• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

a. Nilai Perusahaan

Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan dengan proyeksi perhitungan menggunakan Price to Book Value

(PBV). Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yag digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dapat menciptakan suatu nilai yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor (Risma dkk., 2014).

Berikut adalah hasil perhitungan Nilai Perusahaan (PBV) pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2016-2020.

Tabel IV.2

Nilai Perusahaan (PBV) Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2016-2020

Kode Perusahaan

Price to Book Value

Rata-rata

2016 2017 2018 2019 2020

DVLA 1,76 1,97 1,81 1,90 2,04 1,90

INAF 27,99 34,74 40,56 5,09 29,10 27,50

KAEF 6,90 5,83 4,30 0,99 3,33 4,27

KLBF 5,85 5,70 4,66 3,74 3,82 4,75

MERCK 7,07 6,19 3,72 2,19 2,39 4,31

PYFA 1,02 0,90 0,85 0,81 3,28 1,37

SIDO 1,44 1,41 2,17 3,13 7,50 3,13

TSPC 1,94 1,59 1,15 1,05 0,97 1,34

Rata-rata 7,46 8,05 8,20 2,43 7,20 6,67

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Price Book Value pada perusahaan Farmasi 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Ditahun 2016 rata-rata PBV yaitu sebesar 7,46, di tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 8,05 kemudian di tahun berikutnya 2018 menjadi 8,20, kemudian mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2019 sebesar 2,43 dan kemudia meningkat kembali tahun 2020 menjadi sebesar 7,20. Dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki nilai Price to Book Value di atas rata-rata yaitu perusahaan dengan kode INAF. Penurunan Price to Book Value ini akan mengakibatkan menurunnya minat

para calon investor untuk menanamkan modal mereka diperusahaan. Karena pada dasarnya nilai perusahaan menjadi modal utama dari sebuah perusahaan untuk meningkatkan laba dari perusahaan, Price to Book Value menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan menciptakan nilai perusahaan yang relative tinggi terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio Price to Book Value dapat diartikan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.

b. Total Asset Turnover

Variabel bebas (X1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TATO). Total Asset Turnover (TATO) merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja keuangan perusahaan dan merupakan salah satu rasio aktivitas. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan efektifitas penggunaan total (Indriyani dkk., 2017). Tujuan Rasio Aktivitas (TATO) antara lain untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Sipahutar &

Sanjaya, 2019). Berikut adalah tabel Total Asset Turnover (TATO) pada perusahaan sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016- 2020.

Tabel IV.3

Total Asset Turnover (TATO) pada perusahaan sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

Kode Perusahaan

Total Asset Turnover

2016 2017 2018 2019 2020 Rata-

rata

DVLA 0,95 0,96 1,01 0,99 0,92 0,97

INAF 1,21 1,07 1,10 0,98 1,00 1,07

KAEF 1,26 1,01 0,79 0,51 0,57 0,83

KLBF 1,27 1,21 1,16 1,12 1,02 1,16

MERCK 1,39 1,37 0,48 0,83 0,71 0,95

PYFA 1,30 1,40 1,34 1,30 1,21 1,31

SIDO 0,86 0,81 0,83 0,87 0,87 0,85

TSPC 1,39 1,29 1,28 1,31 1,20 1,29

Rata-rata 1,20 1,14 1,00 0,99 0,94 1,05

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Total Asset Turnover pada perusahaan Farmasi 5 tahun terakhir mengalami penurunan setiap tahunnya.

Rata-rata Total Asset Turnover dilihat dari seluruh perusahaan sebesar 1,05 Pada tahun 2016 rata-rata perusahaan sebesar 1,20 dan mengalami penurunan ditahun berikutnya yaitu tahun 2017 menjadi 1,14, kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2018 menjadisebesar 1,00 dan kembali mengalami penurunan ditahun 2019 menjadi 0.99 dan ditahun 2020 juga kembali mengalami penurunan menjadi 0.94. Dari penjabaran tabel diatas maka dapat dilihat bahwa perusahaan yang memilki diatas rata-rata Total Asset Turnover yaitu perusahaan INAF, KLBF, TSPC dan PYFA. Perusahaan dengan tingkat perputaran Total asset turnover yang lebih tinggi akan memungkinkan untuk meraih sumber pendanaan eksternal, tetapi perusahaan juga harus memperhatikan penjualan, sehingga perlu untuk menganalisis tingkat perputaran total aset (Sinaga dkk., 2020).

c. Current Ratio

Variabel bebas (X2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio. Current Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar hutang jangka pendeknya. Tujuan dan manfaat penggunan Current Ratio bagi perusahaan adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih (Sipahutar & Sanjaya, 2019)

Berikut adalah tabel Current Ratio pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.

