BAB V KESIMPULAN DAN SARAN SARAN
E. Pembebanan
2. Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup dinyatakan dengan lambang LL. Dalam SNI 1727 2013, beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
Beban hidup meliputi manusia, barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup bangunan. Beban hidup yang digunakan dalam perencanaan bangunan gedung dan struktur lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung. Beban hidup berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung yaitu:
22 Tabel 2.3 Beban Hidup pada Struktur
Beban Hidup Pada Lantai Bangunan Besar Beban (kg/m2)
Lantai Apartemen 250
Lantai dan tangga rumah tinggal 200
Ruang dansa 500
Lantai sekolah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit
250
Lantai ruang olahraga 400
Lantai balkon dalam dari ruang pertemuan 400
Tangga dan Bordes 300
Lantai Ruang Rapat 400
Panggung penonton 500
Lantai Gedung parkir bertingkat, untuk lantai bawah 800
Balkon menjorok bebas keluar 300
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983 3. Beban Angin (Wind Load)
Beban angin dinyatakan dengan lambang W. Beban angin adalah beban pada struktur akibat tekanan gerakan angin.
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan isapan pada bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian.
Berdasarkan SNI 1727-2013 mengenai Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan dan struktur lain, untuk mengatur beban
23 angin pada suatu bangunan gedung, maka perlu untuk menentukan kecepatan angin dasar (V), faktor arah angin (Kd), kategori eksposur, faktor topografi (Kzt), faktor pengaruh tiupan angin, dan koefisien tekanan internal (GCpi).
a. Kecepatan Angin Dasar (V)
Kecepatan angin dasar merupakan kecepatan tiupan angin dalam tiga detik pada ketinggian 33 ft di atas tanah. Untuk menentukan kecepatan angin dasar harus ditentukan dari instansi yang berwenang sesuai dengan kategori risiko bangunan gedung dan struktur. Berikut data rata-rata kecepatan angin di Kota Makassar berdasarkan Data BMKG Wilayah IV, Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, Tahun 2018 :
Tabel 2.4 Kecepatan Angin Rata Rata di Kota Makassar Bulan
Kecepatan Angin Rata- Rata
(knot)
Kecepatan Angin Rata- Rata
(m/s)
Januari 4 2,06
Februari 3 1,54
Maret 4 2,06
April 3 1,54
Mei 3 1,54
Juni 3 1,54
Juli 3 1,54
Agustus 4 2,06
September 4 2,06
Oktober 4 2,06
November 3 1,54
Desember 4 2,06
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Makassar, 2019.
24 b. Faktor Arah Angin (Kd)
Berikut faktor arah angin berdasarkan SNI 1727-2013 yaitu:
Tabel 2.5 Faktor Arah Angin
Tipe Struktur Faktor Arah Angin (Kd)
Bangunan Gedung:
Sistem penahan beban angin utama Komponen dan klading bangunan gedung
0,85 0,85
Atap lengkung 0,85
Cerobong asap, tangki, dan struktur yang sama:
Segi empat Segi enam Bundar
0,90 0,95 0,95 Dinding pejal berdiri bebas dan papan
reklame pejal berdiri bebas dan papan reklame terikat
0,85 Papan reklame terbuka dan kerangka isi 0,85 Rangka batang menara :
Segitiga, segi emopat, persegi panjang Penampang lainnya
0,85 0,95 Sumber : SNI 03-1727-2013.
c. Kategori Eksposur
Kategori eksposur terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan pasal 26.7 pada SNI 1727-2013 yaitu kategori B, C dan D.
1) Kategori B, daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah berhutan atau daerah lain dengan penghalang berjarak dekat yang banyak memiliki ukuran dari tempat tinggal keluarga-keluarga atau lebih besar.
2) Kategori C, dataran terbuka dengan penghalang terbesar memiliki tinggi umumnya kurang dari 30 ft (9.1 m) Kategori ini mencakup daerah terbuka datar dan padang rumput.
