• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERANCANGAN

Dalam dokumen PUBLIKASI TUGAS AKHIR ARSITEKTUR (Halaman 42-52)

Zoning. Site berada di tengah kota, dimana site akan dimanfaatkan bentuk, dan view nya untuk menjual nilai dari bangunan itu sendiri, untuk zonasi pada site yaitu area publik dicondongkan pada bagian depan site, begitu juga dengan semi publik. Berbeda dengan area private berada pada bagian dalam site, tentunya dengan fasilitas sirkulasi untuk lajur keluar masuknya drop off barang.

Gambar 2. Zoning Perancangan Tapak

Sumber: Analisis Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 38 Konsep Bentuk Massa Bangunan. Bentuk massa bangunan akan mengadopsi dari bangunan tradisional yang di kombinasi dengan bangunan modern masa kini. Dimana akan tetap menggunakan prinsip bentuk bangunan dan makna yang tetap, menduplikasi wujud serta makna budaya namun dengan penambahan material bangunan tidak hanya menggunakan material asli dari bangunan tradisional (kayu).

Fasad Bangunan. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan pelestarian unsur-unsur budaya lokal dimana yang telah terbentuk secara empiris oleh tradisi dan mengembangkannya untuk menjadi lebih modern. Berikut merupakan konsep fasad bangunan yang dianggap cocok dengan konsep Neo Vernakular.

Gambar 3. Filosofis Bangunan

Sumber: Analisis Penulis, 2020

Pada gambar massa bangunan atap diatas dapat dilihat bahwa atap mengadopsi bentukan dari bentukan motif ciri khas dari Lampung Barat yaitu motif celugam, dimana celugam merupakan motif yang sejak dahulu sudah digunakan sebagai alas kasur kerajaan di Lampung. Gunung Pesagi merupakan pusat dari terbentuknya Lampung Barat.Pada bagian kaki gunung pesagi terdapat pekon (desa) yang menjadi awal mula berdirinya kerajaan di Lampung Barat. Dan gunung pesagi merupakan tempat sakral yang menjadi saksi bisu terjadinya perjanjian pembentukanempat kepaksian (kerajaan yang ada di Lampung Barat) yaitu kepaksian Umpu Pernong, Umpu Nyerupa, Umpu Belunguh dan Umpu Bejalan di Way.

Gambar 4. Alur Tematik Bangunan

Sumber: Analisis Penulis, 2020

Perlambangan Bentukan limasan pada bagian depan fasad bangunan, perlambangan dari gunung pesagi (menjadi pusat). Pada bagian struktur material yang akan digunakan yaitu material tradisional Kayu. Kayu yang digunakan seperti jenis kayu Merbau, Kenango, Kayu Klutum, Kayu Kemit, Kayu Meranti, Kayu Cempaka, Kayu Mulu dan Kayu Tenam. Untuk bagian atap akan menggunakan atap limasan yang di variasi agar tidak terlihat monoton.

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 39 Konsep Healing Arsitektur. Konsep ini bertujuan untuk meredakan jiwa pengunjung yang hadir ataupun saksi sejarah yang telah hadir, setelah penerapan tema mengenai situasi kegempaan yang terjadi di Liwa pada bangunan, yang dapat mengangkat ekspresi jiwa masyarakat akan peristiwa gempa bumi Liwa. berikut merupakan konsep healing garden yang akan diciptakan. Memiliki suasana yang dapat membuat pengunjung menjadi rileks.

Penggunaan berbagai jenis macam vegetasi pada taman, membuat taman menjadi rindang. Memiliki berbagai elemen seperti jalan setapak, elemen air, pepohonan dan berbagai jenis vegetasi bunga dan area duduk.

Konsep Sistem Struktur. Penyambungan seperti penyatuan seperti pria dan wanita yang pada pangkal dan ujung sambungannya di pasak dengan bambu atau kayu. Menggunakan konsep Sistem Struktur Menerus (Khasuk) yaitu Struktur menerus, dimana tiang struktur menerus dari bagian pondasi hingga ke atap bangunan, dengan menggunakan material kayu yang kuat, kayu dibuat saling mencepit satu sama lain sehingga menghasilkan konstruksi yang tahan dan elastis apabila terjadi guncangan gempa. Selain itu pondasi dengan model Batu Kali dan Bore Pile. Elemen struktur akan menggunakan kolom dan balok yang akan menyalurkan beban atap dan beban perlantai menuju ke pondasi.

