BAB IV PENYAJIN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Kecamatan Jembrana
Bukti menunjukkan bahwa arkeologis nama hewan dan tumbuhan direferensikan menjadi asal-usul nama tempat dan daerah. Nama Jembrana berasal dari kawasan hutan belantara yang saat itu dikenal sebagai Jimbarwana, yang dikabarkan berasal tempat tinggal raja ular. dari kawasan hutan belantara yang saat itu dikenal sebagai Jimbarwana, yang dikabarkan menjadi rumah raja ular. Aspek mitologi penyebutan nama tempat telah menjadi kebiasaan selama beberapa generasi cerita rakyat. Dari menyebutkan nama tempat telah menjadi kebiasaan selama beberapa generasi dalam cerita rakyat. pencipta lembaga kekuasaan tradisional (raja dan kerajaan) dimotivasi oleh cerita rakyat dan tradisi lisan yang muncul.
I Gusti Made Yasa (penguasa Brangbang) menyebut keraton Puri Gede Jembrana pada awal abad XVII setelah raja dan pengikutnya, yang beragama Islam non-Bali dan beragama Hindu dari kelompok etnis Bali. I Gusti Ngurah Jembrana adalah raja pertama yang memerintah dari keraton Gede Agung Jembrana (Puri). Raja Brambangan juga mempersembahkan para pengikut rakyat (wadwa), pakaian kerajaan yang dilengkapi dengan pusaka berupa tombak dan tulup, selain keraton. Mirip dengan ini, keris pusaka keluarga diberi nama "Ki Tatas" untuk meningkatkan keperkasaan
kerajaan. Menurut catatan, pusat kekuasaan Keraton Agung Jembrana diperintah oleh tiga Raja.
Birokrasi pemerintah kerajaan yang khas, yang memimpin fase pertama dan berlanjut hingga 1855, meluncurkannya. Raja Jembrana V (Sri Padoeka Ratoe) I Goesti Poetoe Ngoerah Djembrana (1839–1855) memimpin kerajaan Jembrana yang sudah menjadi negara berdaulat.
Informasi ini dapat ditemukan di kertas arsip resmi. Pada tanggal 30 Juni 1849, kerajaan Jembrana di bawah pemerintahannya mengesahkan kontrak persahabatan antara penguasa kerajaan dengan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda (Gubernur).
Pemerintahan daerah (Regentschap) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Karesidenan Banyuwangi kemudian menggantikan era kedua dengan bentuk pemerintahan yang lebih kontemporer. Seorang kepala adat (Bupati) yang menjabat sebagai pejabat dalam birokrasi gubernur kolonial modern dan berkedudukan di Batavia (sekarang Jakarta) memimpin pemerintahan daerah Regentschap. Selama 26 tahun (1856–1882), kedudukan pemerintah daerah (Regentschap) ada.
Pemerintahan Raja Jembrana VI (1855–1866), yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Made Pasekan, melihat monarki secara bersamaan beralih dari Raja Jembrana (1855–1862) menjadi Bupati atau Bupati kapal (1862–1866), dengan kerajaan tempat duduk berpindah ke Puri Pacekan Jembrana. Daerah administrasi Bali dan Lombok menjadi daerah administrasi Karesidenan merdeka pada saat pemberlakuan penataan pemerintahan daerah
berdasarkan Staatblad Nomor 123 Tahun 1882. Berdasarkan Staatblad Nomor 124 Tahun 1882, wilayah kependudukan Bali dan Lombok dipecah lagi menjadi dua wilayah (Afdeling), yaitu Afdeling Jembrana dan Afdeling Buleleng, dengan ibukota tunggal, Singaraja. Kawasan Negara, kawasan Jembrana, dan kawasan Mendoyo adalah tiga kawasan yang tercipta setelah kawasan Afdeling Jembrana dipartisi. Seorang punggawa bertanggung jawab atas setiap daerah. Sebagai suatu keadaan geografis yang unik dari sudut pandang kontak dan integrasi kelompok-kelompok agama, jabatan Kepala Tenaga Kerja ditambahkan di samping daerah, khususnya yang membawahi komunitas Islam dan komunitas Asing Timur.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Lambang Kecamatan Jembrana, lambang daerah adalah identitas atau ciri yang digunakan untuk melambangkan dan mempersatukan suatu daerah serta keberadaannya. Juga sebagai representasi kekhasan daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Simbol daerah juga merupakan ekspresi budaya yang berakar pada sejarah suatu daerah dan upaya mewujudkan visi dan tujuan serta cita-cita luhur negara.
