• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tata Kelola Ekosistim Destinasi Pariwisata Bahari

103

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT

Kajian Tata Kelola Ekosistim

104

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT wisata yang sudah ditetapkan oleh Gubernur (Tourism Community Based) sudah diterapkan di Sulawesi Barat.

Diperkuat dengan hasil penelitian lapangan ditemukan selain kekuatan juga masih menemukan kelemahan kelemaha dalam pengelolaan pembangunan ekosistim destinasi pariwisata bahari di Sulawesi Barat, yang dapat dilihat melalui pendekatan kriteria penilaian 5A + 3 S pada tabel dibawah :

Tabel 3. Analisis Kriteria Penilaian 5A+3S

Hasil analisis pengelolaan pembangunan ekosistim destinasi pariwisata Bahari di Sulawesi Barat

NO DIMENSI DESTINASI PARIWISATA

ANALISIS KEKUATAN

ANALISIS KELEMAHAN

a Atraksi wisata bahari

Sumber daya bahari cukup memadai

Masih banyak DTW bahari yang belum tereksplorasi b Aktifitas wisata

bahari

Adanya zona lokasi aktifitas wisata bahari

Belum

dimanfaatkan 3 zona aktifitas wisata bahari dengan

maksimal e Aksesibilitas Aksesibilitas

Jalan cukup memadai

Belum ada transportasi umum dari pusat kota ke kawasan wisata serta papan bicara

105

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT NO DIMENSI

DESTINASI PARIWISATA

ANALISIS KEKUATAN

ANALISIS KELEMAHAN

d Amenitas Dipusat kota amenitas cukup memadai

Dikawasan wisata

amenitas belum terpelihara

c Akomodasi Akomodasi dipusat kota sudah

memadai

Jenis akomodasi belum bervariasi Belum ada homestay dikawasan pariwisata f Security Di pusat kota

cukup aman

Belum adanya pusat keaman pariwisata terpadu di DTW Bahari

g Safety Keselamatan

wisatawan adalah yang utama

Di kawasan pariwisata bahari belum menerapkan unsur keselamatan wisatawan h Sanitation Sanitasi

masyarakat cukup terpelihara

Kebersihan di kawasan pariwisata

106

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT NO DIMENSI

DESTINASI PARIWISATA

ANALISIS KEKUATAN

ANALISIS KELEMAHAN

belum terpelihara

Atraksi wisata Bahari

Atraksi wisata bahari pada umumnya di lima Kabupaten Sulawesi Barat dari segi geografis hampir serupa, namun dengan kondisi kawasan wisata bahari yang ada baik pesisir pantai maupun pulau perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah untuk dapat dikembangkan dan dikelola lebih profesional dengan merujuk pada standar pengelolaan kawasan pariwisata yang berkelanjutan dan standar pengelolaan sesuai Permen Parekraf No 4 tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Pariwisata. Sesuatu yang menjadi daya tarik di kawasan destinasi pariwisata khususnya destinasi pariwisata Bahari perlu mendapat perhatian khususnya dari segi keamanan wisatawan karena kawasan destinasi bahari salah satu daya tarik wisata yang beresiko tinggi.

Negara-negara yang sudah menjual destinasi pariwisata bahari sudah menerapkan standar pengeleloaan destinasi pariwisata bahari yang cukup ketat seperti contoh di Thailand meperkenalkan kawasan pariwisata bahari Puket Island dengan menelusuri muara sungai menuju pantai yang indah dengan menggunakan perahu dimana semua wisatawan tidak boleh naik perahu tanpa menggunakan pelampung.

107

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT Bagaimana dengan di Indonesia pada umumnya belum menerapkan standar pengelolaan bahari yang benar khususnya di Sulawesi Barat belum menerapkan hal tersebut yang diterapkan di Puket Island, berdampak kepada kualitas destinasi pariwisata bahari itu sendiri. Di Sulawesi Barat sumber daya wisata bahari cukup memadai namun masih banyak yang belum tereksplor.

