• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Perilaku

BAB V. KOMUNITAS

1. Fungsi Perilaku

110

Gambar 6.1. Untuk apa burung Fregata terbang mengitari satu lokasi di permukaan laut, bagaimana perilaku tersebut diwariskan dari nenek

moyangnya, bagaimana mekanisme terjadinya perilaku tersebut, bagaimana perilaku tersebut berkembang merupakan empat pertanyaan

penting untuk mempelajari perilaku mencari makan Fregata

111

dihadapi oleh suatu spesies dan kemudian meneliti bagaimana karakter perilaku tertentu membantu individu-individu mengatasi rintangan- rintangan ini sehingga mereka dapat bertahan dan bereproduksi. Secara singkat, pertanyaan yang diajukan ialah: apakah perilaku tersebut baik?

Seleksi alam merupakan suatu aksioma dalam pendekatan dalam studi perilaku. Oleh karena itu, penjelaskan tentang fungsi perilaku selalu dikaitkan dengan strategi hewan dalam kelulushidupannya yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Perilaku bersifat plastis karena hewan selalu memodifikasinya agar sesuai dengan kondisi lingkungannya. Teori William Stern tentang konvergensi menyatakan bahwa fenotip atau performa (penampilan, termasuk perilaku) ditentukan oleh dua faktor, yaitu genotip dan lingkungan. Genetik menyediakan potensi untuk berperilaku sekaligus potensi untuk melakukan modifikasinya, sementara lingkungan menyediakan pengalaman untuk proses pembelajaran. Perilaku dapat diinduksi oleh lingkungan tanpa merubah genotip, dan hewan dapat belajar dan menyebarkan secara kultural kepada individu lain terutama keturunannya.

Reproduksi merupakan kekuatan dorongan dasar di balik perilaku hewan. Setiap organisme akan menerapkan berbagai strategi untuk keberhasilan reproduksi. Mengapa reproduksi ini penting? Karena reproduksi berarti organisme dapat mewariskan gen-nya ke generasi berikutnya, yang berarti pula berhasil dalam melestarikan spesiesnya di alam. Jika reproduksi gagal, spesies akan punah. Perilaku reproduksi bergantung pada sistem perkawinan pada hewan tersebut. Terdapat beberapa sistem perkawinan yang mengikuti sistem sosioseksualnya sebagai berikut ini. Monogami adalah pola yang memperlihatkan pasangan kawin; seekor jantan dan seekor betina yang kawin secara eksklusif dengan pasangannya. Poligami adalah pola yang menunjukkan seekor individu

112

dapat kawin dengan lebih dari satu individu dari jenis kelamin yang berbeda. Terdapat tiga variasi kelompok sosial poligami ini, yaitu: (a) poligini, satu jantan kawin dengan beberapa betina; (b) poliandri, satu betina kawin dengan beberapa jantan; dan (3) kelompok multimale- multifemale atau banyak jantan-banyak betina, sejumlah jantan dan sejumlah betina hidup bersama dan saling kawin.

Jika hewan jantan dan betina siap kawin, tubuh mereka melepaskan signal kimiawi yang disebut feromon yang berfungsi sebagai atraktan atau penarik pasangan kawin. Pada banyak hewan betina, terutama mamalia, mereka hanya fertil atau subur selama ovulasi. Periode waktu ini terjadi hanya beberapa hari saja dalam sebulan, setahun, atau beberapa tahun.

Periode waktu ini disebut musim kawin. Pada periode ini, terjadi perubahan tubuh betina secara penampakan fisik, dan perubahan perilaku yang menunjukkan kepada jantan kalau betina tersebut siap kawin.

Pada hewan yang bereproduksi secara seksual, menemukan pasangan kawin dan aktivitas kawin secara aman merupakan kunci keberhasilan reproduksi. Kompetisi untuk mendapatkan pasangan kawin biasa diperlihatkan pada hewan jantan melalui kontes berupa pertarungan sampai salah satu memenangkannya dan mendapatkan kesempatan kawin.

Pada hewan dengan peringkat dominansi di dalamnya, semakin tinggi peringkatnya, maka akan semakin besar akses untuk kawin. Untuk menunjukkan bahwa betina berada pada waktu suburnya, betina memperlihatkan perilaku percumbuan (courtship behaviors). Perilaku ini meliputi vokalisasi, pola-pola kolorasi, atau tarian. Pada monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) perilaku betina sering kali menyodorkan pantatnya yang membengkak kepada jantan.

113 2. Evolusi Perilaku

Evolusi (filogeni) adalah perubahan secara bertahap pada karakter organisme (morfologi, anatomi, fisiologi, genetik, bahkan perilaku) yang berlangsung dalam waktu yang lama. Evolusi perilaku merupakan perubahan perilaku hewan yang berlangsung secara perlahan-lahan dari nenek moyang hingga sekarang. Perilaku tidak dapat menjadi fosil sehingga perunutan perilaku dapat dipelajari melalui fosil maupun dengan studi komparatif dengan spesies yang berkerabat yang primitif.

Perilaku dikontrol oleh gen sehingga merupakan obyek proses seleksi alam. Jika perilaku meningkatkan ketahanan (fitness), maka perilaku tersebut menjadi lebih umum dari waktu ke waktu dan akan ditransfer ke generasi berikutnya melalui masa perawatan anak atau perilaku sosial.

Sementara itu, perilaku yang menurunkan ketahanan akan menjadi semakin kurang umum.

Perilaku sering kali dikontrol secara mutlak oleh gen, sedangkan perilaku lainnya seperti dipengaruhi oleh pengalaman hewan dalam lingkungannya. Apakah perilaku sepenuhnya dikontrol oleh gen atau oleh lingkungan masih terjadi perdebatan dengan istilah nature versus nurture.

Dalam kenyataannya, perilaku tidak hanya sepenuhnya dikontrol oleh gen atau oleh lingkungan saja, tetapi oleh keduanya. Sebagai contoh, perilaku anjing akan cenderung meniru anjing lain, dan itu dikontrol oleh gen tertentu. Tetapi perilaku tertentu tidak akan berkembang secara normal jika anjing diisolasi dari anjing-anjing lainnya.

Perilaku yang berkaitan dengan evolusi secara mudah dapat dicontohkan berikut ini. Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) hidup di hutan tropis Sulawesi Utara memiliki sistem sosial multimale-multifemale.

Mereka hidup dalam kelompok sosial dari 15-90 lebih individu tiap kelompoknya. Predator utamanya ialah ular sanca (Python reticulatus). Jika

114

dalam melaksanakan aktivitas hariannya salah satu anggota kelompok melihat ular sanca, anggota ini akan mengeluarkan suara peringatan (alarm call) untuk memberitahu anggota kelompoknya akan kehadiran predator.

Perilaku ini tampaknya meningkatkan ketahanan spesies terhadap kemungkinan predasi oleh ular sanca, dan alarm call telah menjadi perilaku yang umum pada monyet hitam Sulawesi. Perilaku ini dapat disebarkan ke seluruh anggota kelompok termasuk bayi dan anak-anak monyet melalui transfer perilaku di antara anggota kelompok. Gen yang bertanggung jawab akan perilaku ini akan tersebar dan dipertahankan dengan frekuensi yang tinggi pada kerabatnya sehingga dapat membantu kesintasan kerabatnya menghadapi tekanan seleksi alam. Tipe evolusi semacam ini disebut dengan seleksi kerabat (kin selection).

Dokumen terkait