• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

Teori sendiri berfungsi sebagai pedoman atau kerangka berfikir ilmiah yang dapat mengarahkan peneliti sehingga dapat merangkum pengetahuan atau menyajikan data yang telah ditemukan. Adapun teori dari kajian yag teliti adalah:

1. Perlindungan Hukum

a. Pengertian perlindungan hukum

Perlindungan hukum adalah tempat untuk berlindung dari masalah perbuatan dan lain-lain, sedangkan hukum sendiri merupakan keseluruhan asas – asas dan kaidah – kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan dalam hukum.28 secara sederhana perlindungan hukum merupakan bentuk aturan atau kaidah yang bertujuan untuk melindungi atau memberikan perlindungan berupa hukum.

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond bahwa hukum bertujuan mengintregasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan masyarakat. Kepentingan hukum sendiri bertujuan untuk mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memlik otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.29

Sebagaimana ditunjukan oleh Philipus M. Hadjon perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan respresif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati – hati dalam pengambilan

28 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Dalam Pembangunan (Bandung: Alumni, 2002), 2

29 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2000), 53

24

keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan respresif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa termasuk penangannya dilembaga pengadilan.

berdasarkan hal tersebut, perlindungan hukum bagi pengguna layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi di indonesia akan digambarkan sebagai berikut.

1) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan hukum secara preventif adalah kesempatan bagai masyarakat umum untuk memprotes ( inspraak) atas pendapat mereka sendiri atau secara berkelompok sebelum ada suatu keputusan pemerintah yang mendapat bentuk definitif.

sehingga, perlindungan hukum ini memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya sengketa yang sangat besar. Dengan adanya suatu tindakan perlindungan hukum secara preventif ini, diharapkan perlindungan ini dapat mendorong agar pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan yang terkait dengan asas freies ermessen, dan masyarakyat dapat mengajukan keberatan atau dapat juga dimintai pendapat mereka mengenai rencana keputusan tersebut.30

Perlindungan hukum menurut hukum preventif ini adalah perlindungan yang mempunyai gagasan pencegahan, dimana sebelum seseorang itu dan/atau kelompok melakukan suatu

30 Philipus M. Hadjono, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press), 10

kegiatan atau tindakan yang bersifat negatif atau melakukan suatu kejahatan yang diniatkan di dalamnya sehingga akan dapat menghindarkan atau meniadakan kejadian perbuatan yang konkrit. Sehingga diperlukan upaya integral, antara preventif dan represif agar permasalahan kejahatan dapat diatasi.31

2) Perlindungan hukum represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Perlindungan hukum represif memiliki fungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa dikemudian hari. Agar dapat menjalankan perlindungan hukum yang represif untuk kepentingan masyarakat Indonesia, terdapat berbagai badan hukum yang secara parsial mengurus permasalahan- permasalahan yang timbul. Badan – badan tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

a) Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum.

b) Instansi Pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi

Dari uraian para ahli diatas memberikan pemahaman bahwa perlndungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya

31 Ifrani & M. Yasir Said, Kebijakan Kriminal Non – Penal OJK Dalam Mengatasi Kejahatan Cyber Melalui Sistem Peer To Peer Lending, Al – Adl Jurnal Hukum, Vol. 12, No. 1, 2020, 61 - 67

26

fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan – tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. perlindungan hukum dapat diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

b. Bentuk perlindungan Hukum

Seperti yang ditunjukan oleh R. La Porta dalam jurnal of financial economi, jenis perlindungan hukum yang diberikan oleh negara memiliki dua kualitas, yaitu bersifat pencegahan dan hukuman.32 jenis perlindungan hukum yang sah dan paling jelas adalah kehadiran instansi – instansi, misalnya pengadilan, penyidik, polisi, lembaga lembaga – lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) lainnya. Adapun perlindungan yang dimaksud dengan besifat pencegahan yaitu dengan membuat peraturan. Sedangkan perlindungan yng bersifat hukuman yaitu dengan menegakkan peraturan.