Dari data yang terhimpun data sekunder wisata alam, terdapat kurang lebih 154 (Setidaknya seratus lima puluh empat) DTW alam yang telah berkembang maupun masih bersifat potensi (belum dikembangkan) di seluruh wilayah Sulbar, serta terdapat 72 DTW budaya yang tersebar di enam Kabupaten. Sedangkan Kabupaten Mamuju Utara hanya sekitar 3 (tiga) DTW budaya yang berbasis pada peninggalan budaya berupa komunitas masyarakat adat dan juga berupa situs. Data wisata buata yang ditemukan ada 25 (dua puluh lima) DTW buatan yang dikembangkan di 4 (empat) kabupaten yaitu di Kabupaten Mamuju dengan jumlah DTW buatan sebanyak 7 DTW, Kabupaten Majene yang hanya terdapt 2 DTW, Kabupaten Polewali Mandar juga sama hanya 3 DTW, dan di Kabupaten Mamuju Tengah 13 DTW. Data lengkap DTW dapat dilihat pada lampiran hasil penelitian ini.

Aktifitas wisata bahari

Kita bisa melihat bagaimana kawasan Nusa Dua Bali menjual destinasi pariwisata Bahri dengan menawarkan 3 dimensi aktifitas wisata bahari baik pesisir pantai dengan aktifitas bersantai dipinggir pantai berenang, berjemur sambil menikmati kuliner khas Bali, begitupula dimensi permukaan laut dengan berbagai aktifitas bananaboat,

108

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT paraceiling, jetsky, memnacing, menikmati taman laut dengan menggunakan perahu kapal katamaran dan lain lain, begitu pula aktifitas di kedalam laut snorkling, diving, penelitian kapal karam.

Aktifitas wisata bahari dipesisisir pantai dapat pula ditampilkan atraksi budaya bahari, belajar kehidupan masyarakat nelayan, belajar tentang ekosistim tanaman mangrove. Di sepanjang pesisir pantai khususnya Pulau Karampuang masih menerapkan satu dimensi pemanfaatan wisata bahari yakni pemanfaatan pesisisr pantai, hal ini belum sejalan dengan konsep pemanfaatan tiga dimensi pemanfaatan aktifitas wisata bahari (Farid 2019)

Banyaknya aktivitas yang ditawarkan akan semakin banyak pula pilihan bagi pengunjung/wisatawan yang dapat dilakukan, dan akan semakin bergairah untuk berwisata, akan berdampak kepada lama tinggal, akan semakin banyak uang yang dibelanjakan, akan semakin puas juga.

Di Sulawesi Barat memiliki potensi di tiga zona dimensi pemanfaatan wisata bahari na,mun belum dimanfaatkan secara maksimal. Aktifitas atau event yang sangat spektakuler yang dilaksanakan setiap tahun yakni Festival perahu Sandeq bahkan di tahun 2022 menyeberang melintasi samudra sampai ke Ibu Kota Negara IKN di Kalimantan Timur.

Hasil penelitian ini dapat diuraikan tiga dimensi pemanfaatan pariwisata bahari yang perlu diketahui yakni pertama pemanfaatan aktifitas di pesisir pantai, kedua pemanfaatan aktifitas di permukaan laut dan terakhir pemanfaatan aktifitas di kedalaman laut, adapun bentuk aktifitasnya sebagai berikut :

109

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT Aktifitas di pesisir pantai

a. Olahraga volli pantai, b. Rekreasi bersama keluarga c. Berjemur

d. Mandi pasir

Aktifitas di permukaan laut a. Olahraga jet sky b. Speed boat c. Paraceiling

d. Berenang bersama keluarga e. Surving

Aktifitas di kedalaman laut a. Snorkling

b. Diving

c. Penelitian terumbu karang d. Penelitian kapal karam

Aksesibilitas wisata Bahari

Menikmati daya tarik wisata bahari adalah hal yang mengesankan , namun kadang yang menjadi kendala adalah akses menuju ke daya tarik wisata masik sulit ditemukan khusnya dari pusat kota kambupaten, pengunjung hanya bisa membawa kendaraan pribadi namun belum ada kendataan umum Public Transportation.

