bayi ke sungai. Benda itu dapat pula digunakan baik acara resmi maupun tidak resmi (santai).

2) Leksem tapu lau1 adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan penutup kepala laki-laki dipakai sebagai penutup kepala. Benda itu terbuat dari bambu, terbuat dari rotan, berwarna putih, dan berbentuk meruncing kedua ujungnya. Cara pemakaiannya dilakukan dengan meletakan benda itu di atas kepala. Biasanya tapu lau1 dipakai oleh laki-laki dan perempuan untuk kerja, rapat, meminang, pernikahan, mandi bayi ke sungai. Benda itu dapat pula digunakan baik acara resmi maupun tidak resmi (santai).

3) Leksem su1NX" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan penutup kepala laki-laki dipakai sebagai penutup kepala. Benda itu terbuat dari bambu, rotan, berwarna kuning, putih, kedua ujungnya meruncing kemudian dilapisi dengan anyaman manik-manik. Cara pemakaiannya dilakukan dengan meletakan benda itu di atas kepala. Biasanya sungku" dipakai oleh laki-laki

(8)

dan perempuan untuk kerja, rapat, meminang, pernikahan, dan mandi bayi ke sungai. Benda itu dapat pula digunakan baik acara resmi maupun tidak resmi (santai).

4) Leksem plci adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan penutup kepala laki-laki dipakai sebagai penutup kepala. Benda itu terbuat dari bambu, rotan, berwarna kuning, putih, kedua ujungnya meruncing kemudian dilapisi dengan anyaman manik-manik. Cara pemakaiannya dilakukan dengan meletakan benda itu di atas kepala. Biasanya plci dipakai oleh laki-laki dan perempuan untuk kerja, rapat, meminang, pernikahan, dan mandi bayi ke sungai. Benda itu dapat pula digunakan baik acara resmi maupun tidak resmi (santai).

5) Leksem klpiyah adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan penutup kepala laki-laki dipakai sebagai penutup kepala. Benda itu terbuat dari bambu, rotan, berwarna kuning, putih, kedua ujungnya meruncing kemudian dilapisi dengan anyaman manik-manik. Cara pemakaiannya dilakukan dengan meletakan benda itu di atas kepala. Biasanya klpiyah dipakai oleh laki-laki dan perempuan. Benda itu sering digunakan untuk kerja, rapat, meminang, pernikahan, dan mandi bayi ke sungai. Benda itu dapat pula digunakan baik acara resmi maupun tidak resmi (santai). Berdasarkan deskripsi di atas kelima leksem dalam satu kolokasi makna ‘perlengkapan penutup kepala laki-laki’, dapat diketahui bahwa leksem-leksem yang mempunyai komponen makna yang sama adalah leksem klpiyah, plci, dan su1NX" Karena mempunyai komponen makna yang sama, leksem klpiyah, plci, dan su1NX"dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman kelima leksem itu masih harus dibuktikan dengan subtitusi kalimat dan analisis komponen makna.

c. Perlengkapan Busana Ikat Pinggang.

Ada enam leksem yang berada dalam satu kolokasi makna ‘ikat pinggang’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Leksem tincum ma5i" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat dari manik-manik dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm dengan lebar 2-3 cm dan sesuaikan dengan ukuran pinggang. Benda itu dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki. 2) Leksem blnta1 ma5i" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda

perlengkapan busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat dari manik-manik dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm dengan lebar 2-3 cm dan sesuaikan dengan ukuran pinggang. Benda itu dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki. 3) Leksem gl5ay adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan

busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat dari manik-manik dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm dengan lebar 2-3 cm dan sesuaikan dengan ukuran pinggang. Benda itu dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki.

4) Leksem EHQWD1 GXL:LW adalah adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat

(9)

dari duit logam dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm dan sesuaikan dengan ukuran pinggang. Benda itu sering dipakai oleh perempuan, mulai dari gadis sampai tua baik sebelum melahirkan maupun sesudah melahirkan.

5) Leksem glndit PD5L"adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat dari manik-manik dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm dengan lebar 2-3 cm dan sesuaikan dengan ukuran pinggang. Benda itu dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki. 6) Leksem XEL1 PDQLOD adalah nomina yang mengacu ke suatu benda

perlengkapan busana semacam perlengkapan ikat pinggang. Benda itu terbuat dari manik-manik dan benang. Jika dipakai, benda itu akan tampak dari luar sebagai hiasan. Panjang 20-30 cm deangan lebar 2-3 cm dan sesuaikan dengn ukuran pinggang. Benda itu dapat digunakan oleh perempuan dan laki-laki. Berdasarkan deskripsi keenam leksem yang berada dalam satu kolokasi makna

‘ikat pinggang’, dapat diketahui bahwa leksem-leksem yang mempunyai makna yang sama adalah leksem tincum ma5L" blnt1 PD5L", gl5D\ PDUL" glndit PD5L" GDQ XEL1 PDQLOD. Dengan demikian, ada lima pasangan sinonim di antara enam leksem itu, yaitu leksem tincum ma5L"

blnt1 PD5L", gl5D\ PDUL" glnditPD5L" GDQ XEL1 PDQLOD. d. Perlengkapan Busana Wanita Waktu Gawai Adat.

