• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUALITATIF . 85

D. Grandtour Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sebelum peneliti melakukan pene- litian sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan penelitian penjajakan (grandtour). Ada beberapa istilah yang sering digunakan, sama dengan grandtour ini, yaitu penciuman lapangan, studi pendahuluan atau penjajakan lapangan, namun, pada hakekatnya istilah ini sama saja. Dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah grandtour.

7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

Grandtour adalah apa yang bertentangan dengan teori yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan kata lain, grandtour digunakan untuk mengungkap kesenjangan antara das sein dengan das sollen. Grandtour ini digunakan untuk melihat suatu gejala sebagai masalah yang pelik, unik, atau khas yang menuntut peme- cahan segera. Pada hakekatnya grandtour untuk melihat antara yang seharusnya dengan kondisi yang ada saat ini. Dengan kata lain, grandtour berusaha melihat sesuatu yang mau diteliti/diamati, dengan cara melihat bagaimana pandangan teori yang dikemukakan oleh pakar dengan kenyataanya yang terjadi di lapangan (lokasi penelitian).

Kesenjangan antara teori atau menurut yang seharusnya dengan kondisi yang ada di lapangan sebagai realitas, itulah yang disebut masalah. Biasanya kesenjangan antara yang seharusnya menurut teori dengan kenyataan yang ada sebagai masalah adalah banyak, maka masalah yang banyak tersebut harus dicari garis persamaannya sebagai masalah utama. Misalnya, ketika kita melakukan grandtour di Madrasah/sekolah, selaku peneliti kita menemukan siswa yang berkeliaran di luar Madrasah. Setelah kita tanya, ternyata mereka berkeliaran karena guru tidak masuk. Pada waktu lain, guru tidak masuk kita tanya kenapa tidak masuk, guru tersebut menjawab guru yang lain kenapa guru tersebut anaknya berkeliaran pada waktu dia seharusnya mengajatr, jawaban guru lain karena pagar Madrasah/

sekolah tidak ada. Selin itu, kepala Madrasah/Sekolah juga ditanya.

Setelah ditanya jawaban kepala Madrasah/Sekolah. Bagaimanalah dek kita akan punya pagar, dana untuk itu tidak ada.

Sebagai seorang peneliti, jika melihat jawaban siswa, guru dan kepala Madrasah/Sekolah seperti ini, seharusnya berkesimpulan bah wa masalah utama yang dihadapi adalah pembiayaan Madrasah yang tidak memadai sehingga siswa berkeliaran, guru tidak menga- jar, guru dan kepala Madrasah/sekolah pesimis karena pembiayaan tidak memadai. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Grandtour dapat juga dipahami sebagai cara memunculkan masa lah dari sekian banyak masalah yang ada sebagai masalah utama. Masalah utama yang diperoleh dari grandtour dapat meng- giring peneliti kepada penelitian yang sebenarnya untuk mencari sebab-sebab masalah tersebut sehingga muncul.

Sumber masalah dalam grandtour dapat muncul darimana saja, biasanya sangat tergantung kepada lokasi, keadaan, dan pen de- katan yang dilakukan oleh peneliti. Biasanya masalah yang muncul, sering merupakan masalah yang kompleks (bukan masalah yang tunggal). Karena itu peneliti harus mampu mengungkap apa masalah utama yang terjadi dalam suatu lokasi, keadaan ataupun dari suatu pendekatan yang dilakukan. Kesalahan dalam mendeteksi masalah yang kompleks ini, akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan grandtour penelitian.

Sumber masalah biasanya bersumber dari pengalaman pribadi, praktisi sesuai dengan masalah yang diteliti, buku tentang masalah yang diteliti, buletin/jurnal tentang yang diteliti, termasuk hasil penelitian/proceeding. Sumber masalah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Jika peneliti salah dalam menetapkan grandtour, maka akibatnya penelitian yang dilakukan salah dalam melakukan penciuman lapangan, sehingga masalah tidak dapat diungkap dalam penelitian dengan baik dan benar. Jika ini yang terjadi, maka penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti menjadi sia-sia, karena penelitian tidak mampu mendeteksi/meneropong masalah, sehingga penelitian yang dilakukan nantinya, tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu lokasi, keadaan dan pendekatan yang ada.

