• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Ekskursi Karangsambung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Ekskursi Karangsambung"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

BALAI INFORMASI DAN KONSERVASI KEBUMIAN

KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

TINJAUAN TEKTONIK KAWASAN

CAGAR ALAM GEOLOGI

KARANGSAMBUNG

PANDUAN EKSKURSI KARANGSAMBUNG



Kebumen 22 Januari 2010

Oleh :

Chusni Ansori

PENDAHULUAN

SARI : Kawasan CagarAlam Geologi Karangsambung merupakan kawasan dengan

kondisi geologi unik dan menarik. Kawasan Karangsambung ibarat sebuah teksbook, kalau di buku ada gambar-gambar, maka di karangsambung melihat lapangan langsung karena semua bukti tentang konsep tektonik lempeng dapat dilihat secara nyata di alam baik berupa singkapan batuan maupun morfologi. Jejak proses tumbukan antar lempeng yang terjadi mulai zaman Kapur sekitar 121 juta tahun lalu bisa ditemukan ditempat ini dalam bentuk singkapan berbagai jenis batuan dalam

(2)

Kawasan Karangsambung terletak 19 km utara Kebumen, merupakan laboratorium alam terbaik dimana berbagai jenis batuan dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-beda bisa dijumpai. Karangsambung merupakan tempat pertemuan antara lempeng samudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia. Jejak proses tumbukan antar lempeng yang terjadi mulai zaman Kapur sekitar 121 juta tahun lalu bisa ditemukan ditempat ini dalam bentuk singkapan berbagai jenis batuan dengan kenampakan morfologinya yang menjadikan tempat ini laksana sebuah texbook alam dimana konsep tektonik lempeng dapat dipelajari dan dibuktikan kebenarannya. Kawasan

Karangsambung ibarat sebuah teksbook, kalau di buku ada gambar-gambar, maka di karangsambung melihat lapangan langsung karena semua bukti

tentang konsep tektonik lempeng dapat dilihat secara nyata di alam baik berupa singkapan batuan maupun morfologi. Prof Hamilton dari USGS yang datang tahun 1970-an terkagum-kagum saat melihat bukti nyata dari New Global Tectonic

Theory di Karangsambung. Dengan terwujudnya kawasan konservasi di

Karangsambung maka kepentingan ilmiah, pendidikan, wisata dan ekonomi akan dapat di atur secara komprehensip di dalam satu manjemen sehingga pengelolaan kawasan secara berkelanjutan semakin baik. Hal ini sesuai dengan standart UNESCO dimana Taman Geologi (Geopark) haruslah mempunyai kenampakan geologi yang spesial dan jarang yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal (geotourism & geoproduct) yang berkelanjutan. Keunikan geologi Karangsambung dapat disejajarkan dengan zone-zone tumbukan di tepi barat Amerika, di Italia, Taiwan dan beberapa pulau di Jepang. Pada beberapa negara maju seperti Amerika dan Australia fenomena geologi yang unik dan menarik telah diwujudkan sebagai Taman Alam, sebut saja “Yellow Stone Nasional Park” dan “Devils Tower” di Amerika dan beberapa tempat lain.

(3)

Berbagai jenis batuan beku seperti peridotit, gabro, basalt, dacite, diabas dan andesit terdapat dii daerah ini. Batuan sedimen klastik, bioklastik maupun non klastik yang terbentuk pada dasar samudera hingga laut dangkal berumur 80 – 30 juta tahun lalu, dijumpai pula di Karangsambung. Rijang, lempung merah dan gamping merah yang terbentuk pada dasar samudera dengan posisi lapisan hampir vertikal membentuk fenomena yang sangat menarik. Rijang sering berasosiasi dengan lava bantal yang terbentuk dari pembekuan magma pada punggungan tengah samudera. Batulempung bersisik/ scaly clay (hasil proses pelongsoran berulang – ulang ), batupasir, breksi vulkanik, konglomerat kuarsa serta batugamping numulites juga ditemukan. Batuan metamorf seperti Filit, sekis hijau, sekis mika (berumur 117 juta tahun lalu), sekis biru dan eklogite yang terbentuk dari metamorfosa regional tingkat tinggi terjadi pula di Karangsambung. Morfologi Amphiteater (teater alam terbuka) yang merupakan rangkaian gunung berbentuk tapal kuda dengan lembah ditengahnya sebagai hasil proses geologi sehingga terjadi pembalikan topografi dimana puncak antiklin berubah menjadi lembah sementara lembah sinklin sekarang berupa puncak gunung.

Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan morfologi serta kekomplekan struktur geologinya menjadikan kawasan ini sebagai Monumen Geologi yang layak untuk dikonservasi dan dijaga kelestariannya. Berdasarkan Kepmen ESDM No.2817K/40/MEM/2006, maka kawasan Karangsambung seluas kurang lebih 22.157 Ha yang meliputi Kabupaten Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo telah ditetapkan menjadi Cagar Alam Geologi Karangsambung.

Secara fisiografi Cagar Alam geologi Karangsambung termasuk dalam Banyumas Sub-Basin yang merupakan salah satu cekungan di bagian selatan Jawa, beberapa pengarang memasukkannya dalam Cekungan jawa Selatan (gambar 1). Banyak diskusi tentang posisi tektonik cekungan ini, dan nampaknya belum terlalu jelas posisinya. Asikin S (1994) menyatakan bahwa

(4)

kawasan ini pada jaman Kapur Akhir – Eosen merupakan daerah subduksi, pada Miosen awal – Tengah termasuk Fore-Arc basin dan menjadi Back-Arc basin pada Miosen Tengah – Miosen Akhir.

Field trip ini akan mengajak peserta untuk mengamati batuan dasar berumur Kapur Akhir –Paleosen yang membentuk prisma-prisma akresi dengan struktur geologi yang komplek serta batuan yang terlipat dan terpatahkan yang merupakan endapan olistostrome hingga turbidit. Batuan-batuan basement Pra Tersier terdeformasi sangat kuat tersebar luas di sebelah utara kampus lapangan geologi sekitar 30 x 10 km, sementara itu batuan yang lebih muda dan mengalami perlipatan tersebar di bagian selatan.

J A V A S E A Tegal 0 20 40 Km Wates YOGYAKARTA SOLO SEMARANG Kebumen Purwokerto Temanggung SOUTHERN MOUNTAIN Karangbolong PROGO MOUNT Gombong

Gambar 1. Posisi daerah Luk Ulo yang berada pada rangkaian pegunungan Selatan

TINJAUAN UMUM GEOLOGI LUK ULO

Batuan tertua di Jawa yang merupakan dasar cekungan tersingkap di daerah Luk Ulo, yang merupakan inti pegunungan Serayu. Daerah ini berjarak sekitar 20 km utara kota Kebumen. Lokasi ini merupakan satu dari 3 lokasi

(5)

dimana batuan Pra Tersier tersingkap, yaitu Ciletuh Jawa barat dan Bayat di Jawa Tengah (lihat Gambar 2)

Daerah Luk Ulo merupakan bagian Pegunungan Serayu Selatan yang tererosi paling dalam, tersususn oleh batuan dan struktur geologi yang komplek, dimana batuan terdeformasi kuat dengan lingkungan pembentukan yang berbeda-beda, fasies dan umur berbeda tersingkap secara secara berganti dalam jarak yang dekat. Kelompok batuan ini merupakan kumpulan aneka batuan dengan struktur dan startigrafi yang tidak teratur, tersusun oleh fragmen dan blok batuan ofiolit, metamorfosa derajat rendah – tinggi, batuan meta sedimen, batuan sedimen laut dalam yang berada di dalam kepungan batu lempung bersisik. Kelompok batuan semacam ini disebut sebagai batuan bancuh ( tectonic

mélange ). Fragmen dan blok batuan tersebut umumnya berbentuk angular – sub

angular dengan ukuran beberapa sentimeter hingga kilometer. Nama Komplek Melange Luk Ulo diusulkan untuk kelompok batuan ini yang merupakan

tectono- stratigraphic unit (Asikin, 1974).

Komplek Melange Luk Ulo merupakan hasil subduksi antara lempeng samudera Hindia_Australia yang bergerak kearah Utara dengan lempeng Eurasia. Arah umum kecenderungan struktur geologinya adalah timur laut – barat daya yang sejajar dengan tinggian dan rendahan pada daerah Cekungan Jawa Utara serta pegunungan Meratus di Kalimantan. Korelasi lebih lanjut dengan kelompok batuan di Meratus dan Pulau Laut menunjukkan bahwa penunjaman melewati Kalimantan. Mulai Ciletuh Jawa Barat pola strukturnya barat – timur, di Pegunugan serayu Selatan strukturnya berubah berubah kerah timur laut di Laut Jawa dan menerus di Pegunungan Meratus di Kalimantan.

