• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA & ANALISA Asal Usul Ngaben

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA & ANALISA Asal Usul Ngaben"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB 2

DATA & ANALISA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Asal Usul Ngaben

Bali dengan umat yang memeluk agama Hindu yang menganut kepercayaan adanya roh masih hidup setelah badan kasar tak bergerak dan terbentang kaku, mempunyai upacara yang khas dalam penyelenggaraan jazad seseorang yang berpulang yang disebut Pitra Yajna dimana rangkaian dari upacara ini biasa dikenal dengan Istilah Ngaben / Palebon / Pralina dll, dan disesuaikan dengan tingkat dan kedudukan seseorang yang bernilai “Desa-Kala-Patra-Nista-Madya-Utama”.

Secara garis besarnya Ngaben itu dimaksudkan adalah untuk memproses kembalinya Panca Mahabhuta di alam besar ini dan mengantarkan Atma (Roh) kealam Pitra dengan memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh) dengan dunianya, Ia akan dapat kembali pada alamnya, yakni alam Pitra.

Kemudian yang menjadi tujuan upacara Ngaben adalah agar Ragha Sarira (badan / Tubuh) cepat dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma dapat selamat dapat pergi ke alam Pitra. Oleh karenanya ngaben tidak bisa ditunda-tunda, mestinya begitu meninggal segera harus diaben. Agama Hindu di India

(2)

sudah menerapkan cara ini sejak dulu kala, dimana dalam waktu yang singkat sudah diaben, tidak ada upacara yang menjelimet, hanya perlu Pancaka tempat pembakaran, kayu-kayu harum sebagai kayu apinya dan tampak mantram-mantram atau kidung yang terus mengalun. Agama Hindu di Bali juga pada prinsipnya mengikuti cara-cara ini. Cuma saja masih memberikan alternatif untuk menunggu sementara, mungkin dimaksudkan untuk berkumpulnya para sanak keluarga, menunggu dewasa (hari baik) menurut sasih dll, tetapi tidak boleh lewat dari setahun. Tetapi sebenarnya dengan mengambil jenis ngaben sederhana yang telah ditetapkan dalam Lontar, sesungguhnya ngaben akan dapat dilaksanakan oleh siapapun dan dalam keadaan bagaimana juga. Yang penting tujuan utama upacara ngaben dapat terlaksana. Sementara menunggu waktu setahun untuk diaben, sawa (jenasah / jasad / badan kasar orang yang sudah meninggal) harus dipendhem (dikubur) di setra (kuburan). Untuk tidak menimbulkan sesuatu hal yang tidak diinginkan, sawa pun dibuatkan upacara-upacara tirta pengentas. Dan proses pengembalian Panca Maha Bhuta terutama Unsur Prthiwinya akan berjalan dalam upacara mependhem ini.

Ngaben selalu berkonotasi pemborosan, karena tanpa biaya besar kerap tidak bisa ngaben. Dari sini muncul pendapat yang sudah tentu tidak benar yaitu : Ngaben berasal dari kata Ngabehin, artinya berlebihan. Jadi tanpa mempunyai dana lebih, orang tidak akan berani ngaben. Anggapan keliru ini kemudian mentradisi. Akhirnya banyak umat Hindu yang tidak bisa ngaben, lantaran biaya yang terbatas. Akibatnya leluhurnya bertahun-tahun dikubur.

(3)

Hal ini sangat bertentangan dengan konsep dasar dari upacara ngaben itu. Dari beberapa penelusuran terhadap berbagai lontar di Bali, ngaben ternyata tidak selalu besar. Ada beberapa jenis ngaben yang justru sangat sederhana. Ngaben-ngaben jenis ini antara lain Mitrayadnya, Pranawa dan Swasta. Namun demikian, terdapat juga berbagai jenis upacara yang tergolong besar, seperti sawa prateka dan sawa wedhana.

Ngaben secara umum didefinisikan sebagai upacara pembakaran mayat, kendatipun dari asal-usul etimologi, itu kurang tepat. Sebab ada tradisi ngaben yang tidak melalui pembakaran mayat. Ngaben sesungguhnya berasal dari kata beya artinya biaya atau bekal, kata beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi meyanin. Kata meyanin sudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara sawa wadhana. Boleh juga disebut Ngabeyain. Kata ini kemudian diucapkan dengan pendek, menjadi Ngaben.

