• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis-Empiris Penanganan Anak Didik Pemasyarakatan Yang Melarikan Diri Dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak(Studi Kasus di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tinjauan Yuridis-Empiris Penanganan Anak Didik Pemasyarakatan Yang Melarikan Diri Dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak(Studi Kasus di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS-EMPIRIS PENANGANAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG MELARIKAN DIRI DARI

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

(Studi Kasus di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

ANGGA RIZKY BAGASKORO C100130258

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

TINJAUAN YURIDIS-EMPIRIS PENANGANAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN YANG MELARIKAN DIRI DARI

LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK

(Studi Kasus di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kutoarjo) Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aturan mengenai upaya penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA, menganalisa upaya penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo, serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penanganannya. Penelitan ini menggunakan metode pendekatan yuridis-empiris yang dilakukan dengan menggali data dari peraturan perundang-undangan dan penelitian di LPKA Kelas 1 Kutoarjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penanganan anak didik yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo berada dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan, dan Pedoman Perlakuan Anak Di LPKA. Selain itu juga ada upaya lain yang dilakukan oleh LPKA Kelas 1 Kutoarjo yang berdasarkan atas perintah dari Kepala LPKA yang terdiri dari upaya preventif dan represif. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo ini ada 2 faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Kata kunci: tinjauan yuridis-empiris, penanganan anak didik pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Abstract

This research aims to know the rules regarding handling efforts correctional protégé who escaped from LPKA, analyzing the efforts of correctional protégé handling who escaped from LPKA class 1 Kutoarjo, and knowing the constraints faced in the process of handling. The study uses empirical methods of juridical approach-which is done with the digging data from legislation and research in LPKA class 1 Kutoarjo. This type of research is descriptive research types. From the results of research show that the efforts of handling student who escaped from the LPKA class 1 Kutoarjo are in law No. 12 Year 1995 about Prisons, regulations of the Minister of Justice and human rights no. 6 Year 2013 about Conduct correctional facility and home of the State's Prisoners, the Ordinance of the Minister of Justice and human rights no. M. 01-PR. 07.03 Year 1985 on the Organization and the work of correctional facility, a decision of the Minister of Justice The decision of the Minister of Justice Number M.02-04.10 Year 1990 about Patterns of coaching Inmates/Detainees, and guidelines for the treatment of children in LPKA. In addition, there are other efforts undertaken by the LPKA class 1 Kutoarjo, based on orders from the head of the LPKA which consists of preventive and repressive efforts. Constraints faced in handling correctional protégé who escaped from the LPKA class 1 Kutoarjo are 2 factors, namely the internal factors andexternal factors.

Keywords: juridical-empirical review, correctional prisoner handling, Special Child Development Institution (LPKA)

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Lembaga Pemasyarakatan atau disingkat LAPAS ini merupakan salah satu perwujudan daripada tujuan hukum pidana. Seperti pendapat dari Muladi, tujuan dari hukum pidana hakikatnya adalah melindungi serta menjaga keseimbangan antara kepentingan negara dan masyarakat, kepentingan pelaku tindak pidana dan korban dari tindak pidana.1 Maka perlu suatu pemidanaan untuk menjaga keseimbangan kepentingan tersebut. Dalam ilmu hukum pidana ada 3 teori tentang tujuan pidana yakni teori pembalasan, teori relatif atau tujuan, dan teori gabungan. Teori pembalasan ini bermaksud bahwa tujuan dari pidana atau pemidanaan ini adalah sebagai pembalasan kepada orang yang telah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain atau tindak pidana. Teori relatif atau tujuan bermaksud bahwa pemberian pidana ini bertujuan untuk memberi efek jera serta mencegah pengulangan tindak pidan baik dari pelaku maupun dari orang lain. Sedangkan teori gabungan ini adalah teori pembalassan dan teori relatif yang digabungkan. Jadi tujuan pemidanaan adalah pembalasan sekaligus pemberian efek jera dan pencegahan serta untuk memperbaiki mental pelaku tindak pidana itu.2

