• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alwi, L. O., Sinukaban, N., Solahuddin, S., & Pawitan, H. (2011). Kajian Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Degradasi Lahan dan Kondisi Hidrologi DAS Wanggu Ds. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo AGRIPLUS. Volume 21 Nomor : 03 September 2011, ISSN 0854-0128.

Alwi, L. O. & Marwah, S. (2015). Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Degradasi Lahan dan Pendapatan Petani di DAS Wanggu Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 18, No.2, Juli 2015 : 117-130.

Apriyanto, H. (2007) Kebijakan Pengelolaan Teluk Berbasis Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Teluk Kendari). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No. 3 Desember 2007 Hlm. 149-155.

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Asdak, C. (2002). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

BPDAS (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai) Sampara. (2008). Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Sampara, Kendari.

Febrianti, I., Ridwan, I., Nurlina. (2018). Model SWAT (Soil And Water Assessment Tool) Untuk Analisis Erosi dan Sedimentasi di Catchment Area Sungai Besar Kabupaten Banjar. Jurnal Fisika.

Volume 15, Nomor 1, Februari 2018 ISSN : 1829-796X.

Friedl, F. , Weitbrecht, V., Boes, R. M. (2018). Erosion Pattern of Artificial Gravel Deposits. International Journal of Sediment Research. Elsevier.

Kementerian Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. (2015). Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air dan Tata Pengairan. Jakarta : Kementerian Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.

Khoi, D. N. & Suetsugi, T. (2014). Impact of climate and land-use changes on hydrological processes and sediment yield—a case study of the Be River catchment, Vietnam Hydrological Sciences Journal – Journal des Sciences Hydrologiques. 59 (5) 2014.

Leia, C. & Zhu, L. (2018). Spatio-Temporal Variability of Land Use/Land Cover Change (LULCC) within The Huron River: Effects On Stream Flows. Journal Climate Risk Management. Elsevier.

Harifa, A.Y. (2017) Analisis Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Limpasan, Erosi, dan Sediemntasi di DAS Comal Kabupten Pemalang Menggunakan ArcSwat.

Hardjowigeno, S. (1987). Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Iswandi, M. M. (2003). Analisis Dampak Pendangkalan Teluk Kendari Terhadap Aktivitas Masyarakat dan Strategi Penanggulangannya. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Menteri Kehutanan Republik Indonesia. (2009). Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai. Jakarta : Menteri Kehutanan Republik Indonesia.

Menteri Kehutanan Republik Indonesia. (2014). Kriteria Penetapan Klasifikasi Daerah Aliran Sungai. Jakarta : Menteri Kehutanan Republik Indonesia.

Neitsch, S.L, J.G Arnold, J.R. Kiniry, J.R. Williams,. 2005. Soil And Water Assesment Tool Theoritical Documentation. Grassland: Soil and Water Research.

Nuraidaa, Rachman, L.M., & Baskorob, D.P.T. (2016). Analisis Nilai Konservasi Tinggi Aspek Pengendali Erosi dan Sedimentasi (HCV 4.2) di DAS Ciliwung Hulu.

Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. (2009). Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. Jakarta : Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial

Permana, B. A. (2012). Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk identifikasi lahan kritis dan arahan fungsi lahan Daerah Aliran Sungai Sampean. Jurnal Teknik Pengairan. 1.2 (2012): 84- 105.

Permatasari, R. (2017) Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Rezim Hidrologi DAS Komering. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Suhartanto, Ery. (2008). "Panduan AVSWAT 2000 dan Aplikasinya di Bidang Teknik Sumber Daya Air". Malang: CV: Asrori Malang.

Taufik, M., Kurniawan, A., & Putri, A. F. (2016). Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). Jurnal Teknik. Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).

U.S. Geological Survey, (2018). What are the best spectral bands to use for my study.

https://landsat.usgs.gov/what-are-best-spectral-bands-use-my-study (diakses 25 April 2018).

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 4-3-2

Komposit baku untuk

“false color”

dimana vegetasi akan tampak sebagai daerah berbayang merah. Semakin

“baik”

vegetasi (contoh vegetasi hutan), maka akan semakin tampak berwarna merah gelap. Daerah perkotaan yang padat akan nampak berwarna biru. Kombinasi ini paling sering digunakan dalam studi vegetasi, monitoring drainase dan pola tanah, serta tahapan dalam pertumbuhan tanaman

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 3-2-1

Kombinasi kanal ini akan menghasilkan

“warna alami”

(natural color) karena kombinasi ini akan menampilkan citra yang sama dengan sistem visual manusia.

=> Landsat 8 5-4-3

=> Landsat 8 4-3-2

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 7-5-3

Kombinasi ini juga akan memberikan tampilan

“natural-like”

dimana vegetasi akan tampak sebagai area berbayang hijau yang gelap dan terang ketika musim pertumbuhan. Permukaan daratan yang panas seperti kebakaran hutan atau kaldera gunung berapi akan memberikan efek kejenuhan pada kanal Mid-IR sehingga akan tampak sebagai bayang

berwarna merah atau kuning. Dengan demikian salah satu aplikasi khusus dari kombinasi ini yaitu digunakan dalam monitoring kebakaran hutan.

=> Landsat 8 7-6-4

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 5-4-3

Seperti kombinasi kanal 4-5-1, maka kombinasi ini akan memberikan banyak informasi dan warna yang kontras. Vegetasi yang sehat akan berwarna hijau cerah dan tanah berwarna lembayung muda (mauve). Kombinasi ini sangat berguna dalam studi vegetasi dan pertanian serta digunakan secara luas dalam pengelolaan areal kayu dan serangan hama.

=> Landsat 8 6-5-4

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 7-4-2

Kombinasi ini akan memperlihatkan

“natural like”

dimana vegetasi akan tampak hijau, tanah kosong akan tampak berwarna merah muda (pink), dan air akan tampak berwarna biru. Kombinasi ini sangat berguna dalam bidang geologi, pertanian dan wetland. Jika terdapat kebakaran maka akan tampak berwarna merah.

=> Landsat 8 7-5-3

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 7-5-2

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000

Komposit 4-5-2

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 4-5-1

Vegetasi sehat akan tampak berwarna merah, coklat, oranye dan kuning. Tanah akan nampak berwarna hijau dan coklat. Air yang jernih dan dalam akan tampak semakin gelap pada kombinasi ini.Untuk studi vegetasi maka dengan penambahan kanal Mid-IR akan meningkatkan sensitivitas dalam deteksi beberapa tahapan pertumbuhan atau stres tumbuhan tersebut, tetapi mesti cermat ketika intepretasi dilakukan pada citra yang diambil saat musim hujan. Kombinasi ini juga berguna dalam membandingkan area yang mengalami banjir (flood).

=> Landsat 8 5-6-2

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 4-5-3

Kombinasi ini akan semakin memperjelas batas antara darat-air.

Kombinasi kanal ini juga memperlihatkan perbedaan kelembaban yang berguna bagi analisis kondisi tanah dan vegetasi. Secara umum, semakin lembab tanah maka akan semakin terlihat berwarna gelap oleh karena kemampuan penyerapan (absorpsi) spektrum infra-merah oleh air.

=> Landsat 8 5-6-4

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 5-4-1

Kombinasi ini terlihat serupa dengan kombinasi 7-4-2 dimana vegetasi yang baik akan terlihat hijau cerah, kecuali kombinasi ini lebih baik jika digunakan dalam studi yang berkaitan dengan pertanian.

=> Landsat 8 6-5-2

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000 Komposit 7-4-1

Landsat 7 ETM+ Des Th.2000

Komposit 7-3-1

Dokumen terkait