Ngaben atau meyanin dalam istilah baku lainnya yang disebut-sebut dalam lontar adalah atiwa-atiwa. Kata atiwa inipun belum dapat dicari asal usulnya kemungkinan berasal dari bahasa asli Nusantara (Austronesia), mengingat upacara sejenis ini juga kita jumpai pada suku dayak, di kalimantan yang disebut tiwah. Demikian juga di Batak kita dengar dengan sebutan tibal untuk menyebutkan upacara setelah kematian ini.

Upacara ngaben atau meyanin, atau juga atiwa-atiwa, untuk umat Hindu di pegunungan Tengger dikenal dengan nama entas-entas. Kata entas mengingatkan kita pada upacara

(4)

pokok ngaben di Bali. Yakni Tirta pangentas yang berfungsi untuk memutuskan hubungan kecintaan sang Atma (roh) dengan badan jasmaninya dan mengantarkan Atma ke alam Pitara.

Dalam bahasa lain di Bali, yang berkonotasi halus, ngaben itu disebut Palebon yang berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Dengan demikian Palebon berarti menjadikan prathiwi (abu). Untuk menjadikan tanah itu ada dua cara yaitu dengan cara membakar dan menanamkan kedalam tanah. Namun cara membakar adalah yang paling cepat.

Diantara pendapat diatas, ada satu pendapat lagi yang terkait dengan pertanyaan itu. Bahwa kata Ngaben itu berasal dari kata “api”. Kata api mendapat prefiks “ng” menjadi “ngapi” dan mendapat sufiks “an” menjadi “ngapian” yang setelah mengalami proses sandi menjadi “ngapen”. Dan karena terjadi perubahan fonem “p” menjadi “b” menurut hukum perubahan bunyi “b-p-m-w” lalu menjadi “ngaben”. Dengan demikian kata Ngaben berarti “menuju api”.

Adapun yang dimaksud api di sini adalah Brahma (Pencipta). Itu berarti atma sang mati melalui upacara ritual Ngaben akan menuju Brahma-loka yaitu linggih Dewa Brahma sebagai manifestasi Hyang Widhi dalam Mencipta (utpeti). (Drs. I Nyoman Singin W, 2002: 5-49)

(5)

2.1.2 Tatacara Prosesi Ngaben

Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan di Bali, khususnya oleh yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Di dalam Panca Yadnya, upacara ini termasuk dalam Pitra Yadnya, yaitu upacara yang ditujukan untuk roh lelulur.

Makna upacara Ngaben pada intinya adalah untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda/Pinandita mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa.

Upacara Ngaben biasanya dilaksanakan oleh keluarga sanak saudara dari orang yang meninggal, sebagai wujud rasa hormat seorang anak terhadap orang tuanya. Dalam sekali upacara ini biasanya menghabiskan dana 15 juta s/d 20 juta rupiah (saat ini sudah ada Ngaben massal yang biaya lebih irit).

Upacara ini biasanya dilakukan dengan semarak, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu keyakinan bahwa kita tidak boleh menangisi orang yang telah meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju tempatnya.

Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya ditentukan oleh Pedanda/Pinandita yang akan memimpin upacara. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat “Bade dan Lembu” yang sangat megah

(6)

terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade dan Lembu” ini merupakan tempat mayat yang akan dilaksanakan Ngaben.

Pagi hari ketika upacara ini dilaksanakan, keluarga dan sanak saudara serta masyarakat akan berkumpul

mempersiapkan upacara. Mayat akan

dibersihkan/dimandikan atau yang biasa disebut “Nyiramin” oleh masyarakat dan keluarga. “Nyiramin” ini dipimpin oleh orang yang dianggap paling tua didalam masyarakat.

Setelah itu mayat akan dipakaikan pakaian adat Bali seperti layaknya orang yang masih hidup. Sebelum acara puncak dilaksanakan, seluruh keluarga akan memberikan penghormatan terakhir dan memberikan doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh tempat yang baik.