Komplek Melang Luk Ulo ditutupi oleh endapan olistostrome dari Formasi Karangsambung dan Totogan yang tersusun oleh campuran fosil Peleosen, Eosen dan Oligosen. Asosiasi batuan dan struktur geologinya menandakan bahwa Formasi ini dihasilkan dari proses peluncuran gaya berat pada prisma akresi yang merupakan endapan syn tektonic. Selama pengisian

(6)

cekungan yang kecil ini batuan mengalami proses deformasi secara menerus. Berdasarkan asumsi terdapatnya di atas batuan mélange, maka umur Formasi ini tidak lebih muda dari Paleosen. Olistostrome ini ditutupi secara tidak selaras oleh endapan klastika vulkanik dan endapan turbit berumur Oligosen – Miosen Tengah berupa Formasi waturanda dan Penosogan yang merupakan endapan

fore – arc basin.

Pada Miosen Akhir batas lempeng bergerak kearah selatan yang menghasilkan pergeseran sumbu magmatik kearah selatan dan menghasilkan batuan vulkanik kalk – alkalin di daearah Karangbolong. Pada saat itu cekungan Banyumas mengalami penurunan dan terisi sedimen dari sumbu magmatik di selatan serta dari tepi benua di utaranya yang menghasilkan Formasi Halang.

Setidaknya terdapat 2 (dua) patahan utama melalui daerah ini, yaitu berarah barat laut tenggara dan utara – selatan. Patahan barat laut- tenggara merupakan sisa patahan naik pada zone imbrikasi dari prisma akresi yang dihasilkan selama proses penunjaman yang kemudian diaktifkan kembali oleh tektonik berikutnya. Sedangkan patahan Utara – Selatan dihasilkan oleh gaya kompresi yang sekaligus menghsilkan lipatan berarah barat – timur.

(7)

ME R A T U S IN D IAN AU S T R A L IA N PL A T E (M o d if ie d f ro m H a m ilto n , 1 9 7 9 ) T E RT IA RY M A G M A T IC A R C . CRE T A CE O U S S U B DUCT IO N Z O NE SU N D A MI C R O PL AT E T E R T IA R Y S U B DUCT IO N PR E S EN T S U B D U C T IO N LU K U L O LU K U L O CI L E TU H BA Y A T G amb ar 2. Perk emb an ga n tek tonik P. Ja wa ant ara jama n Kapur Kuarter

(8)

Gambar 3 . P eta G eolog i Kawsan Kara ng sambun g da n l ok asi penga m ata n (A si kin S, 1994 )

(9)
(10)
(11)

STRATIGRAFI

Secara garis besar, geologi Karangsambung tersusun oleh berbagai macam jenis batuan dengan lingkungan pembentukan dan umur yang berbeda-beda serta struktur geologi yang komplek. Kekomplekkan kondisi geologi disebabkan karena daerah ini merupakan tempat penunjaman/subduksi antara lempeng sumudera Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia pada jaman Kapur – Eosen. Stratigrafi daerah ini dimulai dari batuan tertua di Jawa yang mengalami pengangkatan dan erosi maksimal sehingga muncul di kawasan Karangsambung. Menurut Asikin (1994) stratigrafi daerah ini meliputi Komplek

Melange Luk Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung, Formasi Waturanda, dan

Formasi Penosogan.

1. Komplek Melange Luk Ulo

Komplek Melange Luk Ulo merupakan satuan batuan bancuh (chaotic) dari berbagai macam batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf pada masa dasar lempung yang tergerus kuat (pervasively sheared). Kenampakan struktur boudinage dengan kekar gerus dan cermin sesar merupakan hal yang umum dijumpai pada permukaan batuan. Blok-blok batuan berupa exotic

block maupun native block berukuran centimeter hingga ratusan meter yang

mengambang di atas lempung hitam tersebar luas dengan pola penyebaran sejajar arah gerusan.

Komponen Melange Luk Ulo meliputi :

- Batuan Metamorfik, merupakan batuan tertua yang dijumpai dan terdiri dari genes, sekis hijau, sekis mika, sekis biru, filit, amphibolite, eklogit dan marmer. Pengukuran radiometric K-Ar pada sekis mika menunjukkan umur 117 Ma, Ketner, et.al (1976).

- Batuan beku, berupa batuan ultra mafik yang merupakan seri batuan ofiolit dijumpai sangat bagus di daerah ini. Peridotit, serpentinit, gabro

(12)

dan basalt yang sering membentuk struktur bantal. Basalt berstruktur bantal umumnya berasosiasi dengan sedimen laut dalam.

- Sedimen laut dalam, berupa selang seling rijang dengan lempung merah atau lempung merah gampingan.

