• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Pembelajaran

BAB II Hakikat dan Desain Pembelajaran

A. Hakikat Pembelajaran

Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Istilah sistem meliputi konsep yang sangat luas. Sebagai misal, seorang manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya merupakan suatu sistem, dan masih banyak lagi.

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani

“systema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara terartur dan merupakan suatu keseluruhan. Pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Jadi, pembelajaran sebagai suatu sistem adalah proses interaksi yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik dalam suatu lingkungan belajar tertentu dengan susunan, dan terjadi umpan balik diantara keduanya.

30

Berikut merupakan komponen pembelajaran sebagai suatu sistem:

Input

1. Kurikulum: semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan, karena berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari banyaknya tujuan yang dicapai.

2. Peserta didik: orang/ komponen manusiawi yang melakukan proses pembelajaran

3. Pengajar: guru, dosen, sumber belajar

4. Sarana dan prasarana: bagian atau alat yang harus dipenuhi untuk memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran.

Proses

1. Materi: bahan ajar yang digunakan pengajar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik dan disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar

31

2. Metode: cara/ strategi yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik pada saat mengajar

3. Media: alat bantu yang digunakan pendidik untuk menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Output

Peserta didik dengan kompetensi tertentu: sesuatu yang dijadikan tujuan pembelajaran, yaitu mendapatkan hasil setelah melalui proses belajar.

Kompetensi yang dicapai peserta didik dapat tercapai apabila komponen pembelajaran sebagai suatu sistem (input, proses, output, dan feedback) sudah tercapai

Feedback

Informasi tentang hasil-hasil dari upaya belajar yang telah dilakukan peserta didik. Umpan balik adalah informasi yang berkenaan dengan kemampuan siswa dan guru guna lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh keduanya. Informasi yang dimaksud adalah berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan, bagaimana hasilnya, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya kegiatan untuk siswa pandai harus berbeda dengan kegiatan untuk siswa sedang atau kurang walaupun untuk memahami

32

satu jenis konsep yang sama, karena setiap siswa mempunyai keunikan masing-masing. Hal iini menujukkan bahwa pemahaman terhadap pendekatan, metode dan teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.

Istilah pendekatan, metode, dan teknik bukanlah hal yang asing dalam pembelajaran agama islam.

Padanan untuk kata pendekatan adalah madkhal, metode adalah thariqah, dan teknik adalah uslu. Pendekatan dapat diartikan sebabagi seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama islam.

Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah kegiatan sepesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih.

Dengan demikian dapat dipahami behwa pendakatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan teknik bersifat operasional. Salah satu dalam proses belajar mengajar adalah pendekatan;

Pendekatan saat ini menujukkan bahwa dalam Pendidikan Islam kurang menekankan untuk bagaiamana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang mampu melekat pada pribadi-pribadi yang kokoh. Pendekatan yang selama ini berkembang adalah lebih pada naturalistic-positivistik yang mengacu pada koherensi kognitif dari pada bagaimana “perasaan beragama”

menyentuh wilayah moral praktis.

33

Kedua, pendekatan sosio-kultural (socio-cultural approach). Suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahtraan dan kebahagiaan hidupnya.

Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajaran Agama Islam yang meliputi:

a) Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.

b) Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan.

c) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepaada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan Ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.

d) Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannyadengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi.

34

e) Emosional, upaya mengunggah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

f) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al- Qur’an, keimanan, Ahklak, Fiqih/

ibadah dan Tarikh), segi manfaatnya bagi peserta dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas sesuai dengat tingkat perkembangannya.

g) Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non-agama serta petugas sekolah lainnya maupun orangtua peserta didik, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.

Sedangkan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu:

a. Motivasi, segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang dapat menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Kebutuhan akan pengakuan sosial mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya kegiatan sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar individu.

b. Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.

c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya.

d. Repetisi; senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal.

35

e. Analogi langsung; seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji dan mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur.

f. Memperhatikan keragaman anak; sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahan saja, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu.

g. Memperhatikan tiga tujuan moral yaitu; kognitif, emosional dan kinetik.