• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan-keterampilan Komunikasi Konseling

Dalam dokumen kata pengantar - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 195-200)

BAB VIII KOMUNIKASI KONSELING

B. Keterampilan-keterampilan Komunikasi Konseling

187

diharapkan dapat terjadinya perubahan perilaku klien yang lebih baik yang dapat mendukung pemecahan masalah klien.

Komunikasi konseling dapat dilaksanakan baik secara verbal maupun non verbal atau secara dialog dan bahasa tubuh dalam suatu tujuan bersama yakni pemecahan masalah klien dan dapat membuat keputusan yang tepat.

188

Seperti yang dijelaskan pada pengertian konseling bahwasannya klien merupakan orang yang datang pada konselor untuk meminta bantuan dalam penyelesaian persoalannya. Sebagai orang yang datang, klien juga termasuk sebagai ‚tamu‛ yang sedang meminta bantuan kepada konselor yang berhak dihormati. Menghormati serta menghargai klien merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena rasulullah saw.

melalui hadits beliau menganjurkan umatnya untuk sentaisa menghormati tamu dalam hal ini adalah klien. Rasul bersabda bahwasannya menghormati tamu merupakan ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah Swt. Apalagi klien merupakan tamu yang meminta bantuan akan sebuah persoalan yang mengganggu dirinya. Dengan begitu iya merasa dirinya diterima dan dihargai.

Keterampilan attending merupakan keterampilan berkomunikasi secara verbal dan non-verbal sehingga memberikan kemungkinan klien memberikan perhatian kepada konselor pada tahap paling awal. Bila hal ini berhasil dilakukan dengan baik, maka hal itu akan menjadi awal bagi poses komunikasi selanjutnya.

Berikut adalah cara-cara penghampiran (attending yang baik):

a. Komunikasi verbal

Komunikasiverbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan.Dalam proses konseling, yang tergolong komunikasi verbal adalah sapaan awal.

Sapaan awal merupakan awal dari attending. Ungkapan- ungkapan yang lazim dugunakan pada sapaan awal ini adalah:

‚Selamat pagi‛, ‚Assalamu’alaikum‛ dan ‚Selamat berjumpa‛.264 Hadits tentang hak seorang muslim mendapat ucapan salam

ْْنَع

ْ

ِْبَأ

،َةَرْ يَرُى ْ

ْ

َْنَأ

َْلوُسَر ْ

ْ

ِْالله ىَلَص ْ

ُْالله ْ

ِْوْيَلَع ْ

َْمَلَسَو ْ

َْلاَق ْ

ُّْقَح «ْ:

ُْمْلا ْ

ِْمِلْس ىَلَع ْ

ْ

ِْمِلْسُمْلا

ْ

ٌّْت ِس

َْليِق ْ»

اَمْ ْ:

َْنُى

َْْيَ

َْلوُسَر ْ

ْ

،؟ِالله

َْلاَق ْ اَذِإ «ْ:

ُْوَتيِقَل ْ

ْْمِّلَسَف ْ

،ِوْيَلَع ْ اَذِإَو ْ

ْ

َْكاَعَد

،ُوْبِجَأَف ْ اَذِإَو ْ

َْكَحَصْنَ تْسا ْ

ْْحَصْناَف ْ

،ُوَل ْ اَذِإَو ْ

َْسَطَع ْ

َْدِمَحَف ْ

َْالله ْ

،ُوْتِّمَسَف ْ اَذِإَو ْ

ْ

َْضِرَم

ُْهْدُعَ ف ْ اَذِإَو ْ

َْْم

َْتا

ُْوْعِبَتاَف ْ

»

264Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, (Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan, 2012), 2.

189

‚Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)".265

Menurut sebagian ulama’ salam adalah salah satu nama dari nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalamualaikum’ berarti Allah bersamamu atau dengan engkau dalam penjagaan Allah. Kalimat salam tersebut mengandung doa ketika di ucapkan kepada sesama muslim agar ia senantiasa dalam penjagaan Allah subhanahu wata’ala Diantara hak seorang muslim yang dijelaskaan oleh Rasulullah SAW melalui hadits diatas adalah mendapat ucapan salam dari saudara sesama muslim. Hal tersebut dapat dipraktikkan dalam proses konseling. Selain bertujuan mendoakan klien juga bertujuan untuk menunjukkan sikap ramah terhadap klien.Secara psikologis attending memberikan suasana hubungan yang sedemikian rupa dimana klien merasa dirinya diterima, merasa dekat, merasa penting, dan dihargai martabatnya.266

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, kontak mata,ekspresi wajahceria dan tersenyum.267 dalam islam, tersenyum pada dasarnya telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Bahkan sebelumnya sudah ppenulis jelaskan melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi tentang senyum seorang.