- Batuan sedimen, umumnya berupa perselingan batuan pelitik dengan batupasir, disamping itu dijumpai greywacke dan metagreywacke yang sering membentuk struktur boudinage

Berdasarkan penanggalan radiometric K-Ar maka umur metamorfisme sekitar Kapur akhir (117 Ma), sedangkan dari fosil radiolaria menghasilkan kapur awal hingga akhir, Wakita et al (1991). Asikin (1974) dan Sapri, H., dkk. (1998) berdasarkan nano fosil dari sedimen di atas mélange menemukan percampuran fauna Paleosen dengan Eosen. Dari data ini maka diduga umur Komplek Melange berkisar Kapur Akhir hingga Paleosen.

2. Formasi Karangsambung-Totogan

Menurut Asikin (1974), Formasi Karangsambung-Totogan tersusun oleh kelompok sedimen yang tercampur aduk karena proses pelongsoran gaya berat yang sering dikenal dengan istilah Olistostrome. Bongkah-bongkah batuan sedimen berukuran centimeter hingga ratusan meter tersebar secara acak dalam masa dasar lempung hitam bersisik (scaly clay). Jenis fragmen yang dijumpai bermacam-macam. Pada bagian bawah, variasi fragmenya sangat heterogen yang menyangkut lebih dari 6 (enam) jenis fragmen seperti batulempung, batupasir, konglomerat, sekis, filit, batugamping berfosil, kuarsit, basalt, marmer, rijang dan breksi polimik. Pada bagian atas variasi fragmennya bersifat homogen. Diameter fragmen sangat bervariasi, sebagian besar kurang dari 30 cm, sebagian kecil mencapai ratusan meter. Fragmen berukuran besar dijumpai pada bagian bawah sampai tengah formasi, fragmen lebih kecil dijumpai pada bagian atas formasi, sebaran fragmen tidak terpola. Berdasarkan ukuran dan variasi fragmen, diperkirakan bahwa

(13)

tingkat gangguan tektonik lebih kuat pada awal sedimentasi, yang kemudian melemah pada akhir proses sedimentasi. Seluruh satuan olistostrome pada awalnya diendapkan pada cekungan labil dekat komplek mélange yang kemudian semakin menjauh dari komplek mélange. Masa dasar berupa batu lempung bersisik, berwarna abu-abu gelap hingga cerah. Bagian bawah formasi scaly clay sangat intensif terbentuk namun pada bagian atas tidak. Perbedaan intensitas pembentukan lempung bersisik disebabkan karena proses pelongsoran kuat yang berulang-ulang namun kekuatannya semakin berkurang ke arah atas, Ansori, C., (2002).

Diabas dan Basalt

Diabas dijumpai sebagai batuan beku intrusif dyke (G. Bujil) serta sill (G. Parang) yang mengintrusi formasi Karangsambung. Pada beberapa bagian didapatkan aliran lava berstruktur bantal, namun sifatnya lebih andesitik dengan tekstur lebih kasar dibandingkan lava bantal pada komplek mélange. Kelompok batuan ini mempunyai afinitas tholeit busur kepulauan yang diduga sebagai hasil vulkanisme bawah laut dengan pusat erupsi disekitar G. Parang-Dakah, Yuwono (1997). Menurut Soeria Atmadja, dkk (1991) berdasarkan pentarikan radiometrik K-Ar, diabas G. Parang berumur 26 – 39 Ma atau sekitar Eosen – Oligosen yang identik dengan kisaran umur Formasi Karangsambung-Totogan. Kemungkinan satuan ini dierupsikan bersamaan dengan pengendapan Olistostrome dari Formasi Karangsambung-Totogan.

3. Formasi Waturanda

Formasi ini tersusun oleh breksi vulkanik serta batupasir dalam perulangan perlapisan yang tebal. Breksi umumnya tersusun oleh fragmen andesitik dengan ukuran beragam dari kerikil hingga bongkah lebih dari 1 meter. Masa dasar berupa pasir kasar, struktur sedimen yang dijumpai berupa perlapisan

(14)

bersusun normal, bersusun terbalik, dan laminasi sejajar. Formasi ini diendapkan sebagai endapan turbidit, berumur Miosen awal (N5 –N8).

4. Formasi Penosogan

Terletak selaras di atas Formasi Waturanda, tersusun oleh perlapisan batupasir tipis hingga sedang, batulempung, kalkarenit, napal tufaan dan tufa. Bagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir-batulempung yang butirannya menghalus ke atas dan komponen karbonatnya semakin tinggi. Bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan lanau tufaan dengan sisipan tipis kalkarenit. Sekwen Bouma nampak berkembang baik. Bagian paling atas kandungan tufanya meningkat dengan dominasi napal tufaan dan tufa. Formasi Penosogan diendapkan pada lingkungan laut dalam yang dipengaruhi arus turbidit.

