JOB 7 UJI MARSHALL
7.6 Data
Sifat dari bahan-bahan campuran beraspal panas hasil pengujian dilaboratorium disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. 6 Data Hasil Pengujian Aspal
Min. Maks.
1 Penetrasi 25°C, 100 gr, 5
detik (1Divisi=0,1 mm) 0,1 mm SNI 2456 : 2011 65 60 79
2 Titik Lembek °C SNI 2434 : 2011 50 50
3 Titik Nyala, Cleveland
Open Cup °C SNI 2433 : 2011 -
4 Duktilitas pada 250C,
5cm/menit Cm SNI 2432 : 2011 -
5 Berat Jenis gram/cc SNI 2441 : 2011 1,087 1
6 Kelarutan TCE % SNI 06-2438-1991 -
7
- Penurunan Berat % SNI 06-2440-1991 - - Penetrasi 0,1 mm SNI 2456 : 2011 - - Duktilitas Residu pada
250C,5mm/menit Cm SNI 2432 : 2011 - Thin Film Oven Test 3,2 mm, 1630C,5 jam
Spesifikasi No. Jenis Pengujian Satuan Standar Uji Hasil
64
Berikut adalah data yang diperoleh dalam pengujian marshall:
Tabel 7. 7 Angka Koreksi Stabilitas Benda Uji Marshall
Kadar
Aspal (%) Tebal (mm) Diameter (mm)
Volume (Cm3)
Angka Koreksi
4,5 66,80 101,50 540,72 0,93
0,0 0,00 0,00 0,00
0,0 0,00 0,00 0,00
5,0 65,78 102,80 546,15 0,96
0,0 0,00 0,00 0,00
0,0 0,00 0,00 0,00
5,5 64,80 102,40 533,87 1,00
0,0 0,00 0,00 0,00
0,0 0,00 0,00 0,00
6,0 63,65 102,70 527,48 1,00
0,0 0,00 0,00 0,00
0,0 0,00 0,00 0,00
6,5 63,00 101,40 508,96 1,04
0,0 0,00 0,00 0,00
0,0 0,00 0,00 0,00
65
Tabel 7. 8 Uji Marshall Semen
TEBAL DIAMETER KERING SSD DALAM AIR BEBAN KELELEHAN
4,5 66,80 101,50 1176,4 1187,2 665,9 183 2,50
5 65,78 102,80 1182,2 1192,1 683,5 128 2,88
5,5 64,80 102,40 1182,2 1194,9 690,0 166 2,42
6 63,65 102,70 1193,8 1198,1 697,8 118 3,50
6,5 63,00 101,40 1197,7 1200,2 701,9 134 3,14
UJI MARSHALL SEMEN
KADAR ASPAL DIMENSI BENDA UJI (MM) BERAT BENDA UJI (GRAM) BACAAN MANOMETER
66
Tabel 7. 9 Formulir Uji Marshal
1. Nama Pekerjaan : Penelitian Terapan 2017 5. Tanggal Uji :
2. Sumber Dana : 6. Dihitung Oleh :
3. Jenis Sample : AC-WC 7. Tanggal Diperiksa :
4. Filler semen(%) : 7.5% 15,79758 kg
Kering SSD Dalam
Air
Bacaan Pada Alat
Konversi Proving Ring
Setelah Dikoreksi
% gr gr gr cc gr/cc % % % divisi kg kg mm kg/mm %
a b e f g h=f-g i=e/h j=100/((100-
b)/d+b/y) k=100-(i*
(100-b))/x) l=100- (100*(i/j)
m=100*
(k-l)/k n o = n*v p q r=p/q
t=b- ((s/100)*
(100-b) u=kadar
filler/t
1 4,5 1176,40 1187,2 665,9 521,3 2,257 2,481 16,86 9,04 46,39 183 2890,96 2688,59 2,50 1075,44
Rata - rata 4,5 1176,40 1187,20 665,90 521,30 2,257 2,48 16,86 9,04 46,39 183,00 2890,96 2688,59 2,50 1075,44 3,54 2,12
1 5,0 1182,20 1192,1 683,5 508,6 2,324 2,462 14,81 5,61 62,16 128 2022,09 1941,21 2,88 674,03
Rata - rata 5,0 1182,20 1192,10 683,50 508,60 2,324 2,46 14,81 5,61 62,16 128,00 2022,09 1941,21 2,88 674,03 4,04 1,86
1 5,5 1182,20 1194,9 690,0 504,9 2,341 2,444 14,64 4,21 71,27 166 2622,40 2622,40 2,42 1083,64
Rata - rata 5,5 1182,20 1194,90 690,00 504,90 2,341 2,44 14,64 4,21 71,27 166,00 2622,40 2622,40 2,42 1083,64 4,55 1,65
