KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
5) Kemandirian (Independency)
Yaitu pengelolaan bank secara professional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.Prinsip ini menuntut para pengelola bank agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilki, tanpa ada tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasioanal bank yang berlaku.Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola bank harus
tetap memberi pengakuan terhadap hak-hak stakeholder yang ditentukan dalam undang-undang ataupun peraturan bank.
Dalam prinsip syariah, Independensi terkait dengan konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus menghadapi risiko, sesuai dengan QS Fushshilat/41: 30 sebagai berikut.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata),
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati;
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fushshilat:30)40
Hal yang perlu dilakukan untuk mengimplimentasikan prinsip kemandirian adalah:
a. Keputusan manajemen bank hendaknya lepas dari kepentingan berbagai pihak yang merugikan bank.
b. Proses pengambilan keputusan telah dilakukan secara objektif untuk kepnetingan bank.
Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.Yang dimaksud dengan seluruh tingkatan atau jenjang organisasi adalah
seluruh pengurus dan karyawan bank mulai dari Dewan Komisaris dan Direksi sampai pegawai tingkat pelaksana.
Setiap prinsip GCG dinilai paling kurang harus diwujudkan dan difokuskan dalam 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance yang terdiri dari:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris;
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi;
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite;
4. Penanganan benturan kepentingan;
5. Penerapan fungsi kepatuhan;
6. Penerapan fungsi audit intern;
7. Penerapan fungsi audit ekstern;
8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures);
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan pelaksanaan Good Corporate Governance dan pelaporan internal;
11. Rencana strategis bank.41
c. Tujuan Good Corporate Governance
Adapun tujuan dari pelaksanaan Good Corporate Governance adalah42:
41H.M. Syarif Arbi, Lembaga Perbankan Keuangan Pembiayaan (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2013), 261.
42 KNKG, “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, www.knkg-indonesia.com (7 November 2016)
1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaanyang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organperusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum PemegangSaham.
3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggotaDireksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannyadilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturanperundang-undangan.
4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitarperusahaan.
5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengantetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupuninternasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yangdapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasionalyang berkesinambungan.
d. Urgensi penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam praktik perbankan syariah
Penerapan prinsip-prinsip GCG menjadi suatu keniscayaan bagi sebuah institusi, termasuk bank syariah. Hal ini lebih ditujukan
kepada adanya tanggung jawab publik (public accountibility) berkaitan dengan kegiatan operasional bank yang diharapkan benar- benar mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam hokum positif seperti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya. Disamping itu juga kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah digariskan dalam Alquran, hadits, dan ijma para ulama.
Secara yuridis bank syariah bertanggung jawab terhadap banyak pihak (stakeholders), yaitu nasabah penabung, pemegang saham, investor obligasi, bank koresponden, regulator pegawai perseroan, pemasok serta masyarakat dan lingkungan sehingga penerapan GCG merupakan suatu kebutuhan bagi setiap bank syariah.
Penerapan GCG merupakan wujud pertanggungjawaban bank syariah kepada masyarakat bahwa suatu bank syariah dikelola dengan baik, professional dan hati-hati (prudent) dengan tetap berupaya meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholder’s value) tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.
Paling tidak terdapat empat kelompok stakeholder langsung dapat diidentifikasikan dalam sebuah bank, yaitu:
1. Pemegang saham/pemilik utang yang disubordinasi;
2. Deposan/kreditor;
3. Manajemen;
4. Agen-agen asuransi/badan-badan penyelia.
Dalam realitasnya ada beberapa hal yang seringkali dilakukan oleh pemegang saham (stakeholder) yang bertentangan dengan prinsip GCG. Tindakan-tindakan dari pemegang saham itu antara lain:
a. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan iktikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.
b. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan.
c. Pemegang saham yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
Mengenai tinjauan pelaksanaan GCG sisi manajemen ini difokuskan pada direksi.Sebagaimana yang diberikan dalam UUPT Direksi dituntut untuk menjadi organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan PT untuk kepentingan dan tujuan PT baik di dalam maupun di luar pengadilan.Selanjutnya UUPT menetapkan kewajiban bagi setiap anggota Direksi dan Komisaris untuk dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Bagi keduanya juga
dapat digugat ke Pengadilan Negeri bilamana atas dasar kesalahan dan kelalaiannya menimbulkan kerugian pada PT. untuk anggota direksi terdapat tambahan ketentuan bahwa atas kesalahan atau kelalaiannya tersebut, ia dapat dituntut pertanggungjawaban penuh secara pribadi.