5. Formasi Halang

Penyebaran formasi tersebar di bagian selatan , membentang dari barat hingga timur menempati daerah perbukitan. Tebalnya sekitar 400 – 700 m. Litologi penyususn terdiri dari batu pasir gampingan, batupasir kerikilan, batupasir tufaan, napal, napal tufaan, batulempung, batulempung napalan dan sisipan kalkarenit. Umur Formasi adalah Miosen Tengah – Pliosen Awal, berdasarkan temuan formasi bentos seperti Gyroida sp dan Epinodes sp.

(15)

DIS

Ter dise tida Mel dan oleh gray terl G. P Wa

SKRIPSI

Lokasi Pandan rsier (lebih ebelah kan ak teratur, lange Sebo n lingkung h sekis da ywacke, se lihat berup Paras dan aturanda y Gam

LOKASI

i 1 (Totoga ngan ke ar h dari 65 nan. Morfo , berbentu oro. Terlih gan pemben an sedime erta serpen pa rangkaia G. Perahu yang berum mbar 6. Kolo

PENGAM

an), MORF rah timur, Juta tahu ologi pra k prismati hat 3 bukit ntukan yan n pelitik, ntinit di G an gunung u, tersusun mur Miose om Stratigraf

MATAN

FOLOGI terlihat jel n lalu) di tersier dic ik, batuan t berbentu ng berbeda G. Geman G. Clecep g teratur y n oleh batu en awal fi Sub Cekun las perbed isebelah k cirikan ole n pada mo uk prismati a, G. Gliw ntung ters p (paling yang memb uan sedim ( 15 juta t ngan Banyum aan morfo kiri dengan eh bukit y orfologi ini ik dengan ang (palin susun oleh selatan). M bujur ke ar men breksi v tahun). Se mas, Asikin ologi batua n batuan yang meny i dikenal s n susunan ng utara) te h batupasi Morfologi rah timur vulkanik f dangkan l S ( 1994) an pra-Tersier yendiri, sebagai batuan ersusun ir meta tersier berupa formasi lembah

(16)

diantaranya dimana Sungai Luk Ulo mengalir merupakan lembah patahan memanjang yang diisi oleh batuan sedimen formasi Totogan.

Gambar 7. Perbedaan morfologi batuan pratersier (sebelah kiri) dengan morfologi batuan Tersier (Sebelah kanan) yang dipisahkan oleh lembah patahan.

Lokasi 2 (K. Brengkok Sadang Kulon), SEKIS MIKA

Batuan berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap jika terkena sinar matahari, merupakan batuan tertua di Jawa. Warna putih metalik berlembar pada batuan adalah mineral mika, sedangkan lapisan-lapisan tipis merupakan penjajaran mineral karena pengaruh tekanan yang sangat sangat kuat pada saat proses perubahan batuan asal menjadi Sekis mika didalam kulit bumi. Batuan ini merupakan bagian alas P. Jawa. Berdasarkan penanggalan secara radioaktif (K-Ar) ternyata batuan ini termetamorfosakan pada Jaman Kapur, 117 juta tahun lalu (Ketner dkk, 1976), yang membuktikan bahwa sejak jaman tersebut telah terjadi tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung.

(17)

Gambar 8. Sekis mika , batuan metamorf berfoliasi berumur ± 117 juta tahun lalu

Lokasi 3 (K. Muncar Seboro), BASALT-RIJANG

Untuk Mencapai lokasi ini, perlu jalan kaki sekitar 25 menit dari depan Masjid Seboro melalui sisi timur kali Paladipa ke arah utara, kemudian berbelok kekiri melawati persawahan dan turun di kali Muncar. Pada dinding kali Muncar terlihat batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 m laksana kelir/layar pertunjukkan wayang dengan batuan beku pada bagian atasnya laksana kenong dan gongnya. Masyarakat sekitar menamakan singkapan batuan ini dengan nama watu kelir. Batuan sedimen merupakan selang seling antara rijang dan lempung merah gampingan, dengan perlapisan tegak. Rijang dan lempung merah ini nampak retak-retak dengan larutan kalsit berwarna putih yang mengisinya. Rijang berwarna merah karena mengandung unsur besi, serta kandungan fosil Radiolaria berumur Kapur Atas (Wakita, 1991). Batuan beku di bagian atasnya yang nampak bulat memanjang merupakan lava basalt berstruktur bantal. Lava ini terbentuk pada zone pemekaran dasar samudera. Berdasarkan penentuan umur secara radioaktif dengan metode K/Ar ternyata berumur 81 ± 4 juta tahun ( Emy Suparka). Batuan pada lokasi ini membuktikan bahwa setidaknya sekitar 81 juta tahun lalu kawasan ini merupakan dasar samudera dengan kedalaman lebih dari 4000 m,

(18)

yang kemudian melalui gaya tektonik yang sangat kuat daerah ini mulai tarangkat di atas muka laut pada kala Eosen 55 juta tahun lalu.

