29 Gambar Elemen LOGIC Model
C. Indikator dalam Evaluasi Promosi Kesehatan
Pada prinsipnya evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan lainya, Karakteristiknya ialah dalam indikator yang disamping memakai indikator epidemiologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainya, dalam mengukur efek, lebih menggunakan indikator perilaku.
Indiaktor perilaku tidak ada yang bersifat baku, semua bergantung pada apa, kapan, dimana dan dalam konteks apa digunakan. Oleh karena itu indikator perilaku sering digambarkan sebagai sebuah buku, dimana lembarannya merupakan dimensi perilaku, sedangkan jumlah baris tuisan bisa dianggap sebagai tingkatan atau derajat perilakunya (gambar 7). Indikator Promosi Kesehatan, dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Baik ang kualitatif maupun yang kuantitatif dapat pula bersifat statik maupun dinamik. Sebagai contoh ialah apa yang tergambar dibawah ini (gambar 7
Kebiasaan C Sikap B
Pengetahuan A
Gambar 7. Dimensi dan tingkatan perilaku
Katakanlah A adalah pengetahuan (dimensi), sedangkan B sikap dan C kebiasaan. Maka tulisan di A mengambarkan berapa besar pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok atau masyarakat.
Indikator, berasal dari bahasa Inggeris, kata to indicate yang mempunyai arti (menunujuk/menunjukan). Yang ditunjukkan dapat berupa keadaan,
Tulisan dalam halaman ini mengambarkan berapa banyak ruang yang terpakai yang dapat mencerminkan volumen ata u isi atau tingkat dimensi ini
A
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
31
perubahan atau kegiatan yang meyebabkan perubahan, atau mengakibatkan terjadinya suatu keadaan. Indikator ini merupakan bahasa/media komunikasi universal untuk menciptakan persamaam persepsi tentang suatu hal. Oleh karena itu indikator menggunakan standar-standar yang sesuai dengan bidangnya, logis dan diterima dan dibakukan secara universal.
Indikator kesehatan (secara system) mencakup input, proses, keluaran, efek dan dampak, pada tahap perencanaan, implemetasi maupun evaluasi suatu upaya kesehatan. Indikator kesehatan dapat menjadi ,
1. penunjuk Masalah Kesehatan, misalnya Status kesakitan dan kematian, Status gizi, Status kesehatan lingkungan, Status perilaku dan budaya kesehatn
2. penunjuk keadaan sumber daya kesehatan, misalnya Tenaga kesehatan, Fasilitas Kesehatan, Pendanaan Kesehatan
3. penunjuk kesehatan lingkungan, misalnya Ketersediaan air sehat, Ketersediaan perumahan yang layak, Dll
4. keadaan Kebijakan Kesehatan, misalnya: UU dan peraturan, Politik kesehatan,
Untuk mengetahui indikator-indikator yang mencerminkan maslaah kesehatan ini, dilakukan apa yang disebut diagnosis (asesment) perilaku.
Untu mencapai diagnosis perilaku, dilakukan lebih dulu diagnosis epidemiologik, yang sebenarnaya adalah upaya mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada. Sdetelah masalah kesehatan teridentifikasi dilakukan diagnosis (asesmen) perilaku untuk melihat (peran) faktor perilaku sebagai penyebab atau sebagai faktor risiko. Keberhasilan mengidentifikasi faktor ini merupakan langkah nuntuk menentukan program promosi kesehatan. Namun demikian upaya promosi kesehatan dapat saja berdiri sendiri, misalnya dalam upaya menciptakan (menginovasi) suatu perilaku sehat baru atau gaya hidup sehat yang belum dikenal.
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
32
Setelah berhasil mengidentifikasi masalah perilaku yang akan ditangani, maka masih diperlukan lagi suatu asesmen (diagnosis) ulang yaitu diagnosis administratif, yang berkaitan akan kelayak-laksanaan (feasibilitas) upaya perilaku yang akan dilakukan, sebagai konfirmasi dan sebagai jaminan akan pelaksanaan dan keberlangsungan upaya. Dalam kegiatan ini dilakukan telaah kebijakan dan peraturan (perundang-undangan dan lain-lain) yang mendukung. Jadi perbedaan ketiga diagnosis (asesment) tersebut adalah seperti diuraikan dalam tabel 2, sedangkan cara melakukan pengamatan dan pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.
