• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KTI (Pembahasan Penelitian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 KTI (Pembahasan Penelitian)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

36 36

diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi hiperurisemia

diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi hiperurisemia””  menunjukan hasil  menunjukan hasil  berupa analisis

 berupa analisis univariat, bivariat, univariat, bivariat, dan multidan multivariat. variat. Analisis Analisis univariat menyatakanunivariat menyatakan rerata hasil skrining kadar GDS dan kadar asam urat yang ditinjau berdasarkan rerata hasil skrining kadar GDS dan kadar asam urat yang ditinjau berdasarkan usia dan jenis kelamin. Analisis bivariat menyatakan korelasi tiap variabel pada usia dan jenis kelamin. Analisis bivariat menyatakan korelasi tiap variabel pada faktor risiko usia, jenis kelamin, dan diabetes melitus tipe 2 terhadap faktor risiko usia, jenis kelamin, dan diabetes melitus tipe 2 terhadap hiperurisemia. Analisis multivariat menyatakan korelasi seluruh variabel pada hiperurisemia. Analisis multivariat menyatakan korelasi seluruh variabel pada faktor risiko usia, jenis kelamin, dan diabetes melitus tipe 2 terhadap faktor risiko usia, jenis kelamin, dan diabetes melitus tipe 2 terhadap hiperurisemia.

hiperurisemia.

Analisis univariat menunjukan bahwa rerata skrining kadar GDS tertinggi Analisis univariat menunjukan bahwa rerata skrining kadar GDS tertinggi yaitu pada usia 51-60 tahun dengan rerata 262 mg/dL, sedangkan rerata kadar yaitu pada usia 51-60 tahun dengan rerata 262 mg/dL, sedangkan rerata kadar GDS terendah yaitu pada usia 31-40 tahun dengan rerata 223 mg/dL. Rerata GDS terendah yaitu pada usia 31-40 tahun dengan rerata 223 mg/dL. Rerata skrining kadar asam urat tertinggi yaitu pada usia 41-50 tahun dengan rerata 8,9 skrining kadar asam urat tertinggi yaitu pada usia 41-50 tahun dengan rerata 8,9 mg/dL, sedangkan rerata terendah pada usia

mg/dL, sedangkan rerata terendah pada usia 31-40 tahun dengan rerata 6,3 mg/dL.31-40 tahun dengan rerata 6,3 mg/dL. Analisis rerata skrining kadar GDS dan kadar asam urat berdasarkan jenis kelamin Analisis rerata skrining kadar GDS dan kadar asam urat berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dengan rerata menunjukan bahwa laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dengan rerata GDS 257 mg/dL dan rerata kadar asam urat 8,3 mg/dL.

GDS 257 mg/dL dan rerata kadar asam urat 8,3 mg/dL.

Analisis bivariat menunjukan bahwa faktor risiko usia dan diabetes melitus Analisis bivariat menunjukan bahwa faktor risiko usia dan diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap kejadian tipe 2 memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap kejadian hiperurisemia, sedangkan jenis kelamin tidak bermakna. Analisis multivariat hiperurisemia, sedangkan jenis kelamin tidak bermakna. Analisis multivariat menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia 41-50 tahun, dan penderita menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki, usia 41-50 tahun, dan penderita diabetes melitus tipe 2 memiliki kecenderungan terhadap kejadian hiperurisemia. diabetes melitus tipe 2 memiliki kecenderungan terhadap kejadian hiperurisemia. Hubungan multivariat yang bermakna secara statistik terdapat pada faktor risiko Hubungan multivariat yang bermakna secara statistik terdapat pada faktor risiko  penderita diabetes melitus tipe 2.

 penderita diabetes melitus tipe 2.

5.1

5.1 Deskripsi Deskripsi KarakterKarakteristik Resistik Respondenponden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang  berjumlah

(2)

hiperurisemia dan 15 orang (21,73%) lainnya non-hiperurisemia. Responden yang mengalami hiperurisemia diketahui lebih banyak pada jenis kelamin  perempuan (52,2%). Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan  bahwa kadar asam urat meningkat diusia >50 tahun, karena pada usia ini

wanita mengalami gangguan hormon estrogen.

Responden yang mengalami diabetes melitus sebanyak 49 orang (71,01%) dengan rata-rata kadar GDS >240 mg/dL dengan 45 orang (65,2%) diantaranya mengalami hiperurisemia. Proporsi responden hiperurisemia pada faktor risiko usia 31-40 (4,3%), 41-50 tahun (31,9%), 51-60 (27,5%), dan >60 tahun (14,6%), faktor risiko jenis kelamin laki-laki (26,1%), dan perempuan (52,2%), dan faktor risiko diabetes melitus (65,2%). Maka dari itu, dapat disimpulkan proporsi terbesar faktor risiko ada pada diabetes melitus meskipun faktor risiko usia dan jenis kelamin memiliki keterkaitan dalam hal ini.