Bagi anak yang telah terbukti melakukan suatu tindak pidana maka akan dikenakan beberapa sanksi. Pembinaan di dalam lembaga dan pidana penjara merupakan 2 bentuk sanksi pidana yang dilakukan dalam LPKA.3 Maka peran LPKA menjadi sangatlah penting dalam proses pembinaan anak didik pemasyarakatan. Oleh sebab itu LPKA menjaga keamanan dan ketertiban sehingga tujuan dari LAPAS ini bisa terlaksana. Maka tanggung jawab atas Anak Didik Pemasyarakatan nantinya akan beralih dari Jaksa ke Lembaga Pemasyarakatan karena jaksa telah melimpahkannya ke Lembaga Pemasyarakatan.4

1

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. Hlm. 129.

2

Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2010, Hukum Pidana, Surakarta: Muhammdiyah

Univesity Press, Hlm. 319-320.

3

Pasal 71 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

4

Tolib Effendi, 2014 Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, Perkembangan dan

(7)

Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di LPKA ini tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan tujuannya. Seperti di LAPAS bagi orang dewasa, tidak sedikit kasus Napi yang melakukan upaya pelarian. Seperti kasus di Kutoharjo, bahwa dua anak didik LPKA Kutoharjo melarikan diri dari LPKA Kutoharjo pada hari Jumat, 6 Februari 2015 lalu. Kedua anak didik Lapas ini melarikan diri melalui atap yang sudah rapuh.5 Tidak hanya sekali itu sebelum sebelumnya juga pernah tejadi kasus pelarian di LPKA Kutoarjo. Dengan adanya hambatan semacam ini proses penegakan hukum pidana khsusunya dalam tahap pembinaan menjadi terhalang. Maka perlu upaya penanganan yang harus dilakukan supaya proses penegakan hukum pidana khususnya tahap eksekusi/pembinaan di LPKA Kutoarjo dapat berjalan lagi.

Namun tidak semua anak dapat dipidana penjara. Dalam Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan: “anak

yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan.”

Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui anak yang dapat dipidana penjara harus berusia 14 tahun keatas. Selain itu jangka waktu pidana hanya ½ (setengah) dari maksimum ancaman pidana orang dewasa dan itu juga tidak harus dijalani sepenuhnya karena jika anak yang dikenai pidana penjara sudah menjalani hukuman selama ½ (setengah) dari hukumannya dan ia berkelakuan baik maka ia berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.6

Upaya-upaya untuk mencari Anak didik yang melarikan diri ini belum ada rumusan aturan secara teknisnya, maka perlu inisiatif sendiri dari aparat yang bertugas mencari Anak Didik yang kabur tersebut, namun tindakan ini tidaklah boleh melanggar peraturan perundangan dan hak asasi dari Anak didik tersebut, dikarenakan hal ini merupakan bagian dari proses penegakan hukum pidana bagi anak berdasarkan keadilan restoratif. Selain itu setelah anak didik yang melarikan diri sudah tertangkap, mereka akan dikenakan hukuman disiplin di LPKA.7

5

Radar Banyumas, Senin, 9 Februari 2015: Dua Napi Lapas Anak Kutoharjo Kabur, dalam

http://radarbanyumas.co.id/dua-napi-lapas-anak-kutoarjo-kabur/&ei=OII7xtlk&lc=id-ID&ss=1&m=990&host=www.google.co.id&ts=1489125040&sig=AJsQQ1B7tSSSapHo03nduUp 3E-m94y4YPA&lite_refresh=1489125623071 diunduh Jumat, 3 Maret 2017 pukul 13:10.

6

Pasal 81 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

7

Pasal 8 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 6 tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

(8)

4

Hukuman disiplin ini dimaksudkan agar anak didik mau menaati tata tertib LPKA. Ada hal-hal yang juga harus diperhatikan adalah, apakah bentuk hukuman disiplin narapidana orang dewasa dengan anak didik pemasyarakatan ini sama atau tidak. Karena dalam proses pemidanaannya adalah berbeda.