1 6,0 1193,80 1198,1 697,8 500,3 2,386 2,426 13,47 1,66 87,71 118 1864,11 1864,11 3,50 532,60
Rata - rata 6,0 1193,80 1198,10 697,80 500,30 2,386 2,43 13,47 1,66 87,71 118,00 1864,11 1864,11 3,50 532,60 5,05 1,39
1 6,5 1197,7 1200,2 701,9 498,3 2,404 2,409 13,30 0,21 98,40 134 2116,88 2201,55 3,14 701,13
Rata - rata 6,5 1197,70 1200,20 701,90 498,30 2,404 2,41 13,30 0,21 98,40 134,00 2116,88 2201,55 3,14 701,13 5,56 1,28
Gmm* 2,426 Ka. Gmm : 6 2,592 2,660 Bj. aspal (y): 1,020 Abs. Aspal : 1,010
Keterangan h = isi (f-g) k = VMA (% rongga thd. Agregat) = 100-(i*(100-b))/bj.bulk) r = Hasil bagi Marshall
a = No. Urut sampel I = Kepadatan (Density) = e/h l = VIM (% rongga thd. Campuran)= 100-(100x(i/j) p / q (kg/mm)
b = % aspal terhadap campuran j = berat jenis maksimum (teoritis) m = VFB (% rongga terisi aspal) = (100x(k-l))/k
c = Gmm (dari hasil pengujian) n = pembacaan arloji stabilitas s = Absorpsi aspal terhadap total agregat =
d = BJ Efektif Agregat 100 o = stabilitas (n x kalibrasi proving ring) (BJ. Eff. agr - BJ. Bulk agr)
e = berat kering (gr) %agregat %aspal p = stabilitas = (o x koreksi benda uji) (kg) (BJ. Eff. agr x BJ. Bulk agr)
f = berat dalam keadaan jenuh (gr) BJ. Eff. agregat BJ. aspal q = kelelehan (mm) t = Kadar aspal eff. (%)
g = berat dalam air (gr) = b - ((Abs.aspal/100)*(100-b))
% Split % Screen % Abu Batu % Filler BJ Split BJ Screen BJ Abu Batu BJ Filler BJ Efektif Agregat =
BJ agregat Efektif (d) :
(% Split + % Screen + % Abu Batu + % Filler) Isi
Benda Uji
Kadar Aspal Effektif Stabilitas
Rongga Dalam Agregat (VMA) Kepadatan
(Density)
FORMULIR UJI MARSHAL 2X75 TUMBUKAN
Berat Benda Uji
Kalibrasi Proving ring (v) =
Kode Briket Kadar Aspal terhadap Campura
n
Ratio <
no.200 dengan Kadar Aspal Efektif Berat Jenis
Campuran Maksimum (teoritis)
Rongga Terhadap Campuran (VIM)
Pelelehan Marshall Quotient (MQ) Rongga
Terisi Aspal (VFB) (SNI 06-2489-1991/ASTM D-1889)
100 x Bj. agregat bulk (x):
(100/Gmm)-(Pb/BJ.aspal) (100-Pb)
BJ Bulk Agregat = +
+
+ +
67
Tabel 7. 10 Resume Hasil Pengujian Marshall
Nomor Job : 3.4 Di Uji Tanggal :
Dikerjakan Oleh : Metode Uji :
Jenis Sample : AC-WC DENGAN FILLER SEMEN 7.5% Hasil Pengujian :
% gr/cc % % % % kg mm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4,5 2,257 16,86 9,04 - 46,39 2688,59 2,50 2,12
5,0 2,324 14,81 5,61 - 62,16 1941,21 2,88 1,86
5,5 2,341 14,64 4,21 - 71,27 2622,40 2,42 1,65
6,0 2,386 13,47 1,66 - 87,71 1864,11 3,50 1,39
6,5 2,404 13,30 0,21 - 98,40 2201,55 3,14 1,28
MIN. 15 3 2 65 800 2 1 75
MAKS. - 5 - - - 4 1,4 -
AC-WC STABILITAS
SISA (%) DIRENDAM 24
JAM (KG) VMA
DIRENDAM 30 MENIT (KG)
SPESIFIKASI BINAMARGA REVISI III RESUME HASIL PENGUJIAN MARSHALL
Ratio < no.200 dengan Kadar Aspal Efektif STABILITAS
(SNI 06-2489-1991/ASTM D-1889)
DENSITY
KADAR ASPAL VIM (2X75)
VIM PRD (Dg.
