• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perpajakan

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 37-42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Konsep Perpajakan

19

2.4. Konsep Perpajakan

20

2.4.2. Fungsi Pajak

Selain berfungsi sebagai sumber dana (budgetair) terdapat beberapa fungsi pajak (dalam Kusuma, 2016:273) yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak ini berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam APBN pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Reguleren)

Pajak ini berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi misalnya PPn BM untuk minuman keras dan barang mewah lainnya.

3. Fungsi Redistribusi

Pajak ini merupakan penerimaan dari pajak yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

4. Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan wujud sistem gotong royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.

2.4.3. Pajak Daerah

Teori development from below menurut Davey (dalam Anggoro, 2017:45) berpendapat bahwa orang akan lebih bersedia membayar pajak kepada pemerintah daerah daripada kepada pemerintah pusat karena mereka dapat secara mudah melihat manfaat langsung dalam pembangunan di daerah. Pajak daerah dapat diartikan sebagai :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri;

21

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah;

3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut pemerintah daerah;

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pemungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan oleh pemerintah daerah.

Soelarno (dalam Anggoro, 2017:45-46) menjelaskan bahwa pajak daerah adalah pajak asli daerah maupun pajak negara yang diserahkan kepada daerah yang pemungutannya diselenggarakan oleh daerah di dalam wilayah kekuasaannya, yang gunanya untuk membiayai pengeluaran daerah sehubungan dengan tugas dan kewajibannya untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Adapun pendapat Menurut Boediono (dalam Anggoro, 2017:46) memberikan penjelasan bahwa pajak daerah yaitu sebagai hasil tinjauan dari segi siapakah yang berwenang memungut pajak. Dalam hal yang memungut pajak adalah pemerintah pusat, jenis-jenis pajak dimaksud digolongkan sebagai pajak negara yang juga disebut pajak pusat. Sebaliknya jenis-jenis pajak yang pemungutannya merupakan hak pemerintah daerah disebut pajak daerah.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pajak daerah merupakan pajak yang pemungutaannya diselenggarakan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan nasional yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran daerah.

Adapun salah satu jenis pajak daerah ialah Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan sebagai berikut :

22

1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan 1) Definisi PBB-P2

Pajak bumi dan bangunan secara luas dapat diartikan sebagai pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karna adanya keuntungan yang dihasilkan dari bumi/lahan dan bangunan yang dikelola atau dimiliki suatu hak atasnya serta memperoleh manfaat dari bumi atau bangunan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PBB-P2 adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

2) Objek Pajak

Pada umumnya objek pajak bumi dan bangunan adalah seluruh lahan dan bangunan berada di atasnya yang dimiliki oleh orang pribadi atau badan. Menurut Supramono (2010: 140) sebagaimana yang tercantum dalam pengertian PBB maka yang menjadi objek pajak adalah bumi dan bangunan. Bumi mencakup permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan bangunan mencakup konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanahnya dan/atau perairan. Bangunan terdiri dari jalan lingkungan, meliputi satu kesatuan dengan kompleks bangunan, jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olahraga, galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, serta fasilitas lain yang memberikan manfaat. Pada pasal 77 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009

23

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juga dijelaskan bahwa Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Yang termasuk bangunan dalam pasal tersebut dan yang menjadi observasi di lokasi penelitian ialah jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut : a. jalan tol; b.

kolam renang; c. pagar mewah; d. tempat olahraga; e. galangan kapal, dermaga; f. taman mewah; g. tempat penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan h. menara.

3) Subjek Pajak

Menurut Supramono (2010: 139) menjelaskan bahwa Subjek Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan ialah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Jika subjek pajak dalam waktu yang lama berada diluar wilayah yang menjadi objek pajak dan perawatannya diserahkan kepada pihak lain maka pihak tersebut dapat ditunjuk menjadi Wajib Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Pasal 78 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Subjek dari Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,

24

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan dan untuk tarif Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%.

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 37-42)

Dokumen terkait