2. METODE

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis-empiris yaitu gabungan dari metode penelitian yuridis dimana merupakan penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, dengan metode penelitian empiris yakni penelitian hukum dengan cara meneliti bahan primer.8 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk melukiskan suatu hal tertentu dan pada saat tertentu.9

Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo. Dalam penelitian ini diambil dari 2 jenis data, yakni data primer yang diambil langsung dari sumber pertama lapangan cara melakukan penelitian lapangan atau wawancara di LPKA Kelas 1 Kutoarjo, dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan hukum dari peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder yang berasal dari buku-buku, makalah dan literatur karya ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Peraturan Perundang-Undangan Penanganan Anak Didik Pemasyarakatan yang Melarikan Diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo

Sebelum mengetahui upaya penanganan anak didik yang melarikan diri ini maka perlu diketahui siapa petugas yang berwenang untuk melakukan upaya tersebut. Pertama yang mempunyai wewenang adalah Kepala LPKA, karena dia

8

Soedjono Soekanto & Sri Mamudji, 1986, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, Hal. 15.

9

Suratman & Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, Hal. 47.

10

(9)

yang mempunyai tanggungjawab atas LPKA yang dipimpinnya.11 Setelah Kepala Lapas, ada petugas lain yang mempunyai wewenang melakukan upaya penanganan anak didik yang melarikan diri. Penanganan ini merupakan bagian dari keamanan dan ketertiban, maka petugas yang mempunyai tugas untuk melakukan pengamanan warga binaan dilakukan oleh Pengaman Pemasyarakatan.12

Selain itu, petugas yang terkait dengan penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri ini adalah Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lapas. Bidang administrasi keamanan dan tata tertib mempunyai tugas untuk mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan pengamanan yang selanjutnya dibuat laporan berkala dibidang keamanan serta menegakkan tata tertib.13

Maka Bagi anak pidana yang melarikan diri akan dikenakan hukuman tutupan sunyi dan petugas yang terkait dengan pemberian hukuman ini Kepala LAPAS, Kepala Pengaman, Tim Pemeriksa yang dibentuk Kepala LAPAS, dan Tim Pemgamat Pemasyarakatan.14

Setelah mengetahui petugas yang berwenang dalam melakukan penanganan anak didik yang melarikan diri dari LPKA, selanjutnya adalah upaya yang dapat dilakukan. Upaya penanganan anak didik yang melarikan ini terdiri dari 2 jenis, pertama adalah upaya preventif/upaya penegahan yang meliputi, (1) harus hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam dinasnya, (2) dilarang meninggalkan tugas tanpa izin dari Kepala Regu jaga dan apabila berhalangan hadir supaya segera memberi kabar, (3) dilarang menjadi penghubung dari dan untuk narapidana atau orang lain maupun penegak hukum, (4) dilarang bertindak sewenang-wenang terhadap narapidana, (5) memahami dan mengerti cara

11

Pasal 46 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

12

Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

13

Kementrian Hukum dan HAM RI, Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.

M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan

14

Kementrian Hukum dan HAM RI, Pasal 13, 14 dan 15 Peraturan Menteri Hukum dan

HAM RI No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

(10)

6

menggunakan perlengkapan keamanan/ ketertiban, (6) merawat perlengkapan keamanan/ketertiban sebaik-baiknya, dan (7) mempersiapkan buku jaga untuk mencatat kegiatan atau peristiwa pergantian tugas jaga dengan mencatat jumlah narapidana, jumlah dan keadaan senjata api serta situasi khusus yang perlu diketahui oleh petugas jaga berikutnya.15