Alat Getar Listrik)
VFA PELELEHAN STABILITAS SISA
ATAU FLOW
68
Kurva Analisa Kadar Aspal Optimum Campuran Beraspal
Grafik A Grafik B Pembahasan :
Berdasarka Grafik B diatas merupakan Garafik ketentuan bahwa hubungan kadar aspal dengan kepadatan pada umumnya membentuk kurva polynominal yang menyatakan bahwa dengan penambahan kadar aspal (4,5% - 6,5%) pada pemberian jumlah tumbukan yang sama meningkatkan nilai kepadatan meningkat. Hal ini disebabkan dengan penambahan kadar aspal akan meningkatkan workabilitas campuran dan penyusunan butiran agregat semakin baik, sehingga akan mengakibatkan kekedapan campuran menjadi tinggi. Nilai kepadatan meningkat sampai pada kondisi maksimal dan konstanpada nilai kisaran kepadatan 2,36 g/cm³. Berdasarkan Grafik A dapat dibandingkan dengan Grafik B bahwa pengujian yang telah dilakukan menghasilkan grafik hubungan antara kadar aspal dengan kepadatan membentuk kurva pada umumnya.
y = -0,0313x2+ 0,4149x + 0,9746 R² = 0,9909
2,100 2,150 2,200 2,250 2,300 2,350 2,400
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Density (gr/cc)
Kadar Aspal (%)
69
Grafik C Grafik D
Pembahasan :
Garfik D merupakan grafik hubungan antara VMA dengan kadar aspal pada umumnya. Berdasarkan Grafik D, dapat dinyatakan bahwa penambahan kadar aspal menyebabkan VMA semakin menurun, Rongga minimum dalam agregat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kekurangan aspal dalam campuran yang mengakibatkan butiran dalam campuran lepas, campuran retak (crack) , sehingga umur layanan menjadi lebih pendek. VMA juga dapat dijadikan indikator terhadap durabilitas campuran, Nilai VMA dapat ditambah dengan menyediakan rongga yang cukup untuk aspal dan VIM, yaitu dengan mengatur gradasi agregat, penambahan agregat kasar atau halus dengan pengurangan bahan filler mengakibatkan volume rongga semakin besar.
Grafik C merupakan grafik yang dihasilkan dari pengujian benda uji yang telah di rancang, Berdasarkan Grafik C, menyatakan bahwa penanbahan kadar aspal menyebabkan VMA semakin rendah, hampir sama dengan grafik normal,
VMA Min. 15%
y = 0,7895x2- 10,377x + 47,411 R² = 0,9488
11,0 13,0 15,0 17,0 19,0 21,0
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
VMA (%)
Kadar Aspal (%)
70
Berdasarkan hal tersebut, berarti volume rongga semakin besar, nilai VMA hasil pengujian hanya beberapa kadar aspal yang memenuhi Spek Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu minimum 14 %
Penyebab :
Penyebab Garfik C menghasilkan kurva seperti diatas yaitu bertambahnya kadar aspal, rongga dalam campuran semakin sedikit.
Grafik E Grafik F
Pembahasan :
Grafik F hubungan antara VIM dengan kadar aspal yang sering terjadi pada umumnya. Berdasarkan Grafik F, menyatakan bahwa penambahan kadar aspal menyebabkan rongga dalam campuran campuran mengecil. hal tersebut disebabkan aspal
VIM Min 3 VIM Maks. 5
y = 0,8081x2- 13,21x + 51,951 R² = 0,9893
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
VIM (%)
Kadar Aspal (%)
71
mengisi rongga yang ada sehingga campuran menjadi lebih rapat atau rongga menjadi makin kecil dan makin sedikit dan kadar aspal yang menyelimuti agregat optimum.