Setelah semuanya siap, maka mayat akan ditempatkan di “Bade” untuk diusung beramai-ramai ke kuburan tempat upacara Ngaben, diiringi dengan “gamelan”, “kidung suci”, dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat, di depan “Bade” terdapat kain putih yang panjang yang bermakna sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya.

Di setiap pertigaan atau perempatan maka “Bade” akan diputar sebanyak 3 kali. Sesampainya di kuburan, upacara Ngaben dilaksanakan dengan meletakkan mayat di “Lembu” yang telah disiapkan diawali dengan upacara-upacara lainnya dan doa mantra dari Ida Pedanda/Pinandita, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi Abu. Abu ini kemudian dibuang ke Laut atau sungai yang dianggap suci.

(7)

Setelah upacara ini, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura masing-masing. Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati lelulur dan juga orang tuanya. Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya.

2.1.3 DATA PENDUKUNG

HASIL WAWANCARA

Pura Aditya Jaya di Rawamangun

Gambar 2.1

(8)

PROFIL SINGKAT

Pura Aditya Jaya terletak di Jl. Daksinapati Raya No. 10 Rawamangun, Jakarta, Indonesia 13220. Pura ini adalah pura pertama di DKI Jakarta dan pusat agama Hindu. Pembangunan pura ini dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 1972 hingga tahun 1997. Bahkan sekarang sudah berdiri Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH).

WAWANCARA

Kedatangan penulis dalam wawancara bersama Pak I Gusti Made Arya,biasa dipanggil Pak Made adalah salah satu dosen bersarjana Strata 2 yang mengajar di Sekolah Perguruan Tinggi Agama Hindu yang selokasi dengan Pura Aditya Jaya, selain itu masih ada beberapa dosen sekitar 5-6 orang yang ikut memberi penjelasan mengenai makna dan tatacara upacara Ngaben dengan ramah, sabar, dan detail. Mereka mengaku bahwa dirinya merasa senang karena masih ada mahasiswa yang ingin tertarik mengangkat budaya Ngaben sebagai penelitian tugas akhir, karena menurut mereka jarang mahasiswa sekarang mengangkat topik Ngaben. Pak Made selain menjelaskan tentang Ngaben, beliau juga membantu meminjamkan buku-buku rekomendasi mengenai Ngaben dari perpustakaan sekolah disana untuk dibawa pulang untuk di pelajari tanpa memungut biaya ataupun jaminan. Para dosen STAH juga menjelaskan bahwa di DKI Jakarta juga melaksanakan proses upacara Ngaben tetapi tidak serumit tahap-tahapannya seperti di Bali, letaknya berada di Cilincing dikarnakan setiap abu yang hasil pembakaran haruslah di larutkan ke lautan. Bila terdapat anggota kerajaan di Bali meninggal maka akan diadakan festival Ngaben yang sangat mewah dan meriah dan terkadang para tour&travel

(9)

akan menjadikan salah satu objek wisata budaya dengan mengumumkan kepada tourist mancanegara untuk datang ke Bali menyaksikan festival tersebut. Bahkan rasa ingin tahu tourist terhadap upacara kematian Ngaben ini lebih besar dibandingkan masyarakat Indonesia sendiri. Maka dari itu juga ia mengakui sangat senang bila ada sebuah buku ilustrasi yang menjelaskan tentang prosesi upacara kematian Ngaben dilengkapi dengan makna – maknanya.

2.1.4 Target Komunikasi Profil Target

A. Sasaran Primer

Demografis

- Jenis kelamin : Pria dan wanita - Usia : 25 – 40 tahun

- Profesi : Dosen, Kolektor buku, Budayawan, Turis Asing - SES : A

- Pendidikan : S1 & S2

Geografis

- Hidup di kawasan pusat kota.

Psikografis

1. Bekerja, suka melakukan penelitian budaya. 2. Suka nongkrong dan jalan – jalan di mall.

3. Mengunjungi pameran seni lukisan maupun musik. 4. Sering ke toko buku untuk membeli buku.

(10)

5. Sering ke perpustakaan untuk membaca buku.

Karakter

1. Berjiwa dan pecinta seni.

2. Pecinta dan menghargai budaya Indonesia.

3. Terbuka dengan hal baru dan rasa ingin tahu yang tinggi. 4. Memiliki semangat untuk memperluas wawasan.

5. Rajin membaca buku dan berita. 6. Selalu mempunyai pikiran positif. 7. Dewasa dalam berpikir.

8. Menyukai hal – hal yang berbau mistik, unik dan berserajah dari budaya Indonesia.

Interest

1. Menyukai warna – warna yang cenderung terang atau light colour.

2. Menyukai bahasan mengenai kepercayaan animisme. 3. Suka membaca atau menonton National Geographic. 4. Tertarik mengunjungi galeri lukisan maupun museum bersejarah.