Setelah mengetahui indikator yang tepat maka selanjutnya ialah mencari parameter (tolok ukur). Tolok ukur ini berupa satuan pengukuran yang berbeda untuk setiap indkator. Misalnya untuk angka kematian bayi (AKB) dipakai adalah jumlah bayi yang mati ketika lahir di suatu saat dibagi dengan 1000 kelahiran bayi saat itu. Ini contoh parameter indikator kematian yang bersifat kuantitatif. Sedangkan untuk indikator perilaku kesehatan yang dipakai untuk promosi kesehatan, umunya bersifat kualitatif walaupun dapat dikuantitatifkan.
Misalnya, di desa x, sedikit sekali ibu-ibu yang pernah melahirkan sebelumnya melakukan pemeriksaan antenatal ke fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan terlatih ketika hamil. Kalau dikuantifikasikan menjadi, hanya 10 % dari semua ibu yang pernah melahirkan melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4 kali di Puskesmas atau dengan bidan. Dalam skala masyarakat atau organisasi bisa pula seperti ini, Di desa x tahun lalu kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan secara sukarela dan bekerjasama telah meningkat 3 kali dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya 3 kali setahun. Contoh lain ialah, kegiatan rapat desa di desa x, telah rutin diisi dengan ceramah dan diskusi tentang KB, Gizi dan penyakit menular.
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
33
Tabel 2. Perbedaan diagnosis epidemiologik, perilaku dan administratif dalam promosi kesehatan
Diagnosis Epidemiologi Diagnosis Perilaku Diagnosis Administratif Suatu kegiatan untuk
mengidentifikasi masalah atau status kesehatan masyarakat.
Suatu kegiatan untuk
mengidentifikasi perilaku yang mempengaruhi masalah atau status kesehatan masyarakat.
Suatu kegiatan untuk mengidentifikasi faktor pemungkin upaya
penanggulangan masalah kesehatan yang
dipengaruhi dan atau mempunyai aspek perilakunya.
Merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan atau pengukuran epidemiologik.
Merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan atau pengukuran perilaku
merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan atau pengukuran.
Caranya dengan mengolah data sekunder yang berasal dari laporan atau
surveillance atau penelitian khusus.
Karena data sekunder jarang tersedia, selalu diperlukan data dari penelitian (asesmen) khusus.
Caranya dengan mengolah data sekunder yang berasal dari aspek legal, kebijakan, alokasi sumber daya dan potensi dukungan infrastruktur pemerintah maupun masyarakat, atau dengan melakukan penelitian khusus.
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
34
Tabel 3. Kegiatan, Cara dan Pengukuran Masalah Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Kegiatan Cara Ukuran Indikator Parameter
Diagnosis Epidemiologi
Pengamatan, Surveillance, penelitian
Ratio, proporsi Angka kematian, kesakitan
Nilai Ideal, optimal
Diagnosis Perilaku
Pengamatan, studi khusus (penelitian)
Ordinal, proporsi
Tingkat perilaku Ideal, optimal
Diagnosis Administratif
Pengamatan, studi data sekunder
Kategorikal, perkembangan
Eksistensi, perubahan
Faktual, prospek
Contoh:
Sebagai contoh adalah suatu kejadian keracunan makanan di sebuah pabrik.
Dari berita di suatu surat kabar dirngkaskan sebagai berikut. Setelah dilakukan pengamatan dan penelitian ditemukan bahwa 50 % pekerja perusahan yang bekerja di giliran malam hari (di suatu hari tertentu), mengalami/enderita muntah-muntah dan setelah diperiksa ternyata makanannya terkontaminasi insektisida.
