• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Untuk bahan tidak toleran terhadap suhu tinggi.

 Hanya mengisolasi mikroorganisme dari bahan, bukan membunuh!

 Jika bahan dalam fase gas atau cair  pemisahan filter dengan ukuran pori tertentu dengan bantuan pompa hisap untuk melewatkan bahan ke filter.

 Material filter:

 asbestos, sintered glass (dulu)

 membrane filter (bahan cellulose acetate, polycarbonate, dll) (sekarang)

 Umumnya 0,22 μm  menghilangkan bakteri dan mikroorganisme yang lebih besar.

 Mudah tersumbat.

Endapan mikroba dapat dianalisis dengan SEM untuk mengetahui morfologinya

Filtrasi dengan jumlah kecil  syringe filter

Dapat diisi dengan membrane filter

DESINFEKSI

33

Penggunaan bahan kimia yang dapat mengkoagulasi (mendenaturasi) protein untuk membersihkan benda mati.

 Pemilihan zat kimia dengan pertimbangan:

(1) efektif, bahkan dalam konsentrasi rendah,

(2) memiliki kelarutan baik dalam air atau alkohol dan stabil dalam jangka panjang,

(3) memiliki cakupan luas, dan tidak beracun bagi jaringan sel manusia dan hewan,

(4) sifat tidak korosif atau tidak bernoda

(5) memiliki sifat membersihkan dan menghilangkan bau (6) murah

(7) Ketersediaannya mudah

DESINFEKSI

36

Dengan Alkohol

 Hanya etil dan isopropil alkohol yang cocok untuk kontrol mikroba.

 Mekanisme aksi alkohol sebagian tergantung pada konsentrasinya.

 Konsentrasi > 50%, membran lipid terlarut, mengganggu tegangan permukaan sel, dan mengganggu integritas membran.

 Alkohol yang telah memasuki protoplasma mendenaturasi protein melalui koagulasi, tetapi hanya dalam larutan alkohol-air 50-95%.

 Alkohol absolut (100%) dapat mendehidrasi sel dan menghambat pertumbuhan, tetapi tidak mendenaturasi protein.

 Although useful in intermediate - to low-level germicidal applications, alcohol does not destroy bacterial spores at room temperature.

 Alcohol can, however, destroy resistant vegetative forms,

including tubercle bacilli and fungal spores, provided the time of

exposure is adequate.

DESINFEKSI

38

Dengan Halogen

Klorin

 Denaturasi enzim yang dihasilkan bersifat permanen dan menunda reaksi metabolisme.

 Klorin membunuh tidak hanya sel bakteri dan endospora tetapi juga jamur dan virus.

 Keterbatasan utama senyawa klor adalah:

(1) Tidak efektif jika digunakan pada pH basa;

(2) Terlalu banyak bahan organik dapat mengurangi aktivitas; dan (3) Relatif tidak stabil, terutama jika terkena cahaya.

 Klor gas dan cair  eksklusif untuk desinfeksi skala besar; air minum, air limbah dari berbagai sumber.

 Klorinasi hingga konsentrasi 0,6 hingga 1,0 ppm  bahwa air itu aman untuk diminum.

Iodin

 Zat kimia hitam yang menyengat yang membentuk larutan berwarna coklat ketika dilarutkan dalam air atau alkohol.

 Hadir sebagai iodium bebas dalam larutan (I2) dan iodofor.

 Cepat menembus sel-sel mikroorganisme, mengganggu berbagai fungsi metabolism, mengganggu hidrogen dan ikatan protein disulfida (mirip dengan klorin).

 Larutan iodin (2% iodine and 2.4% sodium iodide)  antiseptik sebelum operasi dan pengobatan untuk kulit yang terbakar dan terinfeksi.

 Larutan iodin (5% iodine and 10% potassium iodide)  desinfektan untuk barang-barang plastik, instrumen karet, pisau pemotong, dan termometer.

 Tingtur iodin (2% solution of iodine and sodium iodide in 70% alcohol)  antisepsis kulit.

Iodofor

 Kompleks iodin dan polimer netral seperti polivinilalkohol 

memungkinkan pelepasan iodin bebas secara lambat dan meningkatkan tingkat penetrasi.