Ada empat leksem yang berada dalam satu kolokasi makna ‘perlengkapan busana wanita waktu gawai adat’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Leksem kain klbat adalah nomina yang mengacu ke suatu benda

perlengkapan wanita waktu gawai adat. Benda itu terbuat dari benang katun. Berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Cara pemakaiannya dipasangkan pada pinggang wanita. Benda itu sering dipakai wanita saat gawai adat.

2) Leksem kain klbat adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan wanita waktu gawai adat. Benda itu terbuat dari benang katun. Berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Cara pemakaiannya dipasangkan pada pinggang wanita. Benda itu sering dipakai wanita saat gawai adat.

3) Leksem kain si5at adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan wanita waktu gawai adat. Benda itu terbuat dari benang katun. Berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Cara pemakaiannya dipasangkan pada pinggang wanita. Benda itu sering dipakai wanita saat gawai adat.

4) Leksem sllinda1 adalah nomina yang mengacu ke suatu benda perlengkapan wanita waktu gawai adat. Benda itu terbuat dari benang katun dan manik-manik. Berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Cara pemakaiannya dipasangkan pada bagian leher. Benda itu sering dipakai wanita saat gawai adat. Berdasarkan deskripsi keempat leksem yang berada dalam satu kolokasi makna perlengkapan busana wanita waktu gawai adat, dapat diketahui

(10)

bahwa leksem yang mempunyai makna yang sama adalah leksem-leksem kain VL5DW GDQ NDLQ Nlbat.

e. Alat Tenun Ikat Manual.

Ada delapan leksem yang berada dalam satu kolokasi makna ‘alat tenun ikat manual’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Leksem blna1 adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu terbuat dari benang katun. Benang katun artinya benang khusus untuk membuat kain tenun. Benang itu yang kemudian diberi pewarna. Bahan pewarna kain tenun yaitu akar mengkudu, daun manik-manik, dan daun tenun warna hitam yang sudah diproses.

2) Leksem paut adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun yang terbuat dari kepuak, rotan, dan tulang keladi.

3) Leksem apit adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun. Apit terbuat dari kayu berlian yang sudah diproses berfungsi untuk memasang atau sebagai pengikat benang.

4) Leksem bllia" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun. Apit terbuat dari kayu berlian yang berfungsi untuk memasang atau sebagai alat mengikat benang.

5) Leksem lltan adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun. Apit terbuat dari kayu berlian yang berfungsi untuk memasang atau sebagai alat mengikat benang.

6) Leksem gllu1an ku5ap adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun terbuat dari bambu yang berfungsi untuk memasang atau sebagai alat mengikat benang.

7) Leksem sa:u" adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat tenun ikat manual. Benda itu Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun terbuat dari enau yang berfungsi untuk memasang atau sebagai alat mengikat benang. 8) Leksem gllu1an blsay adalah nomina yang mengacu ke suatu benda alat

tenun ikat manual. Benda itu sebagai bahan dasar membuat kain tenun terbuat dari piring yang berfungsi untuk memasang atau sebagai alat mengikat benang. f) Alat yang Digunakan untuk Menyanggul rambut.

Ada dua leksem yang berada dalam satu kolokasi makna ‘alat tenun ikat manual’ tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Leksem b5XV adalah nomina yang mengacu ke suatu benda berupa alat yang digunakan untuk menyanggul rambut selain itu juga memperindah. Bentuk dan hiasannya relatif, dibagian belakangnya terdapat seperti jarum. Namun, mempuyai pengait sehingga benda tersebut digunakan tidak dapat lepas dari sanggul. Cara penggunaanya dengan cara tepi jarum itu ditancapkan di bagian sanggul. Sehingga tidak mudah lepas.

(11)

2) Leksem slmat adalah nomina yang mengacu ke suatu benda berupa alat yang digunakan untuk memakai sanggul. Benda ini bentuknya polos tidak seperti b5us, ujung itu seperti jarum. Benda ini hanya dengan pengait tanpa ada hiasan, selain digunakan di sanggul biasa juga kancing baju ataupun dibagian celana sehingga tertup dengan rapi.