Dalam kaitannya dengan komunikasi konseling, senyum merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal yang diterapkan pada perilaku attending terhadap klien. Hal ini dilakukan untuk

265Muslim bin Al-Hajjaj, S{ah}ih} Muslim, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Turath Al-‘Araby, ttp.), Juz. 4, 1705.

266Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, 2.

267 Tohorin,Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), 288.

190

menciptakan suasana yang nyaman dan akrab.268 Jadi apabila tersenyum pada klien diterapkan dalam proses komunikasi konseling, selain melakukannya mendapat pahala juga dapat membantu kesuksesan proses konseling.

Selain tersenyum dan bersikap ramah pada klien, Posisi tubuh juga mempengaruhi presepsi klien. Posisi tubuh yang baik adalah agak condong ke arah klien, jarak duduk antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan akrab sehingga klien dapat memiliki presepsi bahwa dirinya diterima dan dihargai sebagai seseorang yang datang meminta bantuan kepada konselor.

1. Respon Minimal

Respon minimal adalah sesuatu yang secara otomatis akan dilakukan oleh konselor selama proses konseling, yaitu lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Ungkapan respon minimal yakni di antaranya: ‚A-ha‛, ‚Uh-hum‛, ‚Ya‛, ‚Oke‛,

‚Benar‛ dan sebagainya. Respon minimal ini diberikan selama konseli berbicara tentang masalahnya. Dengan demikian, selama waktu berjalan, konselor akan menegaskan kembali (reafirm)apa yang didengarkan dari konseli.269

2. Empati

Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien. Merasa dan berpikir bersama klien.270Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalamEmpati dapat ditunjukkan melalu perkataaan seperti ‚ehhmm... saya dapat memahami perasaan anda‛ ataupun dengan ekspresi wajah, kontak mata, sikap badan, sentuhan dan jarak fisik.271

Menurut Daniel Goleman (1998) empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada emosi

268Tohorin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 310.

269Airif Ainur Rofiq.Keterampilan Komunikasi Konseling, 4.

270 Tohorin,Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 312.

271Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, 38-40.

191

diri sendiri semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non verbal dari klien.

Empati dibagi menjadi dua yakni : a. Empati Primer

Empati primer adalah apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien dengan tujuan agar klien tersebut terlibat pembicaraan dan terbuka.

b. Empati Tingkat Tinggi

Empati tingkat tinggi adalah apabila kepemahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman, klien lebih mendalam dan menyentuh hati klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

melalui empati tingkat tinggi, akan membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengungkapkan isi hatinya berupa perasaan, pikiran bahkan pengalamannya.272

Hadits tentang empati

ْْنَع

ٍْسَنَأ ْ

َْيِضَر ْ

َُْللّا ْ

،ُوْنَع ْ

ِْنَع ْ

ِِّْبَنلا ْ ىَلَص ْ

ُْالله ْ

ِْوْيَلَع ْ

َْمَلَسَو ْ

ْْنَعَو ْ

ٍْْيَسُح ْ

ْ

،ِمِّلَعُلما

َْلاَق ْ اَنَ ثَدَح ْ:

،ُةَداَتَ ق ْ

ْْنَع ْ

ٍْسَنَأ ْ

ِْنَع ْ

ِِّْبَنلا ْ ىَلَص ْ

ُْالله ْ

ِْوْيَلَع ْ

َْمَلَسَو ْ

ْ

َْلاَق

َْلاْ «ْ:

ُْنِمْؤُ ي

،ْمُكُدَحَأ ْ

َْتَّح ْ

َْبُِيُ ْ

ْ

ِْوي ِخَِلَ

اَمْ ْ

ُّْبُِيُ

ِْو ِسْفَ نِل ْ

»

‚Dari Anas bin Malik Radhiallahu Ta'ala 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: ‚Tidak beriman salah seorang kalian sampai dia mencintai saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri.‛273

ْْنَع

ِْريِرَج ْ

ِْنْب ْ

ِْدْبَع ْ

ْ

،ِالله

َْلاَق ْ

َْلاَق ْ:

ُْلوُسَر ْ

ْ

ِْالله ىَلَص ْ

ُْالله ْ

ِْوْيَلَع ْ

َْمَلَسَو ْ

ْ:

ْْنَم «

َْلاْ ْ

ِْمَحْرَ ي

،َساَنلا ْ

َْلاْ ْ

ُْوَْحُْرَ ي

ُْالله ْ

َْزَع ْ

َْلَجَو ْ

»

272Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, S{ah}ih} Al-Bukhary, (Beirut: Da>r T{uq Al-Najah, ttp.), Juz. 1, 12.

273Imam Nawawi, Hadits Arba’in Nawawiyah, (Semarang: Pustaka Umum, 2012),12.

Dalam dokumen kata pengantar - UIN Sunan Ampel Surabaya (Halaman 195-200)