Dari penelitian diketahui dan dibuktikan bahwa penyebab ialah makanan petugas giliran malam yang terkontaminasi insektisida pada waktu penyediaan/penyajian (piring dicuci dengan air yang terkontaminasi insektisida). Juga dari penyelidikan diketahui tidak adanya kebijakan dan program hygienie perusahaan menyangkut makanan/gizi kayawan oleh perusahaan. Kayawan makan atas inisiatif karyawan secara bergotong royong.
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
35
Kasus ini diringkaskan sebagai berikut
Tabel 4. Ringkasan kasus keracunan di sebuah pabrik
Kegiatan Masalah Indikator Parameter
Diagnosis Epidemiologi
Keracunan Keracunan Insektisida
50% pekerja (Seluruh populasi pekerja giliran malam)
Diagnosis Perilaku
Praktek penyediaan makanan
Pengetahuan dan praktek food hygiene kurang
Seluruh petugas
penyedia/penyaji makanan tidak paham bahaya insektisida dan berlaku ceroboh
Diagnosis Administratif
Perhatian perusahan
Eksistensi, kebijakan dan program
Tidak ada dukungan administratif dari pimpinan maupun dari perusahaan
Bila dibandingkan indikator-indikator promosi kesehatan dari satu dengan lain lokasi maka akan selalu berbeda. Ini karena perilaku memang sangat dipengaruhi nilai-nilai internal dan lingkungan baik fisik maupun budaya.
Demikian juga dengan tingkat peradaban. Bila di negara-negara berkembang yang dirundung kemiskinan, indikator masih mencerminkan hal yang sangat mendasar seperti pengetahauan dan kebiasaan yang buruk dalam kesehatan, terutama dalam menghadapi masalah kesehatan dan atau penyakit yang dapat dicegah, maka di negara maju dan kaya, mereka sudah pada tahap mengatur gaya hidup agar berumur panjang tetapi tidak sakit-sakitan.
Gambar 5 berikut mengambarkan beberapa perbedaan indikator yang dipakai dikaitkan dengan masalah kesehata yang dihadapi.
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
36
Tabel 5. Contoh perbedaan indikator promosi kesehatan antara negara berkembang dan maju
Indikator Negara Berkembang Negara Maju
Status kesakitan/kematian Pengetahuan tentang diaree masih rendah. Masih ada 10 % penduduk yang biasa minum air tidak dimasak
Kepatuhan untuk tidak merokok pada penderita penyakit jantrung koroner rendah.
Perokok perempuan di negara X meningkat 10 % selama 5 tahun terakhir
Status kesehatan lingkungan
Peran serta masyarakat dalam penanggulangan sampah hampir tidak ada.
90% penduduk kampung kumuh X membuang sampah di sungai
Penduduk yang memilih naik sepeda meningkat 20 % dalam 5 tahun terakhir
Konsumsi air rumah tangga kota X menurun 30 % dibanding tahun lalu Status keadaan
sumberdaya
Utilisasi fasilitas kesehatan tersebut menurun 2 % pertahun setelah penyuluhan gaya hidup sehat
Pola perilaku yang
menyebabkan kunjungan ke fasilitas kesehatan berubah dari berobat ke pemeliharaan kesehatan
Status kebijakan kesehatan Hanya 10 % masyarakat pekerja yang mengetahui mengenai undang-undang Jamsostek
100 % pekerja sudah menjadi peserta Jamsostek sukarela
J
BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
37
Jadi jelas bahwa dari contoh diatas, tampak bahwa indikator perilaku yang digunakan untuk promosi kesehatan sangat dipengaruhi oleh situasi dan perkembangan sasaran dan kegiatan sendiri. Oleh karena itu evaluator harus selalu melakukan asessment dan mengembangkan sendiri (bersama sasaran) indikator yang dipakai setelah menetapkan bersama apa yang akan dievaluasi. Bahkan sebelum melakukan diagnosis epidemiologik seorang evaluator pula melakukan apa yang disebut sebagai diagnosis sosial, yaitu suatu diagnosis untuk mengenali masyarakat yang mengalami masalah kesehatan tersebut.