• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.5. Modernisasi Menyebabkan Terjadinya Perubahan Bentuk Perkawinan

Secara umum masyarakat Batak Toba dapat kita lihat bahwa perubahan itu terjadi karena adanya modernisasi atau perubahan dalam pola berpikir, berbicara dan bertindak. Terjadinya perubahan perkawinan tersebut di sebabkan karena adanya ciri keterbukaan dan Kecamatanenderungan masyarakat Batak Toba dalam menerima perubahan sekaligus merupakam perkembangan dan kemajuan mental yang disebabkan oleh pendidikan dan komunikasi. Dari 200 orang responden sebanyak 100% (100 orang) yang menyatakan sangat setuju dari Desa Hutajulu dan 100% (100

orang) dari Kelurahan Sidorame Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.26 di bawah ini:

Tabel 4.26

Distribusi Jawaban Responden modernisasi menyebabkan terjadinya bentuk perkawinan

Sumber Data Kuesioner tahun 2010

Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100 % (100 orang) responden laki-laki sebanyak 62 % 62 orang) dan perempuan sebanyak 38 % (38 orang). Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 % (100 orang), responden laki-laki sebanyak 47% (7 orang) dan perempuan sebanyak 53% (53 orang). Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS responden laki-laki sebanyak 2% (2 orang) dan perempuan sebesar 2% (2 orang), yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 7 % (7 orang) dan perempuan sebanyak 4 % (4 orang). Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 25 % (25 orang) dan perempuan sebanyak 23 % (23 orang), dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 28 % (28 orang) dan perempuan sebanyak 9 % (9 orang).

Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 % (100 orang). Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 3% (3 orang) dan perempuan

J K GAMBARAN RESPONDEN TERHADAP MODERNISASI ADAT PERKAWINAN

DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME

SS S KS TS T SS S KS TS T

n f n f n f n f N F n f n f n f n f N F

LK 2 2% 7 7% 25 25% 28 28% 62 62% 3 3% 13 13% 6 6% 25 25% 47 47%

PR 2 2% 4 4% 23 23% 9 9% 38 38% 5 5% 17 17% 12 12% 19 19% 53 53%

orang) dan perempuan sebanyak 17 % (17 orang), responden yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 6 % (6 orang) dan perempuan sebanyak 12 % (12 orang), dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 25 % (25orang) dan perempuan sebanyak 19 % (19 orang).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Hutajulu lebih banyak yang menyatakan tidak setuju tentang masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan Batak Toba yaitu 48 % (48 orang) dibandingkan dengan Kelurahan Sidorame yaitu sebanyak 18 % (18 orang).

4.6. Tindakan dan sikap terhadap adanya perubahan dalam menjalankan Tata Cara Adat perkawinan

Setelah acara adat nagok, ada lagi acara yang disebut paulak une mebat dan

maningkir tangga. Acara ini dilakukan setelah penganten menjalani kehidupan sebagai suami isteri biasanya sesudah 7-14 hari (sesudah robo-roboan) yang sebenarnya tidak wajib lagi dan tidak ada kaitannya dengan acara keabsahan perkawinan adat na gok. Acara dimaksud adalah Paulak Une Suami isteri dan utusan pihak pria dengan muda mudi (panaruhon) mengunjungi rumah mertu/orang tuanya dengan membawa lampet ( lampet dari tepung beras dibungkus 2 daun bersilang).

Menurut tradisi jika pihak pria tidak berkenan dengan pernikahan itu (karena perilaku) atau sang wanita bukan boru ni raja lagi, si perempuan bisa ditinggalkan di rumah orang tua perempuan itu.

Maningkir Tangga. (Arti harafiah “Menilik Tangga”) Pihak orang tua perempuan menjenguk rumah (tangga anaknya) yang biasanya masih satu rumah

dengan orang tuanya. Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari” . Acara ini sangat keliru, karena disamping tidak ada maknanya seperti dijelaskan diatas, tetapi juga menambah waktu dan biaya ( ikan & lampet dan makanan namargoar) dan terkesan main-main atau melecehkan makna adat itu.

Perubahan yang terjadi dalam adat batak toba sekarang ini dimana sebuah adat perkawinan yang dianggap sacral yang seharusnya dilakukan dengan berbagai tahap dengan waktu yang telah ditentukan seiring dengan proses adat yang harus dilakukan.tetapi sekarang ini adat yang seharusnya harus dilakukan dengan petunjuk para petua-petua raja adat terdahulu yang seharusnya dilakukan pada generasi berikutnya hingga sekarang ini. Seperti halnya dengan manikkir tangga dan paulak une, yang seharusnya itu dilakukan diluar pesta perkawinan tersebut. Paulak une itu seharusnya dilakukan setelah si suami dan isteri nantinya sudah di rumah mereka.