Yang kedua adalah upaya represif/upaya penanggulangan yakni pemberian hukuman disiplin. Dalam memberikan hukuman disiplin ini ada tahapan yang dilalui yang meliputi, (1) pemeriksaan awal yang dilakukan oleh kepala keamanan LPKA yang pada hasil pemeriksaannya akan disampaikan kepada Kepala LAPAS atau Kepala Rutan, (2) pemeriksaan hasil pemeriksaan awal oleh Tim Pemeriksa yang dibentuk berdasarkan surat perintah dari Kepala LPKA. Selain memeriksa hasil pemeriksaan awal, tim pemeriksa juga memeriksa narapidana yang melarikan diri secara langsung. Hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa ini akan dituangkan ke dalam berita cara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Narapidana atau Tahanan dan juga tim pemeriksa. Sebelum ditandatangani Narapidana atau Tahanan diberikan kesempatan untuk dibacakan hasil pemeriksaannya, (3) Sidang penjatuhan hukuman disiplin oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan yang pertimbangannya berdasarkan dari hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa. Sebelumnya berita acara pemeriksaan disampaikan kepada Kepala Lapas atau Rutan oleh Tim pemeriksa dan berita acara pemeriksaan akan disampaikan kepada tim pengamat pemasyarakatan oleh kepala lapas atau rutan dalam waktu 2 x 24 jam sejak berita acara pemeriksaan diterima. Setelah disampaikan kepada TPP, maka TPP akan melakukan sidang untuk membahas penjatuhan hukuman disiplin kepada narapidana yang melarikan diri dalam waktu 2 x 24 jam.16

15

Kementrian Hukum dan HAM RI, Bab Keamanan dan Tata Tertib di Lapas Angka 5

Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.

16

Kementrian Hukum dan HAM RI, Pasal 12, 13, 14 dan 15 Peraturan Menteri Hukum

dan HAM RI No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

(11)

3.2.Upaya Penanganan Anak Didik Pemasyarakatan yang Melarikan Diri dari LPKA Kelas 1 Kutoharjo

LPKA Kelas 1 Kutoarjo ini beralamat di Jalan Diponegoro 36a Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Prov. Jawa Tengah. LPKA Kelas 1 Kutoarjo ini mempunyai suatu visi dan misi dalam proses beroprasinya. LPKA Kelas 1 Kutoarjo pada bulan Juli ini mempunyai jumlah warga binaan sebanyak 60 orang.Visi LPKA Kelas 1 Kutoarjo adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (membangun manusia mandiri). Sedangkan misinya adalah melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan.17

Berdasarkan struktur organisasi di LPKA Kelas 1 Kutoarjo, LPKA dipimpin oleh Kepala Lapas, yang dibawahnya dibantu oleh seksi-seksi yang masing-masing mempunyai tugas sendiri. Seksi-seksi ini diantaranya adalah (1) Kepala Sub Bagian Umum yang dibagi menjadi 2 bidang yakni Kepala Urusan Kepegawaian dan Tata Usaha, dan Kepala Urusan Keuangan dan Perlengkapan, (2) Kepala seksi registrasi dan klasifikasi, (3) Kepala seksi Pembinaan, (4) Kepala seksi perawatan, dan (5) Kepala seksi Pengawasan dan penegakan disiplin. dari beberapa seksi yang ada dalam struktur organisasi LPKA Kelas 1 Kutoarjo, yang berwenang dalam melakukan penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo adalah Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin, yakni yang dikepalai oleh Bapak Sapto Isnugroho, S.Pd. yang dibantu oleh regu-regu pengawas.

Upaya penanganan yang dilakukan untuk menangani anak didik yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo ini terdiri dari 2 jenis, pertama adalah upaya preventif/upaya pencegahan yang meliputi, (1) pemberian motivasi terhadap seluruh petugas yang ada di LPKA Kelas 1 Kutoarjo supaya lebih giat bekerja dan selalu mematuhi tata tertib LPKA, (2) perawatan sarana dan fasilitas yang ada di LPKA Kelas 1 Kutoarjo mengingat ada beberapa titik dibangunan

17

Data dari Bagian Pengawasan dan Penegakan disiplin Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo

(12)

8

LPKA yang rusak atau sudah tidak layak, dan (3) memberikan program pembinaan yang efektif sehingga anak didik pemasyarakatan dapat menerima pembinaan dengan benar dan menyadari akan kewajiban sebagai anak didik salah satunya mematuhi tata tertib yang ada di LPKA Kelas 1 Kutoarjo.18

Selanjutnya adalah upaya represif/upaya penanggulangan yang meliputi, tindakan yang dilakukan ketika terjadi percobaan pelarian yang masih dalam tembok berdasarkan Angka 4 huruf d tentang Pengawasan dan Penegakan disiplin Anak, Pedoman Perlakuan Anak di LPKA diantaranya:

