BAB V: PENUTUP
A. Analisa Teori Sosiologi Keluarga Terhadap Praktik Pernikahan di Kalangan Mahasiswa
BAB IV
ANALISA PRAKTIK PERNIKAHAN DI KALANGAN MAHASISWA
A. Analisa Teori Sosiologi Keluarga Terhadap Praktik Pernikahan di
memiliki ikatan kehidupan bersama, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa kehadiran keluarga di dalamnya. fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga tersebut tidak memiliki arti.
Pada pembahasan bab sebelumnya, telah ditemukan beberapa sampel pernikahan di kalangan mahasiswa. Mahasiswa memiliki pengertian berupa orang atau setiap orang yang terdaftar secara resmi dan belajar di suatu Perguruan Tinggi. Di sisi lain mahasiswa berada pada masa transisi antara remaja dan dewasa akan mulai belajar bertanggungjawab atas dirinya sendiri, seperti menentukan arah dan tujuan hidup, termasuk dalam keinginan mempunyai pasangan. Dengan memutuskan menikah pada masa studi, seorang mahasiswa akan dihadapkan pada suatu kondisi dimana harus dapat membagi dan mengatur waktu, tenaga dan pikiran mereka dengan baik supaya kegiatan kuliah mereka tidak berpengaruh dengan mengurus keluarga dan pekerjaannya. Hal tersebut mempengaruhi pola kedudukan dan peran dari anggota keluarga tersebut, hubungan antara orangtua dan anak, ayah, ibu, dan lain-lain.
Tentu saja yang memutuskan menikah pada masa studi dengan latar belakang berbagai resiko, selalu di dorong oleh alasan-alasan tertentu. Dan melalui menikah ini dapat dijadikan media untuk memperbesar (berupa pemenuhan berbagai kebutuhan dan keinginan) serta mengurangi kekecewaan.
Demikian pula para mahasiswa yang memutuskan menikah pada masa studi tentu saja memiliki alasan yang kemudian menjadi motivasi bagi mereka untuk menikah pada masa studi (kuliah).
Dari penelitian tersebut ditemukan dengan profil mahasiswa yang berbeda-beda, sehingga dapat diklarifikasikan peran masing-masing anggota dalam sebuah keluarga dari perbedaan-perbedaan tersebut. Perbedaan- perbedaan tersebut akan membentuk struktur sosial yang membagi individu- individu dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas atau golongan tertentu sesuai peran dan status yang dimilikinya. Dalam penelitian tersebut terdapat dua fakta yang menjadi alasan penelitian tersebut. Pertama, pernikahan mahasiswa yang mana mampu melakukan peran ganda sekaligus, sebagai mahasiswa, ibu atau kepala rumah tangga. Kedua, faktor mahasiswa memutuskan menikah diusia muda.
Dalam pengamatan peneliti, ditemukan 4 responden sampel mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan meskipun melakukan peran mahasiswa sekaligus ibu atau kepala rumah tangga, dan 4 Responden mahasiswa yang menikah karena dorongan keluarga, 2 responden sampel mahasiswa yang memutuskan kuliah karena merasa mampu dan tidak ingin kehilangan kekasihnya, 1 responden mahasiswa yang menikah karena ingin meringankan biaya orang tuanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4. I No Nama Jenis
kelamin
Status ekonomi
pekerjaan Prestasi Alasan Menikah
1
AN lk Ekonomi
mandiri tanpa ada campurta
ngan orang tua
Wiraswasta dan jual beli
hp
Prestasi akademik cukup baik dan
dapat mempertahank
an beasiswa
Dorongan Orang Tua
2
AU pr mandiri Ibu rumah
tangga
Prestasi akademik cukup baik dan
dapat mempertahank
an beasiswa
Dorongan orang tua
3
H pr Ekonomi
campur tangan dengan orang tua
Ibu rumah tangga
Cukup baik Dorongan orang tua
4
AR pr Ekonomi
mandiri
Ibu rumah tangga
Cukup baik Merasa Mampu dan Tidak Ingin Kehilangan Pasangan
5
SW
pr Ekonomi Campur
tangan orang tua
Dagang Cukup Baik Dorongan Orang Tua
6
FM lk Campur
Tangan Orang
Tua
Serabutan Memburuk setelah menikah
Keinginan Sendiri
karena merasa mampu 7
I pr Mandiri Ibu Rumah
tangga
stabil Membantu Orang Tua
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa : pertama,pernikahan mahasiswa berkaitan dengan hubungan antara orang tua dan anak, yakni keluarga mahasiswa secara material masih mempunyai ketergantungan yang kuat pada orang tuanya. Kedua, adanya pengaruh ekonomi yang mempengaruhi keadaan keluarga. Ketiga, penyesuaian antara peran sebagai
mahasiswa dan anggota keluarga. Dalam pernikahan mahasiswa sangat diperlukan sekali interaksi sosial maupun hubungan solid antara pasangan maupun orang tua. Karena dalam keluarga ini saling bergantung, dimana apabila salah seorang sedang dalam melakukan proses belajar maka pasangan lainnya harus menggantikan perannya dalam rumah tangganya. Selain itu interaksi luar juga akan mempengaruhi gaya befikir maupun sikap sehingga dibutuhkan penyesuaian diri juga penyesuaian waktu untuk mengatur pekerjaan, tugas rumah maupun tugas belajar. Sehingga dalam keluarga tercipta struktur dan peran serta tercapainya fungsi keluarga sesuai dengan harapan-harapan keluarga.
