BAB V PEMBAHASAN
B. Faktor pendukung implementasi metode sorogan pada pembelajaran
Santri di Pondok Pesantren Al-Bidayah Tegal Besar Jember
Faktor pendukung merupakan sesuatu yang bisa mempengaruhi untuk menjadi berkembang, memajukan, menambah dan menjadi lebih dari sebelumnya. Dapat dikatakan faktor pendukung ialah suatu keadaan yang bisa
mendukung seseorang untuk mengimplementasikan sesuatu, seperti lingkungan, peran teman, peran keluarga dan bahkan kesadaran diri sendiri dalam melaksanakan sesuatu. Faktor pendukung bisa dikatakan juga sebagai motivasi agar tetap konsisten dalam melakukan hal tertentu. Faktor pendukung sendiri dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Hal ini berarti faktor internal dapat diartikan sesuatu yang bisa timbul dikarenakan adanya kesadaran dari diri sendiri. Contohnya seperti sadar pada pentingnya menerapkan ilmu yang sudah didapatkan, merasa butuh kepada Allah dan paham akan esensi beragama dengan baik.
Faktor eksternal merupakan faktor yang yang berasal dari luar. Dapat diartikan bahwa faktor eksternal merupakan sesuatu yang mempengarusi seseorang dari luar. Faktor eksternal ini bisa menjadi penting dikarenakan adanya peran dalam memberikan motivasi jika faktor internal mulai menghilang. Contohnya seperti pengaruh lingkungan, teman serta keluarga dalam mendukung pelaksanaan suatu pekerjaan.
Faktor Pendukung metode sorogan adalah adanya ustadz yang berkualitas dan berpengalaman sesuai dengan bidangnya, adanya sarana dan prasarana yang sudah memadai, serta pesrta didik mayoritas menetap di Pondok Pesantren sehingga bisa kondusif oleh lingkungannya tersebut.
Upaya ini yang dilakukan oleh para ustadz untuk mengatasi kendala-kendala pada pembelajaran ialah dilaksanakan pada malam hari, sehingga pembelajaran kitab kuning bisa optimal. Dan ustadz selalu berusaha untuk
menggali kreatifitas mereka agar metode yang ustadz sampaikan kepada santri bisa efektif.
Selain itu faktor pendukungnya proses pembelajaran di pondok pesantren yaitu tersedianya program bimbingan santri untuk membantu semua santri tanpa kecuali agar para santri bisa mengembangkan potensinya secara optimal melalui proses perkembangannnya dan agar mereka bisa mengenal dirinya serta dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Pengertian bimbingan seperti diuraikan di atas sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Rochman Natawidjaja di dalam buku
“Bimbingan Pendidikan Dalam Pesantren Pembangunan” beliau mendefinisikan bahwa bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan pada individu yang dilaksanakan secara terus menerus, agar individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia bisa megarahkan diri serta ia dapat bertindak sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, serta masyarakat. Dengan begitu ia dapat mendapatkan kebahagiaan hidupnya serta bisa memberikan sumbangan yang berarti pada kehidupan masyarakat umumnya.114
Maksud dari bimbingan ini masih menunjukkan pada definisi bimbingan secara umum. jika pengertian bimbingan tersebut diaplikasikan dalam dunia pendidikan di pesantren, maka Menurut Masyhud, bimbingan di pesantren merupakan proses pemberian bantuan dari seorang ustadz kepada santri, dengan memperhatikan santri itu sebagai individu dan makhluk sosial serta memperhatikan perbedaan yang ada pada individu itu, agar santri itu
114 Shulton dan Moh. Khusnuridlo , Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global, (Yogyakarta: LaksBang Pressindo, 2006), 210.
bisa membuat tahapan untuk maju secara optimal dalam proses perkembangannya dan ia dapat menolong dirinya, dengan cara menganalisis dan memecahkan semua masalahnya, demi memajukan kebahagiaan hidup, terutama ditekankan pada kesejahteraan mental. Sedangkan menurut Arthur J.
