Setelah dilakukannya pengumpulan dan pengolahan data, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif dilakukan dengan cara menggambarkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian dalam kalimat yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah yang akan diteliti, sehingga dapat diambil kesimpulan dari masalah tersebut, dipandu oleh pemikiran induktif, yaitu pemikiran yang mendalam dan menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta untuk menjawab secara khusus menjawab permasalah yang telah dikemukakan.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dan disusun oleh penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran korban (Victim Precipitation) dalam terjadinya tindak pidana penganiayaan biasa dalam Putusan Nomor 402/Pid.B/2023/PN Tjk adalah sikap dan keadaan yang dapat memicu seseorang untuk melakukan tindak pidana. Penulis menganalisis bagaimana peran korban (victim precipitation) dalam terjadinya tindak pidana penganiayaan biasa pada ini disebabkan oleh tindakan korban yang memicu terjadinya penganiayaan oleh pelaku yang diancam dengan Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Peran korban dalam kasus ini diawali ketika saksi korban Jefri Sani bin Saini meludah kearah terdakwa Herdi bin Astajahk namun tidak kena, lalu terdakwa balas meludah kembali dan mengenai leher saksi korban, lalu saksi korban memukul terdakwa ke arah kepala dan terdakwa dengan spontan membalas ke arah mata saksi korban. Adanya peran korban dalam tindak pidana penganiayaan biasa pada Putusan Nomor 401/Pid.B/2023/PN Tjk, merujuk kepada keterangan saksi, keterangan terdakwa dan alat bukti surat berupa hasil Visum et Repertum di persidangan. Terjadinya tindak pidana pada Putusan oni ,
81
terlihat hubungan dari interaksi antara pelaku dengan korban sebelum tindak pidana penganiayaan terjadi, yaitu pelaku yang memicu terjadinya penganiayaan dengan membuang ludah terlebih dahulu dan setelah terdakwa membalas perbuatan korban, korban yang lebih dahulu memukul terdakwa maka hal tersebut yang membuat terdakwa spontan memukul balik korban.
Berdasarkan hal tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa dalam kasus yang dialami oleh terdakwa dan korban, tipe korban tindak pidana penganiayaan biasa pada Putusan Nomor 402/Pid.B/2023/PN Tjk adalah provokasi oleh korban, dimana kerugian akibat kejahatan pelaku sebenarnya tidak terjadi jika tidak ada provokasi oleh korban.
2. Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana penganiayaan pada Putusan Nomor 402/Pid.B/2023/PN Tjk yang diterima oleh Saksi korban Jefri Sani bin Saini dalam perkara Penganiayaan yang diadili Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan nomor putusan 402/Pid.B/2023/PN Tjk telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu dalam kasus penganiayaan ini korban mendapatkan perlindungan hukum represif berupa restitusi yaitu pertanggungjawaban pelaku Herdi bin Astajahk.
Pelaku mempertanggungjawabkan perbuatan tindak pidana penganiayaan yang dilakukannya dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dan dapat dikatakan telah memenuhi asas kepastian hukum, korban telah mendapatkan hak-hak korban berupa perlindungan hukum, bantuan hukum dimana korban telah diwakilkan oleh jaksa dan pelayanan hukum yang sudah dimulai saat
korban melapor tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku kepada pihak berwajib, serta mendapatka bantuan medis berupa visum et repertum.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Disarankan kepada masyarakat umum sebagai calon potensial korban atau pelaku kejahatan agar berhati-hati dalam bertutur kata, menjaga sikap sopan santun, norma, dan etika yang merupakan hal penting dalam menjalani hubungan interaksi dengan subjek hukum lainnya. Sikap yang kita lakukan tidak semua orang dapat memahami dan menerima sikap yang tidak baik terlebih dengan alasan tidak sengaja, interaksi tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman sehingga berpotensi untuk menimbulkan tindak pidana, khususnya penganiayaan atau kekerasan. Penting bagi setiap individu agar mampu mengendalikan diri saat berinteraksi dengan siapapun karena setiap orang dapat berpotensi menjadi korban atau pelaku kejahatan dan kepada aparat pemerintah agar dapat meningkatkan kerjasama terpadu dalam mensosialisasikan pencegahan terjadinya kekerasan.
2. Disarankan kepada pemerintah, lembaga sosial atau lembaga yang bergerak di bidang HAM dan perlindungan saksi dan korban lebih giat dalam berupaya melakukan perlindungan hukum secara prventif agar mencegah terjadinya pelanggaran dan lebih maksimal dalam memberikan hak-hak kepada korban kejahatan dengan sarana dan prasarana serta fasilitas yang memadai serta dalam perlindungan hak-hak korban tindak pidana perlu langkah-langkah
83
antara lain dalam hukum acara pidana nasional memuat ketentuan yang jelas, tegas dan berimbang mengenai perlindungan terhadap hak-hak korban, agar kedudukan korban setara dengan kedudukan pelaku tindak pidana.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmad, D., & Firganefi. (2015). Pengantar Kriminologi & Viktimologi.