Adapun tujuan serta cara pelaksanaannya antara lain yaitu:

1) Membuat peraturan, yang memiliki tujuan untuk, a) Memberikan hak dan kewajiban

b) Menjamin hak – hak subyek hukum

32 R. La Porta, Investor Protection and Corporate Governance, Jurnal Of Financial Economi

2) Menegakan peraturan

a) Hukum administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah pelanggaran hak istimewa dengan otoritas perizinan dan pengawasan.

b) Hukuman pidana yang berfungs untuk mencegah setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan dengan cara menggunakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman.

c) Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.33

Perlindungan sering disebut sebagai pemberi perlindungan bagi para kepentingan individu yang dilindungi oleh hukum.

perlindungan yang ditujukan kepada konsumen dalam dunia bisnis sangat perlu untuk dilakukan baik itu secara formil maupun secara materil, hal tersebut penting dilakukan karena semakin cepatnya pergerakan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan semakin canggih sehingga bisa menjadi motor penggerak produktifitas pada masa sekarang ini. Semua dunia bisnis dan usaha sudah mulai beralih pada dunia teknologi dan informasi baik dari produsen atas

33 Wahyu Sasongko, Ketentuan – ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2007), 31

28

barang ataupun jasa yang akan dihasilkan dalam mencapai tujuan dari suatu usaha34.

Bisnis atau jasa dibidang keuangan menjadi bisnis yang sangat rentan saat ini terhadap berbagai tindakan – tindakan kejahatan dan merugikan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknum – oknum tersebut memanfaatkan keberadaan dan kecanggihan dari teknologi dan informasi untuk melakukan suatu tindakan baik itu penyelewengan atau penyalahgunaan yang berakibat pada kerugan bagi para pengguna layanan tersebut.35

Para penyelenggara layanan fintech yang telah terdaftar pada otoritas jasa keuangan(OJK) dalam melakukan kgiatannya memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya yaitu dilarang menjalankan kegiatan usaha diluar yang telah diatur dalam peraturan OJK itu sendiri, selain itu juga dilarang untuk memberikan informasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Keberadaan adanya larangan tersebt bertujuan untuk menciptakan suatu perlindungan hukum bagi pengguna layanan fintech. Para penyelenggara yang ditemukan melanggar larangan yang telah ditetapkan maka akan dikenakan sanksi adminstratif berupa,

34 Desak Ayu Lila Astuti, A.A Ngurah Wirasila, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Transaksi E – commerce Dalam Hal Terjadinya Kerugian (Kertha Semaya Jurnal, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2018), 6

35 Celina Tri Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 5

1) Peringatan tertulis.

2) Denda.

3) Pembatasan kegiatan.

4) Pencabutan izin usaha36.

Saat ini dengan adanya otoritas jasa keuangan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen sangat diperhatikan salah satunya yaitu dengan mengeluarkan peraturan otoritas jasa keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 yaitu tentang layanan pinjam meminjam berbasis teknologi dan informasi. Jenis perlindungan yang diberikan oleh OJK yaitu apabila terdapat atau ditemukannya tindakan – tindakan yang melanggar dan mengakibatkan kerugian maka OJK akan meminta untuk menghentikan kegiatan usahanya tersebut.

Selain itu, OJK akan melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan masyarakat sebagai konsumen yang berupa pengajuan gugatan dipengadilan terhadap para pihak yang mengakibatkan kerugian tersebut. OJK juga akan memberikan teguran berupa peringatan terhadap para penyelenggara kegiatan usaha yang dianggap menyimpang untuk segera dapat memperbaikinya, kemudian OJK memberikan informasi terkait dengan aktivitas yang dapat merugikan terhadap pengguna jasa layanan pinjaman online maupun masyarakat umum.

36 Edy Santoso, Pengaruh Era Globalisas Terhadap Hukum Bisnis di Indonesia (Jakarta:

Pranadamedia Group, 2018), 129

30

Pemerintah sendiri terus berupaya menghadirkan penyelenggaraan industri pinjaman online yang aman dan terpercaya. Menurut mentri komunikasi dan iformasi dasar hukum untuk penanganan pinjaman online illegal yaitu merujuk pada undang – undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta peraturan perubahan dan pelaksanaannya sesuai dengan arahan presiden Indonesia untuk memberantas pinjaman online yang illegal yang menimbulkan keresahan ditengah – tengah masyarakat.

Menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi bahwa penyelenggara perjanjian pinjam meminjam uang uang berbasis teknologi informasi adalah badan hukum perseroan terbatas yang menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dari pihak pemberi pinjaman kepada pihak penerima pinjaman yang sumber dananya berasal dari pihak pemberi pinjaman.

Pemberi pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Penerima pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai

utang karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.