Begitu juga dalam hal kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian tersebut, maka setiap anggota Direksi bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian dimaksud.
Dengan demikian penerapan prinsip-prinsip GCG sangat pentig (urgent) untuk diterapkan dalam operasional perusahaan.Lebih- lebih perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, karena dalam operasional bank pihak banker dituntut untuk selalu melaksanakan prisnsip kehati-hatian bank (prudential principle) dalam memberikan jasa keuangan pada masyakarakat.Hal ini sangat mungkin mengingat bank sebagai institusi yang telah diatur sedemikian kompleknya (the most regulated industry in the world). Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan (saat ini telah beralih ke Otoritas Jasa Keuangan43) harus mampu melakukan penilaian dan penindakan terhadap pelaksanaan GCG bank.44
e. Pelaksanaan Good Corporate Governance dalam Perbankan Syariah
Dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
43 Undang-undang No 20 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
44 Rukmana, Bank Syariah, 80.
disebutkan bahwa bank wajib melaksankan prinsip-prinsip good corporate governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkat atau jenjang organisasi.
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance oleh sebuah bank paling tidak harus diwujudkan dalam:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi;
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
3. Penetapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern;
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyedian dana besar;
6. Rencana strategi bank;
7. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank.
Sebelum diundangkannya PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, ada beberapa prinsip GCG yang diharapkan diterapkan di dunia perbankan, yaitu prinsip-prinsip sebagaimana yang diatur dalam PBI No. 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum, antara lain sebagai berikut:
a. Kepemilikan bank oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan, yang wajib dipenuhi pada saat badan hukum yang bersangkutan
melakukan penyetoran modal untuk pendirian bank atau pada saat badan hukum yang bersangkutan melakukan penambahan modal disetor bank.
b. Pemegang saham pengendali wajib memenuhi persyaratan bahwa yang bersangkutan bersedia mengatasi kesulitan permodalan dan likuiditas yang dihadapi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya (confort letter).
c. Jika benturan kepentingan terjadi, anggota dewan komisaris, anggota direksi, pejabat eksekutif, dan pemimpin kantor cabang dilarang mengambil tindakan yang merugikan bank (dalam hal ini termasuk mengurangi keuntungan bank) dan wajib mengungkapkan benturan kepentingan dimaksud dalam setiap keputusan.
d. Adanya larangan merangkap jabatan bagi anggota dewan komisaris dan anggota direksi.
e. Mayoritas anggota direksi wajib berpengalaman dalam operasional bank sekurang-kurangnya lima tahun sebagai pejabat eksekutif pada bank dan dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua termasuk bersama dengan sesame anggota direksi atau anggota dewan komisaris, serta direktur utama wajib berasal dari pihak independen terhadap pemegang saham pengendali.
f. Anggota direksi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dilarang memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada suatu perusahaan lain.
g. Anggota direksi dilarang memberikan kuasa umum pada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.
h. Pelanggaran atas ketentuan kewajiban menyampaikan comfort letter, benturan kepentingan larangan perangkapan jabatan komisaris dan larangan bagi direksi sebagaimana tersebut diatas, bank dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 52 UU No.
7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998.
Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas, norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadobsi oleh pelaku industri, serta lembaga- lembaga yang terkait dengan tugas dan peran yang jelas untuk mendorong disiplin, mengatasi dampak moral hazard, dan melaksanakan fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan utuk pembentukan GCG pada bank syariah antara lain: (1) sistem pengendalian intern; (2) manajemen risiko; (3) ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi;
(4) sistem akuntansi; (5) mekanisme jaminan kepatuhan syariah; (6) audit ekstern.
Keenam perangkat tersebut di atas pada dasarnya berlaku bagi semua bank baik bank konvensional maupun bank syariah. Adapun yang membedakannya adalah bahwa di bank syariah perlu adanya perangkat yang dapat menjamin kepatuhan kepada nilai-nilai dan aturan syariah.Hal demikian tidak dijumpai dalam sistem perbankan konvensional.
Khusus untuk meningkatkan pemenuhan prinsip syariah oleh bank paling tidak terdapat dua langkah penting yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Perlunya mengefektifkan aturan dan mekanisme pengakuan (endorsement) dari otoritas fatwa dalam hal ini DSN-MUI dalam hal menentukan kehalalan atau kesesuaian produk dan jasa keuangan bank dngan prinsip syariah.