Kabupaten Jembrana merupakan salah satu komponen Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila yang landasan dan ideologinya diwakili oleh lambang daun yang berbentuk perisai segi lima. Di dalam daun lambang terdapat motto daerah Tri Ananta Bhakti yang memiliki arti tiga pengabdian yang kekal, mengabdi kepada tuhan, mengabdi kepada tanah air dan mengabdi kepada hidup.
Dalam perisai segi lima juga terdapat simbol-simbol yang merupakan unsur lambang dengan arti sebagai berikut :
a. Bintang bermakna Ketuhanan Yang Maha Esa;
b. Candi bermakna kebudayaan, dan naga melambangkan penjaga kekokohan sebuah pemerintahan;
c. Padi dan kapas bermakna kemakmuran;
d. Gelombang laut bermakna gerak dan dinamis; dan
e. Tulisan “Jembrana” menunjukan lambang Daerah Kabupaten Jembrana Penjelasan berikut menjelaskan banyaknya warna logo Kabupaten Jembrana yang masing-masing memiliki arti berbeda:
a. Warna dasar hijau tua melambangkan keinginan, ketekunan, dan kekerasan hati;
b. Kuning tua menandakan kesuksesan atau keagungan;
c. Kuning keemasan menunjukkan emas;
d. Putih melambangkan kesucian;
e. Hitam melambangkan keteguhan, kekuatan, dan ketegasan; dan f. Merah melambangkan keberanian atau kegagahan.
Simbol-simbol pada lambang daerah Kabupaten Jembrana merupakan unsur-unsur lambang yang tersusun atas bilangan \dengan arti sebagai berikut :
a. Kapas berjumlah 17 (tujuh belas) buah memiliki bermakna tanggal kemerdekaan Republik Indonesia
b. Gelombang laut berjumlah 8 (delapan) buah bermakna bulan
kemerdekaan Republik Indonesia
c. Ujung candi tertinggi berstupa berjumlah 1 (satu) buah mengandung arti angka 1 (satu) pada tahun kemerdekaan Republik Indonesia
d. Ujung stupa lainnya berjumlah 9 (Sembilan) buah bermakna angka 9 (satu) pada tahun kemerdekaan Republik Indonesia\
e. Butiran padi berjumlah 45 (empat puluh lima) buah bermakna tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.1
2. Letak Geografis Kecamatan Jembrana
Kecamatan Jembrana merupakan satu dari sepuluh desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Jembrana, letaknya di belahan barat pulau Bali, membentang dari arah barat ke timur pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" - 114°56'38" BT. Secara administrasi Kecamatan Jembrana terdiri dari 10 Desa yaitu: 2
a. Loloan Timur b. Dauhwaru c. Sangkaragung d. Pendem e. Batu Agung f. Dangin Tukadaya g. Budeng
h. Yehkuning
1 FKUB Jembrana, “Sejarah Berdirinya FKUB Kabupaten Jembrana,” Kemenag Bali, 2020, https://bali.kemenag.go.id/jembrana/artikel/sejarah-fkub.
2 BPS Kabupaten Jembrana, “Letak Demografis Kabupaten Jembrana,” 2023, https://jembranakab.bps.go.id/publication.html.
i. Airkuning j. Perancak
Meliputi daerah perbukitan di utara dan dataran rendah (pantai) sepanjang Samudera Indonesia di selatan. Kawasan perkotaan berada di tengah.
3. Data Pemeluk Agama dan Sarana Ibadah
Masyarakat Kecamatan Jembrana Merupakan masyarakat yang mejemuk baik agama maupun suku. Di Kecamatan Jembrana berkembang 6 agama yakni Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Katholik, dan Konghucu.
Berikut data pemeluk agama yang peneliti peroleh dari FKUB Kabupaten Jembrana di tahun 2022 sebagai berikut: 3
Tabel 4.1
Data Pemeluk Agama Kecamatan Jembrana
NO WILAYAH ISLAM HINDU BUDHA KATHOLIK KRISTEN KONGHUCU TAHUN PENDATAAN
1 Loloan Timur 5033 1844 161 35 7 2 2022
2 Dauhwaru 636 8426 161 98 76 0 2022
3 Sangkaragung 63 3246 0 0 0 0 2022
4 Pendem 1011 8411 26 130 0 0 2022
5 Batu Agung 37 8074 0 11 29 0 2022
6 Dangin Tukadaya 100 4288 0 22 0 0 2022
7 Budeng 20 1499 3 11 0 0 2022
8 Yehkuning 38 3191 0 0 5 0 2022
9 Airkuning 3965 186 0 0 0 0 2022
10 Perancak 60 1619 0 0 0 0 2022
3 Jembrana.
Sedangkan sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Jembrana yaitu:
a. Pura: 11 b. Masjid: 24
4. Latar Belakang Berdirinya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jembrana
Sebuah kelompok yang disponsori pemerintah bernama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menghimpun perwakilan seluruh tokoh agama Indonesia untuk menciptakan dan menegakkan stabilitas dan kerukunan sosial. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan, dan Pendirian Rumah Ibadah, FKUB ada di tingkat Kabupaten dan Provinsi di seluruh Indonesia. Yang juga menjadi salah satu unsur pendukung dalam pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jembrana.
