• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Perceraian

5. Dampak Perceraian

44

bergantung pada jalur komunikasi yang terbuka. Kebahagiaan dan kedamaian dihasilkan dari ini. Sebaliknya, masalah dan perpecahan dalam rumah tangga akan terjadi jika perbedaan pendapat tidak dapat didamaikan.83

` George Levinger mengatakan bahwa ada 12 macam alasan atau faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian:

a. Tidak memenuhi tanggung jawab sebagai suami istri.

b. Tidak mengalami masalah keuangan.

c. Ada kekerasan dalam hubungan.

d. Menggunakan bahasa yang kasar dan menyakitkan.

e. Mereka tidak setia.

f. Mereka tidak memiliki hubungan seksual yang cukup.

g. Mereka sering mabuk dan melakukan hal-hal ilegal lainnya.

h. Ada pihak ketiga yang mulai mengganggu.

i. Mereka mulai merasa curiga dan tidak mempercayai pasangannya.

j. Ada terlalu banyak ketegangan.84

45

mengisi, saling mengerti, saling menerima dan mampu menyelesaikan setiap masalah apapun yang terjadi dengan cara yang baik dan langkah-langkah yang benar.85

Terdapat beberapa kemungkinan dampak dan pengaruh yang bisa terjadi disebabkan oleh perceraian orangtua terhadap anak, diantaranya:

a. Merasa tidak aman

Biasanya anak merasa dirinya tidak berguna dan berbeda dari lainnya karena mereka memiliki kekurangan akan kasih sayang dan finansial yang berbeda. Menginjak remaja anak akan cenderung kurang mampu menerima kondisinya di lingkungan dan keluarga, akan sulit juga beradaptasi dengan lingkungan baru yang dirasa kurang nyaman.

b. Adanya rasa penolakan dari keluarga

Anak yang mengalami perceraian merasa adanya penolakan dengan kondisi orang tua baru dan kurang mampu menerima keluarga asli yang sudah berpisah. Mereka dituntut untuk menerima kondisi orangtuanya sehingga menyebabkan gangguan pada psikis dan fisiknya. Mulai hilang keceriaan dan kebahagiaan yang seharusnya ada pada anak justru menyebabkan kesedian yang membutuhkan waktu untuk sembuh.

c. Marah

Hal wajar yang terjadi jika anak korban perceraian emosi cenderung pada marah yang disebabkan karena pengaruh orangtua yang bertengkar sebelum bercerai. Anak akan agresif dan sulit dikendalikan bahkan teman atau orang lain yang akan menjadi sasaran amarahnya. Emosi yang sulit dikontrol menyebabkan pengaruh buruk pasa psikis anak bahkan efeknya bisa jadi lebih menutup diri atau agresif yang susah diselesaikan.

85 Atika Suri Nur Fauziah, Dkk. “Analisis Maraknya Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Mizan; Journal Of Islamiz Law, Vol. 4, No. 2, (Surakarta: 2020) Hal. 8.

46 d. Sedih

Dampak perceraian akan berat dirasakan oleh anak tidak merasa nyaman keadaan yang dialami. Anak yang seharusnya merasakan kasih sayang dan kenyamanaan dalam keluarga justru kesedihan yang terjadi. Merubah psikis anak yang dapat menyebabkan stres. Pada usia anak sekolah mereka harus banyak belajar dan menyesuaikan dengan lingkungan baru. Perceraian ini yang akan menyakiti hati dan perasaan anak yang bahkan sulit untuk dilupakan sampai kapanpun.

e. Kesepian

Anak yang ditinggalkan salah satu orangtuanya akan merasa kesepian dimana bagi mereka yang masih sekolah dan memebutuhkan bantuan, bimbingan ketika belajar mereka kesulitan akan rasa itu. Walaupun anak sudah diasuh keluarga maupun orangtua single parent tentu berbeda dengan mereka yang memiliki keluarga lengkap. Mereka kesepian dan banyak merasa kurang dibandingkan anak lainnya.

