BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
a. Definisi dan Konsep Implementasi
Implementasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan dengan penerapan atau pelaksanaan. Penerapan merupakan kemampuan menggunakan materi ke dalam situasi konkrit atau nyata.
Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan dan penerapan.
31 Satriani.T, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Service Excellent terhadap kepuasan pelanggan di kantor Cabang unit pegadaian kecamatan Cempa”, (Skripsi, IAIN Pare-Pare, 2018).
32 Moh. Bagus Ardiyansyah, “Implementasi Service Excellence Oleh Customer Service Pada KSPPS BMT Matra Pekalongan”, (Skripsi, IAIN Pekalongan, 2018).
Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah program sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan. Pada dasarnya implementasi sebuah program dan kebijakan dari pemerintah maupun sektor swasta harus dilaksanakan dan diterapkan seutuhnya dilapangan, namun jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dilapangan saat pelaksanaan dari program dan kebijakan tersebut akan terjadi kesia-siaan dari rancangan dan akhirnya menimbulkan permasalahan.
Implementasi merupakan sebuah tindakan nyata dari rencana dan rancangan yang sudah disusun secara matang dan juga terperinci.
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian implementasi. Implementasi adalah bermuara pada aktifitas, aksi atau tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktifitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Hanifah Harsono berpendapat bahwa implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi33. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Sedangkan Guntur Setiawan berpendapat implementasi adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
33 Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Jakarta: Grafindo Jaya, 2002), 67.
pelaksana, birokrasi yang efektif.34
Menurut Wahab, implementasi program merupakan aspek penting dari keseluruhan proses program, implementasi program tidak hanya sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi melainkan lebih dari itu. Ini menyangkut masalah konflik, keputusan dari siapa dan memperoleh apa dari suatu program. Ia juga menyatakan, dalam implementasi khususnya yang dilibatkan oleh banyak organisasi pemerintah sebenarnya dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang yakni35 :
a. Pemprakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center atau pusat);
b. Pejabat-pejabat pelaksana dilapangan (the periphery);
c. Aktor-aktor perorangan diluar badan-badan pemerintah kepada siapa program-program itu diwujudkan yakni kelompok- kelompok sasaran.
Menurut Ripley &Franklin, ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu compliance (kepatuhan) dan What’s Happening (Apa yang terjadi). Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor pada patuh terhadap prosedur atau standar aturan yang telah ditetapkan. Sementara untuk “what’s happening”
mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan,
34 Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 39.
35 Abdul Wahab, Analisis Kebijakan dari Formula Keimplementasian Kebijakan Negara, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1991). 45.
hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya.
Jadi implementasi program tidak hanya terbatas pada tindakan perilaku unit untuk bertanggung jawab untuk melaksanakan program, tetapi lebih dari itu jaringan sosial politik dan ekonomi yang berpengaruh pada semua pihak terlibat dan akhirnya terdapat suatu dampak yang tidak diharapkan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa implementasi bukan hanya sekedar aktifitas dan tindakan dari pelaksanaan sebuah program, akan tetapi implementasi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersungguh- sungguh berdasarkan acuan dan pedoman norma tertentu untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.
2. Service Excellent
1.) Pengertian Service Excellent (Pelayanan Prima)
Berkaitan dengan pelayanan ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian melayani adalah membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain.36
Pelayanan prima atau service excellent merupakan
36 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Altabeta, 2010), 211.
sebuah bentuk keharusan atau tuntutan dalam industri jasa maupun dagang ketika menghadapi konsumen atau pelanggan.
Didunia bisnis, persaingan anatar penjual sangat ketat. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan para penjual harus memberikan service yang memuaskan kepada para pelanggannya, Karena jika tidak memberikan pelayanan yang baik maka para pelanggannya akan beralih ke yang lainnya.
Pelayanan atau service adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan suatu pihak lainnya yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari suatu pihak ke pihak lannya.37
Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah. Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standart yang telah di tetapkan.
Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki perusahaan seperti halnya pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat
37 Malayu S. P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT Bumi Aksara,2007), 152.
dan dengan etika yang baik sehingga meningkatkan kualitas dan memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerimanya.38
Service excellent (pelayanan prima) juga dapat diartikan sebagai sebuah kepedulian oleh perusahaan terhadap para pelanggan dengan berusaha memberikan pelayanan sebaik mungkin dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.39
Service excellent (pelayanan prima) adalah suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas.
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan/
masyarakat.40
Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik yang diberikan perusahaan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan, baik pelanggan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan.41
38 Kasmir, Etika Customer Service (Jakarta: Raja Wali Pers, 2011), 31-32.
39 Nina Rahmawati, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 18.
40 Khoirul Maddy, Hakikat dan Pengertian Pelayanan Prima, (Jakarta: Chama Digit, 2009), 8.
41Daryanto dan Ismanto, Konsumen dan Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Gava Media, 2014), 131.