Lokasi 4 (Pucangan), SERPENTINIT

Batuan berwarna hijau gelap mengkilap adalah Serpentinit. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna gelap hasil pembekuan magma pada kerak samudera. Proses ubahannya sendiri terjadi terjadi 2 fase, fase 1 terjadi pada saat batuan tersebut bersentuhan dengan lingkungan air laut, sedangkan fase ke-2 terjadi pada saat masuk ke zone tunjaman dan terangkan ke permukaan bumi. Kesan mengkilap dan bergaris-garis tipis akibat pergesekan antar batuan karena terjadi patahan. Sekitar 1 km utara lokasi ini pernah diusahakan tambang asbes hasil ubahan lebih lanjut dari batuan serpentinit.

Gambar 9. Lava bantal dan rijang, batuan dasar samudera yang telah terangkat

(19)

Gambar 10. Serpentinit, batuan dari dasar lempeng samudera yang telah terubah berwarna kehijauan

Lokasi 5 (Totogan), MARMER

Marmer merupakan batuan hasil ubahan batugamping karena pengaruh tektonik yang dapat dimanfaatkan sebagai batuan ornamen. Lokasi ini merupakan bekas penambangan marmer, ketebalan marmer mencapai sekitar 100 m dengan lebar berkisar 150 m, warna marmer yang dijumpai adalah putih (paling dominan), merah dan hijau. Perbedaan warna ini disebabkan karena adanya pengotor yang masuk kedalam batugamping. Marmer dari lokasi ini telah banyak di manfaatkan untuk cindera mata serta ornamen lainnya.

(20)

batu den batu sela Pro sun (slic Gam Lokasi Setelah uan berwa ngan strukt uan asing ama proses oses tekton ngai, memb cken side) p mbar 12.Sing terja mele i 6 (G. Sipa h menyebe arna hitam tur foliasi dan mem s penunjam nik dan de bentuk lip pada batua gkapan filit d adinya bebe ewati lokasi ako), FILIT erangi sung m pada dind ini dikenal mperlihatka man serta m eformasi le atan-lipata n filit. dengan kena erapa kali p ini T gai Luk U ding sunga l dengan n an lipatan merupakan ebih lanjut an kecil (m ampakan mik proses tekton

lo, kita bis ai yang ter nama Filit. mikro ya n batuan m t berupa p mikro folded

kro fold dan c

nik serta ad sa mendap rjal. Batuan Filit ini te ang intensi metamorf b patahan ge d) serta stru cermin sesar danya patah patkan sing n berwarna ermasuk bo if. Filit ter berderajat r eser searah uktur gore r, yang men han mendat gkapan a hitam ongkah rbentuk rendah. h aliran es garis andakan tar yang

(21)

Lokasi 7. K. Mandala, LAVA BANTAL

Kali Mandala mengalir ke sungai Luk Ulo mengikuti zone sesar Timur laut – Barat daya. Singkapan lava bantal berasosiasi dengan rijang, sebagian tergerus/terbreksikan serta sebagian yang lain (lava basalt) menunjukkan struktur mata ikan yang menunjukkan adanya patahan geser kiri. Zone patahan di K. Mandala ini membatasi antara kelompok batuan tectonik melange (kelompok batuan campur aduk karena tektonik) di bagian utara serta kelompok batuan

sedimentary melange (kelompok batuan campur aduk karena pelongsoran

endapan bawah laut) di selatannya. Batuan ini awalnya diendapkan pada dasar samudera dan merupakan bagian dari lempeng samudera, yang kemudian masuk ke zone penunjaman dan terangkat di lokasi ini.