Tabel IV.4

Current Ratio (CR) pada perusahaan sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020

Kode Perusahaan

Current Ratio

2016 2017 2018 2019 2020 Rata-rata

DVLA 2,85 2,66 2,89 2,91 2,52 2,77

INAF 1,21 1,04 1,05 1,88 1,36 1,31

KAEF 1,71 1,55 1,42 0,99 0,90 1,31

KLBF 4,13 4,51 4,66 4,35 4,12 4,35

MERCK 4,22 3,08 1,37 2,51 2,55 2,75

PYFA 2,19 3,52 2,76 3,53 2,89 2,98

SIDO 8,32 7,81 4,20 4,12 3,66 5,62

TSPC 2,65 2,52 2,52 2,78 2,96 2,69

Rata-rata 3,41 3,34 2,61 2,89 2,62 2,97

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Current Ratio pada perusahaan Farmasi 5 tahun terakhir mengalami penurunan secara terus menerus selama 5 tahun terkahir. Pada tahun 2016 sebesar 3,41 kemudian mengalami penurunan ditahun 2017 menjadi 3,34, kemudian kembali mengalami penurunan di tahun 2018 menjadi sebesar 2,61 lalu di tahun 2019 terjadi sedikit peningkatan menjadi 2,89 lalu di tahun 2020 kembali mengalami penurunan menjadi 2,62.

Dari penjabaran tabel diatas maka dapat dilihat bahwa perusahaan yang memilki diatas rata-rata Current ratio yaitu perusahaan KLBF dan SIDO. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan memiliki nilai total aktiva lancar atau asset lancar yang sangat baik. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Artinya, setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas (Kundiman & Hakim, 2016).

d. Return On Asset

Variable intervening (Z) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset. Return On Asset yaitu rasio yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan (Kundiman &

Hakim, 2016). Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan. Jika semakin besar rasionya dan tinggi maka perusahaan tersebut mempunyai peluang dalam meningkatkan pertumbuhan sehingga dapat efektif menghasilkan laba (Watung &

Ilat, 2016). Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan (Ramadhan & Nasution, 2020).

Berikut adalah tabel Return On Asset pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.

Tabel IV.5

Return On Asset pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.

Kode Perusahaan

Return On Asset

Rata-rata

2016 2017 2018 2019 2020

DVLA 0,10 0,10 0,12 0,12 0,08 0,10

INAF -0,01 -0,03 -0,02 0,01 0,02 -0,01

KAEF 0,06 0,05 0,04 0,87 0,00 0,20

KLBF 0,15 0,15 0,14 0,13 0,12 0,14

MERCK 0,21 0,17 0,92 0,09 0,08 0,29

PYFA 0,03 0,04 0,05 0,05 0,10 0,05

SIDO 0,16 0,17 0,20 0,23 0,24 0,20

TSPC 0,08 0,07 0,07 0,07 0,09 0,08

Rata-rata 0,10 0,09 0,19 0,19 0,09 0,13

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Return On Asset pada perusahaan Farmasi 5 tahun terakhir mengalami Fluktuasi. Di tahun 2016 rata-rata Return On Asset sebesar 0.10 kemudian menurun ditahun 2017 menjadi 0,09, dan mengalami peningkatan ditahun 2018 menjadi 0,19. Kemudian tetap ditahun 2019 menjadi 0,19 dan menurun kembali menjadi 0,09 di tahun 2020. Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa perusahaan yang diatas rata-rata nilai Return On Asset yaitu KAEF, MERCK dan SIDO. Dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin besar nilai Return On Asset pada perusahaan Farmasi menunjukkan semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat mendapatkan return dan meraih laba.

Pengukuran dengan ROA menunjukkan semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik dalam memberikan pengembalian kepada penanam modal (Efendi & Ngatno, 2018).

Dokumen terkait