• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI DATA

C. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya

4. Analisis dan Pembahasan

A. Pengertian SPT Tahunan dan e-Filling

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) merupakan surat yang digunakan para Wajib Pajak untuk melaporkan segala bentuk perhitungan dan/atau pembayaran pajak, baik untuk objek pajak maupun bukan objek pajak. Selain itu, SPT Tahunan dapat digunakan untuk melaporkan harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.SPT Tahunan memiliki 2 jenis, yaitu SPT Tahunan Orang Pribadi dan SPT Tahunan Badan.

Adapun Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan atau SPT PPh berlaku untuk suatu tahun pajak.SPT Tahunan PPh yang wajib dilaporkan setiap tahun. Untuk SPT Orang Pribadi, paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir. Sedangkan, SPT Badan yang diperuntukkan untuk Wajib Pajak berbentuk badan usaha selambat-lambatnya 4 bulan setelah tahun pajak berakhir atau bulan april di setiap tahunnya.

31

e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Sedangkan aplikasi e-SPT atau disebut dengan Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh Wajib Pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT (www.pajak.go.id).

Tujuan utama layanan pelaporan pajak secara e-Filing ini adalah :

1) Membantu para Wajib Pajak untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara elektronik (via internet) kepada wajib pajak, sehingga wajib pajak orang pribadi dapat melakukannya dari rumah atau tempatnya bekerja, sedangkan wajib pajak badan dapat melakukannya dari lokasi kantor atau usahanya. Hal ini akan dapat membantu memangkas biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan, memproses dan melaporkan SPT ke Kantor Pajak secara benar dan tepat waktu.

2) Dengan cepat dan mudahnya pelaporan pajak ini berarti juga akan memberikan dukungan kepada Kantor Pajak dalam hal percepatan penerimaan laporan SPT dan perampingan kegiatan administrasi, pendataan (juga akurasi data), distribusi dan pengarsipan laporan SPT.

3) Saat ini tercatat lebih dari 10 juta Wajib Pajak di Indonesia, dengan cara pelaporan yang manual tidak mungkin akan dapat ditingkatkan pelayanan terhadap para WP tersebut. Maka dengan e-Filing dimana

sistem pelaporan menjadi mudah dan cepat, diharapkan jumlah Wajib Pajak dapat meningkat lagi dan penerimaan negara tercapai.

B. Tata Cara Pelaporan SPT Tahunan Melalui Sistem e-Filing 1) Masuk ke laman www.djponline.pajak.go.id

2) Masukkan 15 digit NPWP atau bisa menggunakan NIK jika sudah melakukan validasi.

3) Masukkan sandi akun.

4) Masukkan kode keamanan yang sesuai.

5) Klik login

6) Masuk ke fitur lapor dan pilih dan klik E-Filling.

7) Ikuti langkah-langkah awal yang tersedia, setelah itu akan muncul opsi seperti upload SPT atau bisa membuat SPT dengan cara mengisi secara manual.

8) Jika wajib pajak memilih membuat SPT dengan cara mengisi secara manual, maka wajib pajak dapat mengisi bagian-bagian yang di minta hingga selesai sesuai dengan bukti potong PPh 21 yang telah diperoleh Wajib Pajak dari perusahaan ia bekerja.

9) Setelah seluruh bagian yang diminta telah selesai diisi, maka Wajib Pajak akan diminta memasukkan kode verifikasi yang terkirim melalui email yang terdaftar di akun djp online Wajib Pajak.

10) Setelah memasukkan kode verifikasi, maka Wajib Pajak bisa langsung mengirimkan SPT nya.

33

11) Bukti Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak akan dikirim ke email yang terdaftar atau tercantum di akun djp online Wajib Pajak.

C. Tujuan Pelaporan SPT Tahunan

SPT Tahunan adalah surat yang digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak beserta juga daftar harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perpajakan. SPT ini berfungsi sebagai sarana bagi warga Negara yang sudah memiliki NPWP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan ju mlah pajak selama setahun terakhir.

Wajib Pajak diwajibkan melaporkan SPT karena sesuai dengan Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyebutkan bahwa setiap WP memiliki kewajiban mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas serta ditandatangani dan disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak. Penyampaian SPT saat ini dapat dilakukan secara elektronik melalui e-filling.

