• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan Materialisme

Dalam dokumen Antropologi Sakral Jawa-Islam (Halaman 90-94)

Agama Islam, yang diberikan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW, diberikan untuk disebarkan kepada seluruh manusia. Islam merupakan ajaran tauhid yang merupakan berkah dari Allah untuk membimbing manusia menuju kehidupan yang benar dan baik. Ajaran ini juga menawarkan kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan di akhirat setelah kematian. Allah SWT ber rman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97:

Artinya: Siapa pun, baik pria maupun wanita, yang melakukan perbuatan baik dalam keadaan beriman, akan Kami berikan kehidupan yang baik. Kami juga akan memberi mereka pahala yang lebih baik dari perbuatan mereka.

Berdasarkan ayat ini, manusia memiliki kekuatan untuk membangun peradaban yang baik dan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Ini memungkinkan manusia untuk mengatasi kelemahan dan kemiskinan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, Islam bukan hanya tentang aspek keagamaan seperti wudu, salat, zikir, atau ibadah lainnya, tetapi juga memberikan pedoman untuk kehidupan sehari-hari, kebijakan pemerintahan, politik, ekonomi, dan banyak aspek duniawi lainnya.

Islam sangat memperhatikan urusan dunia, sesuai dengan rman Allah Swt. QS. Al-Jumu’ah ayat 10:

Artinya: “Apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung.”

Dalam Islam, disarankan untuk memberikan perhatian pada urusan dunia sekaligus melaksanakan ritual keagamaan. Ini berarti bahwa dalam masalah dunia, Islam tidak mendorong seseorang untuk hanya mencari kekayaan materi semata. Oleh karena itu, Islam adalah agama yang eksibel dan toleran, dan umat Islam seharusnya tidak merasa

cemburu atau dengki terhadap adanya sistem kapitalisme atau sistem lain, selama sistem-sistem tersebut tidak mengancam ajaran Islam.

Islam tetap akan mempertahankan konsistensinya dan hidup bersama dengan keberagaman di luar Islam. Ini karena Islam memiliki dasar pemikiran dan pertimbangan yang kokoh dan tetap memegang teguh prinsip-prinsip nilai-nilai Islam dalam masalah transaksi sehari- hari. Tidak diragukan lagi bahwa Islam bukan merupakan budaya dari beberapa budaya yang ada. Bukan merupakan hasil cipta rasa karsa manusia belaka, tetapi Islam adalah agama murni berdiri sendiri yang mencakup seluruh sistem, baik berdiri sebagai agama material maupun spiritual yang membawa kepada keharmonisan dalam kehidupan umat manusia. Kemakmuran dalam Islam memang harus dilanjutkan sebab kalau tidak bisa diatasi dapat membuat umat Islam itu menjadi umat yang berpangku tangan dan hanya menanti pemberian. Dalam hal ini Nabi Muhammad saw. memperingatkan sebagai berikut:

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra, berkata Rasulullah saw. bersabda:

“Orang yang terus-terus meminta-minta dari manusia sehingga ia datang dihari kiamat dan pada mukanya tidak akan ada daging sekeping pun” (Mu afaq Alaih).

Maka dari itu, Islam tidak membiarkan adanya kefakiran yang biasanya membuat orang putus asa dan menganggur. Hal itulah yang sebenarnya Islam tidak menghendaki umatnya menjadi umat yang fakir. Menurut sistem pandangan Islam bahwa harta benda itu bukanlah milik mutlak dari pada individu seperti paham kapitalisme dan juga bukan milik mutlak dari masyarakat atau pemerintah seperti yang terdapat pada paham komunis.

Tetapi menurut Islam, harta benda itu adalah sebagai amanat Tuhan untuk diolah dan dipelihara serta didarmabaktikan demi kemaslahatan umat manusia dalam mencapai rida Allah SWT. Jadi, menurut Islam segala unsur materi berasal dari Tuhan dan digunakan sebagai sarana untuk mencapai rida-Nya. Berlainan sekali dengan paham materialisme yang telah menjadikan harta bukan menjadi sarana akan tetapi sebagai tujuan hidup. Islam telah menjadikan pencarian harta sebagai salah satu alat ibadah dan pendekatan diri kepada Allah.

Syaratnya ialah bahwa mencari harta itu dimaksudkan untuk memberi na ah bagi keluarga, bagi dirinya sendiri, atau bagi janda dan

orang miskin, atau untuk mengeluarkan zakat harta. Selain hal tersebut di atas, menurut sistem Islam bukanlah soal alat penghasilan itu yang jadi pokok pemikirannya karena alat-alat tersebut hanyalah benda- benda yang bisa dibentuk dan diciptakan manusia, baik kerja yang berupa pikiran maupun kerja yang berupa tenaga. Dengan demikian, kerja manusialah yang harus menjadi pokok pikiran dan bukanlah soal hak milik atau soal kekayaan harta benda.

Islam ingin bertujuan mencapai kemakmuran dan ketinggian ukuran hidup bersama (high standard of living for all) dengan jalan yang baik dan halal. Untuk mencapainya, umat Islam harus berusaha dan bekerja keras guna memperbaiki hidup bermasyarakat. Dalam usaha- usaha tersebut umat Islam harus mengadakan penghapusan terhadap yang jelek, merusak, dan merugikan sekaligus mengadakan perbaikan dan pembangunan. Penghapusan dan perbaikan tersebut sesuai dengan rman Tuhan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Berlainan dengan paham kapitalis yang telah melahirkan individualisme dan egoisme, maka ajaran-ajaran Islam meletakkan asas-asas kerja sama dan gotong royong di dalam melaksanakan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Gotong royong dalam perjuangan sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk memerangi berbagai macam penindasan, kezaliman, kebodohan, problem masyarakat serta kemelaratan hidup umat manusia. Dengan kata lain, bekerja sama untuk membangun kebajikan. Sebagaimana diterangkan dalam rman Allah Swt. Dalam Surah Al-Maidah Ayat 2:

Artinya: “Dan tolong me nolonglah kamu dalam (Mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Demikianlah perwujudan nilai-nilai agama Islam di dalam kehidupan yang menghendaki keseimbangan, kesejahteraan, dan kebahagiaan baik di dunia maupun kehidupan setelahnya tanpa harus mengurangi rasa kebebasan untuk berusaha dan beradaptasi dengan kemajuan zaman yang dialami dengan tetap berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam.

BAB X

Dalam dokumen Antropologi Sakral Jawa-Islam (Halaman 90-94)

Dokumen terkait