Bab III PEMBENTUKAN SIKAP MENTAL TARUNA
III.3. Kehidupan Taruna Junior
III.3.4. Kegiatan Apel dan Upacara
tujuh baru di mulai apelnya. Tiap hari kayak gitu terus. Biasain apel pagi tepat waktu. Bisa dilaksanakan? Jelas kalian semua?”
Pada saat Apel Pagi kami membawa tas pendidikan dan ransel berisi pasir yang kami gendong. Tas kami pun sebelum baris ke lapangan kami taruh terlebih dahulu di tegel ubin gedung utama. Setelah kami semua siap, baru kami baris dari situ menuju lapangan apel. Aturan buat kami sebagai taruna Junior harus datang terebih dahulu di lapangan sebelum Penerbang 62 dan Penerbang 61 hadir. Kami tidak boleh datang lebih lambat dari mereka. Pernah beberapa kali kami datang lebih telat dan itu membuat Senior penerbang marah dan menyuruh kami supaya lebih cepat datang dan apel. Sebagai Junior kami harus sigap dan tidak boleh ada yang malas-malasan atau lebih malas dari Senior kami.
Pada saat Apel, selama di barsan harus rapih sikap sempurna, tidak ada yang berbicara, ngobrol ataupun melas-malasan. Karena kami Taruna Junior maka gerak-gerik kami selama apel di barinsa dipantau tarus oleh Senior-Senior ain ataupun pembina. Jika pada apel pagi suasana terang terlihat, maka sebaliknya pada apel malam yang gelap. Pada apel malam cahaya penerangan hanya berasal dari lampu-lampu yang berada di sekitar lapangan langit biru. Sehingga kami bisa sedikit lebih bebas bergerak d barisan. Asalkan tetap menunjukkan barisan yang rapih maka barisan yang di tengah dan belakang banyak ang mulai becanda ataupun ngobrol antar sesama teman.
Apel malam biasanya berlangsung dari pukul 21.00 hingga tak terhingga waktunya. Sering kali apel baru berakhir pukul 23.00 atau bahkan lebih. Lamanya durasi apel malam sangat tergantung dari perhatian yang diberikan pengambil apel, yang biasanya adalah pebina jaga pada schedule hari itu. Ada beberapa tipikal pembina taruna yang biasa mengambil apel dengan durasi yang singkat.
Seperti misalnya pembina Mas Bambang, Pak Jarwo, dan lain-lain.
Sedangkan pembina yang biasanya memberi perhatain cukup lama bahkan menurut saya amat lama yaitu pembina dari Paskhas AU (Pasukan Khas Angkatan Udara RI). Mereka yang berjumlah 6 orang di perbantukan oleh kesatuan mereka untuk mengisi posisi sebagai pembina taruna di STPI. Alasannya jelas karena pembina yang berasal dari TNI pasti bisa memberikan efek
kedisiplinan yang lebih untuk membina taruna STPI. Tentunya tidak terkecuali dalam hal Apel. Bila pada saat itu pembina jaga adalah anggota Paskhas maka bisa dipastikan akan lama apelnya. Mereka menuntut kami semua tertib, teratur dan disiplin dalam segala hal mengenai apel. Baik itu dari baris-berbaris, sikap siap di barisan, laporan captain course, dan hingga himbauan-himbauan saat perhatian.
Isi dari perhatian yang disampaika pembina tiap hari dan tiap kali apel tidak jauh dari masalah kedisiplinan kami yang harus ditingkatkan. Kunci pembeda antara kami taruna dan mahasiswa pada umumnya adalah kedisiplinan itu. Seperti yang diucapkan pembina taruna Mas Yayan dari paskhas TNI AU berikut.
“Kalian itu taruna, bukan mahasiswa. Sebagai taruna kaian punya nilai plus dididik di STPI. Tunjukkan kalau sebagai taruna itu harus disiplin. Taruna juga harus punya attitute atau sikap yang baik. Jangan kalian tunjukkan sikap yang lembek, lemah, jorok. Terapkan disiplin dari diri kalian sendiri baru ingatkan ke sesama teman-teman kalian.”
Kemudian selain masalah kedisiplinan masalah lainnya seperti kerapihan dalam baris-berbaris, kebersihan Barak masing-masing, datang apel yang harus on-time dan banyak perhatian lainnya yang intinya adalah untuk menghimbau agar taruna harus lebih baik dari hari ke hari.
Normalnya setelah apel malam kami semua dipeintahkan untuk kembali ke Barak kami masing-masing dan melaksanakan istirahat malam. Namun, pernah suatu ketika kami semua setelah apel malam diperinthkan untuk tinggal di tempat oleh pengambil Apel. Karena setelah apel malam akan di adakan “acara tambahan”. Acara ini adalah pemberian hukuman kepada kami bisa saja untuk beberapacoursesaja ataupun bagi seluruh taruna STPI. Setelah apel malam, kami semua di minta tetap berada di barisan course kami masing masing dan tidak diperbolehkan menuju ke Barak.
Kami pun di perintahkan oleh Pembina yang berdiri di depan barisan kami untuk merenggangkan barisan dan memberi jarak bagi tiap-tiap taruna. Setelah itu kami diberikan ‘olah raga’ malam yakni push-up, rolling dan sebagainya hingga
pakaian PDH kami kotor dan basah oleh keringat. Setelah Pembina merasa telah cukup memberikan hukuman itu kepada kami, barulah olah raga malam itu di akhiri dan belia menyampaikan maksud dari diadakannya acara itu. Alasan utamanya adalah karena kami tidak mencerminkan sikap taruna yang baik dalam kehidupan kami sehari-hari. Mulai dari baris yang tidak rapih hingga kami yang selalu telat melaksanakan apel pagi.
“Sebenarnya maksud kami(Pembina) memberikan acara tambahan ini tidak lain karena kami (Pembina) sering kali melihat sikap kalian yang semakin hari semakin merosot. Tidak mencerminkan sikap taruna yang baik. Saya dan teman- teman Pembina lainnya itu memantau kalian setiap harinya. Jadi kami tau kalau kalian sudah mulai elek-elekan. Mulai dari barisan yang tidak rapih, apel pagi telat, kurang respek kalian pada Pembina di kantor Bimtar. Kami harap kalian semua sadar setelah diberikan acara ini. Saya tidak mau liat kejadian kayak gini terulang lagi. Kalian mengerti?.”
“Siap.Mengerti!”
Acara tambahan berupa hukuman olah raga malam seperti itu bukan satu dua kali saja terjadi, namun saya merasakannya cukup banyak. Barusan adalah satu contoh dari hukuman kepada seluruh taruna STPI. Berbeda lagi dengan masing-masing course yang berMasalah baik itu di dalam lingkungan asrama maupun di lingkungan pendidikan. Setelah acara tambahan itu biasanya kami kembali ke Barak lebih dari pukul 23.00 bahkan pernah hingga pukul 24.00.
Sehingga seselesainya kami bersih-bersih diri barulah kami istirahat malam.