3) Leksem plniti adalah nomina yang mengacu ke suatu benda berupa alat yang digunakan untuk memakai sanggul. Benda ini bentuknya polos tidak seperti slpit, ujung itu seperti jarum. Benda ini hanya dengan pengait tanpa ada hiasan, selain digunakan di sanggul biasa juga kancing baju ataupun di bagian celana sehingga tertutup dengan rapi.

Subsitusi Leksem Kesinoniman Nomina Noninsani dalam BSDD a. Perlengkapan Perhiasan.

kalu1

Inay 1au Wl1D" waktu minta bini.

Penyubstitusian tersebut menghasilkan kalimat sebagai berikut. 1) Inay 1au kalu1waktu minta bini.

2) Inay 1au tl1D"waktu minta bini.

Kedua kalimat di atas mengandung pemakaian leksem perlengkapan perhiasan, yaitu kalu1 dan tl1a". secara gramtikal, penyubstitusian kedua leksem itu saling berterima. Kedua leksem itu menduduki slot fungsi objek. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian, secara gramatikal kedua leksem itu merupakan sinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan lagi dengan subtitusi ke dalam kontek kalimat yang lain dan analisis komponen makna.

b. Perlengkapan Penutup Kepala Laki-Laki. tl1kulas

tapu lau1

plci

Apay kllupa masa1 su1ku" waktu gaway adat. klpiyah

peyubstitusian ketiga leksem itu menghasilkan kalimat berikut. 1) Apay kllupa masa1tl1kulas waktu gaway adat.

2) Apay kllupa masa1tapu lau1waktu gaway adat. 3) Apay kllupa masa1plci waktu gaway adat. 4) Apay kllupa masa1su1ku"waktu gaway adat. 5) Apay kllupa masa1klpiayah waktu gaway adat.

Kelima kalimat di atas mengandung leksem perlengkapan penutup kepala laki-laki. Secara gramatikal perlengkapan penutup kepala laki-laki, yaitu secara gramatikal penyubstitusian kelima leksem itu berterima. Kelima leksem itu menduduki slot fungsi objek. Dalam tataran gramatikal, kelima leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian, secara gramtikal, leksem itu merupkan sinonim. Namun, kesinoniman itu masih dapat dibuktikan dengan subtitusi ke dalam kalimat yang lain dan di analisis komponen makna.

(12)

c. Perlengkapan Busana Ikat Pinggang. tincum ma5i" blnta1ma5i" Uju 1au gl5ay ma5i" glndit ma5i" ubi1manil bentang duwit

penyubtitusian tersebut menghasilkan kalimat sebagai berikut. 1) Uju 1au tincum ma5i"da5i ma5i".

2) Uju 1au blnta1ma5i"da5i ma5i". 3) Uju 1au gl5ay ma5i"da5i ma5i". 4) Uju 1au glndit ma5i"da5i ma5i". 5) Uju 1au ubi1manila da5i ma5i". 6) Uju 1au blnta1duwit da5i duwit.

Keenam kalimat di atas mengandung leksem busana perlengkapan ikat pinggang. Secara gramatikal busana perlengkapan ikat pinggang, yaitu secara gramatikal penyubstitusian keenam leksem itu berterima. Keenam leksem itu menduduki slot fungsi objek. Dalam tataran gramatikal, keenam leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian, secara gramtikal, leksem itu merupakan sinonim. Namun, kesinoniman itu masih dapat dibuktikan dengan subtitusi ke dalam kalimat yang lain dan di analisis komponen makna.

d. Perlengkapan Busana Wanita Waktu Gawai Adat. kain klbat Slmpay acara adat Indu"dah 1au kain si5at kain klpua"

*slllnda1

Penyubstitusian tersebut menghasilkan kalimat sebagai berikut. 1) Slmpay acara adat Indu"dah 1au kain klbat.

2) Slmpay acara adat Indu"dah 1au kain si5at. 3) Slmpay acara adat Indu"dah 1au kain klpua". 4) Slmpay acara adat Indu"dah 1au kain slllnda1.

Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam kalimat berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi objek di dalam kalimat. Namun, secara semantis, tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem kain klbat, kain klpua", dan kain si5at secara semantis dapat saling menggantikan kedudukan objek. Hal itu berkaitan erat dengan konsep kedua benda itu. Kain klbat merupakan kain tenun yang terbuat dari benang katun. berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Benda itu sering dipakai oleh wanita saat pesta atau acara adat. Cara pemakaiannya dipasangkan pada pinggang wanita. Demikian juga dengan kain si5at, merupakan kain tenun yang terbuat dari benang katun. Berukuran pendek bermotif buah rotan, cicak serawak dan lintah. Benda itu sering dipakai wanita saat gawai adat.