f. Menyalahkan diri sendiri

Akibat dari rumah tangga yang bercerai akan menyebabkan anak berubah secara drastis. Terkadang mereka merasa dirinyalah yag salah hal ini merupakan pengaruh buruk dari perceraian dan berbahaya. Dibutuhkan peran baik orang sekitar terlebih keluarga agar anak dapat menerima keadaan yang terjadi. Walaupun perasaan kecewa, sedih, marah bercampur jadi satu anak akan berdampak buruk pada dirinya.86

Adapun dampak dari perceraian pada anak terhadap pendidian dan perkembangan anak adalah:

a. Anak mengalami kurang perhatian, kasih sayang dari orangtua yang mana berpengaruh pada pendidikan mereka.

b. Kebutuhan pada fisik dan psikisnya pun terganggu sehingga tidak dapat memenuhi apa yang dibutuhkan dengan baik.

86 Riami, Sumiati, dkk, “Perceraian Menurut Persepsi Psikologi dan Hukum Islam”, Jurnal Imtiyaz. Vol. 4, No. 2, (STAIN Muhammadiyah Probolinggo: 2020), Hal. 137-140.

47

c. Menyebabkan kurang disiplin dan tidak memiliki kontril diri yang baik untuk menghadapi lingkungan sosialnya nanti.

d. Perceraian mempengaruhi pada tingkat prestasi maupun semangat belajar anak yang cenderung menurun. Walaupun tidak semua anak mengalami hal tersebut tapi hal tersebut memiliki kecenderungan yang sama. Usia anak sekolah yang sangat membutuhan peran penting dari orangtua untuk mendukung belajar dan prestasi yang seharusnya baik.

e. Anak yang sudah diasuh oleh salah satu orangtuanya yang berpisah dan ketika mendapatinya orangtuanya menikah lagi dan memiliki orang yang baru itu akan menyebaban terabaikannya urusan pendidikan anak yang seharusnya dapat terpenuhi dengan disiplin dan terstruktur, tida sedikit yang akhirnya memutuskan untuk berhenti melanjutkan pendidikannya.

f. Kenakalan anak atau remaja yang dilatarbelakangi oleh orangtua yang bercerai pun kerap menjadi dan bahkan cenderung banyak terjadi diberbagai lapisan masyarakat. Banyak yang mengkonsumsi narkoba, obat terlarang, dan penyalah gunaan alkohol yang merugikan banyak pihak dan meresahkan masyarakat.87

Semakin tinggi perceraian akan menyebabkan beberapa dampak yang terjadi dilingkungan masyarakat diantaranya: Banyaknya ana yag ditelantaran atau berperilaku nakal karena tidak mendapat perhatian dan bimbingan orangtua yang telah cerai, bagi pasangan yang bercerai tidak melalui UU yang berlaku akan kesulitan mendapatan akta cerai yang menyebaban kesulitan dalam melakukan pernikahan selanjutnya dan nafkah ayah kandung pada anaknya menjadi tidak rutin atau tidak secara teratur, sebagian besar ana akan kehilangan rasa cinta kasih dari orangtua kandung dan kehilangan figur ayah dan ibunya, anak yang menuju remaja akan mengalami psikis yag bermasalah sehingga sulit berbaur dengan lingkungan

87 Riami, Sumiati, dkk, “Perceraian Menurut Persepsi Psikologi dan Hukum Islam”, Jurnal Imtiyaz. Vol. 4, No. 2, (STAIN Muhammadiyah Probolinggo: 2020), Hal. 140.

48

masayarakat, faktor emosional anak juga cenderung menjadi pemalu dan minder yang bisa menjadi pemicu kenakalan pada anak, muncul masalah pada harta keluarga yang haru dibagi rata, masayaraat memandang perceraian sebagai kurang mengahargai etika dan moral yang mana akan merugikan semuanya dan masyarakat cenderung tidak memberikan dukungan, empati dan simpati karena dianggap belum mampu mengendalikan diri dan membuka aib keluarganya sendiri.88

88 Atika Suri Nur Fauziah, Dkk. “Analisis Maraknya Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Mizan; Journal Of Islamiz Law, Vol. 4, No. 2, (Surakarta: 2020) Hal. 8-10.

49

Dokumen terkait