Jones berkata bahwa bimbingan ialah proses pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukkan sebuah pilihan, penyesuaian serta pemecahan masalah.115
Selain itu faktor pendukungnya proses pembelajaran di pondok pesantren adalah adanya program bimbingan khusus kepada santri, bimbingan ini memiliki tujuan untuk membantu semua santri tanpa kecuali agar para santri tersebut dapat mengembangkan potensinya secara optimal dalam proses perkembangannya serta adanya perubahan ke arah yang lebih baik.116
Pengertian bimbingan seperti yang telah diuraikan tersebut sesuai dengan pengertian yang dipaparkan oleh Rochman Natawidjaja di dalam buku “Bimbingan Pendidikan Dalam Pesantren Pembangunan” ia mendefinisikan bahwa bimbingan merupakan Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat megarahkan diri dan ia dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan di sekolah, keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia bisa merasakan
115 Bagus Setiawan dan Mohamad Thohir, “Bimbingan dan Konseling Islam bagi Pecandu Narkoba di Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berjomusti Sendang Agung Paciran Lamongan, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 02, (2015), 94.
116 A. Nurul Kawakib. Pesantren and Globalisation Cultural and Education Transformation.
(Malang: UIN-Malang Press, 2009), 60.
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangsih yang berarti pada kehidupan masyarakat.
Metode sorogan juga memiliki kelebihan lain yaitu terjadinya komunikasi langsung antara santri dan ustadnya, sehingga para santri menjadi terbiasa untuk bertanya atau berbicara mengenai materinya, apabila ada yang tidak dimengerti mereka bisa menanyakannya. Dengan adanya pertanyaan dari santri kepada ustadznya akan menimbulkan hubungan yang positif antara mereka. Tetapi, keakraban ini tetap diikuti rasa hormat oleh semua santri terhadap ustadznya, sehingga wibawa ustadz sebagai pendidik tetap ada dan diakui oleh santrinya. Keakraban yang disertai rasa hormat oleh seorang santri kepada ustadz, maka akan menjadikan keseriusan santri dalam belajar kitab kuning sehingga bisa menjadiakan mereka untuk lebih cepat dalam proses pemahaman. Kelebihan dari metode sorogan, yaitu:
1. Adanya hubungan yang erat dan harmonis antara santri dan kiai atau ustadznya
2. Kiai atau ustadznya bisa langsung mengevaluasi kemampuan dari setiap santri
3. Kiai atau ustadznya bisa mengetahui secara pasti kualitas kemampuan yang telah dicapai oleh santrinya
4. Santri lebih serius dalam proses pembelajaran
5. Kemajuan individu akan terjamin dikarenakan setiap santri bisa menyelesaikan seluruh program belajarnya sesuai dengan target kemampuan individu
6. Adanya percepatan belajar santri sehingga ada kompetisi sehat antar santri
7. Seorang kyai atau ustadznya bisa mengawasi dan membimbing secara maksimal terhadap kemampuan para santri.
8. Adanya penekanan kuat terhadap pemahaman tekstual dari kitab ataupun literasi.117
Faktor pendukung metode sorogan pada pembelajaran Kitab Safinatun Najah dalam meningkatkan pemahaman Fiqih bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Bidayah adalah adanya ketersedian para tutor atau ustadz sorogan, adanya motivasi yang berupa kartu sorogan yang menjadi syarat perpulangan, dan adanya semangat dari para santri untuk mengetahui dan memahami kitab Safinatun Najah. Ketika tanda tangan di kartu sorogannya ada yang kosong maka santri yang bersangkutan diperkenankan untuk melengkapinya dengan berbagai cara, tergantung guru sorogannya masing- masing. Ada yang disuruh menulis salah satu surah di juz 29 sebagai pengganti dari satu tanda tangan, ada juga yang disuruh 3 hafalan kaidah I’lal, ada juga yang disuruh menghafalkan kitab Safinatun Najah dan lain sebagainya. Ketika santri yang tanda tangan di kartu sorogannya kosong akan tetapi tidak mau melengkapinya dengan opsi-opsi yang telah disebutkan maka santri yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk pulang dengan alasan apapun, kecuali memang udzur syar’i seperti ada keluarganya yang meninggal. Ketika pulangnya disebabkan kerena udzur syar’i sedangkan kartu sorogannya tidak full maka santri yang bersangkutan harus melengkapi tanda tangan kartu sorogannya setelah ia kembali ke pondok dengan berbagai opsi yang telah disebutkan.
117 Ainurrafiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Sapen:
Lista Fariska Putra, 2004), 31.
C. Faktor penghambat implementasi metode sorogan pada pembelajaran