(a) memberikan tanda isyarat kepada seluruh petugas, baik yang sedang bertugas maupun yang bertempat tinggal di sekeliling LPKA dengan jalan membunyikan sirine atau lonceng 5 kali berturut-turut secara teus menerus dan segera meminta bantuan kepada Polri/aparat keamanan,

(b) memasukkan seluruh anak ke kamar masing-masing untuk memudahkan pencarian, (c) melokalisir tempat yang diperkirakan menjadi persembunyian dengan cara menempatkan petugas untuk mengawasi tempat-tempat yang dicurigai guna membatasi ruang gerak pelaku, (d) melakukan pencarian di tempat-tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian, (e) jika sudah ditemukan, memerintahkan kepada pelaku agar keluar dari persembunyian dengan cara mengangkat tangannya dan berjalan jongkok, (f) bila peringatan lisan tidak pula diindahkan, maka Anak boleh dilumpuhkan dengan tindakan yang tidak membahayakan dan menciderakan anak.

Jika anak didik yang melarikan diri berhasil keluar dari tembok dan sudah jauh dari lingkup LPKA, maka tindakan yang dilakukan ini meliputi, (1) Kepala LPKA Kelas 1 Kutoarjo mengeluarkan Surat Perintah untuk mencari dan menangkap Anak Didik yang melarikan diri. (2) Kepala LPKA Kelas 1 Kutoarjo Membentuk Tim Pencari dan Penangkapan Pelarian. Tim ini terdiri dari 4 tim, yakni Tim A, Tim B, Tim C, dan Tim D. Masing-masing tim terdiri dari 5 petugas, (3) Ke empat tim ini memulai pencarian ke tempat-tempat biasa mereka bersembunyi, atau di rumah tempat tinggal anak didik. Menurut pengalaman petugas biasanya anak didik yang melarikan diri itu kembali ke rumah orang tuanya, selain itu petugas LPKA juga bisa meminta bantuan kepada pihak

18

Sapto Isnugroho S.Pd Kepala Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin LPKA Kelas 1

(13)

Kepolisian dengan cara memberikan informasi mengenai anak didik yang melarikan diri, dan (4) penjatuhan hukuman disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.19

3.3.Kendala-Kendala dalam Proses Penanganan Anak Didik Pemasyarakatan Yang Melarikan Diri dari LPKA Kutoarjo

Dalam melakukan penanganan anak didik yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo juga tidak luput dari kendala-kendala. Kendala-kendala ini terdiri dari 2 faktor, yakni faktor internal meliputi, (1) faktor Sumber Daya Manusia (SDM) di LPKA Kelas 1 Kutoarjo, Faktor SDM yang berpengaruh ini bisa dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Dari segi kuantitatif ini maksudnya adalah bahwa jumlah petugas penjaga di LPKA Kelas 1 Kutoarjo masih kurang dari yang dibutuhkan, sedangkan untuk segi kualitatif adalah kualitas kerja dari petugas yang ada. (2) faktor sarana dan fasilitas yang terbatas atau bisa dikatakan tidak ada sarana dan fasilitas khusus untuk menopang upaya penanganan anak didik yang melarikan diri, seperti kendaraan khusus untuk pencarian, kondisi bangunan LPKA yang masih ada kekurangan di beberapa sektor, dan alat pelacak yang dapat melacak keberadaan anak didik pemasyarakatan akan mempermudah proses pencarian, mengingat teknologi sekarang yang sudah maju, (3) faktor anggaran keuangan khusus, jika ada anggaran keuangan khusus untuk penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo, maka akan memberi berpengaruh yang baik terhadap profesionalisme kinerja petugas LPKA, dan (4) faktor sikap batin anak didik pemasyarakatan, ada anak didik yang pernah melarikan diri mengulangi lagi perbuatannya karena tidak ada rasa menyesal yang mengakibatkan anak didik ingin mengulangi kembali.

