• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

2. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah alat untuk megukur ketercapaian tujuan.

Sebaliknya, oleh karena evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur perencanaan dan pengembangan adalah tujuan pembelajaran.26

Pada umumnya ada dua teknikj evaluasi hasil belajar yaitu teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes biasanya terdiri atas observasi, wawancara, kuesioner, check list, dan teknik tes. Sedangkan teknik tes biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah yang harus dijalankan oleh peserta didik.

a. Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak berkebutuhan khusus

Istilah ABK adalah anak pengganti istilah anak berkebutuhan cacat stsu penyandang cacat.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Pemberian predikat kebutuhan khusus tentu saja tanpa selalu menunjukkan kepada pengertian lemah mental. Tidak identik juga dengan ketidak mampuan emosi atau kelainan fisik.

2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus mempunyai jenis-jenis yang berbeda berdasarkan kararkteristik nya dan hambatan yang

26 Nana Syaudh, Pengembangan Kurikukum Teori Dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). 179.

dimiliki anak berkebutuhan khusus, biasnyanya bersekolah di Sekolah Luarbiasa. Untuk ABK dengan kekhususan tertentu seperti Anak Berkebutuhan Khusus dengan masalah berkesulitan belajar dapat ditempatkan dalam kelas inklusif.27

Anak yang termasuk berpredikat ABK menurut Santoso antara lain :

a) Tunarungu atau kelainan pendengaran merupakan konidisi yang menyebabkan individu yang bersangkutan kurang dapat mendengarkan suara, sehingga ia dapat memperoleh dan memahami suara yang ada di lingkarannya baik suara manusia, suara hewan ataupun suara-suara lainnya.

Kemampuan mendengar membuat individu dapat berkomunikasi secara lisan dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang dikuasinya.28

b) Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tuna netra dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu buta total dan low vision. karena tuna netra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra pendengaran. Oleh karena itu, prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

27 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), 127.

28 Ibid., 128.

pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat aktual dan bersuara29

c) Tuna grahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.30

d) Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras ,biasanya mernunjukkan perilaku menyimpang yang tidk sesuai dengan norma dan aturan yang berlakudisekitarnya.

e) Kesulitan belajar, individu mengalami gangguan pada satu atau dua lebih kemampuan dasar psikologis, khususnya pemahaman dan gangguan bahasa, berbicara, dan menulis.

Gangguan tersebut selajutnya mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, menghitung ataupun berbicara.31

f) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan geralk yang di sebabkan oleh kelainan neromoscular dan struktir tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebal palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan masuk kategori ringan bila memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, tetapi masih bisa ditingkatkan melalui terapi. Sedang jika memiliki keterbatasan motorik dan

29 Ibid., 129.

30 Ibid., 130.

31 Ibid., 131.

mengalami gangguan koordinasi sensorik, dan berat jika memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.32

3. Pelayanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Seperti yang kita ketahui bahwa ABK banyak sekali jenisnya dan setiap dari mereka tentu memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, setiap ABK mempunyai penanganan khusus yang berbeda-beda dalam proses pengajarannya. Dilihat dari program pendidikani nklusif, dan layanan pendidikan lainnya.

Pendidikan terpadu adalah model pelayanan pendidikan bagi ABK yang diselenggarakan secara bersama-sama dengan anak normal dalam satuan pendidikan yang bersangkutan sekolah reguler (SD, SMP, SMA, dan SMK). Sedangkan pendidikan inklunsif adalah layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak- anak berkebutuhan khusus belajara dengan anak sebayanya disekolah reguler. Selain itu layanan pendidikan lainnya adalah beberapa pendidikan yang sengaja di khususkan untuk ABK yang penanganannya cukup berat dan perlu dilakukan pembelajaran secara intensif. Misalnya pelayanan bagi anak autis, tunarungu, tuna netra dan sebagainya.33

32 Ibid., 132.

33 Bandi Dolphi, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung:PT Rafika Aditam, 2006), 136.

4. Kurikulum pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Standar Nasional Pendidikan apasal 1 ayat 15 menyebutkan bahwa KTSP adaklah kurikulu operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan . penyusun KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standart kompetensi damn kompetensi dasr yang dikembangkan oleh Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun strukttur kurikulum untuk masing-masing satuan pendidiksan.34

Sedangkan untuk pengembangan kurikulum pada ABK berfokus pada masalah dan kebutuhan dari setiap siswanya, bukan berorientasi isi mata pelajarannya. Pelaksanaan kurikulum ABK di SLB dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Bagi ABK yang memiliki kecerdasan rendah atau sedang, maka pelaksanaan kurikulum di SLB berpusat pada tujuan pengembangan kompetensi dan keterampilan anak.

b. Bagi ABK yang memiliki kecerdasan normal atau melebihi normal (luar biasa), maka siswa tersebut dapat mengikuti kurikulum layaknya kurikulum di sekolah umum dengan sedikit perbedaan dalam metodologi pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik ABK sendiri.

34 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah PanduanPraktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 12.

b. Sekolah Luar Biasa

Selama ini pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus disediakan dalasm tiga macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), Serkolah Dasar Luar Biasa (SDLB), SMPLB, dan Pendidikan terpadu.

Banyask orang yangvmenanggap SLB adalah sekolah untuk anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental sehingga menemui hambatan dalam kehidupan akadermik maupun sosial. tak jarang ini menjadi bahan ejekan ataupun cemooih dalam kehidupan masyarakat. Meskipun SLB memang mengurusi anak-anak dengan kekurangan mental, namun tidak semua anggapan negatif masyarakat tentang sekolah ini benar.

SLB menampung ABK dengan jenis keelainan yang sama, sehingga terdapat berbagai macam SLB sebagai berikut :

1. SLB bagian A untuk tunanetra 2. SLB bagian B untuk tunarungu 3. SLB bagian C untuk tunagrahita 4. SLB bagian D untuk tunadaksa 5. SLB bagian E untuk tunalaras 6. SLB bagian G untuk tunaganda

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bukan tidak mungkin ada anak-anak yang bersekolah SLB yang justru mempunyai

tingkat intelgensi yang lebih dari orang normal dibalik kekurangan mereka.35

c. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan untuk anak berkebutuhann adalah pembelajaran yang dilakukan terhadap anak dengan karajteristik khusus dimana hal ini perlu penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya36. Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusius membutuhkan suatu polas tersendiri sesuai dengan kebutuhannya mssing-sing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengam karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.37

d. Tujuan Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus memiliki tujuan utama, antara lain :

a) Membentuk ahlak mulia

b) Mempersiapkan kehidupan dunia akhirat

c) Mempersiapkan untuk mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatan

35 Ibid.,20.

36 Nisrina Luibs, Mengasuh dan Mensuseskan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:

Garailmu, 2010), 11.

37 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), 1.

d) Menumbuhkan sengat ilmiah dikalangan peserta didik e) Mempersiapkan tenaga terampil yang profesional.

e. Karakter Anak Berkebutuhan Khusus

Pentingnya masa anak dan karakteristik dan pentingnya pembelajaran anak berkebutuhan khusus, menurut beberapa pendekatan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran ytang merumuskan perhatian pada anak. Beberapa kriteria pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu :

a) Guru harus peka terhadap kondisi anak berkebutuhan khusus yang tidak sama dengan anak berkebutuhan khusus

b) Guru harus peka terhadap perkembangan bahasa atau gerak tubuh anak berkebutuhan husus yang datang dari berbagai suku (budaya) c) Guru harus peka terhadap perbedaan status social.

Dokumen terkait