Grafik E merupakan grafik hasil pengujian benda uji yang telah dibuat, Berdasarkan grafik diatas Grafik E ada beberapa kadar aspal yang tidak sesuai menurut Spek Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu melebihi 5% dan kurang dari 3%.
Penyebab :
dikarenakan gradasi agregat yang terlalu kasar sehingga permukaan agregat yang harus diselimuti aspal lebih banyak dan kadar aspal yang seharusnya mengisi rongga menjadi berkurang sehingga campuran memiliki banyak rongga udara pada campuran semakin banyak .
Grafik G Grafik H
VFA Min. 65%
y = -0,8037x2+ 34,757x - 93,264 R² = 0,9938
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
VFA (%)
Kadar Aspal (%)
72 Pembahasan :
Grafik h merupakan grafik hubungan kadar aspal dengan VFB. Berdasarkan grafik h menyatakan bahwa peningkatan kadar aspal pada campuran menyebabkan rongga-rongga dalam campuran semakin banyak terisi aspal. Hal tersebut menunjukan tidak adanya halangan bagi aspal dalam mengisi rongga-rongga yang ada.VFB membatasi level maksimum VMA sekaligus membatasi level maksimum penambahan kadar aspal. VFB juga membatasi rongga udara untuk campuran yang mendekati kriteria VMA. Kinerja dari VFB membantu agar campuran tidak mudah rutting terhadap beban lalu lintas berat. Grafik g merupakan hasil pengujian benda uji yang telah dibuat. Grafik g menyatakan bahwa hasil pengujian benda uji memiliki nilai VFB yang lumyan tinggi karena grafik cenderung diatas batas maksimum menurut spek Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu 65%.
Penyebab :
VFB merupakan rongga yang terisi aspal. Dari grafik menunjukan bahwa VFB cenderung tinggi karena gradasi agregat hasil analisa ayak menunjukan agregat kasar ( mendekati grafik atas ) maka pada benda uji yang dibawah 65% kadar aspal yang seharusnya mengisi rongga akan berkurang dikarenakan permukaan agregat yang harus di selimuti oleh aspal lebih banyak dari yang seharusnya dan juga tidak konstannya pemadatan pada benda uji yang dibawah 65% menyebabkan campuran memiliki lebih banyak rongga.
73
Grafik I Grafik J
Pembahasan :
Grafik j merupakan hubungan antara variasi kadar aspal dengan stabilitas yang pada umumnya terjadi. Grafik j menyatakan bahwa penambahan kadar aspal menaikkan nilai stabilitas. Hal tersebut menujukan bahwa dengan bertambahnya kadar aspal menyebabkan penguncian antar pertikel agregat dan daya ikat aspal terhadap agrgat dan daya ikat aspal terhadap agregat menjadi lebih kuat. Namun, penambahan kadar aspal yang berlebihan menyebabkan stabilitas campuran kerena aspal tidak dapat menyelimuti agregat dengan baik. Aspal yang berlebihan tidak mampu di serap oleh rongga dalam campuran, apabila ada beban lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan maka mengakibatkan aspal meleleh keluar yang disebut bleeding serta menyebabkan campuran mengalami deformasi.
Stab. Min.
800kg y = 208,62x2- 2505x + 9626,3
R² = 0,2576
700800 1000900 11001200 13001400 15001600 17001800 19002000 21002200 23002400 25002600 27002800
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Stability (kg)
Kadar Aspal (%)
74
Grafik I merupakan grafik hasil pengujian benda uji. Grafik I kurang sesuai dengan kurva pada grafik j. walaupun kurva terletak diatas batas minimum menurut Spek Umum Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu 800kg, tapi dengan bertambahnya kadar aspal nilai stabilitas malah menurun.
