1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai.
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Dengan demikian, Pemerintah berkewajiban menjelaskan secara transparan kemana saja uang pajak yang telah dibayarkan tersebut dan untuk apa uang tersebut dipergunakan.
Lembaga yang memiliki otoritas memungut pajak di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak, yakni sesuai dengan amanat undang-undang lembaga ini bertugas menghimpun penerimaan pajak. Direktorat Jenderal Pajak tidak menerima pembayaran uang pajak langsung dari Wajib Pajak, melainkan hanya mengadministrasikan pembayaran pajaknya saja.
Wajib Pajak harus membayar pajak ke Kantor Pos atau bank-bank yang ditunjuk oleh Pemerintah. Uang pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak langsung masuk ke kas negara. Selanjutnya, melalui Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dialokasikan untuk membiayai program kerja yang dikelola oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
Pajak diperlukan sebagai solusi bagi keterbatasan dana pembangunan dari sebuah pemerintahan yang tujuan utamanya adalah menyejahterakan masyarakat.
Di samping itu, pajak pada hakikatnya merupakan suatu bentuk penggalangan dana yang bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja sama, gotong royong, membangkitkan kesadaran atas kehidupan bersama untuk saling tolong, peduli kepada orang lain.
Pengembangan kesadaran hidup bersama ini memerlukan dorongan yang bersifat internal (dari dalam diri si pembayar pajak) dan dorongan eksternal (peran pemerintah untuk mengatur dan menyusun strategi yang tepat untuk menstimulus warga negara yang memiliki kewajiban sebagai pembayar pajak).
best practise di negara maju yang sukses karena tingginya kesadaran perpajakan warga negaranya dibandingkan dengan praktik negara yang terbelakang karena rendahnya kesadaran perpajakan warga
Pajak mengandung arti normatif dan historis. Secara normatif, pajak memiliki dasar hukum untuk diterapkan kepada seluruh warga negara dan bersifat memaksa.
Pelanggar atas pajak dapat dikenakan sanksi hukum.
Secara historis, pemahaman dan penerapan pajak mengikuti perkembangan sejarah peradaban manusia.
Pada awalnya, pajak dipahami sangat sederhana dan dikelola secara sederhana pula. Ketika kebutuhan manusia semakin berkembang dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju, maka variasi pajak semakin beragam demikian pula pengelolaannya yang semakin canggih, sehingga memudahkan masyarakat membayar pajak.
Pendekatan sejarah sangat diperlukan untuk memahami keberadaan (positioning) pajak saat ini. Hal ini diperlukan agar setiap orang mengetahui bahwa keberadaan pajak (dalam arti pungutan) sudah ada sejak manusia mulai berkelompok dan membuat ikatan-ikatan sosial.
Pajak untuk pembangunan mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi mengatur atau regulerend. Sebagai fungsi budgeter, pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dan membiayai investasi pemerintah. penerimaan negara tersebut berasal dari rakyat, dialokasikan berdasarkan persetujuan wakil rakyat, dan digunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, di dalam fungsi anggaran terdapat perwujudan dari sistem demokrasi.
Sebagai fungsi regulerend pajak juga merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu demi kesejahteraan rakyat, antara lain melalui pemerataan alokasi dan distribusi pendapatan, serta tercapainya stabilitas ekonomi.
Kewajiban warga negara Indonesia diatur dalam konstitusi negara yang berlaku saat ini, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil perubahan tahun 1999 – 2002. Ada lima kewajiban warga negara yang diatur dalam UUD NRI 1945,
yakni kewajiban membela atau mempertahankan keamanan negara, kewajiban membayar pajak dan retribusi, kewajiban menaati peraturan dan hukum yang berlaku, menghormati hak asasi manusia, tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, dan kewajiban mengikuti pendidikan dasar.
Kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sistem pemerintahan demokrasi sangat memungkinkan terjadinya proses check and balances. Warga negara yang baik sebagai wajib pajak adalah warga negara yang taat dan patuh serta selalu membayar pajak.
Sikap dan perilaku ini merupakan bukti kecintaan warga negara terhadap negaranya.
Pemerintah pun melaksanakan amanah dari warga negara dalam sektor pajak dengan memanfaatkan pajak untuk pembangunan nasional.
Untuk meningkatkan kesadaran dalam kewajiban perpajakan di Indonesia, aparatur pemerintah secara keseluruhan adalah warga negara pilihan (terpilih) yang harus menjadi contoh teladan bagi warga negara lain. Namun, aparatur pemerintah pun adalah manusia biasa sehingga tidak luput dari salah dan kelalaian sehingga warga negara perlu mengawasi, mengingatkan, bahkan melaporkan kepada pihak aparat penegak hukum bila ada perilaku pelanggaran dan kejahatan dalam kewajiban perpajakan bagi siapapun.
Untuk meningkatkan kepercayaan warga negara kepada pemerintah, maka warga negara yang mencoba melakukan pelanggaran dalam kewajiban perpajakan perlu
Sama halnya dengan penegakan hukum secara umum, penegakan hukum pajak juga bertujuan untuk menciptakan keadilan, kemanfaatan, kepastian dan perlindungan hukum. Negara dalam memungut pajak harus berdasarkan hukum dan proses penegakan hukum pajak juga harus berlandaskan hukum. Proses penegakan hukum pajak tidak hanya terfokus pada pengenaan saksi bagi yang melanggar, tetapi juga perlu upaya untuk penyadaran mengapa mereka yang melanggar dikenai sanksi.
Dengan adanya penegakan hukum pajak, maka akan mendorong mereka yang melanggar untuk patuh dan memberi keadilan bagi Wajib Pajak yang telah patuh.
Untuk menjamin proses penegakan hukum telah dilaksanakan secara berkeadilan, maka hukum pajak juga menyediakan institusi/pihak yang bertugas untuk menyelesaian sengketa terkait dengan perpajakan, yaitu melalui administrator perpajakan, lembaga peradilan pajak, dan lembaga peradilan umum.
Bela negara adalah hak dan kewajiban setiap WNI.
Bentuk bela negara dapat dibedakan menjadi dua yakni bela negara secara fisik dan bela negara secara non fisik.
Sesungguhnya bela negara merupakan suatu upaya untuk mempertahankan eksistensi negara. Negara kita memiliki strategi dalam mempertahankan eksistensi negara melalui konsep yang dinamakan ketahanan nasional. Dengan dinamika negara kita yang sejak berdiri sudah melalui berbagai macam ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan maka bela negara adalah suatu keharusan.
Negara kita terus melaksanakan pembangunan.
Pembangunan yang dilaksanakan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan diperlukan biaya yang besar. Salah satu faktor yang menentukan ketahanan suatu negara adalah faktor finansialnya.
Pendapatan negara salah satunya berasal dari pajak.
Sehingga merupakan hal yang penting membayar pajak