• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Kunjungan ANC

1) Pelajari (Learnability), yaitu sikap harus dipisahkan dari penggerak psikologis lainnnya. Misalnya, memilih makanan eropa adalah suatu sikap, motif psikologis yang tidak dipelajari lapar dan haus.

2) Memiliki kestabilan (Stability), yaitu sikap dikembangkan melalui pengalaman agar lebih kokoh dan stabil. Sebagai contoh, rasa suka ataupun tidak suka pada warna tertentu (spesifik) yang umum atau berulang.

3) Personal-societal significance, yaitu sikap yang memiliki keterlibatan terhadap hubungan diantara individu maupun orang lainnya serta dengan situasi atau suatu barang. Apabila individu merasakan jika orang lain menyenangkan karena hangat dan terbuka, hal tersebut akan sangat bermakna untuk dirinya sehingga merasakan kebebasan serta favorable.

4) Berisikan kognisi serta afeksi, yaitu komponen kognisi dari sikap terdiri dari informasi secara faktual, contohnya suatu obyek dianggap memberikan kesenangan ,ataupun tidak.

5) Approach-avoidance directionality, jika individu mempunyai sikap favorable pada seluruh objek, mereka dapat lebih dekat dan menolongnya, begitupun sebaliknya jika individu mempunyai sikap unfavorable, pihak lain akan memilih menghindar.

3. Kunjungan ANC

19

ditujukan guna memberikan hak masing-masing ibu hamil atas layanan antenatal yang bermutu untuk dipeliharanya kesehatan yang sehat dapat hamil, melahirkan bayi dengan sehat serta selamat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015). Asuhan antenatal adalah suatu bentuk perawatan medis untuk wanita hamil oleh spesialis terlatih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Depkes 2012).

Wanita hamil harus menemui Bidan atau Dokter segera setelah mereka menduga bahwa mereka sedang hamil untuk menerima perawatan dan layanan antenatal. Asuhan antenatal yaitu pendekatan khusus dalam memberikan pantauan dan dukungan kesehatan ibu hamil serta dalam melakukan deteksi kehamilan normal (Wulandari, Ahmad, and Saptaputra 2016).

b. Tujuan Kunjungan Antenatal

Tujuan dari pemeriksaan ANC adalah untuk memastikan bahwa ibu hamil berada dalam kondisi kesehatan fisik dan mental yang terbaik, mempersiapkan diri untuk melahirkan dan masa nifas, mempersiapkan mereka untuk mendapatkan ASI eksklusif, dan mengembalikan kesehatan organ reproduksinya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015).

c. Faktor yang memberikan pengaruh terhadap ANC

Faktor yang bisa memberikan pengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil ketika melaksanakan kunjungan ANC yaitu:

1) Umur

Umur sangat memberikan pengaruh terhadap cara pandang seorang ibu. Ibu yang berusia antara 20 dan 35 tahun yang masih dalam masa jayanya dapat bernalar lebih logis daripada ibu yang sangat muda maupun sangat tua. Hal ini menjadikan ibu yang masih dalam masa kerja lebih termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Yenita and Shigeko 2012)

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki individu mempengaruhi tinggi rendahnya pengetahuan yang didapatkan. Ibu hamil dengan status pendidikan lebih tinggi memiliki rasa sadar akan masalah kesehatan yang lebih tinggi sehingga dapat memberikan pengaruh bagaimana perasaan mereka tentang kehamilan mereka sendiri dan seberapa baik mereka bisa memenuhi gizinya (Notoatmodjo 2012).

Evidence Based Medicine menyebutkan jika tingkatan pendidikan seorang ibu semakin tinggi maka ibu tersebut bisa melakukan pencarian informasi secara baik yang bisa mempercepat ibu memahami kondisi kesehatan yang dimilikinya, begitu juga sebaliknya. Tingkatan pendidikan ini termasuk faktor yang memiliki peranan penting ketika dihadapkan pada proses kehamilan juga bersalin, sebab tingkatan pendidikan seseorang bisa menandakan status kesehatan orang tersebut (Heriani 2017)

21

3) Status pekerjaan

Dibandingkan ibu rumah tangga dengan waktu luang lebih banyak dan mampu merencanakan serta menjadwalkan kunjungan ANC terbaik, ibu hamil yang mempunyai mobilitas tinggi dalam beraktivitas tentu saja lebih mengutamakan pekerjaannya daripada kesehatan dirinya (Usman et al. 2014).

4) Paritas ibu hamil

Paritas merupakan jumlah kelahiran atau hidup dari wanita.

Sementara ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama menganggap ANC sebagai sesuatu yang baru dan karena itu lebih termotivasi untuk melaksanakannya, ibu yang mempunyai jumlah paritas tinggi memiliki kekhawatiran rendah untuk hamil kembali, yang mengakibatkan lebih sedikit kunjungan (Yenita and Shigeko 2014).

5) Jarak kehamilan

Jarak kehamilan secara dekat bisa lebih berisiko memberikan masalah untuk wanita, dan tinggi bahaya komplikasi.

Ibu hamil semakin termotivasi untuk melakukan pemeriksaan untuk meningkatkan kebutuhan antenatal (Usman et al. 2014).

6) Pengetahuan ibu hamil

Pengetahuan yang menjadi petunjuk untuk melakukan suatu tindakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi ibu hamil dalam mengikuti kunjungan ANC. Untuk para ibu berpengalaman dalam kesehatan kehamilan, kunjungan ANC dipandang lebih dari sekadar cara untuk memenuhi tugas mereka

juga menjadi penting untuk kehamilan ibu (Usman et al.