Forum kerjasama tersebut kemudian dikukuhkan berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 09 dan Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, yang memperhatikan kondisi saat ini. kondisi keberagaman dan belajar dari peristiwa sejarah serta berbagai tragedi di berbagai daerah. Hal ini penting untuk diwujudkan di wilayah Indonesia yang majemuk melalui Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB,
guna menjaga kerukunan umat beragama, memberdayakan umat, dan membangun rumah ibadah.
Propinsi Bali patut berbangga karena pada tahun 1998, pada masa reformasi, para pemuka agama lintas agama di Bali sudah memikirkan hal tersebut. Itu sebelum FKUB resmi didirikan dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
Pada saat itu, Pertemuan para tokoh Agama dilaksanakan di Bedugul diantaranya tokih yang hadir yakni Ketut Suda Sugira, I. Dewa Ngurah Swasta, A. A. G. Oka Wisnumurti, Putu Alit Bagiasna (Unsur Hindu), Hasan Ali, Sunhaji Rofii, Roihan (unsur Islam) Pdt. I. Wayan Mastra, Pdt. J.
Waworuntu, Prof. Aron Meko Bete, Hendra Suharlin serta tokoh-tokoh lainnya; mereka semua bersepakat untuk membentuk Forum Kerukunan Antar Umat Beragama di Bali yang kemudian disingkat FKUB.4
Persyaratan ini didasarkan pada era kunci reformasi dan menjelang pemilu 1999, ketika agama telah menjadi target untuk digunakan sebagai senjata politik yang berguna, dan besar kemungkinan jika kemasan ini menyebabkan konflik, itu akan terjadi. akan menjadi konflik "agama". Agar tidak jatuh ke dalam perangkap politik praktis yang “naik” maka FKUB saat itu berperan penting dalam menjaga dan membina kerukunan antar umat beragama melalui paham mesama braya.
Kesadaran kolektif yang terbangun yang melihat perlunya Forum bersama sebagai wadah untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta bertukar
4 Jembrana, “Sejarah Berdirinya FKUB Kabupaten Jembrana.”
pikiran dan pengalaman satu sama lain berujung pada terbentuknya FKUB pada saat itu, yang merupakan aspirasi dan kehendak awal para tokoh agama. Semua masalah yang menimbulkan perselisihan antar umat beragama dapat diselesaikan secara halus.
Bahkan FKUB Provinsi Bali berhasil membawa rasa damai ini ke tempat-tempat seperti Yogyakarta, Jawa Timur, dan NTB. Dengan disahkannya SKB, Forum Kerukunan Umat Beragama seharusnya sudah ada di setiap wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Bupati dan walikota masing-masing. Masyarakat harus mengapresiasi Kabupaten Jembrana yang telah menjadi tuan rumah ini. Dengan pengukuhannya diharapkan FKUB semakin memperoleh kekuatan hukum yang lebih kuat dan mampu mengambil langkah-langkah proaktif untuk menegakkan perdamaian dan toleransi beragama.
5. Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jembrana
FKUB memiliki peran dan fungsi strategis dalam membangun daerahnya masing-masing di tengah krisis multifaset yang kini terjadi di Indonesia karena merupakan forum sosial yang fokus pada peninggian dan penegakan prinsip-prinsip agama.
Bersama-sama, masyarakat harus memiliki keyakinan bahwa situasi multifaset memiliki banyak akibat. Selain krisis moral, dampak krisis ekonomi, politik, dan moral terhadap ketegangan sosial, kekompakan sosial, bahkan kekacauan sosial. Fenomena sosial dan psikologis tersebut
berdampak pada pandangan dan perilaku sosial umat beragama. Masyarakat perlu menemukan solusi untuk masalah-masalah besar termasuk frekuensi perselisihan sosial, peningkatan angka bunuh diri, dan korupsi yang merajalela. Belakangan diketahui betapa pentingnya fungsi pemuka agama yang seharusnya memberikan pencerahan spiritual.