Berbagai alasan yang dilakukan oleh pihak wanita dan laki-laki sehingga

manikkir tangga dan paulak une dilakukan hanya satu hari dengan pesta perkawainan tersebut. Sebagian masyarakat menginginkan ulaon sadari. Tetapi sebagian pihak terlebih raja-raja adat sangat tidak setuju dengan adanya ulaon sadari. Berikut pernyataan mereka tentang ketidaksetujuan adanya ulaon sadari dan mereka mengatakan ulaon sadari itu jangan diadakan lagi dengan alasan

1. Dari pemahaman iman, rumah tangga yang sudah diberkati tidak bisa bercerai lagi dengan alasan yang disebut dalam pengertian Paulak Une, dan

pemahaman adat itu dilakukan setelah penganten mengalami kehidupan sebagai suami isteri.

2. Terkesan main-main, hanya tukar menukar tandok berisi makananan , sementara tempat Paulak Une dan Maningkir Tangga yang seharusnya di rumah kedua belah pihak. Artinya saling mengunjungi rumah satu sama lain, diadakan di gedung pertemuan , pura-pura saling mengunjungi, yang tidak sesuai dengan makna dan arti paulak une dan maningkir tangga itu.

3. Menghemat waktu dan biaya, tidak perlu lagi harus menyediakan makanan namargoar (paranak) dan dengke dengan lampetnya (parboru).

4. Acara itu tidak harus diadakan dan tidak ada hubungannya dengan keabsahan acara adat nagok perkawinan saat ini.

5. Acara Paulak Une dan Maningkir Tangga diadakan atau tidak, diserahkan saja kepada kedua suhut karena acara ini adalah acara pribadi mereka, biarlah mereka mengatur sendiri kapan mereka saling mengunjungi rumah.

Perubahan upacara peresmian perkawinan di sebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu peralatan perlengkapanya, serta orang-orang yang melakukan perkawinan tersebut. Terlebih mengenai waktu dan saat-saat pelaksanan upacara adat perkawinan. Dalam hal ini kita dapat melihat perubahan dalam acara perkawinan seperti adat ulaon sadari yang biasanya menyusul seminggu kemudian, tetapi dilangsungkan pada saat hari itu juga. Dengan adanya perubahan tersebut masyarakat ada yang menerima dan juga yang tidak menerima perubahan, seperti dapat kita lihat respon masyarakat tentang perubahan, ada yang menyatakan

dilestarikan, dan ada juga yang mengatakan disesuaikan dengan perkembangan jaman. Seperti yang ada pada tabel berikut:

Tabel 4.27

Distribusi Jawaban Responden Tentang tindakan sikap terhadap adanya perubahan dalam Pelaksaan tata cara adapt perkawinan.

Sumber Data Kuesioner tahun 2010

Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dari 100 % (100 orang) responden laki-laki sebanyak 62 % (62 orang) dan perempuan sebanyak 66 % (66 orang). Dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 % (100 orang), responden laki-laki sebanyak 58% (58 orang) dan perempuan sebanyak 58% (58 orang). Responden laki-laki dari Desa Hutajulu yang menyatakan SS responden laki-laki sebanyak 32 % (32 orang) dan perempuan sebesar 10 % (10 orang), yang menyatakan S dari Desa Hutajulu responden laki-laki sebanyak 22% (22 orang) dan perempuan sebanyak 15 % (15 orang). Responden yang menyatakan KS, responden laki-laki sebanyak 9 % (9 orang) dan perempuan sebanyak 7 % (7 orang), dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 3 % (3 orang) dan perempuan sebanyak 2 % (2 orang).

Sedangkan responden dari Kelurahan Sidorame sebanyak 100 % (100 orang). Responden laki-laki yang menyatakan SS sebanyak 29 % (29 orang) dan

J K GAMBARAN RESPONDEN TENTANG TINDAKAN DAN SIKAP ADANYA PERUBAHAN DALAM MENJALANKAN ADAT PERKAWINAN

DESA HUTA JULU KELURAHAN SIDORAME

SS S KS TS T SS S KS TS T

N f n f n f n f N F N f n f n f n f N F

LK 32 32% 22 22% 9 9% 3 3% 66 66% 29 29% 20 20% 7 7% 2 2% 58 58%

PR 10 10% 15 15% 7 7% 2 2% 34 34% 13 13% 17 17% 9 9% 3 3% 42 42%

sebanyak 20 % (20 orang) dan perempuan sebanyak 17 % (17 orang), responden yang menyatakan KS responden laki-laki sebanyak 6 % (6 orang) dan perempuan sebanyak 12 % (12 orang), dan responden yang menyatakan TS responden laki-laki sebanyak 2 % (2 orang) dan perempuan sebanyak 3% (3 orang).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Hutajulu lebih banyak yang menyatakan tidak setuju tentang masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan Batak Toba yaitu 42 % (42 orang) sama dengan Kelurahan Sidorame yaitu sebanyak 42 % (42 orang).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari data yang ditemukan dari lapangan dapat disimpulkan bahwa tahapan- tahapan dalam perkawinan terdapat perbandingan yaitu:

1. Tahapan Pra Perkawinan yaitu:

Martandang, dari data di atas di temukan perbandingan dalam menjalankan tahapan perkawinan tersebut dimana responden Desa Hutajulu sebagian besar menyatakan bahwa martandang itu masih dilakukan begitu juga dengan Kelurahan Sidorame masih ditemukan tahapan martandang tersebut.