Pengguna layanan P2P Lending berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melakukan praktek layanan ini, dengan kata lain pemerintah harus menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan praktek P2P Lending. Prinsip dasar dalam perlindungan seorang pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah bahwa penyelenggara wajib melakukan prinsip-prinsip dasar berupa transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data, dan penyelesaian sengketa pengguna secara cepat, sederhana, dan biaya terjangkau.

Penyelenggara wajib untuk memberikan informasi terkini yang akurat, jujur, jelas dan tidak menyesatkan. Jika ada penerimaan, penundaan, atau penolakan permohonan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi penyelenggara wajib untuk menyampaikan informasi tersebut kepada pengguna.37

2. Teori Kepastian Hukum

Kepastian merupakan keadaan pasti dan ketentuan yang telah ditetapkan. Hukum sendiri secara hakiki harus pasti dan adil. sebuah pedoman untuk melakukan segala sesuatu. Oleh karena itu, harus menjujunjung tinggi suatu tatanan yang dinilai wajar. Dengan dilakukan

37Agus Priyonggojati, Perlindungan Hukum Tetrhadap Penerima Pinjaman Dalam Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending, Jurnal USM Law Review, Vol. 2, No. 2, 2019, 170

32

dengan sifat yang adil dan dijlankan dengan pasti maka hukum tersebut dapat menjalankan fungsinya38

Menurut Hans Kelsen, Hukum merupakan sebuah system norma.

Peraturan yang mengadung prinsip umum bertindak sebagai aturan bagi orang untuk bertindak dimata publik, baik dalam pergaulan dengan orang perorangan mapun dalam pergaulan dengan jaringan yang berbeda.

pedoman ini menjadi batasan bagi masyarakat dalam meresahkan atau melakukan tindakan terhadap orang lain. Kehadiran aturan ini dan pelaksnaannya mengakibatkan timbulnya kepastian hukum.39

Kepastian hukum secara normatif dapat dilihat ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti yang mengatur mengenai sesuatu hal secara jelas dan logis. Jelas tersebut dalam artian tidak menimbulkan keraguan – keraguan atau multi tafsir dan menjadi suatu system norma dengan norma yang lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kejelasan hukum menunjuk pada pemberlakuan hukum yang nyata, tidak berubah- ubah serta bertanggung jawab yang penerapannya tidak dipengaruhi oleh kondisi– kondisi yang karakternya individual. Kejelasan serta kesamarataan tidaklah hanya desakan akhlak, melainkan dengan cara factual menandai hukum.40

Sebagaimana ditunjukan oleh utrecht, kepastian hukum mengadung dua pngertian, secara spesifik:

38 Dominika Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum (Yogyakarta:

Laksbang Pressindo, 2010), 59

39Peter Muhammad Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Kencana, 2000), 158

40 Cst Kansil, Christine, S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb, Kamus Istilah Hukum(Jakarta, 2009), 385

a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

b. Beruapa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum tersebut individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.41

Ajaran kepastian hukum berasal dari ajaran yuridis dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran yang positif didunia hukum yng cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, mandiri karena hukum sendiri merupakan sebuah aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tak lain sebagai penjamin kepatian hukum. kepastian hukum tersebut diwujudkan oleh hukum itu sendiri dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan – aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan melainkan untuk sebuah kepastian.42

Kepastian memberikan kejelasan dalam melakukan perbuatan hukum dalam melaksanakan suatu perjanjan pinjam meminjam uang secara online, dalam bentuk prestasi maupun perjanjian yang bersifat wanprestasi atau bahkan jika ada salah satu pihak ada yang dirugikan maka sanksi dalam suatu perjanjian tersebut harus djalankan sesuai

41 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), 23

42 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis) (Jakarta: Gunung Agung: 2002), 82

34

kesepakatan para pihak baik pihak pemberi pinjaman, pihak penerima pinjaman maupun pihak yang menyelenggarakan.

Latihan melalui kerangka elektronik, meskipun vitual, dapat diatur sebagai kegiatan atau kegiatan yang benar-benar sah. Dengan cara ini, ada tiga cara untuk menagnai menjaga keamanan jaringan khususnya pendekatan sudut sah, sudut pandang mekanis serta perspektif sosial, dan moral. Untuk mengatsi pengaruh ganguan keamanan dalam aktivitas kerangka kerja elektronik, metode yang sah benar-benar dilakukan karena tenpa kepastian yang sah, masalah penggunaan inovasi data tidak ideal.