Lampung: BP.Justice Publisher.
Ali, M. (2021). Viktimologi. Depok: Rajawali Press.
Andrisman, T. (2013). Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia Serta Perkembangannya Dalam Konsep KUHP 2013. Bandar Lampung:
Aura Printing & Publishing.
Atmasasmita, R. (2004). Kapita Selakata Hukum Pidana dan Kriminologi.
Bandung: Mandar Maju.
Chandra, T. Y. (2022). Hukum Pidana. Jakarta: PT. Sangir Multi Usaha.
Gunadi, I. (2015). Hukum Pidana. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu.
Jainah, Z. O., & Seftiniara, I. N. (2019). Viktimologi. Depok: Rajawali Press.
Kenedi, J. (2020). Perlindungan Saksi dan Korban (Studi Perlindungan Hukum Korban Kejahatan dalam Sistem Peradilan di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mansur, A., & Gultom, E. (2007). Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan.
Jakarta: Rajawali Press.
Muchsin. (2003). Perlindungan dan Kepastian Hukum. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press.
Parwata, I. G. (2017). Victimologi Peran Korban Terjadinya Kejahatan. Bali:
Fakultas Hukum Udayana.
Rahardjo, S. (2000). Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
85
Sahetapy, J.E. Viktimologi Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Siswanto, H., & Cemerlang, A. (2021). Bunga Rampai Hukum Pidana dan Penegakan Hukum Pidana. Bandar Lampung: Pusaka Media.
Suhariyanto, B. (2013). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Melalui Putusan Pengadilan Dalam Sistem Peradilan Pidana Ditinjau Dari Perspektif Restorative Justice. Mega Mendung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Mahkamah Agung RI.
Sulistiani, L. (2022). Problematika Hak Restitusi Korban Pada Tindak Pidana Yang Diatur Kuhp Dan Di Luar KUHP. Jurnal Bina Mulia Hukum, 89.
Sunarso, & Siswanto. (2012). Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana.
Jakarta: Sinar Grafika.
Waluyo, B. (2012). Viktimologi Perlindungan Korban & saksi. Jakarta: Sinar Grafika.
Widiartana. (2014). Viktimologi Perspektif Korban dalam Penanggulangan Kejahatan. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Yulia, R. (2021). Kriminologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pemberlakuan atas Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Jurnal
Abdullah, R. H. (2019). Tinjauan Viktimologis Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking). Jurnal Yustika, 3.
Angkasa, Yulia, R., & Juanda, O. (2021). Urgensi Victim Precipitation Dipertimbangkan Oleh Hakim Dalam Penjatuhan Putusan Pemidanaan.
Jurnal Wawasan Yuridika, 3.
Corputty, P., Hehanussa, D. J., & Latupeirissa, J. E. (2021). Victim Precipitation Sebagai Pertimbangan Dalam Penjatuhan Pidana (Kajian Perspektif Sistem Peradilan Pidana). Jurnal Belo, 114.
Hamid, H. (2016). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penganiayaan Dalam Penanganan Tindak Pidana Di Indonesia. Jurnal Ecosystem, 274.
Husna , R., Delmiati, S., & Madjid, N. V. (2023). Analisis Viktimologi Peran Korban Tindak Pidana Penganiayaan Yang Menyebabkan Kematian Di Objek Vital Teluk Bayur. UNES Journal Of Swara Justicia, 424-425.
Kaban, B., Mulyadi, M., & Mansar, A. (2023). Ganti Rugi Sebagai Upaya Perlindungan Hak Korban Kejahatan Perspektif Politik Hukum Pidana,.
Jurnal Ilmiah "Advokasi", 77-78.
Karina, I. Hukum Pidana. Tinjauan Kriminologi Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Penganiayaan, Jurnal Hukum, 190.
Munajat, & Kartono. (2019). Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Luka Berat. (Analisis Putusan Perkara No : 10/Pid.B/2018/Pn Rkb). Jurnal Ilmu Hukum, 63.
Offei, M. O. (2021). How Does Victim Precipitation Theory Explain Deviant Behaviors of International Romance Offenders? Gamer‟s Perspective of Victim Precipitation. International Journal of Technology and Management Research, 61.
Petherick, W. (2017). Victim Precipitation:Why We Need To Expand Upon The Theory. Forensic Research & Criminology International Journal, 262.
Prakoso, A. (2019). Victim Precipitation Dalam Tindak Pidana Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik di Media Sosial (Studi Kasus Terhadap Putusan Perkara Nomor 310/Pid.Sus/2017/PN.IDM). Jurnal Idea Hukum, 1547.
Rajamudin. (2014). Tinjauan Kriminologi Terhadap Timbulnya Kejahatan Yang Diakibatkan Oleh Pengaruh Minuman Keras Di Kota Makassar. Al- daulah, 185.
Sari, A. N., & Larossa, B. N. (2014). Analisis Peran Korban dalam Terjadinya Kejahatan Seksual Terhadap Anak Ditinjau Dari Viktimologi (Studi