Untuk itu ada dua peran yang dapat dilakukan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama :5
a. Pengurus FKUB benar-benar bisa menjadi penghubung di dalam jemaatnya masing-masing. Artinya, setiap agama memiliki inti keyakinan, praktik, moral, dan etika yang dianutnya. Inilah perbedaan antara berbagai agama yang harus diakui. Oleh karena itu, FKUB melalui perwakilan masing-masing agama harus mampu memupuk persatuan antar pemeluknya dan menjaga sakralisasi pengamalan masing-masing tradisi dengan berpegang teguh pada ajaran teologis yang dianutnya.
b. Selain bersifat internal, hubungan sosial dengan umat beragama lain perlu dipertahankan dan digalakkan, menurut sosiologi agama.
Dalam setting ini, FKUB dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai:
a. Sebagai saluran komunikasi, interaksi antar umat untuk berbagi informasi tentang bagaimana masing-masing agama dimaknai dalam rangka mewujudkan lingkungan saling menghormati dan saling pengertian;
b. Sebagai saluran untuk menengahi setiap perselisihan.
5 FKUB Jembrana, “Peran FKUB Kabupaten Jembrana,” Kemenag Bali, 2020, https://bali.kemenag.go.id/jembrana/artikel/peranan-fkub.
c. Sebagai sarana pembinaan hubungan yang harmonis satu sama lain dalam mengkomunikasikan pelaksanaan kegiatan keagamaan;
d. Mendukung pemerintah daerah dalam mensukseskan program pengembangan sumber daya manusia;
e. Melakukan sosialisasi kepada seluruh umat beragama untuk memastikan kehidupan sosial yang inklusif sehingga tercipta keharmonisan sosial antar umat beragama;
f. Melakukan sosialisasi kepada semua suku;
g. Bersama-sama dengan pemerintah dan aparat keamanan ikut serta memelihara masyarakat yang aman dan kondusif.
6. Visi Misi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jembrana
VISI6
"Terwujudnya Masyarakat Jembrana Yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Moderat, Berdaulat, Mandiri Dan Berkepribadian
Berlandaskan Bhinneka tunggal ika"
MISI
1. Meningkatkan Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama.
2. Memantapkan Kerukunan Intra dan antar Umat Beragama.
3. Membina Kerukunan Umat Beragama dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama .
6 Jembrana, “Sejarah Berdirinya FKUB Kabupaten Jembrana.”
4. Meningkatkan Tata Kelola Komunikasi antar Tokoh Masyarakat, Pemuda, Tokoh Adat, dan Tokoh Agama.
7. Susunan Kepengurusan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jembrana
Susunan pengurus 2018 S/D sekarang forum kerukunan umat beragama Kabupaten Jembrana Bali.7
a. Dewan Penasehat
1) Ketua : Wakil Bupati Jembrana
2) Wakil Ketua : Kepala Kemenag Kabupaten Jembrana 3) Sekretaris : Kepala Kesbangpol Kabupaten Jembrana 4) Anggota :
a) Kabag Ekbangsobub Setda Kabupaten Jembrana b) Kabag Panas Setda Kabupaten Jembrana
c) Kabag Umum Setda Kabupaten Jembrana
d) Kasubag Protokol Bagian Umum Setda Kabupaten Jembrana e) Kasi Ketahanan Nasional Kabupaten Jembrana
f) Kasi Kewaspadaan Dini Kabupaten Jembrana g) Kasi Politik Dalam Negeri Kabupaten Jembrana
h) Kasubag TU Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Jembrana
b. Pengurus
1) Ketua : I Komang Arsana, S.Pd (Ketua Phdi)
7 FKUB Jembrana, “Susunan Kepengurusan FKUB Jembrana,” Kemenag Bali, 2022, https://bali.kemenag.go.id/jembrana/artikel/susunan-pengurus-fkub.
2) Wakil Ketua : H. Tafsil , Lc ( Ketua I MUI)
3) Wakil Ketua : Romo Emanuel Ano. (Romo Paroki) 4) Sekretaris : Pdt Wayan Suamba, St, M . Th (Ketua Mpag)
5) Wakil Sekretaris : Kasubag Tata Usaha Kemenag Jembrana (Unsur Umat Hindu)
6) Bendahara : I Kt. Sumiarta,S.Ag M.Si (Unsur Kementerian Agama) 7) Anggota :
a) I Gede Muriata (Hindu) b) Donatus Openg , SH (Katolik) c) Ida Bagus Ketut Rimbawan, M.Si (Hindu)
d) I Wayan Windra,S.Ag (Hindu) e) H. Surja , S.Ag, MM (Islam) f) Drs. H. Ali Fauzi (Islam) g) PDT. Elijon Sihombing, S. Th (Kristen) h) PDT. Agus Sulistiojono S. Th (Kristen) i) Drs. Yohanes Bibit Sanianto (Katolik) j) Rp. Eka Lazuardi Tirtha, SH (Budha) k) Rp. Ketut Sujono (Ketua Walubi)