Penyebab :
karena gradasi bahan yang kurang baik sehingga anatar agregat satu sama lain tidak saling mengikat
Grafik K Grafik L
Pembahasan :
Grafik l merupakan grafik hubungan antar kadar aspal dengan kelelehan ( flow ) yang sering terjadi pada umumnya. Grafik l menyatakan bahwa penambahan kadar aspal mengakibatkan bertambahnya nilai kelelehan plastis. Hal tersebut disebabkan karena bertambahnya aspal yang mengisi rongga sehingga volume rongga semakin kecil. Rongga terisi aspal yang semakin
Flow Min. 2%
Flow Maks. 4%
y = 0,0171x2+ 0,1914x + 1,308 R² = 0,4473
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0
Flow (mm)
Kadar Aspal (%)
75
membesar membuat rentang kelelahan aspal makin besar, sehingga benda uji lebih mampu mengikuti perubahan bentuk sampai benda uji tersebut hancur. Semakin kecil kadar aspal maka kelelahan semakin kecil, hal tersebut menyatakan bahwa kekerasan mudah retak. Sehingga diperlukan kelelahan campuran. Namun, kelelahan dibatasi agar tidak terjadinya gelombang pada campuran.
Grafik k merupakan hasil dari pengujian benda uji. titik Grafik k menyatakan bahwa nilai benda uji sudah sesuai dengan spek umum Bina Marga 2010 revisi 3 yaitu maksimum 4%.dan minimal 2%
Penyebab :
Rongga dalam benda uji yang sudah sesuai dengan standar
76
JOB 8
UJI EKSTRAKSI
8.1 Referensi
1. SNI – 03-3640-1994, Metode pengujian kadar aspal dengan cara ekstraksi menggunakan alat soklet.
2. Spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 3 devisi 6.3.
7.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan perhitungan Marshall di atas tidak ada sampel yang memenuhi standar / spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Spek Umum Bina Marga 2010 Revisi 3, hal tersebut dikarenakan oleh :
Untuk pengujian tidak ditemukan data yang memenuhi semua spesifikasi sehingga tidak ditemukan kadar aspal optimum
Nilai VIM dan VMA banyak yang dibawah standar yang ditentukan
Pembuatan benda uji yang kurang sesuai dengan SOP pengerjaan
Campuran Agregat yang kurang sesuai dengan komposisi agregat yang ditentukan
Proses pemadatan yang terlalu lama, sehingga suhu aspal sudah turun dari standar saat dilakukan pemadatan
77 8.2 Tujuan
Salah satu contoh tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat dalam campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extractor dengan CCL4 (Solvent) sebagai pelarutnya selain itu dapat pula digunakan alat soklet dengan menggunakan Trichlor Ethylen Teknis Sebagai bahan pelarutnya.
8.3 Dasar Teori
Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk menguji kandungan kadar aspal dalam campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode Ekstraksi menurut prosedur pemeriksaan AASTHO (T – 164 – 80). Pengujian Ekstraksi menunjukan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, rongga udara dalam campuran yang menghasilkan penurunan kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA,
a. Voids in Mineral Aggregate (VMA)
Ruang diantara partikel agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udaradan kadar aspal efektif yang dinyatakan dalam % terhadap volumr campuran total. VMA dihitung berdasarkan berat jenis bulk agregat yang dinyatakan sebagai % volume bulk suatu campuran perkerasan yang dipadatkan. VMA yang rendah dapat mengakibatkan:
Kadar aspal rendah
Aspal tipis
Ikatan aspal mudah lepas, lapisan tidak kedap air, mudah terjadi oksidasi
b. Voids in Mix (VIM)
78
Rongga udara dalam campuran atau VIM dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara di antara partikel agregat yang terselimuti aspal dinyatakan dalam %
Agregat yang hancur, tidak terlapisi aspal, Hal ini mengakibatkan penurunan stabilitas dan indeks perendaman dan memasukan kelelehan sehingga menurunkan marshall Qoutient dari benda uji Marshall. Immersion, Proses Ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang bisa melarutkan salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut dapat dipisahkan. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi antara lain spiritus, bensin minyak tanah, Trichlor Ethylen Teknis, dll salah satu contoh tujuan dilakukan proses ekstraksi yaitu untuk mengetahui kadar aspal yang terdapat dalam
campuran aspal yang dibuat (mix design) yang menggunakan alat centrifuge Extractor dengan bensin sebagai pelarutnya selain itu dapat pula digunakan alat soklet dengan menggunakan Trichlor Ethylen Teknis Sebagai bahan pelarutnya.
H = ( A – (E + D) / A x 100 % Keterangan:
H = kadar aspal sampel (%).
A = berat sampel sebelum esktraksi (gr).