Transportasi adalah urat nadi kepariwisataan wisatawan tidak bisa bergerak daritempat tinggalnya kalau tidak ada transportasi baik transportasi jarak jauh pesawat udara, kapal laut, kereta api, transportasi jarak sedang bus antar provinsi menuju Sulawesi Barat sumber wisatawan dari

110

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT Sulawesi Selatan, transpoertasi jarak pendek yakni transpoertasi dari dan ke Daya tarik wisata dalam kabupaten di Sulawesi Barat.

Selain transportasi , informasi tentang jenis transportasi, biaya trabsportasi dan jarak Daya tarik wisata bahari sangat kurang membuat kesulitan bagi wisatawan untuk mengunjungi daya tari wisata bahari di Sulawesi Barat. Salah satu unsur daya tarik wisata adalah mudahnya akses menuju daya tarik wisata tersebut, banyaknya pilihan dan terbukanya akses menuju DTW semakin tertarik wisatawan untuk berkunjung. Akasesibilitas sumber wisatawan yakni kerjasama dengan tour operator dari Makassar untuk menjual potensi pariwisata bahari di lima kawasan pariwisata unggulan di Sulawesi Barat.

Amenitas Wisata Bahari

Fasilitas pariwisata adalah unsur penunjang yang utama bagi kebutuhan wisatawan diantaranya adalah restoran/rumah makan, seperti Pusat informasi, perbankan, klinik, toko cendramata dan toilet merupakan kebutuhan dasar wisatawan.

Di Sulawesi Barat pada 5 kawasan pariwisata unggulan belum banyak tersedia fasilitas pariwisata (Amenitas) yang masih tersedia dipusat kota Kabupaten, begitu juga toilet yang tersedai di Destinasi pariwisata bahari masih kurang, kalaupun ada tidak terpelihara dengan baik sehingga meresahkan dan tidakbetah bagi wisatawan yang berkunjuung ke DTW Bahari di Sulawesi Barat.

111

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT Akomodasi dalam mengembangkan wisata bahari

Wisata bahari memang tidak identik dengan hotel mewah namun wisatawan bahari lebih memilih resort sederhana, home stay, Lodge dll

Akomodasi bisa membuat nyaman dan betah wisatawan untuk tinggal lebih lama di suatu destinasi pariwisata bahari, jika akomodasi tersebut dikelolah oleh SDM yang berkualitas dan kompeten. Dari tahun ketahun jumlah hotel dan kamar hotel terus bertambah seiring bertumbuhnya sumber daya manusia yang dibutuhkan pihak industr.

Di Sulawesi Barat belum banyak tersedia akomodasi di Kawasan Destinasi Pariwisata bahari, hampir semua akomodasi masih berada di Kota Kabupaten dengan Sumber daya manusia yang terbatas dan belum memiliki sertifikat kompetensi.

Berdasarkan data sekunder yang dihimpun, terdapat kurang lebih 61 unit hotel,yang terdiri atas 26 unit hotel bintang satu, 2 unit hotel bintang dua, dan 3 unit hotel bintang tiga, serta 30 unit hotel kelas melati. Pemerintah daerah hendaknya memberi peluang yang besar daengan persyaratan yang mudah bagi investor untuk membangun hotel agar tingkat kunjungan wisatawan terus meningkat seiring meningkatnya daya tari wisata dan memeberi pemahaman serta pelatihan kepada masyarakat untuk merenovasi satu kamar kamar setiap rumah untuk di jadikan homestay khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir lima kawasan daya tarik wisata bahari unggulan di Sulawesi Barat.