2.) Tujuan dan Manfaat Service Excellence (Pelayanan Prima) Terdapat beberapa tujuan service excellence (pelayanan prima)42 yaitu:
a. Memberikan kepercayaan dan rasa puas kepada konsumennya dalam memberikan kualitas dan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan.
b. Adanya service excellence agar tetap terjaga pelanggan merasa di rawat dan di perhatikan serta dipentingkan segala kebutuhan dan keinginannya.
c. Upaya mempertahankan pelanggan agar tetap loyal dalam menggunakan produk barang atau jasa yang ditawarkan.
Adapun beberapa manfaat yang didapatkan atas diterapkannya pelayanan prima adalah sebagai berikut:43
a. Meningkatkan citra perusahaan yaitu citra atau nama perusahaan dapat diledakkan dengan sebuah usaha pelayanan prima. Perusahaan yang memberikan layanan bermutu serta mengedepankan atau memprioritaskan pelanggan adalah mereka yang memiliki strategi bertahan dan berkembang. Semakin cepat dan tepat dilakukan pelayanan prima (service excellence) maka semakin hebat pula perusahaan itu bangkit.
42 Nina Rahmawati, Manajemen Pelayanan Prima (Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2010), 12-14.
43 Daryanto dan Ismanto, Konsumen dan Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Gaya Media, 2014), 109.
b. Memberikan kesan baik yaitu loyalitas merupakan keadaan yang bisa dibentuk. Loyalitas merupakan kesetiaan yang bisa dibentuk dari pelanggan kepada perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan memberikan pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan.
c. Loyalitas pelanggan/nasabah yaitu setiap pertemuan antara pelanggan dengan perusahaan bagian frontliner (customer service) pasti menimbulkan kesan. Ketika service excellence (pelayanan prima) dilakukan sesuai prosedur perusahaan yang berlaku, pelanggan akan merasa sangat dihargai dan merasa diayomi dengan baik. Dengan demikian kesan yang baik akan didapatkan dan dirasakan manfaatnya oleh perusahaan dari pelanggan.
d. Mendapatkan timbal balik yang sesuai yaitu segala aspek yang dilakukan oleh customer service, selaku garda depan dari perusahaan akan mendapatkan timbal balik yang sesuai dari pelanggannya. Seorang pelanggan yang datang dan mengeluarkan keluhan lalu ditanggapi dengan baik dan bijak oleh customer service, maka pelanggan akan membicarakan mutu dan kualitas pelayanan pada publik.
3.) Konsep A6 Service Excellence (Pelayanan Prima)
Keberhasilan dalam mengembangkan dan melaksanakan service excellence (pelayanan prima) tidak lepas dari kemampuan
dalam memilih konsep pendekatannya antara lain44: a. Sikap (Attitude)
Sikap (attitude) adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika menghadapi pelanggan, yang meliputi penampilan yang sopan dan serasi, berpikir positif, sehat dan logis dan bersikap menghargai.
b. Perhatian (Attention)
Perhatian (attention) adalah kepedulian penuh kepada pelanggan, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya, yang meliputi mendengarkan dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para pelanggan, mengamati dan menghargai perilaku para pelanggan dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
c. Tindakan (Action)
Tindakan (action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan, yang meliputi mencatat setiap pesanan para pelanggan, mencatat kebutuhan para pelanggan, menegaskan kembali kebutuhan para pelanggan, mewujudkan kebutuhan para pelanggan dan menyatakan
44 Atep Adya Barata, Dasar-Dasar Pelayanan Prima, (Jakarta: Elex Media Kompetindo, 2003), 31.
terima kasih dengan harapan pelanggan mau kembali.
d. Kemampuan (Ability)
Kemampuan (ability) adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk menunjang program pelayanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi dan mengembangkan public relation sebagai instrument dalam membina hubungan kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
e. Penampilan (Apperance)
Penampilan (apperance) adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik saja maupun non fisik, mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.
f. Tanggung Jawab (Accountability)
Tanggung Jawab (accountability) adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai suatu wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan.
4.) Ciri- Ciri Service Excellence (Pelayanan Prima)
Berikut ini beberapa ciri pelayanan yang baik yang harus diikuti oleh karyawan yang bertugas melayani
pelanggan/nasabah.45
a. Tersedianya Karyawan Yang Baik
Kenyamanan nasabah sanagat tergantung dari karyawan yang melayaninya, karyawan harus sopan, ramah, dan menarik. Disamping itu, karyawan harus tanggap, cepat, pintar, dan pandai bicara menyenangkan nasabah. Karyawan juga harus mampu memikat dan mengambil hati nasabah sehingga nasabah semakin tertarik. Demikian juga dengan cara kerja karyawan harus cekatan, cepat dan rapi.
b. Tersedianya Sarana dan Prasarana Yang Baik
Pada dasarnya nasabah ingin dilayani secara prima.