Kepastian hukum memberikan jaminan hukum yang berisi keadilan, dalam pinjam meminjam secara online tentunya harus terdapat keadilan yang mana dalam hal ini harus ada yang namanya kepastian serta perlindungan antara kedua belah pihak. Norma – norma yang memajukan keadilan harus sungguh – sungguh berfungsi sebagai peraturan yang harus dipatuhi. Menurut Gustav Radruch, keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian – bagian yang tetap dari hukum, beliau berpendapat bahwa keadilan dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dan ketertiban suatu Negara. Bukan hanya bagi Negara melainan bagi mereka yang melakukan perjanjian pinjam meminjam uang berbasisi elektronik.

Perlindungan dan kepastian hukum harus mereka dapatkan karena

dampaknya sangat besar terhadap para pelaku pinjam meminjam uang secara online.

Jika dikaitkan dengan teori kepastian hukum dalam suatu perjanjian sesuai pasal 1313 KUHPerdata serta hak dan kewajiban dalam perjanjian pinjam meminjam uang secara online harus menekankan pada penafsiran dan sanksi yang jelas agar suatu perjanjian dapat memberikan kedudukan yang sama antar subjek hukum yang terlibat. Kepastian memberikan kejelasan dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan suatu perjanjian pinjam meminjam uang secara online dalam bentuk prestasi bahkan saat perjanjian tersebut wanprestasi atau salah satu pihak ada yang dirugikan maka sanksi dalam suatu perjanjian tersebut harus dijalankan sesuai dengan kesepakatan para pihak baik pihak yang meminjam maupun pihak yang memberi pinjaman.

3. Financial Technologi (Fintech) a. Pengertian Financial Technologi

Istilah fintech merupakan singkatan dari Financial Technologi dalam bahasa indonesia yang berarti teknologi finansial.

Teknologi Finansial atau fintech diartikan sebagai penggunaan teknologi dalam system keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan dan keandalan sistem pembayaran. Menurut Stein dan Dhar, Fintech merupakan sebuah inovasi dari sektor

36

finansial yang melibatkan model bisnis yang terintegritas dengan teknologi yang dapat memfasilitasi pengguna tanpa perantara orang lain, mengubah cara perusahaan yang sudah ada dalam menyediakan produk dan layanan dan sisi lain memberikan peluang untuk pertumbuhan inklusif.43

Fintech merupakan gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari yang awalnya konvensional menjadi modern, yang awalnya dalam membayar harus bertatap muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik jasa. Fintech muncul seiring dengan berubahnya gaya hidup masyarakat yang saat ini didominasi oleh pengguna teknologi informasi dan tuntutan hidup yang serba cepat. Dengan adanya fintech, permasalahan dalam transaksi jual beli dan pembayaran lainnya, dengan kata lain fintech membantu transaksi jual beli dan system pembayaran menjadi lebih efisien dan ekonomis namun tetap efektif.44

Sebagaimana yang telah diatur dalam undang – undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan berikut peraturan pelaksanaanya, baik peraturan pemerintah maupun

43 Nuzul Rahmayani, Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Pengawasan Perusahaan Berbasis Financial Technology di Indonesia, Pagaruyuang Law Journal, Edisi No. 1 Vol 2, Fakultas Hukum Universitas Muhamamadiyah Sumatra Barat, 2018

44 R. Jossi Belgradoputra. Slamet Supriatna. Hartono Widodo, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Secara Online, Jurnal Krisna Law. Vol. 1, Nomor 3, 2019, 95

peraturan menteri keuangan, undang – undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang diubah oleh Undang – undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi elektronik.

b. Jenis – jenis Fintech

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi telah menambah kemajuan terhadap layanan fintech, jenis – jenis fintech pun semakin beragam dalam menawarkan layanan jasa keuangan.

Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin banyak terhadap layanan keuangan.

Otoritas jasa kuangan (OJK) membedakan jenis fintech menjadi dua, yaitu fintech 2.0 dan fintech 3.0 yaitu:45

1) Fintech 2.0 adalah lembaga keuangan yang sudah mendapatkan lisensi sebagai perusahaan keuangan yang berinovasi menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan akses pasarnya. Contoh nyatanya yaitu kartu kredit, mesin ATM, atau digital banking.

2) Fintech 3.0 adalah perusahaan yang memberikan layanan keuangan yang didukung tekologi terkini bagi penggunanya.