Walaupun sudah dipotong pajak oleh perusahaan tempat bekerjanya, namun tidak menutup kemungkinan Wajib Pajak mendapatkan penghasilan lain seperti, penghasilan dari usaha dagang, keuntungan jual beli, investasi, maupun penghasilan lainnya.Penghasilan lain-lain ini juga harus dilaporkan dalam SPT Tahunan. Apabila atas penghasilan lain-lain ini sudah dipotong pajak oleh pihak lain, maka dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak yang berfungsi sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

D. Sanksi Tidak Lapor SPT Tahunan

Pelaporan SPT Tahunan memilki sifat wajib.Jika Wajib Pajak tidak melaporkan SPT Tahunannya, maka ada sanksi berupa denda bahkan pidana. Wajib Pajak yang terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunannya akan menerima denda dalam Undang-Undang. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi akan dikenakan denda sebesar Rp.100.000,- dan untuk Wajib Pajak Badan akan dikenakan denda yang lebih besar, yakni Rp. 1.000.000,-

Selain itu, sanksi pidana juga diberikan kepada wajib pajak yang sengaja tidak melaporkan SPT Tahunannya.Sanksi pidana bisa diberikan dalam bentuk kurungan penjara dan denda sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat 1 UU KUP.Adapun sanksi pidananya adalah penjara paing singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun. Selain itu, akan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar.

E. Kepatuhan Melaporkan Pajak

Setiap tahun muncul basis pemajakan yang akan terus bertambah seiring kinerja Ditjen Pajak dalam kegiatan ekstensifikasi dan pengawasan. Sebagai contoh, Wajib Pajak Badan atau Pengusaha yang mengikuti program amnesti pajak secara otomatis akan menjadi basis pemajakan baru. Karena, dengan mengikuti amnesti pajak, berarti secara tidak langsung Wajib Pajak mengakui kekeliruan dalam menghitung kemampuan finansialnya. Mereka ini akan menjadi

35

pembayar pajak baru atau membayar pajak lebih besar pada tahun berikutnya. Sehingga, basis pemajakan akan menjadi lebih luas, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.Pola seperti itu akan terus berjalan karena tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal melaporkan pajaknya masih rendah, kisaran 60%-70% dan itupun masih didominasi oleh wajib pajak orang pribadi karyawan bukan wajib pajak pengusaha.

Proses menuju kepatuhan yang tinggi merupakan upaya yang berkelanjutan, tidak akan berhenti. Karena semakin tinggi tingkat kepatuhan pajak, baik secara formal atau material, maka akan memperbesar basis pemajakan. Ini berakibat akan semakin besar penerimaan pajak yang dapat dihimpun.

Kepatuhan wajib pajak mencakup kepatuhan mencatat atau membukukan transaksi usaha, kepatuhan melaporkan kegiatan usaha sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan terhadap semua aturan perpajakan lainnya. Di antara ketiga jenis kepatuhan tersebut, yang paling mudah diamati adalah kepatuhan melaporkan kegiatan usaha, karena seluruh wajib pajak berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan usahanya setiap bulan dan/atau setiap tahun dalam bentuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam setiap masa atau Tahunannya.

Beberapa wajib pajak mempunyai kepatuhan yang buruk dengan tidak membuat dan menyampaikan laporan kegiatan usaha secara periodik secara benar, lengkap dan jelas, baik laporan bulanan atau masa maupun tahunan.Yang memprihatinkan adalah wajib pajak semacam ini

berjumlah paling banyak dari seluruh wajib pajak terdaftar.Patut menjadi perhatian lebih serius bagi Ditjen Pajak agar masalah ini bisa diatasi dan diawasi secara lebih.Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kepatuhan wajib pajak antara lain ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, pembangunan infrastruktur yang tidak merata, dan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan pejabat tinggi.

Dalam sesi tanya jawab pada beberapa kegiatan sosialisasi perpajakan yang dilakukan, salah satu penyebabnya adalah masyarakat kurang merasakan manfaat dari pajak yang telah dibayar, misalnya masih banyaknya jalan yang rusak dan sarana publik yang tidak memadai serta kasus korupsi yang kerap mendera pejabat eksekutif pemerintahan baik pusat ataupun daerah.

Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak melaporkan pajaknya sebagai bagian pembentukan basis data yang valid antara lain menciptakan pelayanan publik yang profesional, mengelola uang pajak secara adil dan transparan, membuat peraturan perpajakan yang mudah dipahami wajib pajak, dan meningkatkan tindakan penegakan hukum kepada wajib pajak yang tidak patuh.

F. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Pajak Di Indonesia Dari Tahun Ke Tahun

Jumlah pelaporan SPT pada tahun 2019 mencapai total 11,4 Juta, meningkatkan cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2018.

Namun, terjadi penurunan jumlah pelaporan SPT pada tahun 2020

37

dengan jumlah total pelaporan SPT 10,6 Juta. Hal itu dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang membuat sebagian besar masyarakat usia produktif atau para pekerja terpaksa berhenti bekerja dengan alasan kesehatan sehingga roda ekonomi berjalan melambat. Meski demikian, sanksi administratif tetap berjalan bagi yang telat/belum melaporkan SPT nya setelah lewat tanggal jatuh tempo sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.Perbandingan jumlah pelaporan SPT dan tingkat kepatuhan pajak dari tahun ke tahun dapat dilihat melalui grafik Chart dibawah ini:

Data Per 10 Mei 2023

Sumber : Direktorat Jenderal Pajak

Gambar 2.2 Chart Perbandingan Jumlah Pelaporan SPT Dari 2019 Sampai 2022

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000

2019 2020 2021 2022

Pelaporan SPT Secara Elektronik

Pelaporan SPT Secara Manual

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil laporan, penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran berkaitan dengan judul penulis yaitu “Penerapan Pojok Pajak Pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” dalam rangka meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang kiranya dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Adapun beberapa kesimpulannya adalah sebagai berikut :

a) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan atau SPT PPh berlaku untuk suatu tahun pajak. SPT Tahunan PPh yang wajib dilaporkan setiap tahun. Untuk SPT Orang Pribadi, paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir. Sedangkan, SPT Badan yang diperuntukkan untuk Wajib Pajak berbentuk badan usaha selambat-lambatnya 4 bulan setelah tahun pajak berakhir atau bulan april di setiap tahunnya.

b) Jika Wajib Pajak tidak melaporkan SPT Tahunannya, maka ada sanksi berupa denda bahkan pidana. Wajib Pajak yang terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunannya akan menerima denda dalam Undang- Undang. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi akan dikenakan denda sebesar Rp.100.000,- dan untuk Wajib Pajak Badan akan dikenakan denda yang lebih besar, yakni Rp. 1.000.000,-

38

39

c) Jumlah pelaporan SPT pada tahun 2019 mencapai total 11,4 Juta, meningkatkan cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2018. Namun, terjadi penurunan jumlah pelaporan SPT pada tahun 2020 dengan jumlah total pelaporan SPT 10,6 Juta. Hal itu dikarenakan adanya pandemi Covid- 19 yang membuat sebagian besar masyarakat usia produktif atau para pekerja terpaksa berhenti bekerja dengan alasan kesehatan sehingga roda ekonomi berjalan melambat.

2. Saran

Berdasarkan laporan tugas akhir yang dilakukan penulis, pada dasarnya pelaksanaan pelaporan SPT sudah berjalan memadai, hal ini dapat dilihat dengan adanya peraturan-peraturan yang dibuat dengan tujuan keseragaman prosedur sesuai yang dibuat Direktorat Jenderal Pajak dan juga pemenuhan tujuan pelaporan SPT menjadi lebih jelas. Adapun penulis ingin mengemukakan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat pada pihak yang berkepentingan.

Adapun saran tersebut adalah sebaiknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memfasilitasi Relawan Pajak yang bertugas dengan laptop, Tujuannya agar tugas asistensi yang di lakukan oleh Relawan Pajak lebih maksimal dan pelaporan SPT semakin efisien. Selain itu, pihak Direktorat Jenderal Pajak dapat memperluas server situs resmi djp onlinenya.Agar terhindar dari Eror System di laman website yang terjadi dikarenakan terlalu banyak nya Wajib Pajak yang mengakses situs resmi tersebut dalam waktu yang bersamaan sehingga mempersulit pelaporan SPT terutama pada tanggal mendekati jatuh tempo.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. 2020. Data Statistik Penyampaian SPT Tahunan PPh.

https://www.pajak.go.id. Diakses Melalui: https://www.pajak.go.id/sites/de fault/files/2022-04/Data%20Statistik%Laporan%20Tahunan%DJP%2020 Data Internal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Direktorat Jenderal Pajak. 2017. Menakar Kadar Kepatuhan Wajib Pajak.

https://www.pajak.go.id. Diakses melalui: https://www.pajak.go.id/id/

artikel/menakar-kadar-kepatuhan-wajib-pajak

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

40

41

43

45

47

Dokumen terkait