5. Sangat gemar membaca dan mengoleksi buku. 6. Senang membaca fakta – fakta terselubung yang misterius.

B. Sasaran Sekunder

Demografis

- Jenis kelamin : Pria dan wanita - Usia : 20 – 25 tahun

(11)

- Profesi : Karyawan, Wirausahawan, Mahasiswa - SES : A – B

Geografis

- Hidup di kawasan pusat kota.

Psikografis

- Tertarik terhadap hal yang berbau mistis, unik, dan bersejarah.

- Mencintai dan menghargai budaya Indonesia. - Senang mengoleksi buku.

- Menyukai ilmu pengetahuan dari kuno maupun modern. - Suka mengunjungi pameran seni.

2.1.5 Data Kompetitor

2.1.5.1 Buku “ NGABEN ( Upacara dari Tingkat Sederhana sampai Utama)

Buku ini terbit pada tahun 2002, ditulis/penerjemah oleh Drs. I Nyoman Singin W, membahas tentang mengapa Pitra Yajna wajib dilakukan, maksud dan tujuan ngaben, rincian ngaben sederhana, arti simbolik upakara/sesajennya, ngaben sarat dan relevansinya dengan saat ini, jenis ngaben sarat, dewasa ngaben, landasan filosofis ngaben, dlsb. Tetapi tanpa ditunjang oleh desain dan komposisi layout yang menarik.

(12)

Gambar 2..2

Buku “ NGABEN ( Upacara dari Tingkat Sederhana sampai Utama)”

2.1.5.2 Buku “Proses Kremasi & Esensi Perjalanan Atman Menuju Moksa”

Buku yang ditulis oleh A.S. Kobalen.Mba, membahas mengenai perlunya agama Hindu dipandang, karena merupakan agama paling tua di dunia, namun masih banyak para intelektual non-hindu yang salah paham dengan konsep-konsep Hindu, apalagi terhadap konsep kematian dan kremasi atau ngaben ini.

(13)

Gambar 2.3

Buku “Proses Kremasi & Esensi Perjalanan Atman Menuju Moksa”

2.1.6 STRUKTUR BUKU

Buku ilustrasi Upacara Kematian Umat Hindu di Bali ini dirancang menjadi satu buah buku yang berukuran cukup besar dan tebal. Buku ini berisi tentang gambaran umum asal usul Ngaben, serta langsung difokuskan ke upacara kematian Ngaben. Buku ini akan diselimuti oleh packaging dari bahan yang cukup kuat dan juga terdapat gambar dan informasinya. Alasan menggunakan packaging dari bahan yang cukup kuat agar mendukung buku untuk menjadi lebih kolektif, tahan lama dan tidak merusak bagian dalam buku.

(14)

Berikut adalah struktur buku yang telah disusun : 1. Packaging buku

2. Halaman cover buku 3. Halaman pembuka 4. Colophon 5. Halaman judul 6. Daftar isi 7. Prakata 8. Isi

Bab 1. Asal usul Ngaben - Pengertian

- Filosofis

- Maksud & Tujuan

Bab 2. Tata cara prosesi Upacara Ngaben - Urutan proses upacara kematian

9. Halaman penutup 10. Halaman belakang

2.1.7 DATA PENYELENGGARA

Gramedia Pustaka Utama merupakan anak perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia yang bergerak dibidang penerbitan buku yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1947. Buku pertam yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama adalah novel berjudul Kamila, yang kemudian disusul dengan beberapa buku diantaranya adalah buku seri anak – anak dan terbitan buku non-fiksi pertama oleh Gramedia Pustaka Utama adalah Hanya Satu Bumi.