Berbeda dengan bank, jenis fintech 3.0 belum memiliki lisensi jasa keuangan, namun proses regulasinya tetap di atur oleh OJK.

45 Reynold Wijaya, Fintech dan Bank: Pesaing atau Masa Depan,

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/fintech/17/12/21/p1aftp408-fintech-dan-bank-pesaing- atau-masa-depan-keuangan diakses 05 Juli 2022

38

c. Pengawasan OJK terhadap pelaksanaan Fintech

Seiring dengan perkembangan Fintech yang terus semakin pesat haingga saat ini, tentunya harus diimbangi juga dengan hadirnya regulasi pada pengawasan yang jelas terhadap berjalannya bisnis tersebut. Berdasarkan pasal 5 undang – undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan system pengaturan dan pengawasan yang terintregasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan. Dalam pasal 6 menyatakan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap

1) Kegiatan jasa keuangan disektor perbankan.

2) Kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal.

3) Kegiatan jasa keuangan disektor perasuransian, dana pensiaun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Jika mengacu pada kedua pasal tersebut, OJK merupakan instansi yang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap tumbuh kembangnya Fintech. Fintech startup termasuk bagian sektor jasa keuangan baik industri keuangan bank (IKB) maupun industri keuangan non-bank (IKNB) yang diawasi oleh OJK.46

Pengaturan dan pengawasan menjadi sangat penting bagi keberlangsungan Fintech yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan

46 Ernama Santi, Budiharto & Hendro Saptono, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology(Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nor 77/POJK.01/2016), Diponegoro Law Jurnal, Vol. 6, Nomor 3, 2017, 2

dengan legalitas dari bisnis yang dijalankan karena pada pelaksanaannya pengembangan Fintech memiliki potensi risiko yakni berkaitan dengna perlindungan konsumen, stabilitas system keuangan, system pembayaran dan stabilitas ekonomi. Tujuan pengaturan dan pengawasan oleh OJK adalah untuk meminimalisir risiko tersebut dan menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabil.47

Untuk merespon permasalahan Fintech saat ini OJK telah membentuk satuan tugas pengembangan inovasi digital ekonomi dan keuangan untuk mengawasi pelaku Fintech tersebut dan pada akhir tahun 2016 pada tanggal 29 Desember 2016, OJK mengeluarkan pengaturan mengenai Fintech yaitu peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi (LPMUBTI). POJK tersebut memuat aturan mengenai penyedia, pengelola dan pengoprasian layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.48

d. Risiko pinjaman online oleh fintech

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan melakukan kegiatan pinjaman online, tidak ada yang namanya sesuatu yang dilakukan bebas dari yang namanya risiko. Besar kecilnya risiko pasti ada dalam kegiatan yang berhubungan dengan

47 Ernama, Budiharto & Hendro, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology(Peraturan Otoritas jasa Keuangan Nor 77/POJK.01/2016), Diponegoro Law Jurnal, Op.Cit, 3

48 Ernama, Budiharto & Hendro, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology, 3

40

transaksi berbasisi teknologi dan inormasi. Risiko tersebut butuh dicermati kala menyudahi buat turut jadi pendana serta peminjam dalam bidang usaha Peer To Peer Lending ialah selaku berikut49: 1) Risiko Bunga yang tinggi

Risiko bunga yang tinggi ini bagi peminjam tidak sama seperti suku bunga perbankan yang diatur begitu ketat, pinjaman online ini masih belum mempunyai aturan yang lengkap didalamnya. Saat ini suku bunga pada pinjaman online dikisaran 14% sampai dengan 30% perbulan. Besarakan suku bunga tersebut ditentukan oleh perusahaan penyedia layananan pinjaman online itu sendiri berdasarkan scoring profil peminjam sebagai calon debitur.

Jika memiliki proil risiko yang rendah dan didukunng oleh agunan yang mencukupi, maka bisa jadi akan memiliki profil kredit A, sehingga suku bunga yang didapatkan rendah.

Sedangkan jika memiliki profil kredit yang kurang baik, maka akan mendapat peringkat B atau C sehingga suku bunga kredit yang akan dibayar perbulannya lebih besar. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka beban yang harus ditanggung untuk melunasi hutang – hutang juga lebih besar.

49 Retno Sari Dewi, Analisis Pinjaman Online (Tulungagung: Universitas Tulungagung, 2019), 3

Dokumen terkait