3) Kategori D area datar, area tidak terhalang dan permukaan air. Kategori ini berisi lumpur halus, padang garam, dan es tak terputus.
25 Berdasarkan pasal 27.3 (SNI-1727-2013) mengenai tekanan velositas, koefisien eksprosur harus ditentukan berdasarkan Tabel 6 berikut:
Tabel 2.6 Koefisien Eksprosur Tinggi di atas level
tanah, z
Eksprosur
ft m B C D
15 0 – 4,6 0,57 0,85 1,03
20 6,1 0,62 0,90 1,08
25 7,6 0,66 0,94 1,12
30 9,1 0,7 0,98 1,16
40 12,2 0,76 1,04 1,22
50 15,2 0,81 1,09 1,27
60 18 0,85 1,13 1,31
70 21,3 0,89 1,17 1,34
80 24,4 0,93 1,21 1,38
90 27,4 0,96 1,24 1,40
100 30,5 0,99 1,26 1,43
120 36,6 1,04 1,31 1,48
140 42,7 1,09 1,36 1,52
160 48,8 1,13 1,39 1,55
180 54,9 1,17 1,43 1,58
200 61 1,2 1,46 1,61
250 76,2 1,28 1,53 1,68
300 91,4 1,35 1,59 1,73
350 106,7 1,41 1,64 1,78
400 121,9 1,47 1,69 1,82
450 137,2 1,52 1,73 1,86
500 152,4 1,56 1,77 1,89
Sumber: SNI 03-1727-2013
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai eksprosur berbeda beda tergantung ketinggian lantai bangunan serta letak atau posisi bangunan itu berada yang terdiri atas 3 kategori yaitu kategori B, C dan D.
Untuk setiap arah angin yang diperhitungkan, eksposur lawan angin didasarkan pada kekasaran permukaan tanah
26 yang ditentukan dari topografi alam, vegetasi, dan fasilitas yang dibangun (Soelarso, dkk, 2017).
d. Faktor Topografi (Kzt)
Berdasarkan pasal 26.8 pada SNI-1727-2013 mengenai efek topografi, efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang, dan tebing curam yang terisolasi akan menimbulkan perubahan mendadak dalam topografi umum, terletak dalam setiap kategori eksposur, harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin bila kondisi bangunan gedung dan kondisi lokasi struktur memenuhi kondisi berikut:
1) Bukit, bukit memanjang atau tebing curam yang terisolasi dan tidak terhalang angin arah vertikal ke atas oleh pengaruh topoografi serupa dari ketinggian yang setara untuk 100 kali tinggi fitur topografi (100H) atau 2 mil, dipilih yang terkecil. Jarak ini harus diukur horizontal dari titik dimana tinggi H pada bukit, punggung bukit atau tebing yang ditentukan.
2) Bukit, bukit memanjang atau tebing curam yang menonjol di atas ketinggian fitur dataran arah vertikal ke atas antara radius 2 mil untuk setiap kuadran dengan faktor dua atau lebih.
Jika kondisi situs dan lokasi gedung dan struktur bangunan lain tidak memenuhi semua kondisi yang disyaratkan di atas maka nilai Kztadalah 1.0.
e. Faktor Efek Tiupan Angin (Gw)
Berdasarkan SNI 1727-2013 faktor efek-tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang kaku boleh diambil sebesar 0.85.
f. Koefisien Tekanan Internal (GCpi).
Berikut nilai koefisien tekanan internal berdasarkan SNI 1727-2013:
27 Tabel 2.7 Koefisien Tekanan Internal
Klasifikasi Ketertutupan Cpi
Bangunan gedung terbuka 0,00
Bangunan gedung tertutup sebagian +0,55 -0,55
Bangunan gedung tertutup +0,18
-0,18 Sumber : SNI 03-1727-2013.