(15)

Gramedia Pustaka Utama selalu menerbitkan buku – buku bermutu baik terjemahan maupun karya asli dalam negri. Perjalanan jauh memakan asam garam dari menerbitkan buku sudah dialami oleh Gramedia Pustaka Utama dan mereka memutuskan untuk focus pada buku fiksi dan non-fiksi. Dalam hal ini, buku ilustrasi Upacara Kematian di Bali termasuk dalam kategori yang dapat diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Definisi Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buku mempunyai pengertian yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Kamus Oxford, buku berpengertian sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi ataupun juga merupakan suatu hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan. Buku dapat dikatakan sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mengedarkan gagasan. Lewat buku seseorang dapat mendalami maksud seorang penulis secara hampir tuntas. Lewat buku pula seorang penulis dapat menunjukan dirinya secara hampir utuh dan terstruktur. Juga melalui buku ilmu dikembangkan dan temuan- temuan baru dibidang apa saja dapat terus diperbaiki dan diperbarui secara signifikan.

Saat ini banyak terdapat buku yang ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar untuk menarik perhatian dan kesukaan membaca pada setiap orang terutama anak- anak, karena setiap orang pada umumnya lebih tertarik pada

(16)

bahasa penyampaian secara visual daripada bahasa verbal. (Drs. Ngalim M. Purwanto. 1992)

Maka itu penulis pun merancang visual buku karena mendukung salah satu fungsi buku sebagai sarana efektif untuk memaparkan gagasan apalagi didukung dengan unsur-unsur visual sehingga memudahkan pembaca dalam memandu dirinya untuk memahami buku.

2.2.2 Definisi Publikasi

Publikasi adalah industri yang mendukung desain suatu buku. Dan arti kata publishing sendiri adalah untuk menyatakan ide-ide atau gagasan-gagasan didepan umum., secara terbuka dan membuat ide-ide atau gagasan-gagasan tersebut diketahui oleh dan secara umum. (Jennings, Simon..1987). Karena alasan inilah penulis mempermudah tampilan- tampilan gagasan tersebut dengan setiap visual yang mendukung sehingga semakin mudah untuk diketahui dan diingat oleh umum.

Pengertian publikasi secara terminology adalah pengumuman atau penerbitan. Ton Kertapati menjelaskan dalam bukunya Dasar-Dasar Publisistik Dalam Perkembangannya Di Indonesia Menjadi Ilmu Komunikasi bahwa istilah publisistik berasal dari kata kerja bahasa latin publicare yang berarti mengumumkan. Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa istilah publikasi dapat diartikan pengumuman tentang suatu hal yang disiarkan lewat media elektronik dan atau diterbitkan di media cetak.

(17)

Kaitannya dalam buku ilustrasi Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali ini adalah merupakan salah satu media cetak yang akan berguna untuk penyiaran atau penyebaran informasi tentang budaya Upacara kematian di Bali kepada siapapun yang membacanya.

2.2.3 Teori Ilustrasi

Ilustrasi merupakan salah satu unsure yang terpenting dalam sebuah komunikasi sebuah buku, karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat ditimpulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata (Irwan Wirya,1993:3)

Fungsi Ilustrasi pada buku yaitu:

• Untuk menarik perhatian, dapat dilihat dari warna, bentuk dan ukuran ilustrasi tersebut.

Untuk merangsang minat audience agar membaca keseluruhan isi pesan yang ingin disampaikan desainer. • Untuk menjelaskan suatu pernyataan dalam bentuk

visual.

• Untuk menciptakan suatu suasana yang khas dari gaya ilustrasi.

Gaya

1. Kombinasi fitur khas ekspresi seni, eksekusi, atau kinerja sebagai karakteristik orang tertentu, kelompok, sekolah atau era.

2. Sebuah kualitas imajinasi dan individualitas dinyatakan dalam tindakan seseorang dan selera.

3. Sebuah modus tertentu atau teknik dimana sesuatu dilakukan dibuat, dilakukan atau diungkapkan.

(18)

4. Sebuah fashion saat ini.

5. Sebuah khas kualitas, bentuk, atau jenis sesuatu.

Dari beberapa pengertian dari para ahli mengenai maknai ilustrasi adalah sebuah visualisasi dari suatu tulisan yang dapat berupa sketsa, lukisan, vector graphic, foto atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan pada penjelasan tulisan daripada bentuk. Selain itu ilustrasi dimaksudkan untuk mempercantik tulisan atau melengkapi suatu tulisan. Terdapat beberapa teknik yang dikenal dalam pembuatan ilustrasi yaitu teknik Woodcut, Fine Art, dan Art Nouveau.