2014)(Nejima et al. 2018).

7) Sikap ibu hamil

Kepatuhan untuk melangsungkan kunjungan ANC tergantung kepada bagaimana perasaan ibu hamil terhadap pelayanan yang diberikan selama pemeriksaan kehamilan. Untuk meningkatkan frekuensi kunjungan, sikap positif maupun respons secara baik menunjukkan kepedulian pada kesehatan mereka serta kesejahteraan anak mereka yang belum lahir. Sebaliknya, sikap buruk menyebabkan ibu hamil memiliki minat yang berkurang dalam berkunjung. (Usman, Salmah, and Ikhsan 2014)

Faktor yang membuat perilaku atau tindakan lebih mudah dikenal sebagai faktor pendukung. Unsur ini mempertimbangkan aksesibilitas pelayanan kesehatan masyarakat misalnya Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Dokter, dan Bidan Praktik Swasta. Berikut ini adalah beberapa contoh elemen pendukung yang memberikan pengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam masa kehamilan terhadap kunjungan ANC:

1) Jarak tempat tinggal

Jarakk puskesmas terhadap rumah ibu hamil yang semakin jauh menyebabkan akses menuju faskes juga semakin sulit dan akhirnya dapat mengurangi motivasi ibu hamil dalam berkunjung ke ANC. Ibu hamil akan berpikir duakali untuk mengunjungi fasilitas kesehatan karena jarak yang jauh membuat ibu menyita tenaga dan waktu lebih baik untuk tiap kunjungan. Sementara ibu

23

yang lebih dekat dan tanpa perlu memanfaatkan transportasi dalam mengakses fasilitas kesehatan cenderung lebih sering berkunjung yakni kurang dari 4 kali dalam masa kehamilan (Yenita and Shigeko 2014).

2) Penghasilan keluarga

Ibu hamil berpenghasilan rendah kurang mementingkan upaya dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Hal ini menjadikan ibu harus memilih untuk mengabaikan segala sesuatu yang lainnya, meliputi kesehatan ibu. Dengan demikian, uang yang semakin sedikit dihasilkan rumah tangga, maka semakin sedikit kunjungan ibu, semakin rendah fasilitas pelayanan kesehatan bagi kehamilannya.

3) Media informasi

Pengetahuan dan motivasi ibu untuk hadir dapat ditingkatkan melalui media informasi yang membahas tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil. Upaya yang dapat dilaksanakan pemerintah sebagai cara pengubah perilaku masyarakat yaitu melalui mendidik mereka melalui media terutama pada mereka dengan tingkat pendidikan dan kesadarannya yang rendah. Media cetak, antara lain Leaflet, Poster, Surat Kabar, serta media elektronik, termasuk televisi, internet, juga lainnya, dapat digunakan (Nurul S 2014).

d. Waktu kunjungan ANC selama hamil

Pelayanan ANC kehamilan memerlukan sedikitnya 6 kali kunjungan, dimana kunjungan Trimester pertama dua kali, Trimester

kedua satu kali, dan Trimester ketiga tiga kali. sekurang-kurangnya dua kali diperiksa Dokter, ketika kunjungan pertama di Trimester I serta kunjungan kelima di Trimester 3 (Kemenkes RI 2020).

Beberapa tempat untuk pemeriksaan kehamilan yaitu:

1) Rumah Sakit / Rumah Sakit Ibu dan Anak 2) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 3) Posyandu

4) Praktik Mandiri Bidan (PMB) e. Standar pelayanan ANC

Berdasarkan (Kementerian Kesehatan RI 2020) standar pelayanan Antenatal Care melalui 10 T antara lain :

1) Timbang Berat Badan dan ukur Tinggi Badan

Tinggi badan ibu sebagai upaya menentukkan status gizi

Sedikitnya BB ibu mengalami kenaikan sejumlah 9 Kg sehingga berarti 1 Kg untuk tiap bulan.

2) Pengukuran tekanan darah

Tekanan Darah >140/90 mmHg (Hipertensi)

3) Penilaian status gizi melalui pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) LILA < 23,5 cm, risiko KEK (Kurang Energi Kronis)

4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri / tinggi Rahim

5) penentuan presentasi janin juga denyut jantung janin (DJJ)

Dalam mengamati kelainan posisi janin, maupun permasalahan lainnya

6) Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT sesuai status imunisasi ibu.

25

Jadwal pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Status T Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan

T 1 Langkah awal terkait proses

membentuk imunitas tubuh pada penyakit tetanus

T 2 1 bulan setelah T 1 3 tahun

T 3 6 bulan setelah T 2 5 tahun

T 4 12 bulan setelah T 3 10 tahun

T 5 12 bulan setelah T4 Lebih dari 25 tahun Sumber : (Kemenkes RI 2022)

7) Pemberian Tablet Tambah Darah

Ibu memperoleh paling sedikit 90 tablet dalam masa hamil.

8) Tes / Pemeriksaan laboratorium

test laboratorium sederhana (Hb, Golongan Darah, Glukoprotein Urin) maupun menurut indikasi (TBC, HIV, HBsAg, Sifilis, Malaria) 9) Tata laksana / penanganan kasus

Jika didapatkan permasalahan, disegerakan mendapatkan penanganan ataupun rujukan

10) Temu wicara / konseling

Dilangsungkan ketika ibu menjalankan pemeriksaan ketika hamil.

B. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Kunjungan

Dokumen terkait