(13)

Cara pemakaiannya dipasangkan pada pinggang wanita. Benda itu sering di pakai oleh wanita saat pesta atau acara adat. Uraian itu menunjukan bahwa dua leksem mempunyai konsep dan komponen yang sama. Dengan demikian, kain klbat dan kain si5at dapat diduga sebagai sinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikn dengan analisis komponen makna.

e. Alat Tenun Ikat Manual *blna1 *paut

*apit

Inay mutu1 bllia" untu"mulah kain tlnun. lltan

sawu"

*gllu1an kurap *gllu1an blsay

Penyubstitusian tersebut menghasilkan kalimat sebagai berikut. 1) Inay agI"mutu1blna1untu"mulah kain tlnun.

2) Inay agI"mutu1paut untu"mulah kain tlnun. 3) Inay agI"mutu1 apit untu"mulah kain tlnun. 4) Inay agI"mutu1 bllia"untu"mulah kain tlnun. 5) Inay agI"mutu1 lltan untu"mulah kain tlnun. 6) Inay agI"mutu1 saawu"untu"mulah kain tlnun .

7) Inay agI"mutu1 gllu1an ku5ap untu"mulah kain tlnun. 8) Inay agI"mutu1 gllu1an blsay untu"mulah kain tlnun.

Secara gramatikal, penyubstitusian kedelapan leksem ke dalam kalimat berterima. Kedelapan leksem itu menduduki fungsi objek di dalam kalimat. Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem bllia"

dan lltan secara semantis dapat menggantikan kedudukan objek. Hal itu berkaitan erat dengan konsep kedua benda itu. Bllia" dan lltan merupakan kayu berlian. Ukurannya sesuai dengan keinginan pembuat. Benda itu dipakai oleh wanita untuk membuat kain tenun. Demikian juga, leksem bllia" dan lltan, benda itu juga terbuat dari kayu berlian. Ukurannya sesuai dengan keinginan pembuat. Benda itu dipakai oleh wanita saat membuat kain tenun. Urain itu menunjukan bahwa dua leksem mempunyai konsep dan komponen yang sama. Dengan demikian, bllia" dan lltan dapat diduga sebagai sinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan lagi dengan analisis komponen makna. f. Alat yang Digunakan untuk Menyanggul Rambut.

b5us

bia" 1au slmat isa"sa1gul 5api. plniti

penyubstitusian leksem itu menghasilkan tiga macam kalimat seperti berikut. 1) Bia" 1au b5us isa"sa1gul 5api.

2) Bia" 1au slmat isa"sa1gul 5api. 3) Bia" 1au plnlti isa"sa1gul 5api.

(14)

Ketiga kalimat di atas mengandung pemakaian leksem alat yang digunakan untuk menyanggul rambut. Secara gramatikal alat yang digunakan untuk menyanggul rambut yaitu b5us, slmat, dan plniti. Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem itu berterima. Ketiga leksem itu menduduki slot fungsi objek. Dalam tataran gramtikal, ketiga leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian secara gramtikal, leksem itu merupakan sinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan subtitusi ke dalam kalimat yang lain dan analisis komponen makna.

Komponen Makna Leksem Kesinoniman Nomina Noninsani dalam BSDD a. Perlengkapan perhiasan, dapat dikatakan bahwa leksem kalu1 dan te1a"

mempunyai komponen makna, yaitu (1) perlengkapan perhiasan manusia, (2) penggunaannya dipasang di leher, (3) penggunaannya dipasang di pergelangan tangan, (4) terbuat dari manik-manik, (5) berbentuk besar dan (6) berbentuk kecil.

b. Perlengkapan penutup kepala laki-laki, dapat dikatakan bahwa leksem tl1kulas, tapu lau1, su1NX", plci dan klpiyah mempunyai komponen makna, yaitu (1) penutup kepala, (2) berbentuk syal, (3) berbentuk runcing kedua ujungnya, (4) terbuat dari manik-manik, (5) terbuat benang, (6) terbuat dari rotan, (7) terbuat dari bambu, (8) berwarna putih, (9) berwarna merah bata, (10) berwarna kuning, (11) cara pemakaiannya dibebatkan di atas atas kepala, (12) cara pemakaiannya seperti memakai topi, (13) biasa dipakai oleh laki-laki, (14) dapat dipakai oleh perempuan, (15) dipakai untuk acara adat, (16) dipakai untuk acara tidak resmi dan (17) dipakai untuk acara resmi.