Untuk melayani nasabah, salah satu hal yang paling penting diperhatikan yaitu kualitas dan kuantitas sumber daya manusia adalah sarana dan prasaranya yang dimiliki perusahaan, misalnya banyaknya nasabah yang selalu berdatangan setiap hari maka bank memberikan tempat duduk sehingga nasabah dapat secara nyaman menunggu saat melakukan transaksi, memberikan tenpat parkir yang cukup luas agar nasabah merasa nyaman atas keamanan kendaraan yang di bawa, menyediakan ruang yang harum, dingin serta tidak panas dan memiliki banyak cabang diberbagai daerah sehingga memudahkan nasabah untuk
45 Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 34-39.
datang.
c. Bertanggung jawab Kepada Setiap Nasabah Sejak Awal Hingga Selesai.
Dalam menjalankan kegiatan pelayanan karyawan harus mampu melayani dari awal sampai tuntas. Nasabah akan merasa puas jika karyawan bertanggung jawab terhadap pelayanan yang di inginkan oleh nasabah. Misalnya nasabah datang ke bank untuk melakukan transaksi pada bagian teller menanyakan bantuan kepada nasabah dari awal transasksi sampai selesai transaksi.
d. Mampu Melayani Secara Cepat dan Tepat
Mampu melayani secara cepat dan tepat artinya dalam melayani nasabah diharapkan karyawan harus melakukannya sesuai prosedur. Layanan yang diberikan sesuai jadwal untuk pekerjaan tertentu dan jangan membuat kesalahan dalam arti pelayanan yang diberikan sesuai dengan standart perusahaan dan keinginan nasabah.
Kecepatan dan ketepatan dalam menangani komplain nasabah dapat meredam atau menghilangkan pemikiran negatif yang dialami nasabah. Respons yang cepat, tepat dan tuntas merupakan tindakan recovery yang dapat menambah kepercayaan nasabah. (problem free)
e. Mampu Berkomunikasi
Mampu berkomunikasi artinya karyawan harus mampu berbicara kepada setiap nasabah. Karyawan juga harus mampu dengan cepat memahami keinginan nasabah.
Komunikasi yang dibangun ketika melayani nasabah harus mendasar, transparan, dan saling menguntungkan.
Karyawan juga dituntut untuk memahami dan meguasai prinsip dasar bank syariah, model akad serta pengetahuan produk yang berbeda dengan produk bank konvensional karena pemahaman masyarakat tentang bank syariah belum sebaik pemahaman tentang bank konvensional. Lakukan komunikasi secara rilek, sapa nasabah dengan nama yang disenanginya, serta berlemah lembutlah selama berinteraksi dengan nasabah.
f. Memberikan Jaminan Kerahasiaan Setiap Transaksi
Pada dasarnya, menjaga rahasia nasabah sama artinya dengan menjaga rahasia perusahaan. Oleh karena itu, karyawan harus mampu menjaga rahasia nasabah kepada siapapun. Menjaga rahasia nasabah merupakan ukuran kepercayaan nasabah kepada perusahaan.
g. Memiliki Kemampuan dan Pengetahuan Yang Baik
Kemampuan dalam bekerja akan mampu mempercepat proses pekerjaan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Demikian pula dengan ketepatan dan keakuratan pekerjaan juga akan terjamin.
h. Berusaha Memahami Kebutuhan Nasabah
Berusaha memahami kebutuhan nasabah artinya karyawan harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan oleh nasabah. Petugas harus lebih dulu berusaha untuk mengerti kemampuan nasabah dengan cara mendengar penjelasan, keluhan atau kebutuhan nasabah secara baik agar pelayanan terhadap keluhan atau keinginan yang diharapkan nasabah tidak salah.
i. Mampu Memberikan Kepercayaan Kepada Nasabah
Diperlukan sehingga calon nasabah mau menjadi nasabah perusahaan yang bersangkutan. Demikian pula untuk menjaga nasabah yang lama perlu dijaga kepercayaannya agar tidak lari. Semua ini melalui pelayanan karyawan khususnya dari seluruh karyawan perusahaan pada umumnya.
j. Kebersihan dan kerapian ruang kerja46
Saat ini kantor tidak hanya tempat kerja, namun telah menjadi rumah singgah utama bagi karyawan untuk mencari nafkah dan berkarier sehingga ruang kerja harus ditata
46 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2014), 304.
sedemikian rupa supaya menjadi nyaman saat ditempati.