2. Perlunya mengefektifkan sistem pengawasan yang memantau transaksi keuangan bank sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh otoritas fatwa perbankan. Terkait dengan hal ini permasalahan yang sering muncul adalah masih minimnya ahli yag memiliki pemahaman ilmu fiqh dan syariah serta sekaligus memiliki pengetahuan perbankan yang memadai.45
45 Anshori, Perbankan Syariah, 185.
f. Self Assessment Pelaksanaan GCG
Pelaksanaan governance structure bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank agar proses pelaksanaan prinsip good corporate governance menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders bank.
Struktur tata kelola bank adalah Komisaris, Direksi, Komite, dan satuan kerja pada bank. Infrastruktur tata kelola bank, antara lain kebijakan dan prosedur bank, sistem informasi manajemen, serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) tiap struktur organisasi.
Penilaian governance process bertujuan untuk menilai efektivitas proses pelaksanaan prinsip good corporate governance yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank sehingga menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders bank.
Penilaian governance outcome bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang memenuhi harapanstakeholders bank yang merupakan hasil proses pelaksanaan prinsip good corporate governance yang didukung oleh kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank.
Adapun yang termasuk dalam outcome mencakup aspek kualitatitf dan aspek kuantitatif, antara lain:
1. Kecukupan transparansi laporan;
2. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
3. Perlindungan konsumen;
4. Objektivitas dalam melakukan assessment/audit;
5. Kinerja bank seperti rentabilitas, efisiensi, dan permodalan;
6. Peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi bank seperti fraud, dan pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan GCG, bank diwajibkan secara berkala melakukan self-assessment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam implementasi, bank dapat segera menetapkan rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action) yang diperlukan.
Pengisian kertas kerja self-assessment GCG dilakukan dengan metode kualitatif dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pertama: bank mempelajari dan memahami pokok-pokok uraian yang termuat pada kolom Tujuan.
b. Tahap kedua: bank mempelajari dan memahami uraian yang termuat pada kolom Kriteria/Indikator.
c. Tahap ketiga: menyusun analisis kecukupan pelaksanaan GCG, dengan melakukan hal-hal berikut ini.
1) Mengumpulkan data dan informasi yang erelevan untuk menilai kecukupan pelaksanaan GCG oleh bank, seperti data
kepengurusan, kepemilikan, struktur kelompok usaha, laporan tahunan, laporan berkala, dan laporan khusus Direktur Kepatuhan; laporan yang berkaitan dengan tugas Satuan Kerja Audit Intern; laporan akuntan publik khususnya komentar mengenai keadalan sistem pengendalian intern bank, laporan profil risiko; hasil self-assessment kesehatan bank, dokumen rencana korporasi (corporate plan), rencana dan realisasi rencana bisnis, laporan-laporan Dewan Komisaris, serta laporan lain yang terkait dengan faktor penilaian pelaksanaan GCG lainnya.
2) Membandingkan pemenuhan setiap Kriteria-Indikator per subfaktor penilaian dengan pelaksanaan GCG sesuai kondisi, permasalahan, dan kekuatan yang dimiliki bank.
3) Selanjutnya, bank menyusun analisis pelaksanaan GCG bank dimaksud dan dimuat pada kolom analisis self-assessment.
d. Tahap keempat, setelah melakukan analisis self-assessment per subfaktor, bank dapat mengambil kesimpulan melalui penetapan peringkat per faktor beserta penjelasannya, sesuai kondisi bank yang sebenarnya dengan berpedoman pada kriteria tiap peringkat.
e. Tahap kelima, menyusun hasil akhir self-assessment GCG per faktor dalam kolom kesimpulan. Kesimpulan yang dimaksud, antara lain berisi peringkat per faktor, identifikasi permasalahan, rencana tindak (action plan) yang merupakan tindakan korektif
(corrective action) secara komprehensif dan sistematis beserta target waktu pelaksanaannya.
Setelah melakukan penilaian terhadap tiap faktor, bank menilai faktor-faktor sebagai berikut.
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite.
3. Penanganan benturan kepentingan.
4. Penerapan fungsi kepatuhan bank.
5. Penerapan fungsi audit internal dan eksternal.
6. Fungsi manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern.
7. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan debitur besar (large exposures).
8. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan, laporan pelaksanaan good corporate governance, dan pelaporan internal.
9. Rencana stratejik bank.
Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Parameter yang digunakan dalam menilai pelaksanaan GCG bank adalah:
a.) Pelaksanaan prinsip GCG.
b.) Kecukupan tata kelola (governance) atas;
1. Struktur;
2. Proses, dan
3. Hasil penerapan GCG.
c.) Informasi lain yang terkait dengan GCG yang didasarkan pada data dan informasi yang relevan.
Kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola bank diperlukan agar proses pelaksanaan prinsip GCG menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders.