5.2 Hubungan Faktor Risiko Usia dengan Hiperurisemia

Data penderita hiperurisemia berdasarkan usia diperoleh sebanyak 54 orang atau 78,3% dari 69 orang. Hasil analisis bivariat pada tabel 4, diperoleh korelasi usia dengan kejadian hiperurisemia memiliki nilai p=0,003 atau  p<0,05. Korelasi tersebut menunjukan bahwa faktor resiko usia memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperurisemia. Responden terbanyak yang mengalami hiperurisemia yaitu pada usia 41-50 tahun dengan rerata kadar asam urat 8,9 mg/dL.

Faktor risiko terjadinya hiperurisemia adalah usia, dimana prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang. Prevalensi hiperurisemia meningkat diusia dewasa pertengahan yaitu sekitar 40 tahun ditemukan pada laki-laki, sedangkan pada wanita biasanya terjadi setelah mengalami menopause. Faktor usia tersebut mulai terdapat kenaikan kadar asam urat akibat penurunan fungsi ginjal terutama pada pria dalam proses eksresi sisa metabolisme dalam tubuh yang ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi. Peran ginjal pada metabolisme asam urat yaitu bekerja

(3)

mengatur esksresi kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dikeluarkan melalui air seni. Apabila asam urat berelebihan dan ginjal tidak mampu lagi mengatur ekskresinya, maka asam urat akan meningkat dalam darah.(42, 43)

Penelitian ini sependapat dengan teori dan penelitian lain yang mendukung bahwa usia memiliki hubungan dengan kejadian hiperurisemia yaitu Purwaningsih 2010, yang mengatakan kejadian hiperurisemia meningkat pada laki-laki dewasa berusia ≥30 tahun dan wanita setelah

menopouse atau berusia ≥50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami

gangguan produksi hormon estrogen.(44) Hormon estrogen berperan dalam

merangsang perkembangan folikel yang mampu meningkatkan kecepatan  proliferasi sel dan menghambat keaktifan enzim protein kinase yang

mempunyai fungsi mempercepat aktivitas metabolik., diantaranya metabolisme purin. Enzim urikinase merupakan enzim yang berfungsi untuk merubah asam urat menjadi bentuk alatonin yang akan diekskresikan melalui urin, sehingga terganggunya produksi enzim urikinase mempengaruhi proses  pengeluaran asam urat yang menimbulkan hiperurisemia.(44)

5.3 Hubungan Faktor Risiko Jenis Kelamin dengan Hiperurisemia

Data penderita hiperurisemia berdasarkan jenis kelamin diperoleh dari 54 atau 78,3% penderita hiperurisemia 18 atau 26,1% diantaranya adalah laki-laki, sedangkan 36 atau 52,2% lainnya adalah perempuan. Hasil analisis  bivariat menunjukan pada tabel 5, diperoleh korelasi jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia memiliki nilai p=0,321 atau p>0,05. Korelasi tersebut menunjukan bahwa faktor risiko jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak  bermakna dengan kejadian hiperurisemia. Rerata kadar asam urat tertinggi

yaitu terjadi pada laki-laki yaitu 8,3 mg/dL dibandingkan perempuan yaitu 7,9 mg/dL.

Laki-laki memiliki risiko hiperurisemia lebih tinggi dari wanita. Hal tersebut dikarenakan pada laki-laki tidak terdapat hormon estrogen yang  bersifat uricosuric agent   yaitu suatu bahan kimia yang berfungsi membantu

(4)

eksresi asam urat melalui ginjal. Mekanisme uricosuric agent dalam ekskresi asam urat adalah menghambat urate transporter-1 (URAT1) dari lumen ke sel tubular proksimal pada saat pengaturan keseimbangan cairan elektrolit. Reabsorpsi asam urat pada laki-laki lebih tinggi (92%) dibandingkan dengan  perempuan (88%), dan lebih rendah pada anak-anak (70-85%). Dalam keadaan normal kadar urat serum pada pria sudah mencapai 5,2 mg/dL dan anak meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita kadar asam urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena pengaruh hormon estrogen yang membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Sekitar 98% setelah menopause atau pada wanita berusia 55-70 tahun, kadar serum urat meningkat seperti pada pria.(45, 46, 47. 48)

Penelitian ini didukung oleh penelitian Bridges (2001) yang menyatakan pada penlitiannya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan hiperurisemia. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Mawara, Kepel, dan Maramis (2014) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada masyarakat semi kota dan masyarakat desa di Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian Lina dan Setiyono (2014) dalam hasil penelitiannya menunjukan kadar asam urat lebih tinggi pada laki-laki (65%) dibandingkan dengan perempuan (35%) dengan  p value=0,064, sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia.(49, 50)

5.4 Hubungan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hiperurisemia Data penderita hiperurisemia berdasarkan diabetes melitus tipe 2 diperoleh dari 54 atau 78,3% penderita hiperurisemia 45 atau 65,2% diantaranya adalah memiliki diabetes melitus tipe 2, sedangkan 9 atau 13,1% lainnya adalah tidak memiliki diabetes melitus. Hasil analisis bivariat menunjukan pada tabel 6, diperoleh korelasi diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian hiperurisemia memiliki nilai p=0,000 atau p<0,05. Korelasi tersebut menunjukan bahwa faktor risiko diabetes melitus memiliki hubungan yang  bermakna dengan kejadian hiperurisemia.