c. Perlengkapan busana ikat pinggang, dapat dikatakan bahwa leksem tincum ma5i", blnta1ma5i", gl5ay ma5i", glndit ma5i", blnta1du:it dan ubi1manila mempunyai komponen makna, yaitu (1) perlengkapan busana, (2) dipakai oleh laki-laki, (3) dipakai oleh perempuan, (4) tampak dari luar sebagai hiasan,

(5) terbuat dari manik-manik, (6) terbuat uang logam, (7) terbuat dari benang, (8) berukuran panjang dan (9) berukuran lebar.

d. Perlengkapan busana wanita waktu acara adat, dapat dikatakan bahwa leksem kain klbat, kain klpua", kain si5at dan sllinda1 mempunyai komponen makna, yaitu (1) dipakai oleh wanita, (2) digunakan untuk acara adat, (3) dililitkan pada leher, (4) dari bahan benang katun, (5) terbuat dari kulit kepuak, (6) cara memasangnya seperti kain dan (7) mempunyai pasangan baju. e. Alat tenun ikat manual, dapat dikatakan bahwa leksem blna1, apit, paut,

bllia", lltan, gllu1an NX5DS sa:u" dan gHOX1DQ ElVD\mempunyai komponen makna, yaitu (1) terbuat dari benang katun, (2) terbuat dari kepuak, rotan, dan tulang keladi, (3) terbuat dari kayu berlian, (4) terbuat dari bamb, (5) terbuat dari pohon aren atau enau dan (6) terbuat dari piring.

f. Alat yang digunakan untuk menyanggul rambut, dapat dikatakan bahwa leksem b5us, slmat dan plniti mempunyai komponen makna, yaitu (1) sebagai hiasan, (2) terlihat dari luar, (3) berbentuk polos dan (4) ujungnya seperti jarum.

(15)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kesinoniman nomina noninsani dalam BSDD dapat dikaji dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan deskripsi, substitusi, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina noninsani. Pasangan leksem nomina noninsani dideskripsikan berdasarkan satu wilayah makna yang sama. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat komponen makna yang mendasari setiap definisi nomina-nomina noninsani. Untuk menguji leksem yang berada dalam satu wilayah makna itu benar-benar bersinonim, leksem-leksem itu ditelaah berdasarkan substitusi dan analisis komponen makna. Jika suatu kata dapat diganti atau disubstitusi dengan kata lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, leksem yang mempunyai kemiripan dapat dikatakan bersinonim. Selanjutnya, leksem-leksem itu ditelaah berdasarkan analisis komponen makna. Dengan teknik itu, sifat hubungan kesinoniman nomina noninsani BSDD dapat dilihat dengan memperhatikan komponen makna dalam tiap-tiap pasangan leksem yang bersinonim.

Saran

Berdasarkan deskripsi yang diperoleh, maka diberikan beberapa saran yaitu, (1) Penelitian yang digunakan tentang kesinoniman nomina noninsani BSDD merupakan penelitian yang membahas tentang aspek kesinoniman nomina noninsani. Oleh sebab itu peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang meneliti tentang BSDD, baik dari aspek sintaksis maupun romantisnya. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data tentang BSDD dan (2) Bagi peminat bahasa dapat menjadikan skripsi ini sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat. Skripsi ini masih banyak kekurangan, peneliti berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Alloy, Sujarni. 2008. Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak : Institut Dayakologi.

Chaer, Abdul. 2002. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(16)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan

Referensi

Dokumen terkait

Wanjekeche (2003) yang melaporkan kenaikan kadar karbohidrat pada tepung dengan pengupasan kulit pada koro benguk putih dari 54,28% menjadi 59,0% dan juga sesuai dengan

This study explores the range of modifications (input, interaction, and information choice) used by non- native speaker EFL teachers in two private primary schools in Indonesia1.

Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain - setelah dikurangi penyisihan penghapusan masing-masing sebesar Rp41.549 dan Rp54.068 per 31 Desember 2008 dan 2007.

Penghitungan perbedaan diameter zone hambatan yang dibentuk oleh masing- masing isolat bakteri calon biokontrol diuji dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga

1. Telah dibuat Sistem Pendukung Keputusan Kinerja Mahasiswa dengan hasil akhir perankingan yang bisa dijadikan alternatif lain bagi kampus untuk membantu dan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelayanan Jamkesmas bagian rawat jalan masih kurang memuaskan, hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi antara

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi antara

N Minimum Maximum Mean Std. Hasil ini menunjukan bahwa variabel dependen atau tingkat pengungkapan ISR dipengaruhi oleh kelima variabel independen yakni profitabilitas,