Teknik Fine Art digunakan untuk melukiskan visualisasi dari sebuah cerita atau dongeng, mempresentasikan suatu keadaan secara natural sebagaimana yang tergambar jika menggunakan kamera untuk memotret suatu keadaan.

Kaitannya dalam buku ilustrasi Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali adalah karena ingin memberikan penjelasan secara bentuk gambar dan suasana keadaan daripada menggunakan tulisan dan dibuat untuk menjelaskan informasi yang terkandung dari teks. Ini juga termasuk dalam Teknik Fine Art yang digunakan untuk melukiskan sebuah cerita dan berusaha membuaat keadaan secara natural atau perumpamaan sebagaimana yang tergambar pada aslinya.

2.2.4 Teori Tipografi

Tipografi menurut Stanley Marrison (2007: 104) didefinisikan sebagai keterampilan mengatur bahan cetak

(19)

secara baik dengan tujuan tertentu, seperti mengatur tulisan, membagi-bagi ruang/spasi, dan menata / menjaga huruf untuk membantu secara maksimal agar pembaca memahami teks. Tipografi merupakan cara hemat untuk benar-benar membuat bermanfaat dan hanya secara kebetulan mencapai hasil estetis, oleh karena menikmati pola-pola, jarang sekali menjadi tujuan utama.

Ilmu tipografi digunakan pada banyak bidang diantaranya desain grafis, desain web, percetakan, majalah, desain produk dll. Tipografi digunakan oleh para desainer untuk berkomunikasi dengan pembacanya secara visual agar maksud dari tulisan lebih mudah dipahami. Tipografi memegang peran penting dalam penyampaian bahasa non verbal untuk segala bentuk publikasi, seperti mengetahui hal dalam mengatur ukuran tulisan yang akan kita gunakan, efek dan bentuk yang akan ditampilkan sehingga muatan emosi dan sifat dari pesan yang muncul sesuai dengan tujuan komunikasi yang ingin kita sampaikan kepada publik. Anatomi huruf terbagi menjadi 5 bentuk dasar yaitu serif, sans serif, script,dan decorative.

Serif, huruf jenis ini memiliki sirip (serif) dengan berbagai macam bentuk dengan ketebalan yang sama atau hamper sama. Biasanya berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf ini adalah klasik, anggun, bersejarah, mewah, dan dewasa.

Script, huruf jenis ini menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Biasanya kaligrafi termasuk dalam jenis ini. Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi dan akrab.

(20)

Decorative, dalam jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk -bentuk yang sudah ada ditambah hiasan ornament atau garis-garis dekoratif atau bahkan dikurangkan. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf ini adalah dekoratif dan ornamental. Prinsip dalam tipografi terdiri dari Clearity, Readability, Legibility, yaitu keterbacaan dan jenis huruf tersebut dan Visibility, lebih menekankan pada keindahan jenis huruf tersebut.

Kaitannya dalam buku ilustrasi Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali ini adalah karena adanya beberapa penekanan pada makna – makna yang ingin diangkat dan difokuskan namun tetap memenuhi syarat Readibility dan Legibility. Selain untuk menimbulkan kesan sedikit modern, ornamental dan otentik akan digunakan huruf jenis Serif, Sans Serif, Decorative.

2.2.5 Teori Prinsip Desain

Prinsip dasar desain merupakan pengorganisasian unsur-unsur dasar desain dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam menciptakan dan mengaplikasikan kreativitas. Frank Jefkins (1997: 245) mengelompokkan prinsip-prinsip desain menjadi: kesatuan, keberagaman, keseimbangan, ritme, keserasian, proporsi, skala, dan penekanan.

A. Kesatuan (unity)

Kesatuan merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan unsur-unsr desain menjadi suatu bentuk yang proporsional dan menyatu satu sama lain ke dalam sebuah media.