Kondisi asri yang berbentuk juga dapat menciptakan suasanah rumah bagi para tamu dan nasabah yang berkunjung.
Kebersihan dan kerapian ruang kerja dapat menciptakan kenyamanan dalam memberikan layanan kepada nasabah.
Penataan ruang kerja juga harus dilakukan karena berkaitan dengan kebutuhan internal dan tuntutan eksternal. Adapun manfaat yang akan diperoleh :
1) Menciptakan lingkungan kerja yang higinis, bersih, nyaman dan menyenangkan semua orang
2) Meningkatkan semangat karyawan
3) Menciptakan pribadi karyawan yang cekatan dan professional.
4) Mendorong efisiensi dalam kerja, misalnya mempermudah gerak sewaktu mencari peralatan kerja, mengurangi kesalahan karena harus mencari berkas atau dokumen.
5) Mendorong karyawan supaya disiplin tinggi karena dapat melaksanakan tugas secara tepat, cepat dan akurat.
6) Memperjelas jalur kerja guna meningkatkan kualitas kerja dan meminimalkan kelambatan waktu
penyerahan.
7) Mengurangi gerak kerja yang tidak bernilai tambah, berjalan jauh, atau gerak kerja dengan tegangan yang menimbulkan kesalahan.
3. Pengertian BMT 1) Pengertian BMT
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul Mal47 yaitu mengarah pada penyaluran dan penerima dana titipan dana ZIS (zakat, infak, dan sedekah) dengan mengoptimalkan distribusinya dengan memberikan santunan kepada yang berhak (ashnaf) sesuai dengan peraturan dan amanat yang diterima.
Sedangkan baitul tamwil yaitu dengan melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan inventasi dalam melakukan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Jadi Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan kegiatan mengumpulkan dana atau menghimpun dana dari berbagai sumber seperti zakat, infak, sedekah, atau dalam bentuk simpanan dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat ekonomi rendah.
47 Nurul Huda, dkk, Baitul Mal Wa Tamwil, (Jakarta: Amzah, 2016), 37.
Adapun pengertian lain dari Baitul Maal Wattamwil (BMT)48 yaitu lembaga ekonomi atau keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal karena BMT ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya.
2) Peran BMT
Selain BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang membantu masyarakat untuk memiliki usaha atau pengembangan usaha, BMT juga memiliki peran dalam masyarakat yaitu :
a) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. BMT harus bersikap rata terhadap masyarakat, hal ini dapat dilakukan dengan cara evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas misalnya pembiayaan tentang seorang nasabah yang layak atau tidak dalam pemberian uang sebagai modal usahanya.
b) Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syariah.
Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat memahami arti pentingnya melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan syariah serta tidak merugikan satu sama lainnya.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
48 Ibid., 35.
sosialisasi kepada masyarakat dimulai dari melakukan pelatihan bertransaksi yang jujur (bukti dalam bertransaksi, tidak boleh curang dalam jumlah takaran, dan lain–lain).
c) Melepaskan masyarakat dari sikap ketergantungan terhadap rentenir. BMT harus lebih baik lagi dalam melayani masyarakat ataupun anggotanya yang membutuhkan biaya agar mereka tidak pergi ke rentenir lagi yang dapat merugikan mereka dan mereka terpaksa pergi karena alasan bahwa BMT tidak setiap saat dapat membantu masyarakat dalam masalah modal.
d) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT aktif untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha para anggota/nasabah apakah dagangan/usahanya lancar atau ada hambatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pendampingan dan pembinaan yang nantinya bila nasabah mengalami hambatan, BMT dapat membantu atau memberi solusi atas masalah tersebut.
3) Prinsip Operasional BMT
BMT dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara: pemilik dana (rabbul mal) yang menyimpan uangnya di BMT, BMT selaku pengelola dana (mudarib), dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bisa
berstatus peminjam dana atau pengelola usaha. Secara garis besar kegiatan operasional yang dikembangkan BMT adalah:49 a) Menggalang dan menghimpun dana (funding) yang
dipergunakan untuk membiayai usaha-usaha anggotanya.
Sumber dana BMT terdiri dari dana masyarakat, simpanan biasa, simapanan berjangka atau deposito dan melalui kerjasama dengan lembaga lain.
b) Para penyimpan akan memperoleh bagi hasil dengan mekanisme yang sudah diatur dalam BMT. Memberikan pembiayaan kepada anggota sesuai dengan penilaian kelayakan yang dilakukan oleh pengelola BMT bersama anggota yang bersangkutan.
c) Mengelola usaha simpan-pembiayaan (financing/lending) itu secara profesional sehingga kegiatan BMT bisa
menghasilkan keuntungan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Mengembangkan usaha-usaha di sektor riil yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan menunjang usaha anggota.
49 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000), 111.