Catatan: tanda positif dan negatif menandakan tekanan yang bekerja menuju dan menjauhi permukaan internal.
g. Koefisien Tekanan Eksternal
Mengenai bangunan gedung kaku tertutup dan tertutup sebagian, koefisien tekanan eksternal ditentukan berdasarkan Tabel 2.8. Berikut:
Tabel 2.8 Koefisien Tekanan Dinding, Cpf
Permukaan L/B Cpf
Dinding di sisi angin datang Seluruh Nilai 0,8 Dinding di sisi angin pergi
0-1 -0,5
2 -0,3
≥ 4 -0,2
Dinding tepi Seluruh Nilai -0,7
Sumber : SNI 03-1727-2013 Catatan:
1. Tanda positif dan negatif menandakan tekanan yang bekerja menuju dan manjauhi permukaan
2. Diperkenankan interpolasi linear untuk nilai L/B. Interpolasi hanya boleh dilakukan diantara nilai-nilai dengan tanda yang sama. Apabila nilai tidak memiliki tanda yang sama, asumsikan 0,0 untuk interpolasi.
3. Notasi B yaitu dimensi horizontal bangunan gedung, dalam feet (meter), diukur tegak lurus terhadap arah angin.
Sedangkan L yaitu dimensi horizontal bangunan gedung, dalam feet (meter), diukur sejajar terhadap arah angin.
28 4. Beban Gempa (Earthquake Load)
Beban gempa dinyatakan dengan lambang E. Beban gempa adalah beban statik ekuivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa, ketika pengaruh gempa pada struktur bangunan ditentukan berdasarkan suatu analisis dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa adalah gaya-gaya dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa.
Menurut SNI 1726 2012, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus dianggap efektif 100%
dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebenan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama tetapi efektifitasnya 30%. Salah satu cara untuk memahami fenomena-fenomena yang terlibat dapat ditinjau terlebih dahulu bagaimana suatu struktur kaku memberikan respon terhadap gerak getaran sederhana, struktur mempunyai fleksibilitas seperti umumnya struktur gedung.
a. Faktor Keutamaan
Berdasarkan pasal 4.1.2 SNI 1726-2019 untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung maka pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I. Khusus untuk struktur bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori IV.
Tabel 2.9 Kategori risiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori
Risiko Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
I
29
Jenis Pemanfaatan Kategori
Risiko 1) Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan
2) Fasilitas sementara 3) Gedung penyimpanan
4) Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
a. Perumahan
b. Rumah toko dan rumah kantor c. Pasar
d. Gedung perkantoran
e. Gedung apartemen/ rumah susun f. Pusat perbelanjaan/ mall
g. Bangunan industri h. Fasilitas manufaktur i. Pabrik
II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
a. Bioskop
b. Gedung pertemuan c. Stadion
d. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
e. Fasilitas penitipan anak f. Penjara
g. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
a. Pusat pembangkit listrik biasa b. Fasilitas penanganan air c. Fasilitas penanganan limbah d. Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
III
30
Jenis Pemanfaatan Kategori
Risiko limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
a. Bangunan-bangunan monumental b. Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan c. Rumah Ibadah
d. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat e. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan
kantor polisi serta garasi kendaraan darurat f. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi,
tsunami, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
g. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat h. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat i. Pusat pembagkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat.
j. Struktur tambahan (termasuk Menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadan kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV
IV
Sumber: SNI 03-1726-2019 Adapun faktor keutamaan gempa yaitu
Tabel 2.10 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
31 Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa,
Ie
IV 1,50
Sumber: SNI 03-1726-2019
Setelah menentukan kategori risiko bangunan, selanjutnya dikalikan dengan faktor keutamaan gempa dengan tujuan untuk memperbesar gempa rencana, agar stuktur dapat memikul beban gempa dengan periode ulang yang panjang.
b. Nilai Spektral Percepatan
Terdapat dua buah parameter percepatan gempa yaitu parameter percepatan batuan dasar pada perioda pendek (SS) dan parameter percepatan batuan dasar pada perioda 1,0 detik (S1). Parameter percepaan batuan dasar perioda pendek dan perioda 1 detik ini harus ditetapkan masing masing dari respon spektral percepatan 0,2 detik dan 1,0 detik dalam peta gerak tanah seismik.