(21)

Kesatuan desain merupakan hal yang penting dalam sebuah desain, tanpa ada kesatuan unsur-unsur desain akan terpecah berdiri sendiri-sendiri tidak memiliki keseimbangan dan keharmonisan yang utuh.

B. Keberagaman (variety)

Keberagaman dalam desain bertujuan untuk menghindari suatu desain yang monoton. Untuk itu diperlukan sebuah perubahan dan pengkontrasan yang sesuai. Adanya perbedaan besar kecil, tebal tipis pada huruf, pemanfaatan pada gambar, perbedaan warna yang serasi, dan keragaman unsur-unsur lain yang serasi akan menimbulkan variasi yang harmonis.

C. Ritme/irama (rhythm)

Aliran secara keseluruhan terhadap desain selalu menyiratkan irama yang nyaman. Suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan ciri khasnya terletak pada pengulangan-pengulangan yang dilakukan secara teratur yang diberi tekanan atau aksen. Ritme membuat adanya kesan gerak yang menyiratkan mata pada tampilan yang nyaman dan berirama.

D. Keserasian (harmony)

Suptandar (1995:19) mengartikan keserasian sebagai usaha dari berbagai macam bentuk, bangun, warna, tekstur, dan elemen lain yang disusun secara seimbang dalam suatu komposisi utuh agar nikmat untuk dipandang. Keserasian adalah keteraturan di antara bagian-bagian suatu karya.

(22)

E. Proporsi (proportion)

Proporsi merupakan perbandingan antara suatu bilangan dari suatu obyek atau komposisi (Kusmiati, 1999:19). Bisa dikatakan bahwa proporsi merupakan kesesuaian ukuran dan bentuk hingga tercipta keselarasan dalam sebuah bidang. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan masalah proporsi, yaitu penempatan susunan yang menarik, penentuan ukuran dan bentuk yang tepat, dan penentuan ukuran sehingga dapat diukur atau disusun sebaik mungkin.

F. Penekanan (emphasis)

Frank Jeffkin (1997:246) menyebutkan bahwa: “Dalam penekanan, all emphasis is no emphasis, bila semua ditonjolkan, maka yang terjadi adalah tidak ada hal yang ditonjolkan. Adanya penekanan dalam desain merupakan hal yang penting untuk menghindari kesan monoton. Penekanan dapat dilakukan pada jenis huruf, ruang kosong, warna, maupun yang lainnya akan menjadikan desain menjadi menarik bila dilakukan dalam proporsi yang cukup dan tidak berlebihan.

Kaitannya dalam buku ilustrasi Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali ini adalah karena keseluruhan prinsip desain yang ada di atas akan digunakan dalam merancang buku ini diantaranya adalah :

1. Terutama penggunaan pola yang berulang namun memiliki irama (Rhythm) pada halaman pembuka untuk menjelaskan secara tidak langsung isi dari buku ini secara singkat.

(23)

2. Penggunaan gaya ilustrasi yang sama dari awal sampai akhir untuk menunjukan kesan kesatuan (Unity).

3. Dan prinsip desain lainnya akan diterapkan pada bagian isi dari buku ini.

2.2.6 Teori Warna

Warna menurut banyak ahli psikologi dianggap dapat memengaruhi kejiwaan dan karakter seseorang. karena sangat bergantung dengan faktor subyekif, maka setiap orang dalam memilih warna berdasarkan cara pandang yang berbeda. Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J.Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna adalah warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat di amati saja, warna itu memperngaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat di lihat dengan mata ternyata mampu memperngaruhi perilaku seseorang, memperngaruhi penilaian ezstetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda.

Apapun perkembanganya, warna menjadi sesuatu yang penting terutama untuk memberi kesan positif pada kita, oleh karena itu kita perlu mengetahui warna-warna berikut yang memiliki kesan berbeda untuk pemakainya..

Berikut penjelasannya warna warna tersebut serta pengaruh psikologis dari si pemakai serta kapan saat waktu yang

(24)

tepat untuk memakainya. Berikut penjelasan makna-makna untuk setiap warna, yakni:

1. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada ukuran yang besar. Merah cocok untuk tema yang menunjukkan keberanian seseorang. energi misal mobil, kendaraan bermotor, olahraga dan permainan.

2. Putih

Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan kesederhanaan dan kebersihan.

3. Hitam

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.