Mangaririt, tahapan mangaririt masih ada ditemukan dilapangan, responden Desa Hutajulu sebagian besar ada yang menyatakan bahwa tahapan mangaririt masih dilakukan begitu juga dengan responden Kelurahan Sidorame.

Tanda Hata olo responden Desa Hutajulu menyatakan sangat setuju terhadap tahapan tanda hata olo dalam acara perkawinan, begitu juga dengan Kelurahan Sidorame menyatakan bahwa tahapan tanda hata olo masih dilakukan. Tetapi dapat kita lihat bahwa masih ada perbandingan di antara Desa Hutajulu dengan Kelurahan Sidorame yang melakukan tahapan tersebut. sebanyak 46 % (46 orang ) menyatakan sangat setuju dari responden Desa Hutajulu, sedangkan dari Kelurahan Sidorame yang menyatakan sangat setuju sebanyak 45 % (45 orang).

Marhusip, dari hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tahapan ini masih di Desa Hutajulu begitu juga dengan Kelurahan Sidorame. Jadi dalam tahapan ini

% (100 orang) dari Desa Hutajulu yang menyatakan sangat setuju dengan adanya tahapan tersebut, begitu juga dengan Kelurahan Sidorame sebanyak 100 % (100 orang). Jadi dapat disimpulkan tidak ada perbandingan diantara Desa Hutajulu dengan Kelurahan Sidorame.

Marhata Sinamot, tahapan ini masih dilakukan dalam adat perkawinan. Dari data lapangan bahwa responden Desa Hutajulu dengan Kelurahan Sidorame menyatakan adanya tahapan marhata sinamot tersebut. Dari data diatas menunjukkan bahwa responden Desa Hutajulu dan Kelurahan Sidorame 100 % menyatakan masih dilakukan.

2. Tahapan Upacara Perkawinan yaitu:

Marsibuh-buhai tahapan ini masih tetap dilaksanakan dalam adat perkawinan. Sebagian besar responden Desa Hutajulu menyatakan bahwa tahapan tersebut 100 % masih dilakukan, dan Kelurahan Sidorame menyatakan bahwa tahapan tersebut 100 % masih melakukan. Jadi dalam hal ini tidak ada perbandingan dalan melakukan tahapan tersebut.

Marunjuk, tahapan adat perkawinan ini, lebih banyak responden Desa Hutajulu yang menyatakan bahwa tahapan adat perkawinan tersebut masih dilakukan yaitu sebanyak 46 % (46 orang), dibandingkan dengan responden Kelurahan Sidorame yang menyatakan masih dilakukan sebanyak 45 % (45 orang).

3. Tahapan Pasca Perkawinan yaitu:

Paulak panaru, dari hasil penelitian bahwa tahapan ini masih dilakukan dalam adat perkawinan. Sebagian besar responden Desa Hutajulu menyatakan bahwa tahapan tersebut sebanyak 100 % menyatakan masih dilakukan, demikian juga

dengan Kelurahan Sidorame menyatakan bahwa tahapan tersebut sebanyak 100 % masih melakukan. Jadi dalam hal ini tidak ada perbandingan dalan melakukan tahapan tersebut.

Paulak une, dari data hasil penelitian ditemukan bahwa dalam adat perkawinan, tahapan paulak une masih dilakukan dimana. Seperti yang terdapat pada Desa Hutajulu bahwa 100 % (100 orang) menyatakan masih sangat setuju untuk melakukanya begitu juga dengan Kelurahan Sidorame. Dengan demikian tidak ada perbandingan yang terdapat pada tahapan paulak une tersebut.

Maningkir tangga, dari hasil penelitian bahwa tahapan ini masih dilakukan dalam adat perkawinan. Sebagian besar responden Desa Hutajulu menyatakan bahwa tahapan tersebut sebanyak 100 % menyatakan masih dilakukan, dengan jumlah laki-laki sebanyak 55 % (55 orang) dan perempuan sebanyak 45 % (45 orang). Demikian juga dengan Kelurahan Sidorame menyatakan bahwa tahapan tersebut sebanyak 100 % masih melakukan, dengan jumlah laki-laki sebanyak 65 % (65 orang) dan perempuan sebanyak 35 % (35 orang). Jadi dalam hal ini tidak ada perbandingan dalan melakukan tahapan tersebut.