Lokasi 8. G. Parang, Diabas

G. Parang, merupakan tubuh batuan beku intrusive yang menerobos batu lempung formasi Karangsambung. Berdasarkan data analisa isotop radioaktif batuan intrusive ini berumur 26-39 juta tahun lalu ( Soeriaatmaja,1987). Pada tebing utara terlihat kenampakan kekar kolom (columnar joint) yang memberikan informasi arah aliran magma dan posisi bidang pendinginnya. Kekar kolom ini terjadi karena gaya kontraksi pada saat pendinginan magma sehingga membentuk retakan-retakan tegak lurus terhadap bidang pendingin. Batuan beku berwarna abu-abu, tekstur diabasik yang ditandai oleh pertumbuhan bersana antara mikneral piroksin(berwarna hitam) dengan plagioklas (berwarna putih). Sedangkan pada tebing selatan di K. Jebuk, terlihat nyata kontak antara Diabas yang sejajar lapisan lempung formasi Karangsambung. Pada zone kontak warna lempung nampak lebih kelam dan kompak, juga dijumpai hornfels disekitarnya. Selaian itu struktur gores garis vertikal banyak dijumpai yang menandakan adanya patahan naik melewati lokasi ini.

(22)

Gam bon fora flos juta terd bon batu dar mbar 13. Si stru loka Lokasi Singka ngkah-bong aminifera sculina, pe a tahun la dapat di b ngkah-bong ugamping ri tepian m ingkapan lav ktur gores g asi ini i 9. Depan apan dipin gkah batug besar berb ellatispira, alu). Selai beberapa t gkah beru g ini merup menuju teng va bantal di garis mendat Kampus L nggir jalan, gamping b bentuk sep assilina d n terdapa tempat da ukuran beb pakan olisto gah cekun i K. Mandal ar yang men LIPI, BATU , disebelah berwarna c perti uang dan quinqu at di loka alam forma berapa me olit hasil s ngan yang la dengan s nandakan ad UGAMPIN h utara ka coklat keku logam be ueloculina si ini batu asi Karang eter hingg suatu pelon dalam. Fo sisipan rijang danya sesar NG NUMU ampus lap uningan, m erupa num a yang ber ugamping gsambung ga ratusan ngsoran be osil yang a g serta dijum geser yang m ULITES pangan. Di mengandun mulites, alv rumur Eos g numulite g-Totogan meter. Bo esar di das ada menun mpainya melewati ijumpai ng fosil veolina, sen (55 es juga berupa ongkah sar laut njukkan

(23)

bah dan Gam Gam hwa pada ngkal dima mbar 14. a. K men mbar 15. Ba Eo kala Eos ana pada te Kekar kolom nandakan ad tugamping n osen sen kawas epi-tepi cek m pada tubuh anya pataha numulites, b san sekita kungan die h Diabas, b. g an naik batuan sedim ar Karangs endapkan gores garis v

men non klas

sambung batugamp

vertikal dg s

stik pada lau

merupaka ping Numu struktur und ut dangkal b an laut ulites. dak yang berumur

(24)

Lokasi 10. Waturanda, Bendung Kaligending

Bendung Kaligending, dibangun patah tahun 1990 dengan maksud untuk saluran pengairan di daerah Kebumen bagian tengah. Bendung ini awalnya mempunyai ketinggian 5 m dari dasar sungai, namun pada tahun 2000 an karena protes warga sekitar Karangsambung maka dipotong hingga posisi seperti sekarang. Pengurangan elevasi bendung berakibat pada berkurangnya jangkauan irigasi serta tidak terlalu seringnya banjir melanda areal dibagian atas bendung. Bendung ini terletak pada lembah sempit yang menghadap cekungan luas pada morfologi Amphiteater sehingga merupakan bottle neck terhadap aliran air sungai. Pada sisi lain terlihat aktivitas penambangan pasir di S. Luk Ulo, penambangan ini telah berlangsung lama dan setidaknya setiap hari 500 rit truk mengangkut pasir dari Luk Ulo, atau setara dengan 1500 m3/hari atau 540.000 m3/tahun pasir yang diangkut. Hal ini ternyata tidak sebanding sama sekali dengan kerusakan lingkungan, jalan dan retribusi yang dihasilkan.

Singkapan ditepi jalan dengan tebing lereng vertikal merupakan perselingan batupasir dengan breksi volkanik formasi Waturanda dengan lapisan sangat baik dan cocok untuk menjelaskan urutan pembentukan batuan. Formasi ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur oleh arus sepanjang pantai yang berarah barat-timur. Sumber materialnya diduga berasal dari aktivitas magmatik Eosen – Miosen bawah di utaranya, yang diduga dari intrusi yang memotong formasi Karangsambung-Totogan.