 Produk iodophor yang umum dipasarkan = Betadine, Povidone (PVP), dan Isodine mengandung 2-10% dari iodin.

 Digunakan untuk menyiapkan kulit dan selaput lendir untuk operasi dan suntik, scrub tangan bedah, untuk mengobati luka bakar, dan untuk

mendisinfeksi peralatan.

DESINFEKSI

41

Dengan Fenol

 Dalam konsentrasi tinggi, racun seluler dengan cepat mengganggu dinding dan membran sel dan mendenatursi protein.

 Dalam konsentrasi yang lebih rendah, menonaktifkan sistem enzim tertentu.

 Fenol sangat mikrobisida  menghancurkan bakteri vegetatif (termasuk the tubercle bacillus), jamur, dan sebagian besar virus (bukan hepatitis B), tetapi bukan sebagai sporisida.

 Aktivitas tetap berlangsung meski terdapat bahan organik dan deterjen.

 Namun, toksisitas fenolik  terlalu berbahaya untuk digunakan sebagai antiseptik.

Fenol digunakan untuk desinfeksi umum saluran air, tangki limbah, dan tempat penampungan hewan, tetapi jarang diterapkan sebagai

germisida medis.

Cresol (turunan fenolik sederhana) dikombinasikan dengan sabun  untuk desinfeksi tingkat menengah atau rendah di rumah sakit.

Ortofenil fenol  bahan utama dalam semprotan aerosol disinfektan.

Triclosan (secara kimiawi dikenal sebagai diklorofenoksifenol), senyawa antibakteri yang ditambahkan banyak produk, seperti sabun  sebagai desinfektan dan antiseptik dan memiliki efek spektrum luas.

DESINFEKSI

43

Dengan Hydrogen Peroxide

 Efek pembunuh kuman oleh aksi oksigen langsung dan tidak langsung.

 Oksigen membentuk radikal bebas hidroksil yang sangat beracun dan reaktif terhadap sel.

 Meskipun sebagian besar sel mikroba menghasilkan katalase untuk menonaktifkan hidrogen peroksida secara metabolik, ia tidak dapat menetralkan jumlah hidrogen peroksida yang masuk ke dalam sel selama desinfeksi dan antisepsis.

 Hidrogen peroksida bersifat bakterisidal, virucidal, dan fungisidal dan, dalam konsentrasi yang lebih tinggi, sporicidal.

 Sebagai antiseptik, hidrogen peroksida 3%  pembersihan kulit dan luka, perawatan luka baring, dan obat kumur.

 Hidrogen peroksida juga merupakan disinfektan serbaguna untuk lensa kontak lunak, implan bedah, peralatan plastik, peralatan, perlengkapan tidur, dan interior ruangan.

DESINFEKSI

45

Dengan Detergent

 Deterjen adalah zat organik kompleks yang bertindak sebagai surfaktan.

 Kebanyakan deterjen anionik (bermuatan negatif) memiliki daya mikrobisida terbatas.

 Sabun masuk dalam kelompok detergent.

 Menyerang membrane sel, hingga kehilangan permeabilitas pada membrannya.

 Senyawa amonium kuarterner menyebabkan kebocoran sitoplasma mikroba, mendenaturasi protein, dan menghambat metabolisme.

 Konsentrasi sedang  efektif terhadap beberapa bakteri gram positif, virus, jamur, dan ganggang.

 Konsentrasi rendah  hanya memiliki efek mikrobistatik.

Amonium kuartener

 Dalam pengenceran 1: 100 hingga 1: 1.000, quat dicampur dengan agen pembersih untuk membersihkan lantai, furnitur, permukaan peralatan, dan toilet.

Sabun

 Mikrobisida lemah, dan hanya menghancurkan sel yang sangat sensitif seperti agen gonore, meningitis, dan sifilis.

 Sebagai agen pembersih dan pembersih dalam industri dan rumah.

 Menghilangkan secara mekanis sejumlah besar permukaan tanah, minyak, dan kotoran lain yang mengandung mikroorganisme.

 Sabun memberikan sifat pembasmi kuman yang lebih besar ketika dicampur dengan agen kimia lain, seperti chlorhexidine atau iodine.

Dokumen terkait