Untuk mendapatkan nilai Ss dan S1 didapatkan dari web Desain Spektra Indonesia http://rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021/ .
32 Gambar 2.9 Ss Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Risiko – Tersesuaikan (MCER), untuk Percepatan Respons Spektral 0,2 detik dengan nisbah redaman 5 %, Kelas Situs
SB
Sumber: Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (2017)
Gambar 2.10 S1 Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan Risiko –Tersesuaikan (MCER), untuk Percepatan Respons Spektral 1,0 detik dengan nisbah redaman 5 %, Kelas Situs
SB.
Sumber : Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (2017) Gambar di atas merujuk pada penentuan nilai spektral percepatan. Misalnya area Makassar. Pada Gambar 2.9 (penentuan Ss) warna yang ditunjukkan adalah hijau muda yang berarti nilai spektral percepatan berada kisaran 0,2-0,25.
33 Sedangkan pada Gambar 2.10 (penentuan S1) warna yang ditunjukkan adalah biru laut, yang berarti nilai spektralnya berada kisaran 0,05-0,1.
c. Klasifikasi Situs
Klasifikasi situs merupakan klasifikasi yang dilakukan berdasarkan kondisi tanah lapisan 30 meter dari permukaan tanah. Terdapat 6 klasifikasi situs yaitu situs SA, SB, SC, SD, SE, dan SF. Klasifikasi situs menurut SNI 1726-2019, ditetapkan sesuai tabel berikut:
Tabel 2.11 Klasifikasi Situs
Kelas Situs VS (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 -1500 N/A N/A
SC (tanah keras) 350 - 750 >50 ≥100 SD (tanah sedang) 175 - 350 15 - 50 50 – 100
SE (tanah lunak)
< 175 <15 <50 Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dari karakteristik berikut:
1. Indeks plastisitas, PI > 20, 2. Kadar air, w ≥ 40%,
3. Kuat geser niralir Su < 25 kPa
SF (tanah khusus yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifik situs yang mengikuti 0)
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:
1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitive, tanah tersementasi lemah 2. Lempung sangat organik dan/atau
gambut (ketebalan H > 3m)
3. Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5m dengan PI>75)
4. Lapisan lempung lunak dengan ketebalan H>35 m dengan Su < 50 kPa.
Sumber: SNI 03-1726-2019 Catatan:
N/A = Tidak dapat dipakai
34 d. Koefisien Situs
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan pada getaran perioda 1 detik (Fv). Berikut adalah tabel faktor amplikasi perioda pendek (Fa) berdasarkan koefisien kelas situs.
Tabel 2.12 Koefisien Situs, Fa Kelas
Situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada perioda pendek T=0.2 detik, Ss SS ≤
0,25
SS = 0.5
SS = 0.75
SS = 1.0
SS = 1.25
SS ≥ 1.5
SA 0,8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
SB 0,9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
SC 1,3 1.3 1.2 1.2 1.2 1.2
SD 1,6 1.4 1.2 1.1 1.0 1.0
SE 2,4 1.7 1.3 1.1 0.9 0.8
SF SSa
Sumber: SNI 03-1726-2019
Adapun tabel faktor amplikasi terkait percepatan getaran perioda 1 detik (Fv) berdasarkan koefisien kelas situs.