Dilihat dari fungsi keluarga ekonomi dan unit produksi, pernikahan dikalangan mahasiswa IAIN Ponorogo memberi gambaran keluarga saling berinteraksi antar sesama pasangan. Yang mana tugas pemenuhan nafkah tidak hanya dibebankan kepada kepala keluarga akan tetapi juga bisa dilakukan istri dengan komunikasi yang baik dengan suami. Hal tersebut dikarenaka fungsi ekonomi keluarga merupakan salah satu pengaruh penting dalam struktur keluarga.
Dalam membicarakan konteks struktur fungsional, terkait fungsi dan peran suatu keluarga merupakan pembahasan sosiologi keluarga. Dalam konsep struktural fungsional keluarga Talcott Parsors mengungkapkan bahwa diantara hubungan struktural-fungsional cenderung memiliki tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis, yaitu adanya fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh segolong keluarga agar ada kelestarian sistem,
diantaranya adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan latent.
Sehingga secara garis besar dapat diaplikasikan sebagai berikut :
7. Berkaitan dengan pola kedudukan dan peran keluarga, hubungan antara orang tua, anak, ayah dan ibu.
8. Setiap masyarakat mempunyai peraturan-peraturan dan harapan yang menggambarkan orang harus berprilaku.
9. Tipe keluarga terdiri atas keluarga dengan suami istri utuh beserta anak- anak, keluarga tunggal dengan suami/istri dan anak-anaknya, keluarga dengan anggota normal atau dengan anggota cacat, atau keluarga berdasarkan tahapannya, dan lain-lain.
10. Aspek struktural menciptakan keseimbangan sebuah sistem sosial yang tertib. Ketertiban keluarga akan tercipta kalau ada struktur atau strata dalam keluarga, dimana masing-masing mengetahui peran dan posisinya dan patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut.
11. Terdapat 2 bentuk keluarga yaitu : 1) keluarga inti 2) keluarga luas
12. Struktur dalam keluarga dapat dijadikan institusi keluarga sebagai sistem kesatuan dengan elemen-elemen yang saling terkait :
d. Status sosial : pencari nafkah, anak sekolah, dan lain-lain.
e. Fungsi dan peran sosial : perangkat tingkah laku yang diharapkan dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang menduduki status sosial tertentu.
f. Norma sosial : peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah dalam situasi tetentu.
Dari paparan di atas, faktor kesadaran akan pentingnya sebuah interaksi dalam masyarakat haruslah tertanam di jiwa masyarakat. Setiap individu dalam keluarga saling berinteraksi satu sama lain. Dengan anggota keluarga maupun lingkungan sosial lainnya. Dengan interaksi sosial itu, setiap individu dan lingkungan sosialnya membentuk kerja sama, sehingga membentuk struktur keluarga. Terjadinya kesenjangan struktur fungsional dalam keluarga maka akan mengakibatkan putusnya peran dan fungsi dalam keluarga mahasiswa IAIN Ponorogo. Jadi, perlu ditarik benang merah bahwa dalam pernikahan di kalangan mahasiswa tidak lepas dari interaksi dan hubungan timbal balik dalam suatu keluarga merupakan suatu struktur yang bertujuan menekan keserasian, keteraturan, dan keseimbangan dalam sebuah sistem sosial keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam menikah dan kuliah bukanlah suatu kendala, justru dengan menikah menurut informan banyak hal positif yang didapatkan. Berdasarkan analisa sosiologi keluarga dengan pendekatan fungsional struktural Talcott Parsons terhadap pernikahan di kalangan mahasiswa bahwa pernikahan di kalangan mahasiswa terjadi karena faktor keluarga, yang mana keluarga adalah unit universal yang melekat yang memiliki peraturan, tanpa aturan dan fungsi yang dijalankan maka tidak memiliki arti dalam menghasilkan sebuah kebahagiaan. Pola kedudukan dan peran keluarga merupakan faktor penting bagi tumbuh kembang anggotanya. Yang mana alasan yang mendominasi mahasiswa IAIN Ponorogo menikah dengan didasari oleh dorongan kedua orang tua mereka.
B. Analisa Teori Herzberg Terhadap Faktor yang Melatarbelakangi