Gambar 5. Sistem Struktur Menerus (Khasuk)

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 40 3. HASIL PERANCANGAN

Gambar 6. Site Plan

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 7. Tampak Museum A

Sumber: Karya Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 41 Gambar 8. Tampak Museum B

Sumber: Karya Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 42 Gambar 9. Tampak Museum C

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 10. Potongan Museum A

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 11. Potongan A-A dan B-B Asrama

Sumber: Karya Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 43 Gambar 12. Sistem Struktur

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 13. Detail Ortho Museum A

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 14. Detail Ortho Museum B

Sumber: Karya Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 44 Gambar 15. Detail Ortho Museum C

Sumber: Karya Penulis, 2020

Gambar 16. Eksterior Bangunan

Sumber: Karya Penulis, 2020

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 45

Gambar 17. Interior Bangunan

Sumber: Karya Penulis, 2020

KESIMPULAN

Sejarah bencana di Liwa, Kabupaten Lampung Barat mulai terlupakan oleh generasi- generasi muda masa kini, sehingga perlu dibangun sebuah monument dalam bentuk bangunan..

Perancangan Bangunan Museum Gempa Liwa dengan Bentuk Neo Vernakular di Lampung Barat memiliki misi melestarikan sekaligus mengangkat konstruksi bangunan tradisional yang telah diterapkan secara turun-temurun dan sudah banyak dilupakan oleh generasi-generasi muda. Namun dalam perancangannya menggunakan konstruksi tanggap bencana tradisional yang di kombinasikan dengan konstruksi masa kini, yaitu dengan pendekatan neo vernakular dengan tetap memberikan tekstur dan material alam pada bangunan. Fungsi bangunan terbagi dalam tiga bangunan utama. Bangunan pertama itu bertujuan sebagai bangunan kebudayaan adat Lampung Barat dan dapat difungsikan sebagai bangunan evakuasi apabila sewaktu-waktu terjadi bencana alam kembali. Fungsi Bangunan yang ke dua yaitu sebagai bangunan saksi bisu terjadinya tragedi gempa Liwa dan didalamnya terdapat artefak-artefak peninggalan gempa pada tahun 1933 dan 1994, dengan lantai bagian bawah digunakan sebagai kantor pengelola museum. Bangunan yang ke tiga yaitu sebagai bangunan yang difungsikan sebagai edukasi kepada masyarakat dan dapat digunakan sebagai bangunan penyuluhan mitigasi bencana. Konsep healing garden juga diterapkan dengan tujuan healing yang berlokasi di area terbuka hijau yang terdiri dari elemen- elemen yang dapat merelaksasi pengunjung dan saksi tragedi gempa Liwa. Selian itu juga perlunya pusat edukasi mengenai kebencanaan dan penanggulangan kebencanaan kepada masyarakat yang masih awam.

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 46

DAFTAR REFERENSI

Abel, Chris (1997) Architecture and Identitiy.Architectural Press, An Imprint of Butterworth-Heinemann Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia(2018)Penetrasi dan Profil Perilaku Pengguna Internet Indonesia.

Broadbent, Geoffrey (1980) Design in Architecture. London : John Wiley & Sons

Duerk, Donna P. (1993) Architectural Programminv. USA : Van Nostrand Reinhold Company,inc

Ham, Roderick (1987) Theatre : Planning Guidance for Design and Adaptation. New York : Van Nostrand Reinhold Company

Julio (2016) E-Sport Arena Berstandar Internasional Di Badung, Bali. Bali : Universitas Udayana

Mediastika, C.E. (2005) Akustika Bangunan : Prinsip – Prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Jakarta : Penerbit Erlangga

Neufert Peter, Ernst (2002) Data Arsitek Jilid II edisi 33. Jakarta: Erlangga.

Pusat Edutainment dan Wisata Budaya | 47

Perancangan Pusat Seni dan Budaya

Dalam dokumen PUBLIKASI TUGAS AKHIR ARSITEKTUR (Halaman 42-52)