Selanjutnya adalah faktor eksternal yang meliputi, (1) faktorkeluarga anak didik yang melarikan diri. Berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya bahwa anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA Kelas 1 Kutoarjo ini biasanya akan pergi menuju ke rumah mereka, namun saat menjumpai orang

19

Sapto Isnugroho S.Pd, Kepala Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin LPKA Kelas 1

(14)

10

tuanya dan menanyakan keberadaan atau informasi terkait anaknya, orang tua anak didik ini enggan memberikan informasi atau tidak mau kooperatif dengan petugas LPKA dan (2) faktor masyarakat. Jika di rumah orang tua anak didik yang melarikan diri tidak ditemukan, petugas LPKA juga mencari ke tempat teman atau sahabat anak didik tersebut. Namun sama halnya dengan keluarga anak didik, mereka tidak mau memberikan informasi tentang keberadaan temannya. Hal ini juga menghambat upaya pencarian oleh petugas LPKA.20

4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Pertama, aturan mengenai penanganan anak didik yang melarikan diri dari LPKA ini diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, dan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan. Didalamnya terdapat ketentuan mengenai petugas yang berwenang menangani anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri dari LPKA. Serta terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan yang terdiri dari upaya preventif yakni upaya pencegahan dengan melakukan kegiatan pengamanan dan upaya represif atau upaya penanggulangan yakni melakukan tindakan yang masih dalam lingkup LPKA serta pemberian hukuman disiplin saat anak didik sudah tertangkap kembali.

Kedua, berdasarkan struktur organisasi yang terdapat dalam LPKA Kelas 1 Kutoarjo yang mempunyai tugas melakukan penanganan anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri ini diantaranya adalah Kepala LPKA Kelas 1 Kutoarjo, Kepala Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin, Tim Pengamat Pemasyarakatan dan petugas fungsional. Upaya yang dilakukan diantaranya

20

Sapto Isnugroho S.Pd, Kepala Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin LPKA Kelas 1

(15)

adalah pencarian dan penangkapan, pemeriksaan, sidang penjatuhan hukuman disiplin serta pelaksanaan hukuman disiplin.

Ketiga, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Petugas LPKA Kelas 1 Kutoarjo. Kendala ini diakibatkan 2 faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini merupakan faktor dari dalam LPKA yang terdiri dari faktor sumber daya manusia yang masih kurang dari segi kuantitas maupun kualitas. Faktor selanjutnya adalah sarana dan fasilitas Lapas yang masih mempunyai kekurangan. Faktor berikutnya adalah anggaran keuangan di mana LPKA Kelas 1 Kutoarjo tidak mempunyai anggaran khusus untuk penanganan anak didik yang melarikan diri.. Faktor selanjutnya adalah sikap batin dari anak didik pemasyarakatan yang melarikan diri. Selanjutnya adalah faktor eksternal yakni faktor yang bersal dari luar LPKA yang terdiri dari faktor keluarga anak didik yang melarikan diri yang tidak kooperatif dengan petugas LPKA. Faktor yang terakhir adalah masyarakat yang sama halnya dengan keluarga anak didik yang tidak mau kooperatif dengan petugas LPKA

4.2. Saran

Pertama, kepada Pemerintah Republik Indonesia diharapkan supaya untuk lebih memperhatikan kebutuhan mengenai Pemasyarakatan khususnya kebutuhan dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo, seperti anggaran untuk perbaikan struktur banguna maupun anggaran untuk kebutuhan penanganan anak didik yang melarikan diri. Dengan bangunan yang baik dan efektif maka kasus pelarian oleh anak didik akan tercegah, dan dengan adanya anggaran khusus untuk penanganan anak didik yang melarikan diri akan menambah kesejahteraan petugas. Jika petugas merasa sejahtera maka profesionalsme kinerja akan meningkat serta dapat mencegah kasus pelarian. Selain itu juga pemerintah diharapkan menambah jumlah Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan sesuai kebutuhan lapas.

Kedua, Kepada Petugas di LPKA Kelas 1 Kutoarjo diharapkan menambah kualitas kinerja, karena hal ini merupakan kewajiban yang diberikan oleh negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Peningkatan kualitas kinerja ini bisa dalam bentuk pembinaan terhadap anak didik, kerja sama sesama petugas, dan

(16)

12

perwatan akan sarana dan fasilitas yang ada di LPKA Kelas 1 Kutoarjo. Jika kualitas kinerja lebih baik maka tidak akan terjadi kasus pelarian oleh anak didik pemasyarakatan.