E. Setting dan Subyek Penelitian 1Ǽȱȱ ŽĴ’—ȱŽ—Ž•’’Š—

Dalam penelitian kualitatif, untuk menentukan data di lapang- an/lokasi penelitian, dapat dilakukan dengan cara menentukan

œŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ǯȱŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ’ž—Š”Š—ȱž—ž”ȱ–Ž—Ž—ž”Š—ȱ situasi penelitian, misalnya situasi sekolah. Situasi penelitian dapat dilakukan dengan mempertanyakan siapa actor (pelakunya), apa dan bagaimana aktivitasnya serta mengenali di mana tempat pene- litian tersebut dilakukan. Untuk melihat situasi dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut:

Aktor adalah orang, pelaku atau sumber untuk memperoleh data melalui wawancara atau diobservasi. Aktivitas adalah kegiat- an, tingkah laku atau gejala yang mau diamati atau diobser vasi, sedangkan tempat adalah lokasi penelitian dilakukan, didoku-

–Ž—ȱŠœ’ǯȱ Š•Š–ȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ Ž–™Šȱ œŽ‹ŠŠ’ȱ œŽĴ’—ȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ ‘Š›žœȱ digambarkan secara lengkap mengenai lokasi penelitian, karak- teristik, serta simbol-simbol yang ada, sehingga pembaca dapat

–Ž—Žȱ—Š’ȱœŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ¢Š—ȱ’•Š”ž”Š—ǯ

ŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱŠ™Šȱ’™Š‘Š–’ȱœŽ‹ŠŠ’ȱœžŠžȱ”ŽŠŠŠ—ȱŠŠžȱ tempat di mana subjek itu berdomisili yang mempengaruhi kegiatan, keadaan, dan yang berhubungan dengan perilaku subjek.8 Berikut

’—’ȱ–Ž›ž™Š”Š—ȱŒ˜—˜‘ȱœŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ǯȱŽ—Ž•’’ȱ–’œŠ•—¢Šȱ–Ž–’•’‘ȱ

œŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š—ȱ’ȱȱŠ–‹’ȱȱž›Š‘ȱŘȱ˜ŠȱŠ–‹’ǯȱŠ”Šȱ™Ž—Ž•’’ȱ

‘Š›žœȱ –Ž—’œ”›’™œ’”Š—ȱ œŽĴ’——¢Šȱ ™Ž—Ž•’’Š——¢Šȱ œŽ‹ŠŠ’ȱ ‹Ž›’”žDZȱ 1) dimana lokasinya, 2) tahun berapa penelitian dilakukan, 3) alasan memilih lokasi penelitian ini, 4) alasan teknis terkait dengan masalah penelitian seperti apa) 5) jelaskan apa akibatnya jika alasan

’—’ȱ ’Š”ȱ ’Ž•’’ǯȱ Š›’ȱ œŽĴ’—ȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ ¢Š—ȱ ’”Ž–ž”Š”Š—ǰȱ –Š”Šȱ dapat dipahami bahwa jika penelitiannnya dilakukan di SMK Jambi IX Lurah 2 tahun pembelajaran 2015/2016 yang berlokasi di Jl. Kol.

Amir Hamzah No.26 Sei Kambang, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, maka dapat dilogikan bahwa dasar pertimbangan pemilihan

œŽĴ’—ȱ™Ž—Ž•’’Š——¢ŠȱœŽ‹ŠŠ’ȱ‹Ž›’”žDZȱ

Pertama, bahwa sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta berbasis teknologi yang terdekat dari pusat kota provinsi

Š–‹’ǰȱ œŽ‘’—Šȱ –Ž–ž—”’—”Š—ȱ ž—ž”ȱ ‹Ž›œŠ’—ȱ Š›’ȱ œŽ’ȱ œŽĴ’—ȱ lokasi yang strategis, terlebih-lebih karena didukung oleh adanya image lulusan SLTP/MTs dari daerah, yaitu adanya daya tarik kota, di mana sekolah ini berada. Kedua, sekolah ini merupakan perubahan wujud dari SMA IX Lurah Jambi, yang merupakan sekolah tertua di Propinsi Jambi, bahkan sekolah yang menjadi cikal bakal lahirnya SMU Negeri I Jambi seperti yang ada

8 Nazir. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hal. 216.

sekarang. Dinamika perubahan pendidikan dari SMA IX Lurah Jambi menjadi SMK Jambi IX Lurah 2 memberikan inspirasi yang cukup kuat, bahwa kehadiran SMK Jambi IX Lurah 2 merupakan suatu kebutuhan dengan sejumlah kualitas Kinerja guru yang ada di dalamnya, bahkan cenderung dianggap merupakan trend perubahan dan kecenderungan stakeholder yang menuntut Yayasan untuk mendirikannya. Dalam dinamikanya tersebut, kelihatan SMK Jambi IX Lurah 2 ini mengalami kendala kinerja guru. Ketiga, sekolah ini merupakan respon dari tuntutan kebutuhan masyarakat yang banyak lebih tertarik kepada sekolah berbasis teknologi, dan sekaligus pengembangan dari SMK Teknologi IX Lurah 1 Jambi yang berlokasi di dekat SMK Negeri 3 (STM Negeri Jambi).