1. Struktur tata kelola bank adalah:
a. Komisaris, Direksi;
b. Komite; dan
c. Satuan kerja pada bank.
2. Infrastruktur tata kelola bank antara lain:
a. Kebijakan dan prosedur bank, b. Sistem informasi manajemen.
3. Tugas pokok dan fungsi tiap struktur organisasi.
Dalam mengelola bank sesuai kaidah GCG, peran Komisaris independen sangat diperlukan. Komisaris independen berfungsi untuk mengawasi dan memastikan bahwa bank telah melakukan praktik- praktik akuntabilitas, responsibility, transparansi, disclosure, kemandirian, dan praktik keadilan menurut ketentuan yang berlaku.
Keberadaan pihak-pihak independen tersebut diharapkan dapat
menciptakan check and balance, menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas, serta melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan pemegang saham minoritas. Dengan menerapkan kaidah GCG, maka dapat dibangun saling kepercayaan anatara pemilik bank dan para manajemen bank (Dewan Direksi dan para manajer tingkat puncak).
Bank akan memeperoleh nilai perusahaan (value of the firm) yang maksimal apabila fungsi dan tugas tiap palaku organisasi bank dapat dipisahkan dengan membentuk sebagai berikut.
1) Dewan Komisaris, meliputi Komisaris biasa dan Komisaris independen serta berbagai komite yang dibentuk. Fungsi utama Dewan Komisaris adalah mengawasi arah pengelolaan bank menurut prinsip-prinsip GCG.
2) Dewan Direksi yang bekerja full-time dan tidak boleh merangkap pekerjaan. Mereka mengelola bank melalui berbagai keputusan manajerial stratejik bank.46
g. Faktor Penilaian GCG
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.Prinsip- prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
46 Ikatan Bankir Indonesia, Supervisi Manajemen Risiko Bank, 145.
Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil penilaian pelaksanaan prinsip-prinsip GCG bank dan informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang didasarkan pada data dan informasi relevan untuk mendukung analisis terhadap struktur, proses, dan hasil dari tata kelola dan keterkaitannya antara satu sama lain.
Penilaian tersebut mencakup evaluasi terhadap parameter/
indikator yang paling kurang terdiri dari:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
4. Penanganan benturan kepentingan;
5. Penerapan fungsi kepatuhan;
6. Penerapan fungsi audit internal;
7. Penerapan fungsi audit eksternal;
8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party);
10. Penyediaan dana besar (large exposure); dan
11. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank serta rencana stratejik bank.
Kesebelas parameter tersebut diberi bobot sesuai self- assessment, dan ditentukan rating GCG.Berikut adalah Contoh penilaian rating GCG.
Tabel 2.2
Contoh Penilaian Rating GCG
Bobot Peringkat Nilai 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris
10% 2 0.20
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
20% 2 0.40
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank
10% 2 0.20
4 Penanganan benturan kepentingan 10% 2 0.20
5 Penerapan fungsi kepatuhan 5% 2 0.10
6 Penerapan fungsi audit internal 5% 2 0.10
7 Penerapan fungsi audit eksternal 5% 1 0.05
8 Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern
7.5% 2 0.15
9 Penyediaan dana kepada pihak terkait dan debitur besar
7.5% 2 0.15
10 Transparansi kondisi keuangan dan non- keuangan bank, laporan pelaksanaan tata kelola dan pelaporan intern
15% 3 0.45
11 Rencana stratejik 5% 2 0.10
100% 2.10
Selanjutnya bank menetapkan nilai komposit hasil self- assessment pelaksanaan GCG bank, dengan menetapkan klasifikasi peringkat komposit, sebagai berikut.
Tabel 2.3
Klasifikasi Peringkat Komposit
Nilai Komposit (NK) Predikat Komposit
NK ˂ 1.5 Sangat Baik
1.5 ˂ NK ˂ 2.5 Baik
2.5 ˂ NK ˂ 3.5 Cukup Baik
3.5 ˂ NK ˂ 4.5 Kurang Baik
4.5 ˂ NK ˂ 5 Tidak Baik
Faktor GCG dikategorikan dalam lima peringkat yaitu:
1. Peringkat 1 2. Peringkat 2 3. Peringkat 3 4. Peringkat 4 5. Peringkat 5
Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan penerapan GCG bank yang lebih baik. Setiap bank memiliki visi dan misi yang merupakan pernyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Rencana ini dilaksanakan dengan suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik. Di samping itu, perluterbentuk kerja sama tim yang baik, terutama dari seluruh karyawan dan manajemen bank.47