Ketiga, kepada Masyarakat termasuk keluarga anak didik pemasyarakatan diharapkan supaya dapt lebih kooperatif kepada petugas pemasyarakatan khususnya dalam proses penanganan anak didik yang melarikan diri dari Lapas maupun dalam proses pembinaan anak didik pemasyarakatan pada umumnya.

PERSANTUNAN

Saya mengucapkan terima kasih kepada pertama, kedua orang tua tercinta Bapak Joko Wasito dan Ibu Sunarni yang selalu memberikan perhatian, motivasi, dukungan, curahan doa, dan kasih sayang serta nasehat-nasehatnya yang akan selalu mengiringi kehidupanku, kedua adikku Gatot Bayu Saputra dan Rafa Khoirul Fatta atas dukungan dan kasih sayangnya semoga menjadi anak yang sholeh sukses dan berbakti kepada orang tua, ketiga, segenap Bapak-Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah membimbing dan banyak memberikan ilmu dan mendidik penulis selama menempuh perkuliahan ini, keempat, sahabat seperjuangan di Fakultas Hukum, sukses untuk semua, kelimat, teman-teman kos selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, keenam, teman-temanku dan keluarga besarku terima kasih untuk dukungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Effendi, Tolib, 2014, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana, Perkembangan dan Pembaharuannya di Indonesia, Malang: Setara Press.

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Soedjono Soekanto & Sri Mamudji, 1986, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali.

Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2010, Hukum Pidana, Surakarta: Muhammdiyah Univesity Press, Hlm. 319-320.

(17)

Suratman & Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta. Website/Internet

Radar Banyumas, Senin, 9 Februari 2015: Dua Napi Lapas Anak Kutoharjo Kabur, dalam http://radarbanyumas.co.id/dua-napi-lapas-anak-kutoarjo-

kabur/&ei=OII7xtlk&lc=id-ID&ss=1&m=990&host=www.google.co.id&ts=1489125040&sig=AJsQQ 1B7tSSSapHo03nduUp3E-m94y4YPA&lite_refresh=1489125623071 diakses Jumat, 3 Maret 2017 pukul 13:10.

Aturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.

Kementerian Hukum dan HAM RI, Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.

Kementerian Hukum dan HAM RI, Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan

Data dari Bagian Pengawasan dan Penegakan Disiplin Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas 1 Kutoarjo

Wawancara Pribadi

Sapto Isnugroho, Kepala Seksi Pengawasan dan Penegakan Disiplin LPKA Kelas 1 Kutoarjo, Wawancara Pribadi, pada Juni 2017

Referensi

Dokumen terkait

Inflasi 0,15 persen dipengaruhi oleh naiknya harga pada kelompok pengeluaran :bahan makanan 0,02 persen; makanan jadi, minuman, rokok & tbk 0,33 persen; sandang

Jadwal Evaluasi akan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan oleh Pokja Barang. dan Jasa Lainnya dalam mengevaluasi, apabila waktu yang dibutuhkan

Dari hasil Sakernas 2012 diketahui bahwa komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota Tual didominasi oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hal

Dari penelitian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa strategi promosi pada MLM syariah berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan nilai t hitung >t tabel

Berdasarkan hasil pengumpulan data, tidak semua kasus dan kontrol yang telah ditetapkan tersebut dapat ikut dalam penelitian, karena tidak memenuhi kriteria inklusi

Begitu juga yang terjadi di Pasar Glodok dan Orion Plaza dengan menjual alat-alat elektronik dan mayoritas pedagangnya adalah orang Tionghoa pada tanggal 14 Mei

reliability of the multiple attributes decision. The objective of this manuscript is to apply the statistical methods in the evaluation of reliability of the multi- ple

a) NDM VHULQJ PHQ\HEXWNDQ ³RZK LR EWXO´ LQL EHUDUWL NDM telah mengetahui konsep yang merupakan unsur pada bagian pemecahan M 1. b) NDM mengetahui harga pembeliannya dan