(25)

Gambar 16 . Breksi vulkanik dengan fragmen batuan beku andesit dan struktur gradasi

Lokasi 11. Komplek LIPI, BATUMULIA dan Peraga Batuan

Di workshop batumulia, dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batumulia mulai dari memilih bahan, memotong dan membentuk batumulia, selain itu dapat pula dibeli dan dipesan produk kerajinan. Jika anda dari lapangan telah mendapatkan bahan batumulia, maka anda dapat menunggunya untuk diproses menjadi cincin atau batu poles. Selain batumulia kita juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di karangsambung, model tektonik, dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di Museum.

(26)

Gam

DA

Asi Asi Asi Asi Ano Chu Chu Sap Ket Wa Yuw mbar 17. Ane

AFTAR PU

ikin, S., 19 dunia ya ikin, S., Su Central ikin, S., H Lembar ikin, S., 199 onim, 2005 usni, A., S Karangs Publikas usni A, Kebume pri, H., Djo olistostr Puslitba tner, K.B.,1 vol 4. akita, K., e Melange Sympos wono, Y.S accretion Vol 27, I eka kerajinan

USTAKA

974; Evolus ang baru, d uyoto, 199 Jav; Field Harsolumak Kebumen 90; Buku p 5; Buku Lap Sapri, H., sambung, si Khusus 2004; Pan en. oehanah, S. rome di d ang Geotek 1976; Pre et al., 1991 e Comple sium on Dy S., 1997; nary comp ITB, Bandu n batumulia

A

si geologi disertasi d 94; IPA P trip Guide kso, A.H., n; P3G Band enuntun g poran Tah 2002; Kar Kebumen IAGI Kom nduan Ge ., Mulyadi daerah Luk knologi – L Eocene Ro 1; Nature ex in Kar ynamic of S The occu plex of the ung di workshop Jawa Ten doctor ITB B Post Conve e Book. , Busono, dung. geologi lapa hunan tahu rakteristik n; Buku G mda Jateng-eowisata i, D., 1998; k Ulo Jaw LIPI, Bandu ocks of Jav And Age rangsambu Subduction urrence of e Luk Ulo p batumulia ngah ditinj Bandung, t ention Fie H., Gafo angan, Tek un 2005, UP Fragmen Geologi Ja -DIY, Yogy Karangsam Nanoplan wa Tengah ung. va, Indone e of Sedim ung Area, n and Its P f submari o area, Cen au dari se tidak diter eld Trip, B er, S., 199 knik Geolo PT. BIKK-L Endapan awa Tenga yakarta. mbung, U nton paleog h; Laporan esia; Jour. mentary Ro Central Product, Yo ine arc-vo ntral Java; egi teori te rbitkan. Banyumas 92; Peta G ogi ITB, Ban LIPI, Kebu Olistostro ah – Yogy UPT. BIK gen dari se n hasil pen Research ocks of Lu Java, Ind ogyakarta. olcanism Buletin G ektonik Basin, Geologi ndung. men. ome di yakarta, K-LIPI, edimen nelitian USGS, uk Ulo donesia; in the Geologi,

Gambar

Gambar  1. Posisi daerah Luk Ulo yang berada pada rangkaian pegunungan Selatan
Gambar  3. Peta Geologi Kawsan Karangsambung dan lokasi pengamatan  (Asikin S, 1994)
Gambar  4. Model evolusi tektonik cekungan Banyumas (Asikin, 1994)
Gambar  5. Blok diagram evolusi komplek melange Luk-Ulo (Asikin S, 1994)
+6

Referensi

Dokumen terkait

- Pada proses penyimpanan, terjadi resiko barang tidak disimpan pada suhu ataupun kelembaban yang memenuhi persyaratan, sehingga dapat mengurangi kualitas dari

Ketentuannya adalah nomor (bab, kemudian nomor urut), titik, kemudian judul tabel. 2) Untuk penomoran tabel, disesuaikan dengan pada bab berapa tabel tersebut

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian dalam metode data mining prediksi menggunakan regresi linier sederhana, pada akhir laporan penulis dapat memberikan

Berdasar uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Perluasan Merek terhadap Citra Merek Produk

Jawazul wajhaini (boleh tebal atau tipis) ialah jika jika RA’ berharkat sukun huruf sebelumnya berharkat kasrah dan huruf sesudahnya huruf ISTI’LA’ berharkat kasrah.. HUKUM

Dengan memperhatikan evaluasi terhadap ketiga formula tablet, dapat disimpulkan bahwa xanthan gum merupakan faktor yang berpengaruh sangat dominan dalam meningkatkan kekerasan

Berdasarkan citra satelit MTSAT untuk pengamatan tanggal 24 Oktober 2014 tentang keadaan cuaca di wilayah Surakarta dan sekitarnya diperoleh informasi bahwa pada jam 17.00