D = berat massa dari kertas filter (gr).
8.4 Peralatan Dan Bahan A. Alat
Alat yang digunakan pada pengujian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
79
Tabel 8. 1 Alat Dalam Pengujian Ekstraksi
NO Nama Gambar Keterangan
1 Oven yang
dilengkapi dengan pengatur suhu (110+5)ᴼC.
Alat yang digunakan untuk mengeringkan benda uji dan memanaskan aspal hingga mencair.
2 Timbangan Digunakan untuk
menimbang benda uji.
3 Kertas saringan Berfungsi sebagai
penyaring
80
4 Mesin pemutar agregat
memisahkan antara agregat dengan aspal dengan mekanisme putaran
81 B. Bahan
Bahan yang digunakan pada pengujian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 8. 2 Bahan Dalam Pengujian Ekstraksi
8.5 Prosedur Pengujian
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menghancurkan benda uji (bricket) dengan cara di panaskan
Gambar 8. 1 Penghancuran Benda Uji 3. Timbang kertas filter, lalu menimbang benda uji (agregat) 4. Selanjutnya masukan kedalam mesin ekstraksi
5. Barulah ditutup dengan kertas filter, selanjutnya masukan cetakan kedalam wadah/alat ekstraksi lalu di kunci dan ditutup
6. Selanjutnya tuangkan bensin sebanyak 1 liter ke dalam wadah
NO Nama Gamabar Keterangan
1 Campuran
Aspal
Campuran aspal panas
82
Gambar 8. 2 Memasukan Bensin
7. Selanjutnya jika bensin sudah tuang, masukan agregat kedalam talam lalu buang bensin yang sudah digunakan
Gambar 8. 3 Proses Memasukan Agregat
8. Kemudian tuang perlahan bensin kedalam alat ekstraksi, lalu hidupkan alatnya sambil menuangkan bensin tersebut hingga bensin kembali jernih
Gambar 8. 4 Proses Ekstraksi 9. Selanjutnya membakar sampel didalam pan
10. Kemudian mengoven sampel hasil ekstraksi selama 24 jam
83
11. Setelah itu menimbang agregat yang sudah dioven
12. Setelah ditimbang selanjutnya di ayak ulang menggunakan sieve shaker 13. Kemudian timbang berat tertahan dari benda uji (agregat) tersebut 14. Jika sudah selesai bersihkan alat yang sudah di gunakan
8.6 Data
Tabel 8. 3 Data Ekstraksi
Perhitungan:
1. Berat benda uji = sebelum = 601, 2 gram = sesudah = 580,2 gram 2. Berat kertas filter = sebelum = 15.8 gram
= sesudah = 17.6 gram 3. Berat filter di kertas filter:
= ( berat kertas filter sesudah – berat kertas filter sebelum )
= 17,6 – 15,8
= 1,8 gram
4. Berat notasi material :
= ( berat benda uji sesudah + berat filter di kertas filter )
= 580,2 + 1.8 = 582 gram 5. Berat aspal :
NO I RATA-RATA
1 BERAT CONTOH SEBELUM GRAM 601,2 601,2
2 BERAT CONTOH SESUDAH GRAM 580,2 580,2
3 BERAT KERTAS FILTER SEBELUMGRAM 15,8 15,8
4 BERAT KERTAS FILTER SESUDAHGRAM 17,6 17,6
5 BERAT FILTER PADA KERTAS FILLERGRAM 4 - 3 1,8 1,8
6 BERAT NOTASI MATERIAL GRAM 2 + 5 582 582
7 BERAT ASPAL GRAM 1- 6 19,2 19,2
8 KADAR ASPAL % 7/1X100 3,19 3,19
CONTOH BENDA UJI
84
= (berat benda uji sebelum – berat notasi material )
= 601,2 – 582
= 19,2 gram 6. Kadar aspal:
( berat aspal / berat benda uji sebelum ) x 100 %
19,2
601,2 × 100% = 3,19 % 8.7 Kesimpulan
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kadar aspal yang diperoleh dari hasil pengujian = 3,19 %.
2. Sedangkan pada sampel yang digunakan kadar aspalnya hanya 4,5 %.
3. Dapat kita ambil dari pernyataan diatas maka kadar aspal setelah di uji ekstraksi lebih rendah dari sebelumnya.