NEGERI 7 KENDARI MELALUI TEKNIK STROYTELLING
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian
Jurnal Informasi Pendidikan BPMP Provinsi Sulawesi Tenggara Edisi November 2022 Tahun ke 15 Nomor 12
94 3.4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data nilai Tanya jawab, post test/tes kognitif, hasil observasi pembelajaran dideskripsi untuk memperjelas hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi intention dengan menggunakan NHT dengan talking card.
3.5. Indikator Kinerja
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dipergunakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang diberikan sesuai dengan indikator keberhasilan. Indikator kinerja sebagai standar yang digunakan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran materi Intention dengan menggunakan NHT dengan talking card adalah apabila 80 % siswa telah memperoleh nilai ≥ 66.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Informasi Pendidikan BPMP Provinsi Sulawesi Tenggara Edisi November 2022 Tahun ke 15 Nomor 12
95 Grafik 1. Grafik hasil penelitian proses pembelajaran siklus ke-1
4. Siklus ke-2
Siklus ke-2 ini diawali dengan penjelasan pendahuluan dari guru yang sifatnya sebagai pengantar dan siswa diajak untuk mencermati NHT dengan talking card yang diuraikan pada LKS. Selanjutnya, jika dilihat dari hasil prestasi belajar siswa didalam menyelesaikan soal tes, ternyata seluruh siswa sudah mencapai ketuntasan didalam belajarnya. Hal ini dapat diperhatikan pada tabel rekapitulasi di atas bahwa pada siklus II telah memperlihatkan perubahan kualitas hasil belajar siswa yang sangat baik dimana, untuk ketuntasan aktivitas belajar telah mencapai 96,6% sedangkan ketuntasan tanya jawab, dan kognitif masing-masing 93,3 %.
Perkembangan dan peningkatan nilai hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II sebagaimana diuraikan di atas terdapat pada lampiran penelitian. Adapun data hasil penelitian di dalam proses pembelajaran siklus ke-2 tampak seperti pada grafik di bawah ini.
Grafik 2. Hasil Penelitian Proses Pembelajaran Siklus II
Pada siklus II ini, hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran dibandingkan pada siklus I. Disamping itu, secara umum tampak pemunculan keterampilan kooperatif (bekerja sama) siswa di dalam kelompoknya
0 100 200
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Nilai Siswa
Siswa
Grafik Siklus I
Post Test Tanya Jawab
0 50 100 150 200
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Nilai Siswa
Siswa
Grafik Siklus II
Post Test Tanya Jawab
Jurnal Informasi Pendidikan BPMP Provinsi Sulawesi Tenggara Edisi November 2022 Tahun ke 15 Nomor 12
96 sudah optimal. Dengan demikian pada akhir siklus II hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
4.2. Analisis Hasil Penelitian
Uraian pada hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pemanfaatan NHT dengan talking card dalam pembelajaran materi intention telah menunjukkan hal yang sangat baik dan bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas KTC SMKN 4 Kendari.
Signifikansinya terlihat pada seluruh item penilaian yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari nilai post test, nilai tanya jawab (performance siswa) dan nilai afektif (observasi pembelajaran siswa) menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I terdapat 6 orang siswa yang tidak tuntas atau tidak memenuhi indicator kinerja, sedangkan pada penilaian tanya jawab dan post test ada 19 orang siswa yang tidak tuntas.
Data yang ditampilkan grafik 2 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Intention telah memberi motivasi baru kepada siswa. Motivasi baru tersebut terlihat dengan adanya kemauan dan minat tinggi dalam belajar yang berpengaruh secara signifikasi terhadap rata- rata hasil belajar siswa pada seluruh aspek penilaian (nilai koginitif, afektif, dan psikomotor).
Hal tersebut didukung oleh Proses Belajar Mengajar (PBM) yang semakin baik dibandingkan dengan PBM pada siklus I.
Berdasarkan hasil refleksi bersama pengamat/penilai PBM bahwa pada Siklus I PBM sudah baik tetapi tidak memenuhi skenario/langkah-langkah PBM yang telah direncanakan, sehingga PBM terkesan kaku baik guru maupun siswa. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk perbaikan siklus II, sehingga PBM pada siklus II berjalan sesuai skenario PBM yang direncanakan. Kedua data (siklus I dan II) menunjukkan perbedan hasil yang nyata. Data hasil siklus I siswa bila diperhatikan secara seksama sangat mengecewakan. Kelemahan dan kekurangan tindakan pada siklus I direfleksikan untuk pelaksanaan perbaikan siklus II.
Hal-hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi intention siklus I adalah: (1) siswa belum paham proses diskusi dalam NHT, (2) masih ada siswa yang tidak mau menerima pendapat temannya, (3) siswa kaku dalam berpendapat saat talking card diberikan padanya, dan (4) siswa belum fokus dalam belajar. Kelemahan- kelemahan tersebut akan pada siklus II diupayakan untuk diminimalisasi dan terbukti bisa.
Dalam hal ini guru harus lebih fokus dalam membimbing kelompok berdiskusi, dan menumbuhkan kepercayaan siswa dalam mengungkapkan ide-ide, pendapat, dan tanggapanya. Hal ini sesuai pendapat Corebima dkk (2002) bahwa model kooperatif membantu siswa dalam tiga hal pokok; (1) hasil belajar akademi, (2) penerimaan terhadap
Jurnal Informasi Pendidikan BPMP Provinsi Sulawesi Tenggara Edisi November 2022 Tahun ke 15 Nomor 12
97 keragaman, dan (3) pengembangan keterampilan sosial. Ketiga hal tersebut terinklud pada hasil PTK ini, dimana pemanfaatan NHT dengan talking card telah memberikan pengalaman khusus kepada siswa bagaimana bekerjasama dan kolaboratif dalam menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun orang lain.
Ada beberapa hal yang membuat siswa tertarik dalam pembelajaran dengan memanfaatan NHT dengan talking card antara lain menurut Bloom dkk. dalam Suprayekti (2003), menjelaskan bahwa perubahan-perubahan prilaku merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Sedangkan Gagne mengklasifikasi hasil belajar dalam lima kategori; (a) Informasi verbal , (b) Kemahiran intelektual, (c) Strategi kognitif yang termasuk ranah kognitif, (d) Sikap dan ranah afektif, dan (e) Keterampilan Motorik dari ranah psikomotor. Pendapat lain berasal dari ahli pedagogik Dewey (1916) dalam Arends, (1997) bahwa guru dalam lingkungan belajarnya harus menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah, (Corebima dk. 2002).
Berdasarkan penjelaskan di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan NHT dengan talking card dalam pembelajaran materi intention dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk; (1) memahami materi intention, (2) terbiasa bertanggung jawab, (3) terbiasa menyampaikan pendapat, dan (4) memotivasi siswa dalam belajar sehingga berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa. Sesuai dengan Kurniasih & Sani, (2015) bahwa ”model pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kelebihan: 1) menuntut siswa harus aktif semua, 2) menuntut untuk melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan 3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai”. Selain itu disebabkan oleh terciptanya skenario brilian guru dalam membuat suasana belajar yang demokratis dengan dipandu oleh proses-proses ilmiah sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif bagi siswa.
V. SIMPULAN DAN SARAN