(25)

4. Biru

Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang.

Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Obyek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang. Warna Biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara, air dan kedalaman laut. Selain itu, jika digabungkan dengan warna merah dan kuning dapat memberikan kesan kepercayaan dan kesehatan.

5. Hijau

Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. Dapat digunakan untuk relaksasi, menetralisir mata, memenangkan pikiran, merangsang kreatifitas.

6. Kuning

Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan,

(26)

loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga. Warna Kuning merangsang aktivitas mental dan menarik perhatian, Sangat efektif digunakan pada blogsite yang menekankan pada perasaan bahagia dan kekanakan.

7. Merah Muda

Warna Merah Muda menunjukkan simbol kasih sayang dan cinta, persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah.

8. Ungu

Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.

9. Orange

Menunjukkan kehangatan, antusiasme, persahabatan, pencapaian bisnis, karier, kesuksesan, kesehatan pikiran, keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, ketertarikan, independensi. Pada Blog dapat meningkatkan aktifitas mental. Disamping itu warna Orange memberi kesan yang kuat pada elemen yang dianggap penting.

(27)

10. Coklat

Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras.

11. Abu-abu

Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

12. Emas

Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.

Kaitannya dalam buku ilustrasi Upacara Adat Ngaben Umat Hindu Bali ini adalah penggunaan warna-warna berdasarkan psikologis, warna yang digunakan dalam buku ini adalah kuning merupakan ciri khas yg mendominasi budaya Pulau Bali yang melambangkan kemakmuran, warna merah melambangkan keberanian fisik, kekuatan, meriah, serta perlambangan dari Dewa Brahma (Pencipta), warna emas melambangkan kegembiraan, kedudukan, kekuatan mistis, warna biru melambangkan kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari alam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,

(28)

pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang.

2.2.7 Analisa SWOT

2.2.7.1 Strength

Buku yang akan di buat merupakan buku tentang Ngaben sebagai tradisi budaya, juga berisi tata cara prosesi upacaranya, hingga penjabaran peralatan-peralatan yang dibutuhkan, serta memiliki layout dan visual yang menarik

2.2.7.2 Weakness

Minimnya keingintahuan dan kepedulian masyarakat terutama generasi muda sekarang terhadap begitu banyak ragam budaya unik yang berada di Indonesia.

2.6.3 Opportunity

Menyadarkan masyarakat dunia untuk kembali peduli mengenal salah satu budaya Bali yang unik, memberikan peluang untuk buku ini dapat laku dipasarkan

2.6.4 Threat

Gaya hidup generasi masyarakat modern sekarang yang lebih tertarik melihat budaya luar negeri seperti negara Korea dan Jepang, menyebabkan masyarakat tidak concern mengenai budaya milikinya sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

teltava (6), Tampereen kaupunki. Tampereen kaupungin osalta yhdeksi keskeiseksi valvonnan ja arvioinnin työkaluksi näyttää muodostuvan reaktiivinen toiminta, mikä

Berdasarkan hasil dari identifikasi secara morfologi dan biokimia, menunjukkan bahwa isolat bakteri CS7 termasuk ke dalam genus Bacillus koloni bakteri berwarna

Atas rahmat dan kebesaran-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Konflik Kerja Dengan Etos Kerja Pegawai di PDAM Kabupaten Malang”, sebagai syarat

Di mana teks ini akan menjadi sebuah media yang penting untuk penyampaian kisah, dimulai dari deskripsi karakter, lokasi, peradaban dan berbagai macam hal lain

Model yang dirancang adalah berdasarkan identifikasi dari proses yang ada dalam kondisi nyata, dengan adanya model yang telah dirancang dapat diketahui berapa

Alhamdulillah, akhirnya P enulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Status Hubungan Suami Istri Beda Agama di Desa Klepu Kecamatan Sooko

tajam Kesehatan karyawan Praktek lumbal punksi Sejak 1996 (8 standar) dan 2007 (3 Standar) STANDAR APD Perawatan PS Pengendalian Lingkungan Penanganan linen Penempatan Pasien

Rangkaian pengatur nada adalah salah satu bagian dalam rangkaian penguat suara yang tak kalah penting karena setiap penikmat audio pasti akan menghendaki suatu tingkat nada yang