5.1. Saran

Adat dalam upacara perkawinan haruslah di pertahankan sampai kapanpun jangan pelaksananya hanya sebagai simbol atau sekedar formalitas saja, agar adat upacara perkawinan dapat terlestarikan sampai kegenerasi-generasi berikutnya dan makna yang terkanung dalam adat tersebut tidak hilang begitu saja. Pelakksanan

menimbulkan tinggi hati sehingga kelar dari jalur agama dan juga menimbulkan konflik dalam keluarga setelah acara adat selesai.

Pelaksanan adat upacara perkawianna jaganlah di persulit atau di perpanjang- panjang misalnya pembicaraan-pembicaraan dalam acara adat yang sering bertele- tele, kalau boleh dipersingkat tanpa mengurnagi makna dan inti adat tersebut. Agar para generasi muda tidak jenuh mengikuti proses adat yang sekarang mengingat kondisi waktu dan ekonomi yang semakin sempit dan adat janganlah dianggap sebagai suatu beban yang harus dipenuhi. Semakin perlu keterbukaan antar generasi muda dengan generasi sebelunya, agar bentuk tata cara perkawinan manapun yang akan di tempuh adalah merupakan kesepakatan bersama sehingga nilai-nilai yang ada dalam perkawinan tetap dipertahankan dan dapat terus diturunkan kegenerasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bunggan, Burhim. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : prenada Media. Faisal, Sanafiah. 2007. Format-format Penelitian Sosial Dasar-Dasar dan

Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Gultom, Rajamarpodang. Dj, 1992. Dalihan Natolu Nilai Budaya Batak. Medan: CVArmada.

Iraianto, S. 2003. Perempuan Di antara Berbagai Pilihan Hukum Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Rosdakarya. Poloma, Margaret. 2004. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Prasetyo, Bambang. & Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif

Teori dan Aflikasi. Jakarta, Rajagrafindo Persada.

Rizert, George. 2003. Teori Sosiologi Modren, Jakarta:Prenada Media

Siagian, Bezalel. 2007. Ulaon Adat Batak. Medan, Harian Sinar Indonesia Baru Penerbit Andi Yogyankarta.

Suyanto, Bagong. & Sutinah.2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Surabaya, Kencana Prenada Media Group.

T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta Yayasan Obor Indonesia.

Sumber lain :

http:/www.lupkhimm.com/perkawinan dari sudut pandang sosiologi htm, Diakses tanggal 8 Agustus 2010.

15.30 wib.

Diakases tanggal 15

September 2010 pukul 15.30 wib.

September 2010 pukul 19.30 wib.

Diakses tanggal 26

September 2010 pukul 16.00 wib.

Oktober 2010 pukul 16.00 wib.

Diakses 29

September 2010 pukul 18.00-19.30 wib.

Diakses 29

KUESIONER

Dengan hormat, dengan ini peneliti memohon kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner yang saya buat untuk melengkapi data penelitian saya dalam menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Komparatif nilai sosian budaya Batak Toba pada masyarakat Desa Hutajulu dengan Kelurahan Sidorame. Adapun yang pertanyaan saya terhadap saudara yaitu sebagai berikut:

I. PETUNJUK PENGISIAN

Dalam memberikan jawaban ditetepkan saudara/I mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan debawah ini dengan baik

2. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda hanya satu jawaban untuk setiap pertanyaan

3. Mohon mengisi seluruh pertanyaan dan jawaban dengan sejujurnya

4. Daftar pertanyaan ini hanya untuk tujuan akademik tidak untuk disebarluaskan.

II. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Usia : Jenis kelamin :

Pendidikan : Pekerjaan : III. PERTANYAAN No Pertanyaan SS S KS TS 1 2 Dalam melaksanakan

upacara perkawinan ada

tahapan–tahapan seperti

Tahapan Pra

Perkawinan

a. Martandang

a. Mangiririt

b. Tanda hata olo.

c. Marhusip d. marhata sinamot 3 Tahapan Upacara Perkawinan a. Marsibuha-buhai b. Marunjuk 4 Tahapan Pasca Perkawinan a. paulak panaru b. Paulak une.

c. Maningkir tangga d. paulak panaru e. Paulak une. f. Maningkir tangga o Pertanyaan S S S

Apakah anda setuju tentang perubahan nilai sosial budaya

perkawinan pada masyarakat Batak Toba

Apakah anda setuju tentang adanya modernisasi

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk perkawinan

.

Bagaimana tindakan dan sikap anda terhadap perubahan

dalam menjalankan tata cara upacara perkawinan

Keterangan:

SS : Sangat setuju KS : Kurang setuju

Dokumen terkait