(5)

Penelitian Meera et al (2011) melaporkan hubungan hiperurisemia dengan Toleransi glukosa terganggu (TGT) diperantarai oleh mekanisme hiperinsulinemia dan resistensi insulin. Resistensi insulin, hipoksia, dan kematian sel dapat menginduksi perubahan  xanthine dengan bantuan air dan oksigen akan berubah menjadi asam urat yang menghasilkan peroksida. Peroksida merupakan oksigen radikal bebas yang akan mempengaruhi keseimbangan nitric oxide (NO) yang berperan menjaga keseimbangan tonus vaskular. Beberapa penelitian melaporkan hiperurisemia berhubungan dengan stress oksidatif yang terjadi pada sindrom metabolik. Insulin juga berperan dalam meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal ginjal. Sehingga pada keadaan hiperinsulinemia pada pra diabetes terjadi  peningkatan reabsorpsi yang akan menyebabkan hiperurisemia. Transporter urat yang berada di membran apikal tubuli renal dikenali sebagai URAT1  berperan dalam reabsorpsi urat. Glucose Transporter-9  (GLUT-9) diduga kerjanya dipengaruhi oleh insulin yang berperan dalam transpor asam urat di membran apikal proksimal.(51)

Penelitian ini sependapat dengan teori dan penelitian Amalia (2012) yang mangatakan terdapat hubungan bermakna antara kadar asam urat dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian lainnya oleh Wahyu (2014) menyatakan risiko hiperurisemia pada penderita diabete melitus tipe 2 dengan  penyakit ginjal kronik adalah 5,8 kali lebih besar dibandingkan penderita

diabetes melitus tipe 2 tanpa gangguan ginjal kronik.(52, 53)

5.5 Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, dan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hiperurisemia

Berdasarkan analisis multivariat pada tabel 7 menunjukan bahwa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 berpengaruh terhadap prevalensi hiperurisemia. Penderita DM dimana hiperglikemia kronis dan resistensi insulin memegang  peranan penting dalam meningkatkan aktivitas sitokin proinflamasi. Peningkatan aktivitas sitokin ini akan meningkatkan apoptosis sel dan

(6)

nekrosis jaringan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar asam urat di dalam serum. Aktivitas sitokin proinflamasi akan meningkatkan aktivitas enzim  xanthine oxidase  yang merupakan katalisator dalam proses  pembentukan asam urat, yang juga akan lebih meningkatkan kadar asam urat dan radikal bebas di dalam serum. Setiap 1 mg / dL kenaikan asam urat dikaitkan dengan 18% peningkatan risiko diabetes yang signifikan setelah disesuaikan kadar glukosa dan insulin puasa.

Menurut Berry, et al (2003) nukleotida purin disintesis dan mengalami degradasi di dalam semua jaringan, sedangkan asam urat hanya diproduksi di dalam jaringan yang mengandung xantin oksidase, terutama hepar dan usus kecil. Peningkatan kadar asam urat merupakan prediktor independen kejadian diabetes melitus tipe 2 pada populasi umum. Menurut Clause J.O  et al, untuk  beberapa waktu, telah diakui bahwa kadar asam urat dikaitkan secara positif dengan kadar glukosa pada subjek orang yang sehat. Menurut Khosia UM. et al   (2005) tingkat serum asam urat telah dinyatakan berhubungan dengan risiko diabetes tipe 2. Penelitian Kuo-Liong Chien et al   (2008) melakukan studi kohort prospektif menunjukkan hubungan positif antara konsentrasi asam urat dengan DM tipe 2 pada orang China.(54, 55, 56, 57)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan point 1 dan 2 tersebut diatas, Pokja ULP memutuskan bahwa pelelangan paket pekerjaan Pembangunan Paving Blok, Grassblock dan Taman Rumah Dinas Bupati

Berdasarkan hasil analisis penelitian pengaruh kepemimpinan dan kompetensi SDM terhadap kinerja pegawai di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berju dul “ ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI

ROI merupakan rasio yang berkaitan dengan profitabilitas perusahaan, dimana rasio ini digunakan untuk menunjukkan seberapa mampu. perusahaan menggunakan aset yang ada guna

IMPLEMENTASI MOD EL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN D IRI SISWA D ALAM AKTIVITAS SENAM AEROBIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Saham preferen adalah suatu sekuritas hibrida atau campuran antara karakteristik saham biasa dan obligasi. Sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki jatuh

diberikan angket untuk menunjukkan respon siswa terhadap asesmen written feedback. Beberapa indikator komentar yang digunakan dalam pembelajaran asesmen written. feedback

Cobalah kita melihat adegan lain dalam film ini khususnya tausyiah pak Kiai yang isinya penuh dengan pesan cinta dan persaudaraan, sehingga akan tampak pesan utama yang