Tabel 2.13 Koefisien Situs, Fy Kelas
Situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada perioda pendek T=1.0 detik, S1
S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2
S1 = 0,3
S1 = 0,4
S1 ≥ 0,5
S1 ≥ 0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,3 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SSb
Sumber: SNI 03-1726-2019 Catatan:
(a) Untuk nilai nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier (b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik
dan analisis respons situs-spesifik
35 Parameter spektrum respons pecepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1,0 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:
𝑆𝑀𝑆=𝐹𝑎 × 𝑆𝑆
SM1=Fv × S1
Keterangan :
𝐹𝑎 = Percepatan pada getaran perioda pendek Fv = Percepatan pada getaran perioda 1,0 detik
𝑆𝑆 = Parameter respons spektrum percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda pendek
S1 = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0 detik
Rumus di atas digunakan untuk mencari nilai SMS dan SM1
yang nantinya digunakan untuk menghitung nilai parameter percepatan spektral desain.
e. Parameter Percepatan Spektral Desain.
Menentukan parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek (SDS) dan untuk perida 1,0 detik (SD1) dengan persamaan:
SDS =2
3x𝑆𝑀𝑆
SD1 =2
3x SM1
Keterangan:
SDS : Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek
SD1 : Parameter percepatan spektral desain untuk perida 1,0 detik
𝑆𝑀𝑆 : Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek
36 SM1 : Parameter spektrum respons percepatan pada perioda
1,0 detik
f. Kategori Desain Seismik
Berdasarkan SNI-1726-2019 mengenai kategori desain seismik, struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori seismik yang mengikuti Tabel 2.14 berikut:
Tabel 2.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
Nilai SDS
Kategori Risiko I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B B
0,33 ≤ SDS < 0,5 C C
0,5 ≤ SDS D D
Sumber: SNI 03-1726-2019
Tabel 2.15Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda 1,0 detik
Nilai SD1
Kategori Risiko I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B B
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C C
0,20 ≤ SD1 D D
Sumber: SNI 03-1726-2019
Setelah menghitung nilai SDS dan SD1, nilai tersebut kemudian di cocokkan pada tabel 2.14. dan tabel 2.15. Jika nilai pada SDS mendapat B dan SD1 juga B maka kategori risikonya adalah B.
g. Kombinasi Sistem Perangkai dalam Arah yang Berbeda
Kombinasi sistem perangkai dalam arah yang berbeda, sistem penahan-gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk digunakan, untuk menahan gaya gempa di masing-masing arah kedua sumbu ortogonal struktur. Jika sistem yang berbeda digunakan, masing-masing nilai faktor modifikasi respons (R), faktor pembesaran defleksi (Cd), dan faktor kuat lebih sistem (Ωo) harus dikenakan pada setiap sistem termasuk batasan
37 sistem strukturnya.Untuk menentukan nilai R, Cd, dan Ωo dapat dilihat dalam SNI-1726-2019 pasal 7.2.2
h. Perioda Fundamental Pendekatan
Dalam perioda fundamental pendekatan, koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung ditentukan berdasarkan pasal 7.8.2.1 pada SNI 1726-2019.
Tabel 2.16 Koefisien Batas Atas Periode (Cu) Parameter respon percepatan spektral
desain pada 1 detik, SD1 Koefisien, Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber: SNI 03-1726-2019
Adapun untuk nilai parameter periode pendekatan Ct dan x ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Tabel 2.17 Nilai Periode Pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100% gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya seismik:
- Rangka baja pemikul momen - Rangka beton pemikul momen
0,0724 0,0466
0,8 0,9 Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang
terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75 Sumber: SNI 03-1726-2019
38 F. Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan beban beban tersebut di atas, maka struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 1727- 2013 di bawah ini:
1) 1,4D
2) 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau R)
3) 1,2D + 1,6 (La atau R) + (L atau 0,5W) 4) 1,2D + 1,0 W + L + 0,5 (Lratau R) 5) 1,2D ± 1,0E +L
6) 0,9 D + 1.0 W 7) 0,9D ± 1,0 E Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.
Lr adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
R adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W adalah beban angin E adalah beban gempa
dengan,
Kekecualian: Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan 3, 4 dan 5 harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di mana beban hidup lebih besar dari pada 5 kPa.
39 G. Kinerja Struktur