KeempatǰȱœŽ”˜•Š‘ȱ’—’ȱ–žŠ‘ȱħŠ—”ŠžȱžŠ–Š—¢Šȱž—ž”ȱ–Ž•Š”ž”Š—ȱ penelitian, karena letaknya yang strategis dan berada di pinggir jalan raya. Kelima, sekolah ini memiliki independensi dalam melakukan aktivitas pembelajaran dan manajemen sepanjang tidak terkait dengan masalah keuangan sekolah (masuk dan keluar). Keenam, sekolah ini memiliki siswa dan lulusan yang cukup banyak sesuai dengan perkembangan dan usianya, meskipun tidak ada satu pun perguruan tinggi negeri yang memiliki jurusan teknologi di Jambi.

Hal ini berarti lulusannya harus masuk ke perguruan tinggi swasta seperti Unbari (teknik sipil), Stiteknas (teknik elektro dan mesin).

Padahal, untuk masuk ke perguruan tinggi swasta seperti ini, tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Dengan demikian salah satu alternatif yang diperlukan bagi siswa setelah lulus adalah memilih untuk bekerja dengan berbekal pengetahuan yang diperoleh dari sekolah, karena itu, persoalan kinerja guru sangat terkait dengan penyiapan siswa dalam memenuhi kebutuhan kerja siswa tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan posisi subyek penelitian sebagai yang dipermasalahkan. Misalnya subjek penelitian meliputi

seluruh karakteristik yang berhubungan dengan sistem penghargaan dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja guru pada SMK Jambi IX Lurah 2. Dalam menetapkan subjek penelitian ini, ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan atau menentukan besarnya jumlah sampel/informan, yaitu derajat keseragaman, presisi yang dikehendaki dalam penelitian, rencana analisis, dan tenaga, waktu, dan biaya.9

Terkait dengan data yang akan diperoleh, biasanya ada sumber data dan ada responden. Sumber data adalah benda, hal, atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data, berupa orang (person), kertas (paper) dan tempat (place), sedangkan responden penelitian adalah orang yang dapat merespons, memberikan informasi tentang data penelitian.

ȱ Š•Š–ȱ ™Ž—Ž•’’Š—ȱ ’—’ȱ ¢Š—ȱ Š”Š—ȱ ħŠ’”Š—ȱ ’—˜›–Š—ȱ ŠŠžȱ responden sebanyak 13 orang, yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah sebagai key informan; 3 orang wakil kepala (waka) sekolah, yaitu wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat, dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan; 6 orang guru; dan 3 orang siswa. Pertimbangan peneliti dalam menetapkan subjek penelitian ini didasarkan pada pendapat Faisal,10 yaitu pertama, subjek telah cukup lama menyatu dengan medan aktivitas yang diteliti; kedua, subjek masih terlibat secara penuh atau aktif dalam lingkungan yang menjadi sasaran penelitian;

ketiga, subjek mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi. Dengan demikian, pertimbangan atas pemilihan subjek penelitian sebanyak 16 orang di atas, telah dapat memenuhi keriteria pertimbangan yang ditetapkan.

Keseluruhan subjek penelitian ini, sebagian ada yang didatangi untuk berwawancara dan berdialog. Sebagian yang lainnya dida- tangi, namun tidak diwawancarai dan tidak diajak dialog, tetapi

9 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (ed.). Metode Penelitian Survey. Jakarta, LP3ES, 1989, hal. 149- 150.

10 Š—ŠęŠ‘ȱŠ’œŠ•ǯ Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang, Yayasan Asah Asih Asuh, 1990, hal. 45.

diamati atau diobservasi langsung. Jenis kedua ini berfungsi untuk

–Ž–™Ž›˜•Ž‘ȱ”˜—ę›–Šœ’ȱ–Ž—Ž—Š’ȱŠŠȱ¢Š—ȱ’™Ž›˜•Ž‘ȱœŽ‹Ž•ž–—¢Šǰȱ apakah sesuai antara pendapat yang diberikan atau tidak di lapangan. Namun demikian, tetap memakai kendali yakni melalui trianggulasi, pengecekan ulang informasi dari satu subjek kepada subjek yang lain, sampai pada suatu keadaan atau titik “Ž—ž‘ yakni tanpa bantahan atau sesuai dengan kemampuan dan keyakinan peneliti.

Pemeriksaan data yang ada di lapangan maupun yang tertulis, peneliti lakukan secara terus menerus selama penelitian dan analisis data sehingga dapat memperoleh kesamaan pandangan, pendapat, atau pikiran terhadap fokus permasalahan agar data yang terkumpul tersebut memiliki tingkat keabsahan yang tinggi.