112

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT Security in marine tourism

Aspek keamanan di enam Kawasan destinasi pariwisata unggulan khususnya di lima kawasan wisata bahari di Sulawesi Barat perlu menjadi perhatian khuusus oleh pemerintah daerah karena konsep pariwisata bahari termasuk penyelenggaraan usaha pariwisata yang beresiko tinggi. Harus tersedia standar fasilitas pariwisata bahari seperti pos keamanan, menara intai, semua pemilik dan pengelola perahu/kapal yang disewakan kepada pengunjung dan wisatawan, penjaga keamamanan pantai, tanda tanda berbahaya di atas permukaan laut dan lain lain.

Fasilitas yang dimaksud diatas semua belum tersedia di pesisiar pantai Sulawesi Barat khususnya di 5 kawasan destinasi unggulan.

Safety in Marine Tourism Zone

Hasil pengatana kami dilapangan dan hasilobservasi langsung hasil kunjungan ke daya tarik wisata bahari namun belum disiapkan standar keselamatan wisatawan yang melakukan aktifitas bahari seperti pelampung, tanda berbahaya dipantai dan permukaan laut, jalur evakuasi dan lain lain, tanggapan yang kami dapatkan bahwa daya tarik wisata yang ada di Sulbar kurang lebih 80 persen adalah pengunjung lokal, mereka merasa nyaman saja dengan kondisi yang sudah ada sehingga bagi pengelola POKDARWIS merasa pengunjung lokal yang datang berulang khususnya dihari libur dan libur panjang idhul fitri datang bersama keluarga dengan membawa makanan masing masing sudah lebih dari cukup tanpa memperhatikan keselamatan diri mereka sendiri dan belum memperhitungkan peluang kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara dapat pula berkunjung, yang berdampak

113

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT kepada meningkatkan kualitas daya tarik wisata bahari dan sumber pendapatan masyarakat di Sulbar.

Sanitation in marine tourism

Kebersihan adalah faktor utama di destinasi pariwisata. Kondisi ini dapat kita lihat sebagai contoh destinasi pariwasa di Bali hampir semua Daya Tari wisatanya bersih dan dijaga oleh petugas yang membersihkan setiap saat sehingga pengunjung/wisatawan pun enggan membuang sampah sebarang tempat karena kawsannya bersih dan tersedia temapt sampah yang dapat dilihat langsung oleh wisatawan.

Di Sulbar hampir semua kawasan destinasi pariwisata unggulan belum menerapkan manejemen sampah yang baik dan benar. Ada diantara kawasan pariwiata unggulan sudah bersih namun tumpukan sampah masih dapat dilihat oleh wisatawan sehingga kesannya tidak bersih dan ditumpuk diantara tempat parkir kendaraa yang tidak teratur pula.

Kedelapan dimensi destinasi pariwisata bahari diatas dapat berjalan baik jika kesadaran partisispasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pemerintah daerah serta masyarakat mengurangi kelemahan dengan memperbaikinya menjadi peluang dalam mengembangkan pariwisata bahari dengan pendekatan konsep periwisata berbasis masyarakat.

Konsep pariwisata berbasis masyarakat sudah dikenal sejak tahun 1995 dan diperkuat oleh Kementerian Pariwisata menetapkan istilah ini sebagai model pembangunan pariwista yang melibatkan masyarakat sejak tahun 2017 untuk mempercepat pembangunan pariwisata di pedesaan maka bermunculan konsep desa wisata yang

114

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT sampai saat ini tumbuh dan berkembang. Konsep keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata adalah salah satu cara yang cepat untuk mencapai tujuan dari pembangunan pariwisata di Indonesia yaitu menghapus kemiskinan dan mensejahtrakan masyarakat, hal ini diperkuat dengan pendapat bahwa kondisi Masyarakat lokal dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat memiliki kesadaran untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kepariwisataan di wilayahnya melalui kelangsungan budaya, sosial, dan lingkungan (Prabawati:2013)

Empat dari enam kawasan pariwisata bahari di Sulawesi Barat sudah melibatkan masyarakat dalam mengelolaan kawasan pariwisata bahari melalui kelompok sadar wisata (POKDARWIS)

115

KAJIAN PARIWISATA BAHARI SULAWESI BARAT

Konsep Kolaborasi